Anda di halaman 1dari 9

Sulam, Gadis Sulam, Sulamit

* Kidung 6:13

LAI TB, Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kembalilah, kembalilah, supaya kami dapat melihat
engkau! Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang?

KJV, Return, return, O Shulamite; return, return, that we may look upon thee. What will ye see in the
Shulamite? As it were the company of two armies.

Hebrew,

‫ׁשּובי‬
ִ ‫ׁשּובי‬
ִ ‫ׁשּובי הַ ּׁשּולַ ִמית‬
ִ ‫ׁשּובי‬
ִ ‫ה־תחֱ זּו ְונֶחֱ זֶה־בָּ ְך‬
ֶ ‫הַ ַמחֲ ָּניִם׃ כִ ְמחֹ לַ ת בַ ּׁשּולַ ִמית ַמ‬
Translit, SYUVI SYUVI HASYULAMIT SYUVI SYUVI VENEKHEZEH-BAKH MA-TEKHEZU BASYULAMIT
KIMKHOLAT HAMAKHANAYIM

"Gadis Sulam/ Sulamit" (Ibrani: ‫ ׁשּולַ ִמית‬- SYULAMIT/ SHULAMIT) adalah mempelai perempuan, tokoh
utama dalam Kitab Kidung Agung ini. Beberapa penafsir beranggapan bahwa "SYULAMIT" adalah
variasi dari kata ‫ ׁשּונ ִַמית‬- SYUNAMIT yang artinya "gadis Sunem".

Gadis Sulam ini diidentifikasi sangat cantik dan berkulit hitam:

* Kidung 1:5

LAI TB, Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar,
seperti tirai-tirai orang Salma.

KJV, I am black, but comely, O ye daughters of Jerusalem, as the tents of Kedar, as the curtains of
Solomon.

Hebrew,

‫ְרּוׁש ִ ָּלם ְבנֹות ְ ְֽונָּאוָּה אֲ נִ י ְׁשחֹ ָּורה‬


ָּ ‫מה׃ כִ ִיריעֹות ֵק ָּדר כְ אָּ הֳ לֵ י י‬
ֹ ְֽ ‫ְׁשֹל‬
Translit, SYEKHORAH 'ANI VENAVAH BENOT YEROUSYALAM KE'AHOLEY QEDAR KIRI'OT SYELOMOH

Sebagai pekerja di kebun Anggur, Gadis Sulam berkulit hitam karena terkena sinar matahari, (Kidung
1:5, 6).
Nama "SYULAMIT" itu hanya terdapat di Kidung 6:13 dan belum juga dapat dijelaskan siapa
sebenarnya dia. Dan ada beberapa tafsiran mengenai gadis Sulam/ Sulamit ini:

1. Ada yang menyangka bahwa "SYULAMIT" adalah Abisag, gadis Sunem yang ditugasi menghangatkan
raja Daud yang sudah lanjut usia dan yang kecantikannya dipuji dalam 1 Raja 1:2-4.

2. Penafsir lainnya beranggapan gadis "SYULAMIT" ini merupakan bentuk feminin dari "SYELOMOH"
sebagai gelar, yaitu "gadis kekasih Salomo." Namun, tafsiran ini tampaknya tidak tepat sebab dalam
kitab syair ini, cinta Salomo kepada gadis Sulam ini ditolak. Si gadis Sulam tetap pada pendiriannya
tetap teguh kepada kesetiaannya kepada kekasinya, Sang Gembala (7:10-8:4). Salomo akhirnya
menyerah dan membiarkan si gadis Sulam yang teryata tetap tidak mau menjadi mempelainya itu
pergi dari istana, ia kembali ke rumah orang tuanya dan bertemu kembali dengan kekasihnya. Namun
"SYULAMIT" dalam artian "gadis kekasih Salomo" mungkin saja dipakai untuk menandai/ mengenang
bahwa raja Salomo yang luar biasa hebat itu, pernah juga tertolak cintanya oleh seorang gadis yang
sederhana.

3. Ada penafsir yang melihat "SYULAMIT" sebagai apa adanya dia. Bukan kekasih Salomo yang dimiliki
Salomo, bukan pula sosok Abisag yang pernah menjadi selir dan perawat raja Daud di masa tuanya.
Sebab ketika kitab Kidung Agung ini ditulis, Salomo telah mencapai puncak kejayaannya sebagai
seorang raja dan sebagai pribadi yang matang dan banyak pengalaman hidup. Ada pendapat bahwa
kitab puisi ini disusun sewaktu Salomo memiliki 60 ratu dan 80 gundik (Kidung 6:8). Hal ini menunjuk
kepada bagian yang lebih awal dari 40 tahun masa pemerintahannya (1037-998 SM), karena
belakangan Salomo memiliki 700 istri dan 300 gundik (1 Raja 11:3).

Bahwa "SULAMIT" adalah sekedar gadis desa sederhana yang bekerja di kebun anggur milik kerajaan
Salomo. Kalaupun terdapat kesamaan tentang kecantikannya sebagai wanita Sunem, itu bukan berarti
pribadi yang sama dengan Abisag.

I. Gadis Sulam dalam Kitab Kidung Agung

Gadis Sulam adalah salah satu tokoh utama yang diceritakan di dalam Kitab Kidung Agung disamping
Salomo sendiri, dan gembala Muda. Perlu kita pahami bahwa Kitab Kidung Agung bukanlah berisikan
kata-kata cabul (tidak pantas) tapi merupakan kisah kesetiaan dari seorang mempelai perempuan (si
gadis Sulam) kepada kekasihnya (si gembala muda). Seperti telah dikatakan bahwa ada tiga tokoh di
dalam kitab ini. Titik tolak ceritanya adalah hubungan kasih antara gadis Sulam, dimana Sulamit cinta
mati kepada gembala muda. Gadis Sulamit dan gembala muda tinggal disebuah desa yang terpencil
dan sederhana. Mereka menjalin kasih, gembala muda mengasihi gadis Sulam dan sebaliknya. Kasih
dari gembala muda dalam kitab ini tidak diragukan lagi, yang menjadi pertanyaan apakah gadis Sulam
memiliki cinta sejati terhadap gembala muda dibandingkan dengan tokoh lainnya yang begitu agung
dan berkuasa dan kaya raya, yaitu raja Salomo. Apakah gadis Sulam menikah kepada raja Salomo atau
gembala muda. Dilema pilihan dan keteguhan cinta si gadis ini yang dibahas dalam kitab Kidung Agung
ini.

Raja Salomo memiliki kebun anggur di Baal-hamon (Ibrani: ‫ הָּ מֹון בַ עַ ל‬- BA'AL HAMON, Kidung 8:11),
desa dimana gadis Sulam dan gembala muda tinggal. Tidak ada petunjuk tentang lokasinya. Meskipun
banyak orang menganggapnya sebagai suatu tempat harfiah, ada juga yang berpendapat bahwa
tempat ini digunakan secara kiasan dalam tulisan puitis ini untuk menggambarkan wilayah kekuasaan
Salomo yang menghasilkan banyak kekayaan (bdk. 1 Raja 4:20, 21). Suatu hari Salomo datang ke desa
itu untuk mengunjungi kebun anggur miliknya, ditengah-tengah perkunjungannya tersebut, Salomo
melihat seorang gadis desa yang sangat cantik yang bekerja di kebun anggur itu dan dia ingin menikahi
gadis tersebut. Dengan kekuasaan Salomo memerintahkan prajuritnya untuk membawa gadis Sulam,
dibawa ke istana raja Salomo, dan masuk ke istana Salomo. Ketika bangun pagi, si gadis ini sudah
berada di dalam istana dan tibalah saatnya untuk di rias oleh dayang-dayang yang disebut dalam kitab
ini dengan "putri-putri Yerusalem." Selama gadis Sulam dirias oleh dayang-dayang, gadis Sulam
terkenang dengan kekasihnya yaitu gembala muda yang di desa tempat jauh. Si gadis tidak takjub
mata dengan indahnya harta dan kekayaan Salomo sebab ada yang lebih indah dari semuanay itu,
yaitu cinta dan komitmennya kepada sang kekasih, si gembala muda.

Kitab Kidung Agung berisikan Nyanyian (Kidung = Nyanyian) yang diberikan kepada Israel . Demikian
seorang Rabi bernama Akiba yang hidup pada abad petama Masehi dalam penghargaannya terhadap
buku Kidung Agung. Judul buku ini merupakan ringkasan kata-kata pembukaan Kitab Kidung Agung
dari raja Salomo. Menurut naskah Ibrani kata demi kata, ini adalah ‫ הַ ִּׁש ִירים ִׁשיר‬- SYIR HASYIRIM,
nyanyian dari segala nyanyian, yang menunjukkan keindahan nyanyian yang sangat unggul, seperti
istilah "langit yang mengatasi segala langit" (Ibrani: ‫ ָּׁש ַמיִם הַ ָּּׁש ַמיִם‬- HASYAMAYIM SYAMAYIM, surganya
surga, dan merupakan istilah untuk surga yang tertinggi (Ulangan 10:14, Mazmur 115:16). Ini bukan
kumpulan nyayian melainkan satu nyanyian, nyanyian yang amat sempurna, salah satu nyanyian
terbaik yang ada di kala itu, atau yang pernah ditulis.

Raja Salomo dari Yerusalem adalah penulis nyanyian ini, sebagaimana diperlihatkan dari kata
pembukaannya. Ia memang sangat memenuhi syarat untuk memenuhi contoh yang luar biasa indah
dari puisi Ibrani (1 Raj.4:32). Ini sebuah puisi yang idilis yang padat dengan makna dan sangat hidup
dalam menggambarkan keindahan. Si pembaca yang dapat membayangkan latar negeri Timur akan
lebih mengaguminya lagi (Kidung 4:11,13; 5:11; 7:4). Alasan untuk menulis nyanyian ini sangat unik.
Raja Salomo yang agung, mulia dalam hikmad, hebat dalam kuasa, dan mempesonakan dalam
kemasyuran kekayaannya, yang membuat bahkan Ratu Syeba merasa kagum, namun ia tidak berhasil
mempengaruhi seorang gadis dusun yang sederhana kepada siapa ia jatuh cinta. Karena kasihnya yang
teguh terhadap seorang pemuda gembala, baginda raja kalah. Itu sebabnya kitab ini dapat dengan
tepat disebut "Nyanyian mengenai Kasih Salomo yang Gagal". Allah mengilhami dia untuk menggubah
nyanyian ini demi kefaedahan pembaca Alkitab di abad-abad kemudian. Ia menulisnya di Yerusalem,
mungkin kira-kira pada tahun 1020 sebelum Masehi, beberapa tahun sesudah bait selesai dibangun.
Pada waktu menulis kidung ini, Salomo mempunyai "Enam puluh permaisuri, delapan puluh selir,
dibanding dengan tujuh ratus istri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik" pada akhir
pemerintahannya (Baca Kidung pasal 6; 1 Raja 11:3).
Kekanonikan kitab Kidung Agung sama sekali tidak disangsikan pada abad-abad permulaan. Kitab ini
dianggap sebagai bagian yang utuh dan terilham dari kanon Ibrani, lama sebelum Masehi. Buku ini
dimasukkan dalam terjemahan Septuaginta Yunani. Josephus mendaftarkannya dalam katalog buku-
buku sucinya. Maka, ada bukti yang sama mengenai kekanonikannya seperti yang dikemukakan untuk
buku-buku lain dari Kitab-Kitab Ibrani. Nama ilahi muncul dalam buku ini dalam bentuk singkatan
dalam pasal 8, ayat 6, yang menyebutkan bahwa kasih seperti nyala api (Allah). Tidak disangsikan buku
ini merupakan bagian dari tulisan-tulisan yang disarankan oleh Yesus Kristus ketika ia mengatakan:
Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup
yang kekal (Yohanes 5:39). Selain itu, gambarannya yang penuh kuasa mengenai sifat yang sangat
indah dari kasih antara dua pihak, seperti yang secara rohani terdapat antara Kristus dan
pengantinNya, membuat Kitab Kidung Agung mendapat tempatnya yang unik dalam kanon Alkitab
(Wahyu 19:7,8; 21:9).

Isi Kitab Kidung Agung:

Isi buku ini disampaikan melalui serangkaian percakapan. Pembicara silih berganti. Orang-orang yang
turut berbicara adalah Salomo raja Yerusalem, seorang gembala, gadis Sulam kekasihnya, saudara-
saudara lelaki gadis ini, wanita-wanita istana (putri-putri Yerusalem), dan wanita-wanita Yerusalem
(putri-putri Sion) (Kidung 1:5-7; 3:5;11). Mereka dapat dikenali dari apa yang mereka ucapkan tentang
diri mereka sendiri atau apa yang dikatakan kepada mereka. Drama ini diungkapkan di dekat Sunem,
atau Sulam, tempat Salomo berkemah bersama rombongan istananya. Drama ini menyatakan suatu
tema yang sangat mengharukan, cinta kasih seorang gadis dusun dari desa Sulam kepada temannya,
seorang gembala.

1. Gadis Sulam di perkemahan Salomo (Kidung 1:1-14)

Gadis tersebut muncul di perkemahan kerajaan tempat baginda raja membawa dia, tetapi ia hanya
ingin bertemu dengan gembala, kekasihnya. Dengan kerinduan kepada kekasihnya, ia berbicara
seolah-olah sang gembala berada di dekatnya. Wanita-wanita istana yang melayani baginda raja, yaitu
putri-putri Yerusalem, dengan sangat heran memandangi gadis Sulam itu karena kulitnya hitam. Gadis
itu menjelaskan bahwa ia kena sinar matahari karena menjaga kebun anggur saudara-saudara
lelakinya. Kemudian ia berbicara kepada kekasihnya seolah-olah ia telah bebas dan bertanya di mana
kiranya dia dapat ditemui. Wanita-wanita istana menyuruhnya keluar dan menggembalakan domba-
dombanya dekat kemah-kemah para gembala.

Salomo tampil ke muka. Ia tidak rela melepaskan gadis ini. Ia memuji kecantikannya dan berjanji akan
menghiasi dengan perhiasan-perhiasan emas dan manik-manik perak. Gadis Sulam menolak rayuan
Salomo dan menyatakan bahwa satu-satunya kasih yang dapat ia rasakan adalah untuk kekasihnya
(Kidung 1:11).
2. Gembala kekasihnya datang (Kidung 1:15 - 2:22)

Kekasih gadis Sulam memasuki perkemahan Salomo dan membina gadisnya. Ia meyakinkan dia akan
kasih sayangnya. Gadis Sulam itu ingin sekali dapat berdekatan dengan kekasihnya dan merindukan
kesenangan yang sederhana untuk tinggal bersamanya di padang dan hutan-hutan.

Gadis Sulam itu rendah hati. Bunga mawar dari Saron aku, katanya. Gembala kekasihnya menganggap
dia tidak ada bandingannya, dengan berkata: "Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah
manisku di antara gadis-gadis" (Kidung 2:1, 2).

3. Gadis rindu akan gembalanya (Kidung 2:3 - 3:5)

Setelah berpisah lagi dari kekasihnya gadis Sulam memperlihatkan betapa ia menghormati sang
gembala melebihi semua orang lain, dan ia mengatakan kepada putri-putri Yerusalem bahwa mereka
telah bersumpah untuk tidak mencoba membangkitkan di dalam dirinya kasih yang tidak diinginkan
kepada orang lain. Gadis Sulam mengenang saat-saat ketika gembalanya menjawab panggilannya dan
mengundang dia ke daerah perbukitan di musim semi. Gadis itu melihatnya mendaki gunung-gunung,
melompat-lompat penuh kegirangan. Ia mendengar pemuda itu berseru kepadanya: "Bangunlah,
manisku, jelitaku, marilah!" Tetapi saudara-saudara lelaki gadis ini, yang tidak yakin akan keteguhan
hatinya, menjadi marah dan menyuruhnya bekerja menjaga kebuh anggur. Gadis itu menyatakan,
"Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia,"dan ia memohon agar si pemuda cepat datang ke
sisinya (Kidung 2:13,16).

Gadis Sulam melukiskan bagaimana ia ditahan dalam perkemahan Salomo . Pada malam hari di tempat
tidur, ia rindu akan gembalanya. Kembali ia mengingatkan putri-putri Yerusalem bahwa mereka telah
bersumpah untuk tidak membangkitkan dalam dirinya kasih yang tidak diinginkan.

4. Gadis Sulam di Yerusalem (Kidung 3:6-5:1)

Salomo kembali ke Yerusalem dalam kebesaran kerajaan dan khalayak ramai mengangumi iring-
iringannya. Pada saat yang genting ini kekasih gembala itu tidak mengecewakan Sulamit. Ia menyusul
teman wanitanya, yang terselubung mukanya, dan menemui dia. Ia meneguhkan kekasihnya dengan
pernyataan-pernyataan cinta yang hangat. Gadisnya memberi tahu dia bahwa ia ingin merdeka dan
meninggalkan kota , kemudian gembala itu dengan girang mencetuskan kasihnya: "Engkau cantik
sekali, manisku" (Kidung 4:7). Melihat sekilas saja membuat hati si gembala berdebar lebih cepat.
Pernyataan-pernyataan kasih dari gadisnya lebih baik daripada anggur, keharumannya bagaikan
keharuman Libanon, dan kulit tubuhnya bagaikan firdaus delima. Sang gadis mengundang kekasihnya
untuk datang ke kebunnya, dan sang gembala menerima undangan itu. Wanita-wanita Yerusalem
yang bersahabat memberi semangat kepada mereka: "Makanlah, teman-teman, minumlah, minumlah
sampai mabuk cinta!" (Kidung 4:16: 5:1)
5. Mimpi sang gadis (5:2 - 6:3)

Gadis Sulam menceritakan kepada wanita-wanita istana mengenai sebuah mimpi. Dalam mimpi itu ia
mendengar ketukan di pintu. Kekasihnya berada di luar dan meminta supaya ia boleh masuk. Tetapi
gadis itu sedang tidur. Pada waktu ia akhirnya bangun untuk membukakan pintu, gembalanya telah
menghilang dalam kegelapan malam. Ia keluar untuk menyusul gembalanya tapi ia tidak dapat
diketemukan. Para pengawal menganiaya gadis itu. Ia memberi tahu wanita-wanita istana bahwa jika
mereka bertemu dengan kekasihnya, mereka berkewajiban untuk memberitahukan kepadanya bahwa
ia sangat merindukan dia. Mereka bertanya kepadanya apa yang membuat kekasihnya begitu
istimewa. Gadis itu kemudian memberikan gambaran yang menakjubkan mengenai dia, dan
mengatakan bahwa ia putih bersih dan merah cerah, mencolok mata di antara selaksa orang (Kidung
5:10). Wanita-wanita istana bertanya kepadanya dimana kiranya gembala itu berada. Gadis itu
menjawab bahwa ia telah pergi menggembala di kebun-kebun.

6. Rayuan Salomo yang terakhir (Kidung 6:4 - 8:4)

Raja Salomo mendekati gadis Sulam. Kembali ia mengatakan betapa cantik ia, lebih cantik daripada
"enam puluh permaisuri dan delapan puluh selir," namun gadis itu menolaknya (Kidung 6:8). Ia berada
di sini tidak lain karena disuruh bekerja di sekitar perkemahannya. "Mengapa baginda senang melihat
hamba?" ia bertanya. Salomo memanfaatkan pertanyaan yang polos ini untuk mengatakan kepadanya
mengenai kecantikannya, dari telapak kaki hingga ujung rambut, tetapi sang gadis menolak semua
rayuan tersebut. Dengan berani ia menyatakan kesetiaan kepada sang gembala, dengan
memanggilnya. Untuk ketiga kali, ia mengingatkan putri-putri Yerusalem bahwa mereka telah
bersumpah untuk tidak membangkitkan kasih dalam dirinya yang bertentangan dengan kehendaknya
sendiri. Salomo membiarkan dia pulang. Ia telah kalah dalam usahanya untuk memenangkan kasih
gadis Sulam.

7. Gadis Sulam pulang (Kidung 8:5-14)

Saudara-saudara lelakinya melihat ia datang, tetapi ia tidak sendirian. Ia bersandar pada kekasihnya.
Ia teringat kembali bagaimana ia bertemu dengan kekasihnya di bawah sebuah pohon apel dan ia
menyatakan bahwa kasih kepadanya tidak terpatahkan. Disebutkan pula mengenai beberapa
komentar yang pernah diberikan oleh saudara-saudara lelakinya mengenai kekhawatiran mereka
terhadapnya ketika ia disebut seorang adik perempuan, tetapi ia menyatakan bahwa ia telah
membuktikan diri seorang wanita yang matang dan mantap (Kidung 8:8). Biarlah saudara-saudara
lelakinya menyetujui perkawinannya. Biarlah raja Salomo bermegah dalam kekayaannya! Ia puas
dengan satu kebun anggurnya, karena ia mengasihi satu orang yang khusus yang ia sayangi. Baginya
kasih ini sama kuat dengan kematian dan kobaran apinya bagaikan nyala api (Allah)! Ketekunan
kepada pengabdian yang tak bercabang yang gigih seperti dunia orang mati telah menghasilkan
kemenangan serta membawa dia kepada puncak persatuan yang mulia dengan gembala kekasihnya
(Kidung 8:5-6)
II. Perbedaan Tafsir mengenai Jumlah Tokoh Utama di dalam Kitab Kidung Agung

A. 2 Tokoh: Raja Salomo Menyamar sebagai Gembala

Ada pendapat dari beberapa penafsir, bahwa Kitab Kidug Agung hanya terdapat 2 tokoh saja, yaitu
Gadis Sulam dan raja Salomo (sosok Gembala, adalah Salomo yang menyamar). Pendapat ini misalnya
dipegang oleh Franz Delitzch yang melihat ada dua peran utama dalam Kidung Agung yaitu Salomo
(kadang-kadang menyamar sebagai seorang gembala) dan seorang wanita desa yang disebut sebagai
gadis Sulam (Kidung 6:13). Pendapat ini mungkin berdasar dari dua manuskrip Yunani yang berasal
dari abad ke-4 dan 5 M (Abad ke 4 M: Kodex Sinaitikus; abad ke 5 M: Kodex Alexandrinus (A).
Manuskrip- manuskrip ini memuat catatan di pinggir mengenai siapa yang bicara dan siapa yang
menjawab (Reff: Roland Murphy, "Interpreting The Song of Songs, "dalam Biblical Theology Bulletin 9
(1979): 99; Catholic Biblical Quarterly 16 (microfilm, 1954):3, mencatat bahwa kodex Sinaiticus sejak
lama sudah memakai istilah nymphos (pengantin pria) untuk melukiskan pembicara pria, dan nymphe
(pengantin wanita, untuk melukiskan pembicara wanita).

Franz Delitzch, berpendapat Kidung Agung hanya mempunyai dua peran yaitu Salomo dan gadis
Sulam. Ketika Kidung Agung membicarakan mengenai gembala, ini ditujukan kepada Salomo yang
menyamar sebagai gembala. Mengenai gadis Sulam, Delitzch berkata,

Gadis Sulam adalah seorang gadis yang ada dalam sejarah. Ia bukan putri Firaun sebagaimana diajar
sejak zaman Theodore of Mopsusetia..., tetapi ia adalah seorang gadis desa yang sederhana. Salomo
tertarik kepada kecantikan dan ketulusan gadis Sulam. Hal ini selain membuat Salomo melepaskan
praktek poligaminya juga membuat dia mengenal ide pernikahan yang mula- mula dicatat dalam
Kejadian 2:33 dst. sebagai sebuah pengalaman nyata. (F. Delitzsch dan C.F. Keil, Commentary on the
Old Testament in Ten Volumes. Cetak ulang. Jil. 6: Proverbs, Ecclesiastes, Song of Solomon (Grand
Rapids: Eerdmans, 1982), hal. 3.)

Salomo berjumpa dengan gadis Sulam waktu ia mengadakan kunjungan negara ke Israel bagian Utara.
Dalam pertemuan dengan gadis Sulam ini, Salomo tertarik pada gadis Sulam sehingga Salomo
kemudian membawa gadis Sulam ke Yerusalem untuk dijadikan istri. Menurut tafsiran secara drama,
klimaks dari Kidung Agung ialah pernikahan antara Salomo dengan gadis Sulam.

B. 3 Tokoh: Cinta segitiga, Raja Salomo tertolak


Pembahasan adanya 3 tokoh, adalah seperti yang dijelaskan pada bagian II, di atas. Pendapat ini
dipegang oleh banyak penafsir termasuk J.S. Jacobi yang mengajarkan pendapat ini pada tahun 1771.
Heinrich Ewald mengembangkan tafsiran ini pada tahun 1826. Pada tahun 1891, Driver
memprogandakan hipotesa ini (Robert H. Pfeiffer, Introduction to the Old Testament (New York:
Harper & Brothers Publishers, 1941), hal. 708-716)

Menurut penafsiran ini ketiga peran utama dalam Kidung Agung ialah: Salomo, gadis Sulam, dan
gembala muda yang menjadi kekasih gadis Sulam. Latar belakang sejarah dari tafsiran gembala ini
ialah sbb.:

Ketika raja Salomo sedang melakukan perjalanan negara ke bagian utara Israel, ia berjumpa dengan
gadis Sulam dan membawa gadis Sulam ke Yerusalem. Salomo berusaha mendapatkan hati gadis
Sulam dengan berbagai macam rayuan dari kekayaan dan kemuliaan yang Salomo miliki. Tetapi hati
gadis Sulam sudah melekat dengan kekasihnya, yaitu si gembala sederhana yang tinggal di kampung
di utara Israel. Jadi, rayuan Salomo tidak berhasil membuat gadis Sulam melupakan kekasihnya.
Setelah merasa tidak berdaya mendapatkan hati gadis Sulam, akhirnya Salomo memperbolehkan
gadis Sulam kembali ke desanya. Menurut pendukung hipotesa ini, pada pasal 8 dari kitab Kidung
Agung, kita melihat gembala dan gadis Sulam berjalan bergandengan tangan.

Di dalam tafsiran ini, pelajaran utama dari kitab Kidung Agung ialah tentang kasih sejati yang tidak
dapat direbut oleh kekayaan atau kemuliaan. Dalam tafsiran ini Salomo adalah seorang "bad guy" yang
berhati baik. Akhirnya, Salomo menghargai perasaan kasih gadis Sulam kepada si gembala, sebab itu
Salomo membiarkan gadis Sulam kembali kepada kekasihnya. Menurut pemahaman ini, gembala itu
melambangkan Kristus, gadis Sulam melambangkan orang Kristen secara individual, dan Salomo
melambangkan dunia (Reff: S.R. Driver, An Introduction to the Literature of the Old Testament
(Gloucester: Peter Smith, 1972), hal. 437, 438).

III. Apa yang dapat dipelajari dari kitab Kidung Agung ini?

Gadis Sulam dipuji karena cinta dan kesetiaannya yang tak terbeli dan tak tergantikan. Kekayaan
seorang raja yang berkuasa tidak dapat menukar cinta si gadis Sulam. Kesetiaan, keloyalan dan
ketulusan hati terhadap prinsip-prinsip Allah dengan jelas diperlihatkan di sini. Kidung ini mengajarkan
keindahan dari kebajikan dan kesucian dalam diri kekasih yang sejati. Di sini diajarkan bahwa kasih
yang sejati tetap tidak terkalahkan, tidak terpadamkan, tidak terbeli dengan uang. Pemuda dan
pemudi Kristiani demikian juga kaum suami dan istri dapat mengambil faedah dari contoh yang tepat
mengenai integritas pada waktu timbul godaan dan rayuan.

Tetapi kidung yang terilham ini juga paling bermanfaat bagi sidang Kristen secara keseluruhan.
Nyanyian ini diakui sebagai bagian dari Alkitab yang terilham oleh umat Kristiani abad pertama, yang
seorang di antaranya menulis: "Segala yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi
kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci"
(Roma 15:4). Penulis terilham yang sama ini, yaitu Paulus, mungkin sekali mengingat kasih yang tak
bercabang dari gadis Sulam terhadap gembalanya, ketika ia menulis kepada sidang Kristen: "Sebab
aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada
satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus." Paulus juga menulis
mengenai kasih Kristus terhadap sidang jemaat seperti kasih seorang suami kepada istrinya (2 Korintus
11:2 ; Efesus 5:23-27). Yesus Kristus bukan saja Gembala mereka yang Baik tetapi ia juga Raja mereka
yang menawarkan kepada pengikut-pengikutnya yang terurap keriangan yang tak terlukiskan dari
perkawinan dengan dia di surga (Wahyu 19:9 ; Yohanes 10:11)

Tentu saja pengikut-pengikut terurap dari Yesus Kristus dapat menarik banyak manfaat dari teladan
gadis Sulam ini. Mereka juga harus loyal dalam kasih mereka, dan tidak terbujuk oleh kemilau materi
dari dunia ini, tetap seimbang dalam ketulusan hati mereka terus sampai pahala itu tercapai. Mereka
telah menetapkan pikiran mereka kepada perkara-perkara yang di atas dan mencari dahulu Kerajaan.
Mereka menyambut pernyataan-pernyataan kasih mesra dari Gembala mereka, Kristus Yesus. Mereka
girang sekali karena mengetahui bahwa pribadi yang sangat mereka kasihi, walaupun tidak kelihatan,
berada di dekat mereka, menyerukan agar mereka tetap tabah dan menaklukan dunia. Dengan
mempunyai kasih yang tidak terpadamkan, yang sama kuatnya seperti nyala api (Allah) terhadap Raja
Gembala mereka, mereka benar-benar akan menang dan dipersatukan dengan dia sebagai sesama
waris di dalam Kerajaan surga yang penuh kemuliaan itu. Dengan demikian nama Allah akan disucikan!
(Matius 6:33 ; Yohanes 16:33).

Anda mungkin juga menyukai