Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK EKONOMI KELEMBAGAAN

“KASUS KONFLIK PILKADA”

DISUSUN OLEH :

1.

2.

3.

4.

5. Putri Radulfi (B1A121067)

6.

7.

8.

9.

10.

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Kelembagaan yang berjudul KASUS KONFLIK PILKADA.

Shalawat beiringan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
karena berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isi
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

A. Definisi Pilkada

2.2. Kasus-kasus Kontroversial Dalam Pilkada

A. Kasus Penyalaguaan Dana Kampanye


B. Kasus Politik Uang
C. Kasus politik identitas
D. Kasus Kekerasan dan Intimidasi dalam Pilkada

2.3 Analisis Kasus-kasus Kontroversial

A. Dampak Negatif Kasus-kasus Kontroversial dalam Pilkada


B. Penyebab Terjadinya Kasus-kasus Kontroversial dalam Pilkada
C. Alternatif Solusi untuk Mecegah kasus Kontroversial dalam Pilkada

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemilihan umum (pemilu) menjadi salah satu parameter bagi sebuah negara yang menjalankan

prinsip-prinsip demokrasi. Asaz utama didalamnya adalah terlaksananya pemerintahan yang

didasarkan pada konsepsi pemilihan umum dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam

menyelenggarakan pemilu, suatu negara demokratis seperti Indonesia, akan menyelenggarakan

pemilu selama dua kali, pertama adalah untuk memilih anggota legislatif yang akan duduk

sebagai wakil rakyat di parlemen, dan kedua adalah untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden

yang duduk sebagai eksekutif daerah yang meliputi pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur,

pemilihan Bupati/Wakil Bupati, serta pemilihan Walikota/Wakil Walikota. Karena menjadi

ukuran derajat demokrasi suatu negara, pelaksanaan pemilu (legislatif, pemilihan presiden dan

pemilihan kepala daerah (pilkada)/pemilukada) harus dapat dilaksanakan dengan cara yang baik,

jujur dan adil, tanpa ada paksaan terhadap individu sebagaimana yang terjadi di masa lalu.

Apalagi penyelenggaraan pemilu itu adalah untuk memilih pemimpin dan membentuk lembaga-

lembaga demokrasi lainnya. Dalam kontek demokrasi lokal, pemilihan kepala daerah (pilkada)

atau pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) merupakan upaya dalam mencari pemimpin

daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur, dan adil. Salah satu prinsip

demokrasi yang terpenting didalamnya adalah pengakuan terhadap perbedaan dan penyelesaian

secara damai.

1.2 rumusan masalah


1. apa pengertian dari pemilihan kepala daerah (pilkada)
2. apa saja kasus-kasus kontroversial dalam pilkada
3. apa saja solusi untuk mencegah kasus kontroversial dalam pilkada
1.3 tujuan
1. untuk mengetahui pengertian dari pemilihan kepala daerah
2. untuk mengetahui kasus-kasus kontroversial dalam pilkada
3. untuk mengetahui solusi untuk mencegah kasus kontroversial dalam pilkada
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) adalah pemilihan yang dilakukan secara langsung oleh
penduduk daerah administratif setempat yang telah memenuhi persyaratan.Pilkada atau pemilihan kepala
daerah diselenggarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota serta
diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Pengawas Pemilihan Umum
(Panwaslu) Kabupaten/Kota.Adapun khusus untuk daerah Aceh, pilkada diselenggarakan oleh Komisi
Independen Pemilihan (KIP) dan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih
Aceh).Pemilihan kepala daerah ini dilakukan satu paket bersama dengan pemilihan wakil kepala daerah.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut terdiri atas :

1. Gubernur dan wakil gubernur uantuk provinsi


2. Bupati dan wakil bupati unyuk kabupaten
3. Walikota dan wakil walikota untuk kota

Selain itu, pilkada juga dapat diartikan sebagai Pemilihan Gubernur dan pemilihan
Bupati/Walikota yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di provinsi dan Kabupaten/Kota
untuk memilih Gubernur dan Bupati/Walikota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang yang mengatur tentang Dasar Hukum Penyelenggaraan PILKADA adalah


sebagai berikut:

 Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Pemerintah Daerah.


 Undang-undang (UU) Nomor: 32 tentang Penjelasan Pemerintahan Daerah.
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 17 tentang Perubahan atas Peraturam Pemerintah
nomor 6 tahun 2005tentang pemilihan, pengesahan pengangkatan, dan pemberhentian
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
 PP Pengganti UU Nomor: 3 tentang PERPU NO 3 TAHUN 2005.

Peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik, hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Ketentuan ini
kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa
peserta pilkada juga bisa berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh
sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK)
yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004.

2.2 Kasus-kasus Kontroversial dalam Pilkada

A. Kasus Penyalaguaan Dana Kampanye


Salah satu kasus yang sering terjadi dalam pilkada adalah penyalahgunaan dana kampanye oleh
calon kepala daerah. Beberapa calon terkadang menggunakan dana kampanye untuk kepentingan
pribadi, seperti membayar hutang atau memperkaya diri sendiri. Tindakan ini melanggar etika
politik dan mengurangi integritas pilkada.
B. Kasus politik uang (Money politics)
Praktik money politics, yaitu pemberian atau penerimaan suap dalam proses pilkada, juga
menjadi kasus kontroversial yang sering terjadi. Calon kepala daerah seringkali menggunakan
uang untuk mempengaruhi pemilih, seperti memberikan uang tunai atau hadiah kepada warga.
Hal ini merusak integritas dan merendahkan demokrasi, karena pemilih tidak memilih
berdasarkan pertimbangan program dan kualitas calon, tetapi tergoda oleh imbalan finansial.
C. Kasus Politik Identitas
Pilkada sering kali menjadi ajang politik identitas, di mana pemilih didorong untuk memilih
berdasarkan faktor identitas seperti suku, agama, atau etnis. Hal ini dapat memicu polarisasi dan
konflik antar kelompok, mengancam kesatuan nasional, dan mengabaikan kualifikasi dan kinerja
calon yang seharusnya menjadi pertimbangan utama.
D. Kekerasan dan Intimidasi
Kasus kekerasan dan intimidasi juga sering terjadi selama pilkada. Aktivis politik, calon, dan
pendukung sering menjadi korban kekerasan fisik atau ancaman yang bertujuan untuk
mengintimidasi dan membungkam suara oposisi. Tindakan ini menghambat kebebasan
berpendapat dan partisipasi politik, serta menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk
pilkada yang adil dan demokratis.

2.3 Analisis kasus-kasus kontriversial

1. Dampak negatif kasus-kasus kontroversial dalam pilkada


a. Ketidak percayaan terhadap proses demokrasi
Kasus-kasus kontroversial dalam pilkada dapat menciptakan ketidakpercayaan
terhadap integritas dan transparansi proses demokrasi. Jika terjadi kecurangan
atau pelanggaran hukum dalam pelaksanaan pilkada, hal ini dapat merusak
keyakinan masyarakat terhadap keadilan dan kesetaraan dalam pemilihan umum.
b. Ketegangan sosial dan politik
Kasus-kasus kontroversial dalam pilkada dapat memicu ketegangan sosial dan
politik di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda. Kontroversi
yang berkaitan dengan isu suku, agama, ras, atau kelompok tertentu dapat
memperburuk polarisasi politik dan meningkatkan konflik antar kelompok.
c. Gangguan stabilitas politik
Ketika kasus kontroversial dalam pilkada tidak ditangani dengan baik, hal ini
dapat menyebabkan gangguan terhadap stabilitas politik di suatu daerah.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil pilkada yang dipertanyakan atau
dipandang tidak adil bisa mengarah pada protes, kerusuhan, atau bahkan
kekacauan politik yang lebih luas.
d. Kerugian ekonomi
Kasus-kasus kontroversial dalam pilkada juga dapat berdampak negatif terhadap
perekonomian suatu daerah. Ketidakpastian politik yang timbul akibat
ketegangan dan ketidakpercayaan dapat menghambat investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Perubahan kebijakan yang tidak stabil atau perubahan kepemimpinan
yang sering dapat mengganggu iklim investasi dan menciptakan ketidakpastian
bagi para pelaku bisnis.
e. Menurunkan kualitas kepemimpinan
Jika kasus-kasus kontroversial terkait dengan calon atau pemimpin yang terlibat
dalam pilkada, hal ini dapat menurunkan kualitas kepemimpinan yang terpilih.
Kontroversi yang serius atau kasus hukum yang melibatkan pemimpin terpilih
dapat mempengaruhi kinerja mereka dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinan dan membatasi kemampuan mereka untuk menghasilkan
kebijakan yang efektif dan berkelanjutan.
2. Penyebab Terjadinya Kasus-kasus Kontroversial dalam Pilkada
a. Persaingan Politik
Pilkada sering kali menjadi ajang persaingan politik yang sengit antara
berbagai kandidat dan partai politik. Dalam upaya untuk memenangkan
pemilihan, beberapa kandidat atau kelompok politik dapat melakukan
tindakan-tindakan kontroversial, seperti penyebaran berita palsu, kampanye
hitam, intimidasi, atau bahkan kecurangan pemilu.
b. Kepentingan Ekonomi
Posisi kepala daerah memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan dan alokasi
anggaran di daerah tersebut. Karena itu, beberapa pihak yang memiliki
kepentingan ekonomi di daerah tersebut mungkin terlibat dalam kasus-kasus
kontroversial dalam Pilkada. Hal ini dapat mencakup upaya pengaruh
melalui korupsi, suap, atau pembiayaan ilegal dalam kampanye.
c. Ketidaknetralan Aparat Penegak Hukum
Ketidaknetralan atau kekurangan independensi aparat penegak hukum,
seperti polisi atau jaksa, dapat menjadi penyebab kasus-kasus kontroversial
dalam Pilkada. Jika aparat penegak hukum tidak bertindak adil atau terlibat
dalam politik praktis, hal ini dapat mengakibatkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap proses pemilihan dan menyebabkan konflik.
d. Perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA)
Pilkada di beberapa wilayah di Indonesia sering kali diwarnai oleh perbedaan
SARA. Hal ini dapat memicu konflik atau ketegangan antar kelompok
masyarakat yang memiliki kepentingan politik berbeda. Penyalahgunaan isu-
isu SARA atau upaya polarisasi dalam kampanye dapat memperburuk situasi
dan menyebabkan kasus-kasus kontroversial.
e. Kurangnya Pendidikan Politik
Kurangnya pendidikan politik di masyarakat dapat menjadi penyebab kasus-
kasus kontroversial dalam Pilkada. Ketidaktahuan atau ketidakpahaman
masyarakat terkait proses pemilihan dan pentingnya partisipasi politik yang
sehat dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
untuk menciptakan konflik atau memanipulasi opini publik.
3. Alternatif Solusi untuk Mecegah kasus Kontroversial dalam Pilkada
a. Penyuluhan dan Pendidikan Politik
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemilihan yang
damai melalui kampanye penyuluhan dan pendidikan politik yang
menyeluruh.
b. Pengawasan dan Transparansi
Meningkatkan pengawasan terhadap proses Pilkada dan memastikan
transparansi dalam penggunaan anggaran serta alokasi sumber daya publik.
c. Dialog dan Mediasi
Mendorong dialog yang konstruktif antara calon kepala daerah, partai politik,
dan masyarakat untuk menyelesaikan perbedaan dan mengurangi ketegangan
politik.
d. Partisipasi Masyarakat
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses Pilkada melalui
pemahaman yang baik tentang calon kepala daerah dan program-program
mereka, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya memilih pemimpin
yang berintegritas.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Konflik dalam Pilkada adalah tantangan serius dalam proses demokrasi di tingkat daerah. Dalam
rangka mencapai pemilihan yang damai dan berkelanjutan, diperlukan analisis yang mendalam
terhadap kasus-kasus konflik yang terjadi dalam Pilkada. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
akar permasalahan dan implikasinya, solusi yang tepat dapat diidentifikasi dan diimplementasikan
untuk meminimalkan konflik dan mempromosikan stabilitas politik serta pembangunan yang
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai