Anda di halaman 1dari 12

Implemetasi Pengajaran tentang Sifat Allah berdasarkan Kitab Yesaya

Oleh:
Rivke kapahang
(Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Pentakosta Mooat)
E-Mail:Kapahangrivke@yahoo.com

ABSTRAK
Kapahang, Rivke. Implementasi Pengajaran tentang Sifat Allah berdasarkan kitab
Yesaya
Pengajaran dalam kitab Yesaya tentang Allah memberikan cara berpikir yang ajaib dalam
kaitannya dengan Pendidikan Kristen. Allah dalam pemahaman Yesaya memberikan
beberapa pengertian yang sangat dalam, apalagi dalam Perjanjian baru eksistensi
pergumulan tentang Allah yang hidup memberikan pengajaran yang teramat kuat.
Allah dan sifat-sifatNya menyajikan fakta utama yang pada prinsipnya memberikan
ruang berpikir tentang Pendidikan dalam bentuk pengajaran yang berpadu dengan
pengertian mendasar yang dapat diimplementasikan yang dapat menghasilkan konsep
berpikir yang Alkitabiah. Pendidikan dan pengajaran tentang Allah dapat dipahami dalam
kerangkan berpikir yang lebih mendalam, sehingga relasi dalam implementasi nilai
substansi tentang Allah menjadi pokok pikiran dalam pengajaran Kristen.
Kata-kata Kunci: Implemantasi, Pengajaran, Sifat dan Allah

PENDAHULUAN

Banyak aspek teologis yang menjadi pesan kitab Yesaya, termasuk didalam
pengajaran inti yang berhubungan dengan pesan Pendidikan yang berhubungan erat
dengan Allah. Pesan-pesan teologis dalam bentuk pengajaran tersebut memberi indikasi
kuat bahwa kekayaan nilai teologis kitab tersebut adalah bagian inti yang mendominasi
keseluruhan argumentasi dari bagian demi bagian. Nilai teologis tersebut adalah hasil
karya Roh Kudus yang memakai penulis kitab ini untuk meyakinkan umat Allah dalam
hal keterlibatanNya sebagai bentuk kasih yang tulus sebagai Allah yang berdaulat.
Salah satu pesan yang sangat kuat dalam kitab Yesaya adalah karya Allah yang
bersifat agung dan mulia. Karya agung tersebut membuktikan bahwa Allah turut bekerja
dalam keterlibatan secara kuat terhadap berbagai aspek kehidupan umat. Dalam pasal 40
sampai dengan 48 hal-hal yang berhubungan dengan peran Ilahi sangat kelihatan dalam
argumentasi yang sangat kuat berdasarkan paparan yang disampaikan oleh Yesaya.
Dalam bagian ini karya agung Allah erat kaitannya dengan pribadi Allah dengan berbagai
sebutan yang sangat khas, misalnya saja bagaimana Yesaya menggunakan ataupun
menyebut istilah “Yang Mahakudus, Allah Israel. Menurut analisa Achim Teschner
ketika menyimpulkan analisa Delitzsch bahwa, istilah tersebut tidak hanya dipakai pada
satu sisi bagian kitab ini, tetapi muncul dalam semua bagian kitab.1

1
Achim Teschner, Rangkaian Visi Mutiara Kitab Yesaya(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2002), 41.

1
Ada banyak pemakaian istilah penting yang dimuat oleh Yesaya berhubungan
dengan Allah baik dalam konteks pekerjaan maupun dilihat dari sisi pribadiNya. Aspek-
aspek penting tersebut misalnya: Yesaya mencantumkan Allah dalam kapasitas sebagai
yang mahakudus dengan segala sifat dan aspek-aspek utama yang dipakai didalamnya.
Disamping itu ada pemahaman yang sangat kuat tentang nilai diri Allah dilihat dari sudut
pandang penebusan umat, yang merupakan aspek pemberian perhatian Allah terhadap
dosa dan bagaimana menyelesaikannya. Problem secara rohani dilihat sebagai nilai dasar
alasan penting dalam kaitannya dengan perhatian kasih Allah terhadap umat Allah.
Disisi lain perhatian Yesaya juga mengarah kepada otoritas Ilahi ataupun kedaulatan
Allah yang patut dijunjung tinggi dalam keterlibatanNya pada aspek sejarah umat pilihan
yang tentu saja sebagai bentuk tindakan Allah yang proaktif untuk membangun kesadaran
umat terhadap Allah. Nilai-nilai kehormatan Allah yang bersifat eskatologis yang
memulihkan masa depan umat Allah adalah bagian yang lain sebagai pokok argumentasi
Yesaya untuk membela Allah dalam aspek karyaNya.
Semua peran Allah tersebut mengindikasikan bahwa kitab Yesaya mengandung
banyak aspek teologis yang mencakup pembahasan penting tentang karya agung Allah,
sehingga nilai khas dari kitab ini sangat terasa dalam bagian-bagiannya. Tidaklah
mengherankan apabila para penulis Perjanjian Baru maupun Yesus sering mengutip isi
kitab ini lebih dari kitab-kitab yang lainnya. Menurut D.L Baker, dalam Perjanjian Baru
terdapat 66 kutipan yang diambil langsung dari kitab Yesaya dan 348 kutipan tidak
langsung ataupun dalam bentuk persamaan bahasa.2 Tentu saja indikasi tersebut
memberikan warna tersendiri bahwa kitab Yesaya memiliki otoritas dalam isinya,
sehingga nilai kebenaran yang dikemukakan adalah kebenaran Ilahi yang tak
terbantahkan.

ALLAH YANG MAHAKUDUS

Penyampaian pesan Yesaya berhubungan dengan unsur-unsur ajaran tentang Allah


dengan segala aspek tindakanNya adalah bagian-bagian inti pengajaran yang jelas.
Berbagai ungkapan yang merupakan rumusan teologis menjadi nilai dasar yang sangat
penting oleh karena pemahaman yang tentu saja berasal dari penelaan yang mendalam
serta dibarengi dengan keyakinan yang sangat kuat dan mendasar tentang Allah sehingga
menghasilkan pengajaran konsep yang menjadi berharga bagi pertumbuhan keyakinan
umat Allah. Sebab pengetahuan yang sangat mendasar dan hakiki tentang Allah tidak
datang hanya berdasarkan aspek perasaan ataupun adanya kesadaran tentang adanya
Allah, tetapi ada bagian yang lebih mendasar lagi kekokohan dan ketajaman berpikir dan
memahami banyak data-data otentik sehingga dapat merangkumkan aspek teologis
tentang Allah.
Jelas bahwa, pendirian dan pemahaman serta nilai inti di atas adalah dasar yang
dimunculkan oleha karena pergumulan konteks hidup Yesaya dengan umat Allah,
sehingga rumusan teologis tersebut adalah karya agung yang sangat bernilai. Lepas dari
berbagai kategori yang meragukan kitab nubuatan tersebut, apakah aspek teologis yang
telah sangat maju tersebut muncul pada abad ke 8 ataukah jauh sebelumnya. Aspek dasar

2
D.L. Baker, Mari Mengenal PL(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 103.

2
yang perlu diperhatikan adalah keraguan terhadap berbagai data hakiki tentang
pengajaran pribadi Allah dengan segala aktivitasNya akan menghasilkan rumusan
teologis yang salah pula.
Istilah yang dipakai oleh Yesaya kaitannya dengan “Allah Yang Mahakudus”
memang tidak hanya dipakai dalam bagian pasal 40-48, tetapi istilah tersebut diatas juga
dipakainya dalam bagian-bagian yang lain seperti dalam pasal 1-39 ataupun pasal 56-66.
Disamping itu ada beberapa bagian kitab Perjanjian Lama yang menggunakan istilah
yang sama untuk Allah, misalnya dalam kitab 2 Raja-raja pasal 19 dan beberapa pasal
dalam kitab Mazmur serta dalam Yeremia 50 dan 51.
Istilah Yang Mahakudus memang tidak hanya muncul dalam bagian Yesaya 40-48,
tetapi dalam bagian awal kitab ini istilah tersebut telah digunakan oleh Yesaya, misalnya
dalam pasal1:4, 5:19; 24 yang dikontraskan dengan perilaku jahat manusia seperti
mengubah yang jahat menjadi baik ataupun sebaliknya, kesombongan, membenarkan
orang fasik dan menolak pengajaran Tuhan. Lebih jelas lagi ketika Yesaya mengalami
penglihatan dalam pasal 6:1-13, dimana kemuliaan Allah memenuhi Bait suci dengan
para serafim yang berseru “kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam”. Para ahli
menyimpulkan bahwa adalah lebih banyak istilah ini dipakai dalam kitab Yesaya
dibandingkan dengan kitab-kitab PL lainnya. Berdasarkan analisa Teschner terdapat
30% kata “kudus” dipakai secara lengkap dalam penggunaan kitab Yesaya.3
Perbedaan yang sangat mendasar antara Pencipta dan hasil ciptaan terletak pada
kekudusan Allah yang bersifat mutlak. Para serafim yang dalam
kesempurnaannyapun tidak dapat tahan berdiri dihadapan kekudusan Allah sampai harus
menutupi wajah dengan sayap. Kemutlakan kekudusan Allah tidak didapat oleh mahkluk
ciptaan, walaupun para serafim memiliki kesempurnaan sehingga dapat melayani Tuhan
dihadapanNya. Walter Kaiser mengungkapkan bahwa, kekudusan Allah erat
hubungannya dengan kesempurnaan moral, kebenaran dan tindakan.4 Ini memberikan
indikasi bahwa Tuhan adalah kudus yang berbeda dengan umat baik dalam keberadaan
maupun dalam kategori moralitas, perhatikan bagian ini dalam Yesaya 40, dimana Allah
mengungkapkan tantangan “Aku disamakan dengan siapa”?
Istilah “kudus”dipakai 855 kali dalam Perjanjian Lama. Akar kata tersebut dapat
berarti “dikhususkan” ataupun “dipisahkan”.5 Kata tersebut dapat juga berarti “terpotong
dari”.6 Dengan demikian unsur terpisah oleh karena dikhususkan kepada sesuatu lebih
menjadi perhatian utama. Dalam konsep Perjanjian Lama kata kudus lebih berarti
dikaitkan dengan “obyek, tempat, ataupun hari yang lebih tertuju pada “devoted” ataupun
“dedicated” dalam arti yang lebih khusus.7 Hal ini tentu saja dapat dikaitkan dengan
nilai keagamaan untuk maksud upacara agama seperti pentahbisan imam dll. Unsur dasar
yang lebih banyak dipakai adalah pengertian yang mengarah pada nilai kebenaran
“dikhususkan”. Jelas bahwa didalam konsep ini terkandung unsur yang lebih bersifat

3
Teschner, Yesaya, 41.
4
Walter C. Kaiser, Jr, Teologi Perjanjian Lama(Malang: Gandum Mas, 2000), 262.
5
W.S LaSor, D.A Hubbard, F.W Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra dan Nubuat, Pen.
Lisda Tirtapraja&Lily W. Tjiputra(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 276.
6
R.A Finlayson, “Kudus, Kekudusan” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 1 A-L, Peny.
J.D Douglas(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1998), 617.
7
Merrill F. Unger, William White, Nelson’s Expository Dictionary of the Old
Testament(Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1980), 185.

3
moralitas ataupun etika, sebab terdapat perbedaan yang sangat kuat apabila dibandingkan
dengan keadaan berdosa ataupun penyimpangan etis dari manusia.
Jelas bahwa istilah kudus dalam kaitannya dengan Allah lebih mengarah pada
keterpisahan Allah dari ciptaanNya dan transedensialNya dengan umat ciptaan. Dalam
Yesaya 40:25, keterpisahan dari umat yang mengindikasikan adanya perbedaan sifat etis
dan moralitas yang sangat sempurna. Hal ini membuktikan bahwa sifat dasar Allah
dimana kekudusan menjadi sifat utama , dimana menjadikan diriNya sendiri sebagai
ukuran yang paling sempurna dan mutlak dibandingkan dengan manusia ataupun ciptaan
Allah lainnya.
Dalam bagian Yesaya 40-48 kata “kudus” dipakai sebanyak 12 kali, dimana
penggunaan yang berkaitan langsung dengan Allah sebanyak 10 kali. Penggunaan kata
yang berhubungan langsung dengan Allah erat kaitannya dengan konsep dasar Allah
sebagai Penebus, Pencipta dan Juruselamat. Apa yang disampaikan
oleh Yesaya dalam semua kategori yang diberikan kepada Allah memberikan
indikasi bahwa Allah Yang Mahakuasa melalui sifatNya yang utama tersebut tidak
seharusnya dipahami sebagai sebuah sebutan yang tidak memiliki dasar berpikir. Tetapi
sebaliknya Yesaya telah menggunakan istilah “Yang Mahakudus” sebagai istilah yang
mendasar untuk Allah dengan semua sifat dasar dan moralitas diri.
Hubungan pemakaian kata yang diserasikan dengan istilah “Yang Mahakudus”
menjadikan istilah ini sangat superior, sebaliknya menurut Kaiser dibandingkan dengan
yang lainnya menjadikan yang lain seperti berhala tidak ada nilai ataupun tidak berarti.8
Dengan demikian pengertian yang sangat penting ini telah menjadikan pertimbangan
yang utama untuk memahami betapa pentingnya istilah tersebut dalam teologi kitab
Yesaya. Andrew E.Hill mengatakan bahwa istilah Yang Mahakudus tidak hanya adanya
perhatian Yesaya terhadap kekudusan Allah, tetapi juga memberikan perhatian kitab ini
terhadap seriusnya pelanggaran Israel terhadap Allah yang mahakudus.9 Hal ini
memberikan indikasi kuat bahwa Allah adalah penggagas utama dan secara keseluruhan
focus pengagungan akan dikembalikan kepada Dia.

ALLAH PENEBUS UMAT

Perhatian Yesaya terhadap Allah sebagai penebus umat dalam bagian pasal 40-48
mengindikasikan bahwa, adanya hubungan yang sangat erat antara pengertian Allah
sebagai penebus dan Allah yang mahakuasa. Dalam bagian pasal-pasal di atas hampir
selalu istilah penebus dihubungkan dengan mahakuasa. Pasal-pasal yang
menghubungkan antara kedua konsep tersebut, misalnya dalam pasal 43:14; 47:4 dan
48:17. Sedangkan dalam pasal 44:6, 24 Yesaya menghubungkan istilah penebus dengan
Allah yang dikategorikan sebagai pencipta dan kekal. Dalam pasal 41:14, Yesaya
menggunkan istilah menebus untuk memperlihatkan tindakan nyata sebagai Yang
Mahakuasa terhadap umatNya. Secara keseluruhan kitab Yesaya menggunakan istilah
penebus ataupun menebus sebagai 13 kali yang sangat erat hubungannya dengan nama
Allah itu sendiri(63:16).

8
Kaiser, Perjanjian Lama, 266.
9
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama(Malang: Gandum Mas, 1996), 533.

4
Berdasarkan analisa Teschner memperlihatkan bahwa argumentasi Yesaya
kaitannya dengan penebus seharusnya memberikan tiga ciri penting. Hal-hal yang
dimaksudkan oleh Teschner adalah perbuatan Allah yang berhubungan dengan aspek
pribadi, aspek umat Allah/pilihan dan aspek penebusan untuk masa yang akan datang10.
Aspek-aspek tersebut sangat mendasar dalam kitab Yesaya sebagai nuansa aktivitas
Allah. Hassell Bullock menyimpulkan bagian-bagian tersebut sebagai kelepasan
perbudakan.11 Bullock membagi dari konsep tersebut seperti adanya janji pemulihan,
munculnya sang pembebas, Hamba Allah yang benar, penghukuman atas Babel dan
adanya kelepasan umat Yehuda.
Cakupan penting berkaitan dengan penebus memberikan warna yang sangat kuat
terhadap pentingnya konsep tersebut dalam hubungannya dengan aktivitas Allah yang
berdaulat kepada umatNya. Derek Kidner melihat ini sebagai suasana yang dipenuhi
dengan pembebasan, dimana adanya perjanjian yang secara terus-menerus mengenai
keluaran yang baru.12 Gleason L. Archer mendefinisikan istilah “menebus” berhubungan
dengan saudara laki-laki terdekat yang menjadi penebus.13 Hal ini berarti bahwa Allah
memperlakukan umatNya sebagai bagian dari anggota keluarga yang berhak mengalami
pembebasan, dimana adanya tuntutan secara nyata sehingga hak umat ditemukan
kembali. Tidak hanya itu, tetapi juga Allah akan memenuhi semua standar kewajiban
sebagaimana seharusnya dilakukan terhadap kepentingan umat yang membutuhkan
kelepasan(43:1).
Pemenuhan dan mengembalikan manusia pada standar kebenaran sebagai
hasil karya Allah yang termulia dilakukan Allah dalam rangka pemulihan. Unsur
dasar yang terkandung didalamnya adalah kasih yang secara terus-menerus
dilakukanNya melalui penebusan. Dalam pasal 43: 3, Yesaya secara rinci menulis
tentang kebaikan dan anugrah Allah yang semata-mata menjadi dasar yang dipakai
diberengi dengan komitmen dalam kapasitas sebagai Bapa dari umat perjanjianNya.
Jelas bahwa, umat Israel tetap dilihat sebagai bangsa dengan nilai yang sangat tinggi,
sehingga anugrahNya rela dilepaskan(ayat 4). Penebusan tidak pernah lepas dari
anugrah, sebab Yesaya mempertimbangkan bahwa, tidak dasar yang cukup kuat untuk
membawa pembelaan umat dihadapan Allah, karena kuatnya pelanggaran umat Israel
terhadap Allah. Disamping itu, Penjelasan Yesaya berhubungan dengan tindakan Allah
yang terwujud secara nyata dalam konteks penebusan umatNya, tidak saja peristiwa yang
terjadi di Mesir(Kel. 13:15; Ul. 7:8), tetapi juga merupakan agenda Allah yang dilakukan
juga secara berkesinambungan untuk umatNya diBabel.
Dalam pasal 41:14; 43:1, 14; 44:6, 22-24; 47:4 dan 48:17, 20 adalah merupakan
catatan penting yang dibuat oleh Yesaya untuk memperlihatkan bagaimana seriusnya
Allah terhadap harga umatNya yang terbuang. Peristiwa penebusan adalah tindakan
Allah tanpa pembayaran dari umat(band. 52:3). Perbuatan Allah tersebut diambil
berdasarkan koridor kekudusan dan kesetiaanNya terhadap diriNya sendiri, oleh karena
ketidakmampuan umat Allah untuk melakukan pembebasan dengan kekuatan dirinya

10
Teschner, Yesaya, 89.
11
C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama(Malang: Gandum Mas, 2002), 216.
12
Derek Kidner, “Yesaya” Pen. W.B Sijabat dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid 2 Ayub-
Maleakhi(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1980), 408.
13
Gleason L. Archer, “Yesaya” dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol. 2 Perjanjian Lama Ayub-
Maleakhi, Pen. Hananiel Nugroho dkk, Ed. Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison(Malang: Gandum
Mas, 2005), 517.

5
sendiri berapa harga yang dapat dibayar untuk mewujudkannya. Sidlow Baxter
menyebutkan bahwa, bagian-bagian pasal tertentu seperti dalam pasal 42-45 merupakan
sebuah kebesaran dalam penebusan.14 Jelas bahwa apa yang diperlihatkan oleh Yesaya
dalam bagian ini adalah bagian dari isi hati Allah yang semata-mata karena kaitan yang
sangat mendasar dengan sifat-sifat pribadiNya, sehingga umatNya tidak saja dilihat
sebagai hasil karya agung, tetapi juga menjadi sasaran pembuktian terhadap kekudusan
dan kesetiaanNya.
Karena itu kepentingan kata “menebus” ataupun “penebus” menjadi sangat berarti
dalam kitab Yesaya. Akar kata dari ‫( גאל‬ga’al) dipakai Yesaya sebanyak 24 kali.15
Sedangkan menurut LaSor pemakaian kata tersebut dengan berbagai ragam ataupun
bentuknya muncul sebanyak 26 kali dalam kitab Yesaya dan dalam pasal 40-55 dipakai
sebanyak 18 kali.16 Perbedaan arti secara terinci memang bukan merupakan persoalan
utama, melainkan nilai yang berhubungan dengan konsep
dasarnya tetap dipertahankan. Karena itu dengan memperhatikan nilai dasar tersebut
Yesaya memakai kata “menebus” lebih mengarah pada penyelamatan yang dilakukan
Allah kepada orang tawanan(43:14). Apa yang dilakukan Allah terhadap kenyataan
umatNya bukan hanya peristiwa
seketika, tetapi adanya progresifitas dari tindakan Allah yang terus-menerus
bergerak menuju kepada peristiwa yang lebih mulia lagi. Dalam pasal 41:14-16,
Yesaya mengungkapkan bahwa peristiwa penebusan akan mencapai perayaan yang
penuh kebahagiaan dimana umat Allah akan menunjukan kegirangan dan kemegahan
didalam karya agung Yang Mahakudus, Allah Israel. Hal ini memperlihatkan bahwa
Yesaya ingin menampilkan keteguhan dan kekokohan sifat Allah, bahwa
penyelamatanNya adalah sebuah kebenaran yang hakiki dimana Allah sebagai penggagas
utama penebusan dan untuk Dialah segala-galanya itu. Ini berarti bahwa tidak ada
pribadi yang lain(44:6-7) ataupun ilah yang kepadanya semua unsur penebusan dapat
dilakukan bagi umat Allah.
Progresifitas tindakan tersebut menuntut sebuah tanggungjawab, dimana umat
Allah didorong untuk belajar dari pengalaman hidup yang dialami, sebab apa yang
dialami adalah peristiwa besar dengan harga yang mahal oleh Allah(48:17). Aspek
mendasar tersebut tentu saja menuntaskan semua kegagalan manusia yang sesungguhnya,
sehingga Yesaya menunjukkan bahwa fokus utama dari semua tindakan tersebut adalah
pengagungan setinggi-tingginya terhadap Allah.
Karya yang agung ini memperlihatkan bahwa, Allahlah yang pertama dan
penggagas rancangan ideal bagi manusia, sehingga manusia tidak ada alasan untuk
bermegah. Disamping itu Yesaya juga memperlihatkan bahwa, Allah jugalah
yang menjadi tujuan akhir dalam aktivitas yang mulia itu, bukan dewa atau
ilah(44:6-7). Karena itu dalam pasal 44:23 seruan untuk bersorak oleh karena
perbuatanNya disampaikan kepada ciptaan Allah yang lainnya. Dalam pasal ini beberapa
kali Yesaya menfokuskan penjelasan argumentasi dengan memakai kata “Akulah” yang
diikuti oleh tindakan yang secara tegas dan nyata.

14
J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Maleakhi, Pen. Sastro Soedirdjo, peny. G.M.A
Nainggolan dan H.A Oppusunggu(Jakarta:YKBK/OMF, 1993),207.
15
Teschner, Yesaya, 88
16
LaSor, Perjanjian Lama, 279

6
Berdasarkan pasal 43:1, merupakan alasan yang di pakai untuk menjelaskan mengapa
perbuatan penebusan secara hakiki dilakukan oleh Allah. Yesaya menyebutkan istilah
“kepunyaan-Ku” untuk memperlihatkan bahwa, nilai dasar yang terkandung dalam
aktivitas Allah yang mulia dibangun oleh karena pemilikan yang abadi terhadap umat
hasil karya agungNya. Disamping itu Yesaya juga mengindikasikan bahwa sebagai umat
dilihat oleh Allah sebagai “pribadi yang berharga”(ayat 4) dan “mulia” yang semuanya
tindakan Allah kepada manusia didasarkan atas kasihNya yang mendalam. Teschner
menyebut bagian ini sebagai nubuatan yang bersifat sangat spesifik yang merupakan
penebusan orang Yehuda dari Babel akan terjadi.17 Sedangkan LaSor menyebut bahwa
ada nilai penemuan kembali pemilik.18 Kembalinya umat Allah kepada pemilik yang
benar adalah harga yang telah dibayar oleh Allah, selaku pengambil keputusan utama
yang didasarkan atas kasih.

ALLAH PENGUASA

Gagasan yang berkaitan dengan ide Allah sebagai Penguasa sangat terlihat dalam
bagain pasal 40-48. Ada banyak ide yang berkaitan dengan penggunaan sebagai wujud
dari Allah sebagai Penguasa. Sebagai contoh ketika Yesaya menulis bahwa, TUHANlah
yang menjadikan segala sesuatu(44:24a) dapat berarti bahwa tidak ada sesuatu apapun
yang berada diluar kendaliNya. Kedaulatan dan kuasaNya telah menjadikan segala
sesuatu.
Dalam Pasal 40:11, 13 dan 17, Yesaya menjabarkan prinsip-prinsip penting
berhubungan dengan gagasan bahwa Allah tidak hanya dilihat sebagai penjaga umat
ataupun yang menopang yang didalamnya memperlihatkan kedaulatanNya, tetapi juga
terdapat gagasan yang secara istimewa diketahui sebagai yang mengendalikan segala
sesuatu. Fokus gagasan yang diberikan Yesaya adalah pemberian kuasa terhadap
manusia dalam segala keterbatasan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Perhatikan
bagian penting tersebut dalam pasal 40:28-29, dimana Yesaya memperlihatkan bahwa,
Allahlah yang melakukan hal-hal yag berhubungan dengan pemberian kekuatan bagi
yang lemah dan pendorong semangat bagi yang tidak berdaya.
Teschner memberikan penegasan bahwa, berkaitan dengan status Allah sebagai
penguasa seharusnya dapat dipertimbangkan dalam 2 hal, yang pertama dalam
hubungannya dengan karya penciptaan dan kedua, keterlibatanNya dalam
sejarah umat.19 Lebih jauh lagi Teschner menjabarkan bahwa Yesaya mengutarakan
bagian-bagian penting tentang Allah sebagai penguasa dilihat dalam hal kapasitasNya
untuk membangkitkan peran para nabi sebagai penyambung lidah Allah sehingga
nubuatan-nubuatan tentang masa yang akan datang baik berkat maupun penghancuran
tidak dapat terelakan(44:26). Apa yang dinubuatkan oleh Yesaya dalam ayat yang ke 28
tentang akan adanya raja yang bernama Koresy yang mengijinkan orang Israel pulang ke
Yerusalem adalah suatu kebenaran yang terwujud 200 tahun kemudian.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa pengendalian Allah terhadap proses sejarah
menurut Yesaya adalah mutlak untuk dipercayai. Allah dipahami sebagai penguasa

17
Teschner, Yesaya, 90.
18
LaSor, Perjanjian Lama, 279.
19
Tecshner, Yesaya, 90.

7
adalah sebutan khusus untuk Tuhan yang bertahta di atas kerubim. Yonki Karman
menjelaskan bagian ini bahwa, adanya indikasi yang kuat untuk menyatakan adanya
kekuasaan raja yang sedang berkuasa.20 Atribut utama yang dipakai dibagian ini adalah
keagungan yang sangat terhormat sebagai raja yang mulia dan berwibawa.
Istilah Tuhan semesta alam seharusnya dapat dipahami sebagai Tuhan yang dalam
kapasitasNya yang tak terbatas menguasai segala sesuatu yang ada. Walaupun istilah
tersebut di atas masih perlu digumuli lebih dalam lagi, sebab
dalam septuaginta kecenderungan menggunakan istilah “Tuhan Yang Mahakuasa
lebih kuat dibandingkan dengan “Tuhan Semesta alam”.
Beberapa aspek penting menurut Yesaya yang berkaitan erat dengan Allah sebagai
Penguasa adalah: relasi dengan pengertian aktivitasNya sebagai Pencipta(42:5). Selain
itu sebagai Penguasa memiliki hak untuk memanggil manusia untuk bergerak dari dosa
kepada kebenaran, sehingga penyelamatan adalah konsekuensi logis yang seharusnya
didapat oleh manusia. Tujuan dari pemanggilan tersebut adalah supaya orang Israel
menjadi berkat bagi bangsa lain(42:6).
Berdasarkan pasal 43:6-7, Yesaya menyampaikan bahwa, akan adanya pembebasan
umat secara penuh disertai dengan penyertaanNya yang tidak akan pernah berhenti. Hal
ini menandakan bahwa, Allah sebagai Penguasa memiliki otoritas berdasarkan
kedaulatanNya yang tidak dapat diganggu gugat. Tujuan dasar dari sikap Allah tersebut
menurut analisa Yesaya adalah mengembalikan kemuliaan yang hanya diberikan kepada
Allah semata-mata. Kedaulatan Allah tersebut juga disebutkan dalam ayat 19, bahwa
Allahlah yang memiliki kuasa untuk menjadikan sesuatu yang baru dan membuka jalan
dipadang gurun dan sungai-sungai dipadang belantara.
Selanjutnya dalam pasal 45:7, pandangan Yesaya terhadap Allah sebagai Penguasa
dikategorikan sebagai penentu utama untuk masa depan. Allahlah yang memutuskan
keadaan yang digolongkan sebagai keburukan ataupun kebaikan.
Perhatikan frase “Akulah yang membuatnya”. Frase tersebut mengandung nilai utama
bahwa, tidak ada seorangpun yang memiliki otoritas yang sama dengan Allah, apapun
kapasitas manusia yang sesungguhnya. Dalam ayat 13, nantinya Allah akan
mengerakkan seorang yang bernama Koresy sebagai GembalaNya, yang akan
memuluskan kembalinya umat Allah dari pembuangan. Allah jugalah yang akan
membangun kota dan melepaskan bangsaNya dari tawanan, serta membawa umat
tersebut kembali dengan aman.

IMPLEMENTASI DALAM PENGAJARAN KRISTEN

Dalam bagian ini penelusuran fakta kontekstual yang berhubungan dengan


implementasi dalam pengajaran tentang Allah dapat dipahami sebagai berikut:

Perkenalkanlah Allah dengan sifat-sifatNya

Presuposisi pertama adalah Allah yang hidup. Allah hidup dan Dialah sumber
segala yang hidup. Berdasarkan presaposisi ini kita dapat memaknai sesungguhnya
pendidikan merupakan proses mengkomunikasikan kehidupan, dari yang hidup kepada

20
Yonky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama dari Kanon sampai Doa(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004), 155

8
yang hidup. Pernyataan ini berdasarkan Pendidikan Kristen bersumber pada Allah yang
hidup. Jadi penyelenggaraan pendidikan Kristen haruslah merupakan proses untuk
memahami hidup manusia yang bersumber pada Pribadi Allah sendiri. Pendidikan yang
berawal sejak manusia masih berada dalam kandungan, hingga manusia menghadap
kembali kepada Allah, haruslah merupakan sebuah proses yang terus menerus dan tidak
pernah berhenti. Proses untuk memahami makna dan tujuan hidup manusia. Proses untuk
mewujudkan kualitas hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang
mengaruniakan kehidupan bagi manusia.

Presuposisi ke dua yang mendasari karakteristik Pendidikan Kristen adalah Allah


yang Hidup adalah Allah yang menyatakan Diri-Nya. Bila Allah tidak mewahyukan Diri-
Nya dan menyatakan kebenaran-Nya, maka tidak ada satu Pendidikan yang berpegang
standar hidup kudus dan nilai hidup Ilahi sebagai nilai hidup yang diajarkan dan
diterapkan kepada setiap peserta didik Menolong setiap anak didik memiliki perspektif
hidup berdasarkan Alkitab dengan pengetahuanpun yang akan dikenal dan dipelajari oleh
manusia. Sumber segala pengetahuan adalah Allah yang Hidup dan yang menyatakan
kebenaran-Nya. Allah mewahyukan kebenaran-Nya dalam bahasa alam (natural) dan
bahasa supra alam (supra natural) Kebenaran Allah dalam bahasa alam, dipahami
manusia melalui proses penalaran/rasionalisasi yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kebenaran-Nya dalam bahasa supra alam adalah kebenaran yang melampaui rasio
manusia. Jikalau Allah tidak memberikan karunia-Nya, manusia yang sangat terbatas
rasionya, tidak akan pernah dapat memahami kebenaranNya yang dinyatakan dalam
bahasa supra alam. Karena itu, Allah beranugerah dan menolong manusia untuk
memahami kebenaran supra alam ini melalui RohNya dan mengaruniakan iman bagi
manusia.
Augustine (354-430) bishop yang saleh dari Hippo, Afrika Utara mempercayai
bahwa Allah bekerja melalui rasio manusia, tetapi Ia lebih dulu bekerja dalam hati
manusia. Seorang yang telah beriman, rasionya akan mendapat pencerahan dari Tuhan,
sehingga mampu menangkap pengertian yang benar dari pewahyuan Allah.21 Menurut
Augustine, iman, rasio/akal budi, semuanya berakar dalam satu kebenaran Allah.5
Francis A. Schaeffer menegaskan pula bahwa ilmu pengetahuan yang benar tidak akan
bertentangan dengan iman Kristen berdasarkan Alkitab. Dari perspektif Alkitab ada
kesatuan dalam seluruh bidang pengetahuan yang dinyatakan Allah, yaitu kebenaran
mengenai Allah, manusia, sejarah dan alam semesta.22
Presuposisi ke tiga yang mendasari karakteristik Pendidikan Kristen adalah Allah
adalah Pencipta Langit Bumi dan segala isinya. Berarti segala sesuatu yang dilakukan
oleh manusia, haruslah diarahkan untuk kemuliaan Allah sang Pencipta. Karena segala
sesuatu berasal dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia. Konsekuensinya, segala yang hidup
hanya dapat melangsungkan hidup bila bergantung kepada Alah dan mengandalkan
pemeliharaan Dia yang berdaulat. Karena itu penyelenggaraan pendidikan Kristen, harus

21
Linda Smith and William Raeper, A Beginner’s Guide to Ideas Religion and Philospphy past
and present, (Oxford: A Lion Book, 1991), 20
22
Francis A. Schaeffer, Trilogy, reprint, 1994, (England: Inter Varsity Press, 1968, 1972, 1990)
100

9
memperhatikan bagaimana proses belajar dapat membangun motivasi hidup para peserta
didik.
Presuposisi ke empat yang mendasari karakteristik pendidikan Kristen adalah:
Allah Pencipta yang menciptakan manusia menurut Gambar dan Rupa Allah. Presaposisi
ini mengandung pemaknaan bahwa manusia yang dicipta dengan sifat roh dan kekekalan,
mempunyai hidup yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan sang Pencipta23

Kenalilah Allah dalam realitas hidup

Disamping itu terdapat pengajaran yang berhubungan dengan Kitab Yesaya


menyatakan penghakiman dan penyelamatan Allah. "Kudus, kudus, kuduslah" Allah
(Yesaya 6:3). Karena itu, Ia tidak dapat membiarkan dosa tanpa dihukum (Yesaya 1:2;
2:11-20; 5:30; 34:1-2; 42:25). Yesaya menggambarkan penghakiman Allah yang akan
datang sebagai "api yang tidak dapat dipadamkan" (Yesaya 1:31; 30:33).24 Disamping itu
memberikan pengertian juga hari ini, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,
pengajaran Kristen seharusnya membutuhkan pernikahan suci, keluarga suci, rumah
suci, keramahtamahan suci,teman-teman suci, panggilan suci, dll.25 Tetapi ini bisa hanya
datang ketika Pendidikan Kristen diarahkan untuk memperoleh visi tentang Tuhan dan
kekudusan-Nya yang memikat dan mengubah visi manusia dari dalam ke luar untuk
semua bidang kehidupan. Biarkan manusia yang percaya mengabdikan diri sepenuhnya
untuk mencari tahu Tuhan dengan kekudusan dan menjadi individu dan pribadi apa yang
diciptakan untuk menjadi orang suci yang secara konsisten menyembah Tuhan yang
Kudus.

KESIMPULAN

Dengan melihat berbagai penjelasan tentang Allah melalui aktivitas ataupun


tindakanNya, maka Pribadi dan perbuatanNya menjadi sangat penting dalam kitab
Yesaya. Dalam bagian ini, Yesaya telah mengemukakan secara kuat bahwa, sebagai
Allah yang mahakuasa, penebus umat dan penguasa menjadikan Allah sangat berbeda
dengan orang Israel yang hidup dalam ketidaktaatan dan tanpa kekudusan hidup.
Walaupun demikian Allah tidak membiarkan orang Isarel secara terus-menerus
berada dalam dosa, tetapi inisiatif Allah untuk menyelamatkan manusia adalah harga
yang dibayar tanpa meminta pembayaran. Kasih karunia jelas bergerak secara sempurna
dalam bagian ini, sehingga penyelamatan manusia didapat secara gratis dan tuntas.

23
Liha kajian ini oleh Peniel Maiaweng, Di Utus untuk menghasilkan umat yang kudus, Eksposisi
kitab Yesaya 6:1-13 didalam https://media.neliti.com/media/publications/104484-ID-diutus-untuk-
menghasilkan-umat-yang-kudu.pdf, diakses tanggal 4 Juni 2018.
24
Got Ouestions, Kitab Yesaya, didalam https://www.gotquestions.org/Indonesia/kitab-
Yesaya.html. diakses tanggal 4 Juni 2018.
25
Art Lindsley, The Holiness of God http://www.cslewisinstitute.org/webfm_send/542, diakses
tanggal 4 Juni 2018.

10
BIBLIOGRAFI

Archer, Gleason L., “Yesaya” dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol.2 Perjanjian
Lama Ayub-Maleakhi, Pen. Hananiel Nugroho dkk, Ed. Charles F.
Pfeiffer dan Everret F. Harrison. Malang: Gandum Mas, 2005.

Baker, D.L, Mari Mengenal PL. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 2 Ayub s/d Malekahi, Pen. Sastro
Soedirjo, Peny. G.M.A Nainggolan dan H.A Oppusunggu. Jakarta:
YKBK/OMF, 1993.

Bullock, C. Hassell, Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas,


2002.

Finlayson,A.A, “Kudus, Kekudusan” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini


Jilid 1 A-L, Peny. J.D. Douglas. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih
/OMF, 1998.

Hill, Andrew E.,& John H. Walton, Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum
Mas, 1993

Kaiser, Walter C.Jr, Teologi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2000), 262.

Karman, Yonky, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama dari Kanon sampai
Doa. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004.

Kidner, Derek,“Yesaya” Pen. W.B Sijabat dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid
2 Ayub- Maleakhi. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1980

LaSor, LaSor W.S, D.A Hubbard, F.W Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 Sastra
Dan Nubuat. Pen. Lisda Tirtapraja & Lily W. Tjiputra, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996.

Teschner, Achim, Rangkaian Visi Mutiara Kitab Yesaya. Jakarta: Yayasan


Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2002), 41

Schaeffer, Francis A, Trilogy, reprint, 1994, (England: Inter Varsity Press, 1968, 1972,
1990) 100

Smith Linda and William Raeper, A Beginner’s Guide to Ideas Religion and Philospphy
past and present, Oxford: A Lion Book, 1991

Unger, Merrill F.,William White, Nelson’s Expository Dictionary of the Old


Testament. Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1980.

11
Website

Lindsley, Art. The Holiness of God http://www.cslewisinstitute.org/webfm_send/542,


diakses tanggal 4 Juni 2018.

Got Ouestions. Kitab Yesaya, didalam https://www.gotquestions.org/Indonesia/kitab-


Yesaya.html. diakses tanggal 4 Juni 2018.

Maiaweng, Peniel. Di Utus untuk menghasilkan umat yang kudus, Eksposisi kitab
Yesaya 6:1-13 didalam https://media.neliti.com/media/ publications/104484-ID-diutus-
untuk-menghasilkan-umat-yang-kudu.pdf, diakses tanggal 4 Juni 2018.

12

Anda mungkin juga menyukai