Anda di halaman 1dari 2

Benang Merah Kisah Nabi Syam'un dan

Asal Usul Malam Lailatul Qadar


Seorang Nabi yang berasal dari kalangan Bani Israel, Syamun Alaihissalam (AS), dikenal pula sebagai
julukan Samson, memiliki kisah menarik yang menjadi awal dari asal-usul turunnya Lailatul Qadar.

Diketahui terlebih dahulu, Nabi Syam'un Ghozi AS memiliki beberapa julukan lain, di antaranya
Syamsyawn, Syam'un, Simson (bahasa Ibrani), Shimshon (bahasa Tiberias), dan Samson (Alkitab
Nasrani).

Nama Syam'un sendiri berarti "yang berasal dari matahari" dan al-Ghozi artinya "yang berasal dari Ghazi
(Ghaza, Palestina)”. Sosoknya menjadi hakim ketiga terakhir di zaman Israel kuno.

Syam'un Ghozi diketahui memiliki mukjizat, yakni mampu membengkokkan besi hingga merobohkan
istana. Kisahnya turun-temurun diceritakan di jazirah Arab, bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW
lahir.

Mengutip Kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Al-Ghazali, dikisahkan suatu ketika Rasulullah
tengah berkumpul dengan para sahabat di bulan Ramadhan. Berceritalah Rasul mengenai kisah Nabi
Syam'un Ghozi.

Dimulai dengan menceritakan asal-usulnya, Nabi Syam’un diutus ke tanah Romawi untuk memerangi
kaum kafir yang menentang ketuhanan Allah. Kaum tersebut dipimpin oleh Raja Israil.

Guna menundukkan Nabi Syam’un, raja Israil pun melakukan berbagai cara dan tak ada yang berhasil.
Namun, pada akhirnya Raja Israil berhasil juga yakni memanfaatkan istri Nabi Syamun.

Rasa sayang yang besar kepada sang istri membuat Nabi Syam'un tak curiga. Ia pun membeberkan
rahasia mukjizatnya: "Jika kau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku
dengan potongan rambutku."

Sampailah saat ketika Nabi Syam'un tidur, tiba-tiba diikat menggunakan rambutnya oleh sang istri. Dia
kemudian dibawa ke hadapan sang raja, disiksa hingga dibutakan matanya. Aksi brutal itu
dipertontonkan di istana raja.

Atas perlakuan yang diterimanya, Nabi Syam'un berdoa kepada Allah. Ia memulai dengan bertaubat, lalu
memohon pertolongan atas kebesaran Allah. Doanya tersebut kemudian dikabulkan. Tak lama, raja dan
istananya, masyarakatnya, istri Nabi Syam’un, serta kerabat yang berkhianat, semuanya musnah.

Dari sana, Nabi Syam'un bersumpah kepada Allah untuk menebus dosa-dosanya, yakni dengan berjuang
menumpas semua kebatilan dan kekufuran yang lamanya hinga 1.000 bulan tanpa henti. Semua atas
hidayah dari Allah.

Dalam riwayat lain, ketika doanya dikabulkan Allah, Nabi Syam'un sendiri yang meruntuhkan seluruh
istana. Setelahnya, Nabi Syam'un bersumpah untuk beribadah selama 1.000 bulan tanpa henti.
Tersenyum Rasulullah menyelesaikan cerita Nabi Syam'un yang berjihad selama 1000 bulan. Para
sahabat pun berkata: "Ya Rasulullah, kami juga ingin beribadah seperti Nabiyullah Syam'un Ghozi."

Rasulullah terdiam sejenak, kemudian Malaikat Jibril datang dan mewahyukan kepadanya tentang satu
malam yang sangat agung. Malam itu ada di Bulan Ramadhan, bahkan lebih baik daripada 1.000 bulan,
yaitu Lailatul Qadar.

Mengutip versi Kitab Qishashul Anbiyaa, Rasulullah yang tersenyum sendiri di akhir cerita mengundang
pertanyaan seorang sahabat: "Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?"

Rasulullah SAW pun menjawab: "Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika di mana seluruh manusia
dikumpulkan di Mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke
dalam surga. Ada salah seorang Nabi dengan membawa pedang yang tidak mempunyai pengikut
satupun masuk ke dalam surga, dia adalah Nabi Syam'un."

Anda mungkin juga menyukai