Anda di halaman 1dari 4

Artikel “Surga”

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen Pengampu : Pdt. Stepanus, M.Th

Di Kerjakan oleh :
Nama : Dwi Sekar Kinasih (1917150004)
Netania Ginting (19171500)
Semester : V (Lima)

Universitas Kristen Indonesia


Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Jakarta
2021
Pendahuluan :
Di dalam Alkitab, baik di dalam PL maupun di dalam PB, hanya ada satu kata yang
dipakai untuk menyebut “surga” yaitu syamayim (PL) dan ouranos (PB). Kata yang satu itu,
baik syamayim maupun ouranos dipakai dalam arti yang berbeda. Pertama-tama kata
syamayim atau ouranos menunjuk kepada hasil ciptaan Allah, makhluk, yang biasanya
diterjemahkan dengan “langit”. Hal ini umpamanya terdapat di Kej 1:1, di mana syamayim
(langit) bersama-sama dengan bumi dipandang sebagai makhluk Allah yang diciptakan.1
Sudah disebutkan di atas syamayim atau ouranos (langit) disebutkan bersama-sama
dengan bumi, maka ada kelompok ayat-ayat lainnya yang membedakan syamayim atau
ouranos daripada bumi. Syamayim (langit) dipandang sebagai lebih tinggi daripada bumi.
Mazmur 115:16 langit (syamaim) yang tinggi itu dipandang sebagai kepunyaan Tuhan, maka
kata syamayim dalam arti ini di Pengkhotbah 5:1 diterjemahkan dengan surga, sebagai
tempat kediaman Allah (Mazmur 2:4). Di Yesaya 66:1 syamayim sebagai takhta Tuhan
diterjemahkan sebagai langit, yang tentu juga dapat diterjemahkan dengan kata surga, sebagai
lawan dari bumi sebagai kepunyaan kaki Tuhan.2
Di satu pihak dikatakan, bahwa syamayim (langit/surga) akan binasa bersama-sama
dengan bumi, di lain pihak syamayim (langit/surga) dihubungkan secara langsung dengan
Tuhan Allah, sebagai lawan antara “dari atas” dan “dari bumi” (Yohanes 3:31). Hal ini
disebabkan karena perlawanan-perlawanan itu sebenarnya hanya semu saja. Tiada
ketegangan dalam pemakaian ungkapan-ungkapan itu. Dengan mudah saja di Wahyu 21
dikatakan bahwa Yerusalem yang baru turun dari surga bahwa Allah berdiam di antara
manusia. Alkitab tidak menganggap sebagai suatu kejanggalan untuk menyebut baik langit,
maupun surga dengan satu kata saja.3
Di dalam PL pun Tuhan Allah telah menjanjikan, bahwa Ia akan menjadikan langit
dan bumi yang baru, yang kekal keadaannya. Di dalam langit yang baru dan bumi yang baru
itu tidak akan diingat lagi hal-hal yang dahulu, bahkan semuanya itu tidak akan timbul lagi
dalam hati (Yes 65:17; 66:22). Janji Tuhan Allah yang demikian itu di dalam PB diulangi
lagi. Rasul Paulus berkata, bahwa kita menantikan langit dan bumi yang baru dimana terdapat
kebenaran yang baru (2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1)

1
Dr. H. Hadiwijono, Buku Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1986), 502
2
Dr. H. Hadiwijono, Buku Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1986), 504
3
Dr. H. Hadiwijono, Buku Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1986), 506-507
Pembahasan :
Di dalam injil Matius, kerajaan Allah biasanya disebut “Kerajaan sorga” (Mat 3:2;
4:17; 5:3). Maksudnya ialah bahwa Allah seolah-olah terlebih dahulu telah mengadakan dan
menentukan “sorga”. Sebagai tempat kehadirannya yang khusus dan istimewa, menurut
gambaran Alkitab dalam penyataannya itu Allah seakan-akan menempuh perjalanan dari
sorga ke bumi dan kembali dari bumi ke sorga. Perhatikanlah bagian kedua dari Pengakuan
Iman Rasuli : Kristus turun dari surga , duduk disebelah kanan Allah. Perhatikan urutan serta
hubungan yang erat antara kedua kalimat di dalam doa “Bapa Kami’ yakni “Datanglah
KerajaanMu” dan “jadilah KehendakMu, di bumi seperti di sorga” (Matius 6:10). Kerajaan
surga sudah menjadi erat dan konkrit di bumi, dimana manusia hidup menurut kehendak
Allah, melalui kepercayaan kepada Kristus. Di dalam Dia “Kerajaan surga” ini telah dekat
kepada kita (Matius 4:17). Apabila Kerajaan Allah disebut Kerajaan surga, maka untuk
menjelaskan artinya, kita kembali kepada kedua garis pembicaraan tentang pengertian
“surga-langit”.4
Pertama : Allah telah mewujudkan KerajaanNya di dalam batas-batas alam semesta
yang diciptakannya ini, tempat kita hidup. Ungkapan “Kerajaan surga” mengandung
penghiburan sebagai berikut : Allah bukan hanya jauh sekali, sehingga Ia tidak dapat dicapai
dalam kesembunyianNya yang kekal, tetapi Ia sungguh-sungguh berada dekat kita dan
bersama kita, kini dan disini. KerajaanNya bukan saja kerajaan dari Allah yang transkendent,
melainkan juga “Kerajaan surga” bermaksud menegaskan, bahwa Kerajaan itu adalah realitas
yang konkrit dalam batas-batas alam semesta tempat kita hidup. Dengan demikian ungkapan
“surga” menekankan adanya hubungan yang sungguh-sungguh antara Allah dengan manusia,
adanya perjumpaan yang sungguh antara Allah dan manusia, adanya keselamatan yang tidak
jauh di atas kita. Melainkan yang sungguh masuk ke dalam hidup kita manusia di dunia
ini,sehingga menjadi realitas dalam hidup kita kini dan disni.5
Kedua : memang “surga” itu tergolong kepada alam semesta yang telah diciptakan,
akan tetapi dilihat dari sudut pandang kita manusia “surga” itu adalah bagian yang lebih
tinggi. Juga hal ini harus kita hubungkan dengan ungkapan “Kerajaan surga” apabila
Kerajaan surga datang kepada kita, maka benar-benar kerajaan Allah yang datang kepada

4
Dr. G. C van Niftrik & Dr. B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 157-158
5
Dr. G. C van Niftrik & Dr. B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 159
kita. Kerajaan yang datangnya “dari atas”, bukan dari dunia ini, melainkan yang lain sama
sekali daripada kerajaan-kerajaan didunia ini. “Kerajaan surga” adalah realitas yang sungguh
baru, yang tidak dapat dibuat oleh menusia, tetapi yang dianugerahkan Allah kepada kita.

Kerajaan Surga dan Para Malaikat


Munculnya para malaikat- malaikat menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah
Kerajaan surga. Dengan kata lain : Allah adalah rahmani, begitu rahmani, sehingga Ia benar-
benar mau datang kepada kita dan berbicara kepada kita didalam batas-batas alam semesta,
tempat kita hidup, dengan cara yang dapat kita pahami sebagai manusia. Itulah sebabnya
orang berbicara secara terang-terangan tentang malaikat-malaikat. Jarak antara malaikat
dengan manusia seakan-akan lebih dekat dari pada jarak antara Allah sendiri dengan
manusia, sebab bersama-sama manusia para malaikat tergolong kepada alam semesta yang
diciptakan. Dimana malaikat muncul dan bertindak, tahulah manusia, bahwa secara konkrit
dan betul-betul Allah datang kepada dia “yang hanya manusia juga”. Dari “surga”lah Allah
bertindak serta menyatakan diriNya. Dalam pada itu para malaikat mempunyai fungsi
pelayanan : mereka hadir sebagai saksi-saksi dan pesuruhNya, supaya manusia sadar bahwa
Allah benar-benar memperdulikan manusia dan dunia ini. Karena itu tidaklah salah, bila di
dalam kesenian, para malaikat dilukiskan dalam rupa manusia.6
Apabila di dalam cerita-cerita Alkitab ada malaikat-malaikat bertindak, maka tahulah
manusia bahwa sesungguhnya Allah yang datang kepada dia. Sebab para malaikat tergolong
kepada “surga” tempat hadirnya Allah secara khusus, yaitu bagian alam semesta yang lebih
tinggi. Dalam berbicara tentang malaikat-malaikat, maka dengan tegas sekali Alkitab
bermaksud memperlihatkan Allah kepada manusia adalah realistis yang konkrit di dalam
batas-batas alam semesta tempat kita hidup dan tempat kita mati. Bahwa keselamatan ini
benar-benar datang dari atas, dari Allah Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.7

6
Dr. G. C van Niftrik & Dr. B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 160
7
Dr. G. C van Niftrik & Dr. B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 161

Anda mungkin juga menyukai