Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAGIAN KOMSISTEM DARI


AGRIBISNIS
DOSEN : A. WERAWE ANGKA S.Pt, M.S.i

DI SUSUN OLEH :
YUSRIL MAHENDRA
A0320518
(KELAS G FAPERTAHUT)

FAK LTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN AJARAN 2021/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini yang berjudul “konsep lingkungan”. Pada kesempatan ini, dengan tulus
ikhlas penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini yang telah memberikan bantuan dan
partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil untuk keberhasilan dalam
penyusunan makalah ini. saya selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada
guna dan manfaatnya bagi kita semua.

Penulis

Yusril Mahendra

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                             2      


DAFTAR ISI                                                                                   3  
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang                                                                                     4
B.  Rumusan Masala                                                                               5      
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis                       6
B.  Rantai Pasok                                       8      
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan                                                                                             12
DAFTAR PUSTAKA                                                                                        13

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Sebagai motor penggerak
pembangunan pertanian, agribisnis dan agroindustri diharapkan akan dapat
memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam
sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional.
Dalam melaksanakan proses produksinya, suatu perusahaan membutuhkan faktor-
faktor produksi yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Faktor-faktor
tersebut adalah bahan baku, modal, mesin dan manusia. (Soekartawi, 2005).
Pembangunan agribisnis merupakan strategi pengembangan ekonomi yang
membangun industri hulu, pertanian (usahatani), industri hilir dan jasa penunjang
secara simultan dan harmonis. Dalam kerangka ekonomi kerakyatan dan ekonomi
daerah pembangunan agribisnis dilaksanakan dengan meningkatkan kegiatan
ekonomi yang dihasilkan dari sumberdaya yang dimiliki dan dapat diterima rakyat.
Pembangunan ekonomi kerakyatan pada dasarnya menyangkut pemberdayaan
ekonomi atau pembangunan ekonomi usaha kecil dan menengah. (Saragih,1999)
Jenis kegiatan ekonomi dalam industri sangat banyak, dalam industri pertanian
disebut dengan agroindustri. Saragih (2001, dalam Andifar, 2014) menerangkan,
agroindustri merupakan salah satu bentuk industri hilir yang berbahan baku pertanian
dan menekankan pada produk olahan dalam suatu perusahaan atau industri.
Disamping itu, agroindustri merupakan tahapan pembangunan sebagai lanjutan
pembangunan pertanian sebelum mencapai pembangunan industri.

Pengertian agroindustri menurut Manili dan Sajise (1996) adalah fase pertumbuhan
setelah pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan tersebut memulai
ketahapan pembanguan industri. Jadi, setelah pembangunan pertanian diikuti oleh
pembangunan agroindustri kemudian pembanguan industri. 2 Sementara itu ahli yang
lain Soeharjo (1991) menyebutkan adalah fase pertumbuhan setelah pertanian dan
oleh karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang
disepakati selama ini, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan,
usaha tani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, sarana dan pembinaan.
Pengembangan agroindustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhan
ekonomi nasional, ditengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-
1998, Agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivis ekonomi yang mampu

4
berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama krisis,
walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negatif, agroindustri
mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. (Eksnopianto, 2009)

B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan agribisnis ?
b) Bagai mana ruang lingkup agribisnis ?
c) Apa yang dimaksud dengan rantai pasok ?

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis

A. Pengertian Manajemen Agribisnis


Secara umum, pengertian agribisnis adalah suatu bisnis berbasis usaha pertanian
atau di bidang lain untuk mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Pakar
lain mengatakan bahwa agribisnis adalah suatu kelompuk industri di bidang
pertanian atau layanan yang dibutuhkan dalam pertanian yang menjalankan
usahanya berdasarkan prinsip komersial, terutama menggunakan teknologi
canggih. Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata
Agribusiness, dimana Agri artinya pertanian dan business berarti usaha atau
kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness)
adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian
berorientasi profit. Istilah agribusiness untuk pertama kali dikenal oleh
masyarakat Amerika Serikat pada Tahun 1955, ketika John H. Davis
menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang disampakan pada Boston
Conference on Disiribution. Kemudian John H. Davis dan Ray Goldberg kembali
lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul "A
Conception of Agribusiness" yang terbit Tahun 1957 di Harvard University.
Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar pada universitas tersebut.
Tahun 1957, itulah dianggap oleh para pakar sebagai tahun kelahiran dari konsep
agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis dan Golberg mendefinisikan agribisnis
sebagai berikut: The sum total of all operation involved in the manufacture and
distribution of farm supplies: Production operation on farm: and the storage,
processing and distribution of farm commodities and items made from them.
Berikut pengertian agribisnis sebagai suatu sistem menurut beberapa ahli :

5
a. Arsyad dan kawan-kawan; menyatakan agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan
usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,
pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegitan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatn pertanian.

b. E. Paul Roy; memandang agribisnis sebagai suatu proses koordinasi berbagai


subsistem. Koordinasi merupakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan
berbagai subsistem menjadi sebuah sistem. Pengertian dan Ruan

c. Wibowo; mengartikan agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari


pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.

d. Downey and Erickson; agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan


penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang
kegiatan. Pengertian berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan
pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

e. Cramer and Jensen; mengngkapkan agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat
kompleks, meliputi industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil
olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan
serat-seratan kepada pengguna/konsumen.

f. Austin; agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani,
pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian,
transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk
distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.

Agribisnis dari cara pandang ekonomi adalah usaha penyediaan pangan. Pendekatan
analisis makro memandang agribisnis sebagai unit sistem industri dan suatu
komoditas tertentu, yang membentuk sektor ekonomi secara regional atau nasional,
sedangkan pendekatan analisis mikro memandang agribisnis sebagai suatu unit
perusahaan yang bergerak, baik dalam salah satu subsistem agribisnis, maupun hanya
satu atau lebih subsistem dalam satu lini komodias atau lebih dari satu lini komoditas.

Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran

6
produkproduk yang dihasilkan oleh usahatani serta agroindustri, yang saling terkait
satu sama lain. Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai subsistem yaitu:

A. Subsistem Agribisnis/Agroindustri

Hulu Subsistem ini meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri
dari: benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat pemberantas hama dan penyakit,
lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian.
Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah
perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem
ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur guna mewujudkan sukses
agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai
agroindustri hulu (upstream).

B. Subsistem budidaya/usahatani

Usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan,


buahbuahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan
dalam subsistem ini adalah produsen, yang terdiri dari: petani, peternak, pengusaha
tambak, pengusaha tanaman hias dan lain-lain.

C. Subsistem Agribisnis/agroindustri
Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran (Tata niaga) produk pertanian dan
olahannya Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari
pengumpulan produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.
Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usahatani didistribusikan langsung ke
konsumen di dalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses
pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan
dalam subsistem ini adalah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani
disebut agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila
ditempatkan di perdesaan karena dapat menjadi motor penggerak roda
perekonomian di perdesaan, dengan cara menyerap/mencipakan lapangan kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
perdesaan.
D. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan)

7
Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau supporting
institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan
melayani serta mengembangkan kegiatan subsistem hulu, subsistem usahatani,
dan subsistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait dalam kegiatan ini adalah
penyuluh, konsultan, keuangan, dan peneliti. Lembaga penyuluhan dan konsultan
memberikan layanan informasi yang dibutuhkan oleh petani dan pembinaan
teknik produksi, budidaya pertanian, dan manajemen pertanian. Untuk lembaga
keuangan seperti perbankan, model ventura, dan asuransi yang memberikan
layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus
asuransi), sedangkan lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai
penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi
produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan
pengembangan.

Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat dengan
jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling
terkait satu sama lain. Subsistem agribisnis hulu membutuhkan umpan balik dari
subsistem usahatani agar dapat memproduksi sarana produksi yang sesuai dengan
kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi
subsistem usahatani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem
agribisnis hilir. Selanjutnya, proses produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan
komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan
pendukung, seperti telah dikemukakan, keberadaannya tergantung pada keberhasilan
ketiga subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami
kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga
keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian.

Kaitan antar Subsistem Dalam Sistem Agribisnis

Ketika subsistem usahatani dimodernisasi/dikembangkan, maka akan membentuk


sebuah sistem agribisnis. Dimana subsistem usahatani akan mempunyai keterkaitan
erat ke belakang (backward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan pengadaan
dan penyaluran sarana produksi, dan kaitan ke depan (forward linkage) yang berupa
peningkatan kegiatan pasca panen (terdiri dari pengolahan dan pemasaran produk
pertanian dan olahannya). Jika subsistem usahatani digambarkan sebagai proses
menghasilkan produk-produk pertanian di tingkat primer (biji, buah, daun, telur, susu,
produk perikanan, dan lain-lain), maka kaitannya dengan industri berlangsung ke
belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage). Kaitan ke belakang

8
berlangsung karena usahatani memerlukan input seperti bibit dan benih berkualitas,
pupuk, pestisida, pakan ternak, alat dan mesin pertanian, modal, teknologi, serta
manajemen, sedangkan keterkaitan ke depan dapat diartikan bahwa suatu industri
muncul karena mempergunakan hasil produksi budidaya/usahatani sebagai bahan
bakunya, atau bisa juga suatu produk agroindustri digunakan untuk bahan baku
industri lainnya. Kaitan ke depan berlangsung karena produk pertanian mempunyai
berbagai karakteristik yang berbeda dengan produk industri, antara lain: musiman,
tergantung pada cuaca, membutuhkan ruangan yang besar untuk menyimpannya
(bulky/voluminous), tidak tahan lama/mudah rusak (perishable), harga fluktuatif,
serta adanya kebutuhan dan tuntutan konsumen yang tidak hanya membeli produknya
saja, tapi makin menuntut persyaratan kualitas (atribut produk) bila pendapatan
meningkat. Selanjutnya kaitan ke belakang ini disebut juga agroindustri Hulu
(upstream) dan kaitan ke depan disebut agroindustri hilir (down stream).

Keterkaitan berikutnya adalah kaitan ke luar (outside linkage), ini terjadi karena
adanya harapan agar sistem agribisnis dapat berjalan/berlangsung secara terpadu
(integrated) antar subsistem. Kaitan ke luar ini berupa lembaga penunjang kelancaran
antar subsistem. Organisasi pendukung agribisnis merupakan organisasi sebagai
pendukung atau penunjang jalannya kegiatan agribisnis yakni dalam hal untuk
mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan subsistem hulu, subsistem
usahatani, dan subsistem hilir. Organisasi pendukung agribisnis ini biasa disebut juga
dengan organisasi jasa pendukung agribisnis. Seluruh kegiatan yang menyediakan
jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah
(kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta
kebijakan lainnya).

Kaitan-kaitan ini mengundang para pelaku agribisnis untuk melakukan kegiatannya


dengan berpedoman pada 4 -Tepat (tepat waktu, tepat tempat, tepat kualitas, dan tepat
kuantitas), atau dengan istilah lain yaitu 3 -Tas (yaitu: kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas). Kehadiran dan peranan lembaga-lembaga penunjang sangat dibutuhkan
dalam hal ini, misalnya kelancaran transportasi, ketersediaan permodalan dan
peraturan-peraturan pemerintah. Dengan pendekatan sistem tersebut di atas, orientasi
pembangunan mencakup seluruh aspek di dalam sistem agribisnis yang dilaksanakan
secara terpadu, dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.

Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis 

9
Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari bahwa
persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai pasokan. Rantai
pasokan merupakan sekumpulan tiga atau lebih entitas (organisasi maupun
individual) yang secara langsung terlibat dalam aliran hulu dan hilir dari produk,
jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke konsumen. Para pelaku usaha
dalam suatu rantai pasokan harus mampu menyampaikan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen dari segi kualitas, kuantitas, harga, waktu dan tempat yang
tepat. Kondisi tersebut menuntut adanya suatu teori dan praktek manajemen yang
mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis dalam suatu hubungan
antar-organisasi. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, berkembang suatu teori dan
praktek manajemen yang dikenal dengan istilah "supply chain management" atau
diterjemahkan sebagai manajemen rantai pasokan.

Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama (proses
bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari pengguna akhir melalui
para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai
tambah bagi konsumen dan stakeholders yang lain. Integrasi rantai pasokan (internal
dan eksternal) merupakan pekerjaan yang sulit karena adanya perbedaan dan konflik
tujuan dari fasilitas dan pelaku yang terlibat, serta rantai pasokan merupakan suatu
sistem dinamis yang berkembang sepanjang waktu. Dalam praktek, manajemen
rantai pasokan baru berkembang pada tahun 1980-an.

Pengembangan manajemen rantai pasokan berawal dari industri manufaktur, yaitu


"quick response strategy" pada industri tekstil di Amerika Serikat serta "kaizen" pada
industri mobil di Jepang. Mengikuti sukses yang telah dilakukan dalam industri
mobil Jepang dan industri tekstil Amerika Serikat, industri manufaktur di berbagai
belahan dunia mulai memandang rantai pasokan sebagai sumber penting keunggulan
bersaing. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1989 para akademisi mulai
mengembangkan teori manajemen rantai pasokan tersebut. Dalam bidang agribisnis
dan agroindustri, penerapan manajemen rantai pasokan dimulai pada tahun 1990-an
pada agribisnis mawar di Amerika Serikat dan Eropa. Perkembangan praktek dan
penelitian manajemen rantai pasokan agribisnis berkembang tidak hanya di negara
maju tetapi juga berpotensi diterapkan di negara berkembang. Penerapan awal
manajemen rantai pasokan agribisnis di negara berkembang dilakukan di tiga negara,
yaitu di Ghana pada industri buah-buahan, di Afrika Selatan pada agribisnis buah

10
segar dan di Thailand pada agribisnis pangan segar. Introduksi teori dan praktek
tersebut dilakukan oleh Agri Chain Competence Center Belanda yang dibiayai oleh
Bank Dunia. Selanjutnya, upaya introduksi teori manajemen rantai pasokan dalam
agribisnis dan agroindustri juga dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan
pada tahun 2003 oleh para peneliti dari Australia pada agribisnis pisang. Para peneliti
tersebut membandingkan rantai pasokan pisang di daerah Bayah Kabupaten Lebak
Banten dengan rantai pasokan pisang di daerah Queensland Utara Australia. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan budaya para pelaku usaha
dalam rantai pasokan di kedua daerah tersebut. Hal tersebut berdampak pada pada
tingkat hubungan logistik pada rantai pasokan pisang. Perkembangan minat terhadap
teori dan praktek manajemen rantai pasokan agribisnis dipicu oleh beberapa faktor,
yaitu : pengembangan sosial ekonomi, pengembangan struktur pasar, pengembangan
teknologi proses dan informasi. (Tulisan ini bagian dari disertasi yang disusun
penulis).

11
BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN

Agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang
ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Sebagai motor penggerak
pembangunan pertanian, agribisnis dan agroindustri diharapkan akan dapat
memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam
sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas
nasional. Dalam melaksanakan proses produksinya, suatu perusahaan
membutuhkan faktor-faktor produksi yang dapat menunjang tercapainya tujuan
perusahaan. Secara umum, pengertian agribisnis adalah suatu bisnis berbasis
usaha pertanian atau di bidang lain untuk mendukungnya, baik di sektor hulu
maupun hilir. Pakar lain mengatakan bahwa agribisnis adalah suatu kelompuk
industri di bidang pertanian atau layanan yang dibutuhkan dalam pertanian yang
menjalankan usahanya berdasarkan prinsip komersial, terutama menggunakan
teknologi canggih. Menurut asal muasalnya kata Agribisnis berangkat dari kata
Agribusiness, dimana Agri artinya pertanian dan business berarti usaha atau
kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness)
adalah usaha atau kegiatan pertanian serta apapun yang terkait dengan pertanian
berorientasi profit.

DAFTAR PUSTAKA

12
http://tomyperdana.blogspot.com/2008/08/jay-w-forrester-dan-istri-bersama.html

http://emodul.untad.ac.id/pluginfile.php/476/mod_resource/content/1/Manajemen
%20Agribisnis%201-1.pdf

http://scholar.unand.ac.id/23092/2/Bab%20I.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai