Laporan Praktikum Iii Filum Annelida
Laporan Praktikum Iii Filum Annelida
DISUSUN OLEH
A. Latar Belakang
Secara garis besar kingdom animalia terbagi menjadi dua divisi yaitu vertebrata dan
invertebrata. Vertebrata adalah istilah untuk hewan yang memiliki tulang punggung
sedangkan invertebrata mengacu pada hewan yang tidak memiliki tulang punggung.
Hewan-hewan yang kita kenal selama ini dapat dibagi menjadi sepuluh kelas bantal,
yaitu Protozoa, Porifera, Coelentera, Platyhelminths, Nemathelminths, Annelids,
Mollusca, Echinodermata, Arthropoda, dan Chordata. Pembagian filum ini didasarkan
pada beberapa hal antara lain simetri tubuh (simetri radial atau bilateral), lapisan tubuh
(coelomates, pseudocoelomates, dan coelomates). Contoh dari kerajaan hewan
adalah Hylum annelida. Biasa disebut annulata, annelida adalah cacing beruas-ruas
yang hidup di air tawar, air laut, dan di darat. Beberapa dari mereka hidup sebagai
parasit. Selain itu, annelida memiliki beberapa sistem organ halus dengan sistem
peredaran darah tertutup. Kebanyakan annelida memiliki dua jenis kelamin dalam satu
tubuh atau hermafrodit. Misalnya cacing tanah, cacing pasir, cacing kipas, lintah/lintah.
Ada 3 kelas annelida yaitu kelas Polychaeta, Oligochaeta dan Hirudinae. Sering ada
perbedaan antara annelida dan nematoda (Adun, 2013).
Filum Annelida adalah cacing coelomate berbentuk cincin dengan tubuh
memanjang, simetri bilateral, bersegmen, dan permukaannya ditutupi kutikula, dinding
tubuh dilengkapi dengan otot, memiliki prostomy dan sistem peredaran darah,
pencernaan lengkap, tempat ekskresi. sistem, sepasang Nephridia di setiap segmen,
tangga sistem saraf. Sistem pernapasan meliputi genangan epidermis, monoecious
atau reproduksi ini, dan larva trochophorous atau veligerous. Kebanyakan annelida
hidup di air di laut dan di darat di air tawar atau air bawah tanah. Cacing yang
termasuk kelompok ini memiliki tubuh yang beruas-ruas, beberapa organ (misalnya
pencernaan) merentang sepanjang tubuh, organ lain seperti saluran pembuangan
berada di setiap segmen. Annelida memiliki rongga tubuh atau coelome, rongga ini
tidak hanya berisi organ-organ yang dibentuk oleh mesoderm tetapi juga dilapisi oleh
lapisan mesoderm. Annelida adalah hewan simetris bilateral dengan sistem peredaran
darah tertutup dan sistem saraf dua untai. Pembuluh darah utama memanjang di sisi
dorsal sedangkan sistem saraf di sisi ventral (Madang Kodri, 2014)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktkum ini ialah mahasiswa mampu mengetahui morfologi dari
Filum Annelida dan Filum Sipuncula serta dapat membedakannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Phylum Annelida
Cacing laut termasuk dalam kelas Polychaeta dari genus Annelida, yang berasal
dari bahasa Latin yang terdiri dari spesies poli dan chetae, dimana poli berarti banyak,
sedangkan chetae adalah bagian seperti rambut yang terdapat di sisi kanan dan kiri
tubuh cacing. Ciri polychaetes adalah banyaknya chaetae yang terlihat seperti kaki di
sekujur tubuh. Sekitar 9.000 spesies telah diidentifikasi sebagai anggota genus
Annelida, dan sebagian besar terdiri dari 8.000 spesies Polychaeta. Ada begitu banyak
spesies Polychaeta yang membedakannya dari satu spesies ke spesies lainnya
membutuhkan keahlian. Bagian tubuh utama cacing laut yang membedakan famili dan
genera adalah prostomium, peristomium, faring, parapodia, dan setae. Morfologi umum
cacing laut terdiri dari kepala, badan dan ekor (Fauchald, 2015).
Nama lain Annelida bisa disebut sebagai cacing dengan bentuk tubuh berbentuk
cincin, atau juga sebagai cacing gelang. Annelida memiliki coelom dibagi menjadi
beberapa kompartemen oleh septum. Annelida adalah hewan simetris bilateral dengan
sistem peredaran darah tertutup dan sistem saraf dua untai. Pembuluh darah utama
berjalan di sisi punggung, sedangkan sistem saraf terletak di sisi perut. Annelida
memiliki sistem pencernaan, saraf, ekskresi, dan reproduksi metameric pada suatu
hewan atau biasa disebut Annelida (Hikajat, 2013).
Filum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati,
seperti nereis, cacing tanah dan lintah. Annelida berasal dari bahasa
latin annelus berarti cincin kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti
sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Ciri khas filum annelida adalah tubuh menjadi
ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh
yang sama ialah metamere, somite, atau segmen. Bagian tubuh paling anterior disebut
prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian paling ujung posterior yang
disebut pigidium, terdapat anus. Segmentasi pada annelid tidak hanya membagi otot
dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan
sekatan yang disebut septum, jamak septa (Suwignyo, 2013).
Sipuncula adalah organisme laut yang menyerupai cacing. Di sana organisme ini
bahkan sering disebut sebagai “cacing kacang” karena bentuk tubuhnya yang seperti
cacing, yang menyerupai cacing tanah. Ada juga orang yang menyebut hewan ini
sebagai “cacing laut sekunder” atau cacing laut tidak beruas. Meski sering disebut
sebagai “cacing”, penggunaan istilah ini masih diperdebatkan di kalangan ilmuwan. Di
mana para ilmuwan sistematis tidak setuju tentang klasifikasi taksonomi genus
Annelida dan Sipunculida (Mariam, 2017).
Filum Annelida memiliki segmen luar dan dalam. Ketika banyak struktur internal
diulang, segmen demi segmen. Secara eksternal, setiap segmen memiliki empat
pasang rambut, yang bulunya bergerak, memungkinkan cacing membuat lubang.
Annelida sendiri terbagi menjadi tiga kelas yaitu Oligochaeta, Pholychaeta, Hirudinea,
dan beberapa hewan air yang berenang untuk mencari makan, namun sebagian besar
hidup di dasar dan bersarang di pasir dan lumpur (Fadhilla, 2021).
Annelida relatif menetap di substrat, memungkinkan annelida untuk memberikan
gambaran tentang kondisi ekosistem perairan yang mereka huni. Hewan Annelida
berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik dan sebagai sumber
makanan bagi organisme yang hidup di ekosistem perairan tersebut (Kusnadi, 2012).
Cacing dari genus Annelida memiliki tubuh yang tersegmentasi. Mereka hidup di
tanah yang lembab, laut dan air tawar. Umumnya annelida hidup bebas, ada yang
hidup di liang, ada yang komensal pada hewan air, dan ada yang bersifat parasit pada
hewan vertebrata lainnya (Radiopoetro, 2015).
Annelida memiliki rongga tubuh atau coelom, rongga tersebut tidak berisi organ
yang dibentuk sendiri oleh mesoderm. Annelida juga merupakan hewan simetris
bilateral dengan sistem peredaran darah tertutup dan sistem saraf dua untai.
Pembuluh darah utama berjalan di sisi punggung, sedangkan sistem saraf terletak di
sisi perut hewan tersebut (Rahmadina & Erir, 2018).
Annelida memiliki arti yaitu “cincing kecil” yang memiliki tubuh bersegmen, dimana
mirip dengan serangkaian cincing yang menyatu yang merupakan ciri khas cacing
Filum Annelida. Adapun terdapat sekitar 15.000 spesies Filum Annelida, yang
panjangnya berkisar antara kurang dari 1mm sampai dengan 3m pada cacing tanah
raksasa Australia. Anggota Filum Annelida hidup di laut, dan sebagian besar habitatnya
air tawar, dan tanah yang lembab. Adapun dapat di jelaskan anatomi Filum Annelida
menggunakan anggota Filum yang terkenal yaitu cacing tanah dan yang paling banyak
di temukan (Nirzan & Nofisulastri, 2018).
Adapun klasifikasi dari hewan Annelida yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Polychaeta
Poli artinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi cacing itu memiliki banyak bulu
di tubuhnya. Kulit ditutupi dengan kutikula, yang memiliki sistem saraf tangga, yang
pusat sarafnya adalah ganglion. Contohnya adalah Wawo dan Fireworms. Bisa
dikonsumsi karena tinggi protein yang biasa ditemukan di perairan Maluku dan Fiji-
Jepang. Seluruh permukaan tubuh poligami terdapat bulu-bulu kaku atau bulu-bulu
yang ditutupi kutikula, sehingga halus dan kaku. Tubuhnya memiliki warna yang sangat
menarik seperti ungu kemerahan. Setiap segmen tubuh polychaete memiliki alat
penggerak atau berenang yang disebut parapodia, cacing yang bergerak aktif
(Erchaeta), tetapi cacing yang relatif lambat (Sedentaria) tidak memiliki parapodia.
Parapodia berfungsi sebagai alat pernapasan. Ukuran tubuhnya juga 5-10 cm, tetapi
ada juga yang kurang dari 1 mm (misalnya Diurodrilus) dan ada juga yang bisa
mencapai 3 meter (misalnya Namalycastis rhodochorde). (UMI & Iftitah, 2022).
Cacing ini tidak memiliki pelana (Clitelum) seperti cacing tanah (Olygochatea).
Polychatea memiliki jenis kelamin yang berbeda, ada pula yang hermafrodit, artinya
mereka bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Kemudian pembuahan
terjadi di luar tubuh, dan nadanya ada di dalam tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh
menjadi larva yang disebut trachophores. Sebagian besar Pplichatea hidup bebas,
namun ada juga yang bersifat parasit pada hewan lain, misalnya Polydora dari famili
Spionidae. Misalnya, filum Polychaeta termasuk cacing sessile (pugworms, woworms,
paloworms, nipa worms). (Fajar, 2022).
2. Olygochaeta
Cacing ini memiliki sedikit jumlah rambut, dimana dia biasa hidup di tanah maupun
perairan tawar. Bersifat hermafrodit sehingga di tubuhnya memiliki ovarium dan testil.
Adapun pada waktu reproduksi epidermis mengalami penambalan yang disebut
dengan kitellum. Dan mengeluarkan kokon dan akan menetes menjadi individu baru.
Respirasi yang dilakukan secara difusi melalui saluran permukaan tubuhnya.
Contohnya cacing tanah. (Censi & Helfa, 2017).
Adapun ciri-ciri Olygochaeta yakni:
3. Hirudinea
Cacing ini termaksud cacing penghisap darah, seperti misalnya lintah yang
biasanya hidup di daerah lembab. Dimana sebelum menghisap darah, lintah akan
menyuntikkan zat anestesi sehingga korbannya tidak merasa sakit. Adapun untuk
mencegah agar tidak digigit atau sedang digigit dengan memberikan air tembakau,
garam atau diolesi dengan balsam atau minyak kayu putih. (UMI & Iftitah, 2022).
Agar dapat mengidenifikasi hewan Annelida maka di butuhkan untuk kita bisa
mengetahui ciri-ciri dari hewan Annelida tersebut, oleh karena itu adapun ciri-ciri dari
hewan Annelida tersebut yang dapat dilihat seperti berikut ini:
1. Memiliki bentuk giling yang bersigmen
2. Tiap sigmen mengendung alat pengeluaran, reproduksi, saraf.
3. Setiap sigmen dinamakan somit, sementara struktur somit disebut dengan
matemeri.
4. Sistem saraf tangga tali.
5. Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yang tidak
seluruhnya terhubung). (Dwi & Endang, 2021).
Walapun Annelida merupakan sebagian hewan parasite, hewan Annelida juga
memiliki peran di kehidupan manusia. Adapun peran Annelida dalam kehidupan
manusia ialah sebagai berikut:
1. Sebagai makanan manusia, yang mana mengandung protein yang tinggi
2. Digunakan sebagai bahan baku ternak
3. Dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, seperti cacing tanah untuk sakit tifus
4. Lintah yang mana bisa digunakan dalam dunia pengobatan, untuk mengatasi nanah
dan alternatif untuk pencucian darah. (Rony, 2013).
B. Nereis sp.
Nereis Sp merupakan salah satu jenis hewan cacing laut, dan termaksud kedalam
hewan invertebrate. Adapun hewan ini termaksud kedalam anggota Familia Nereidae,
Classis Polychaeta yang hidup di ekosistem estuarin, sebagai benthic. Nereis Sp.
dapat dimanfaatkan untuk pakan udang karena mengandung asam amino dan asam
lemak tak jenuh yang tinggi, untuk menyempurnakan mutu sel gamet. Adapun Nereis
memiliki setae dan parapodia untuk bergerak dan pertukaran gas, dimana mereka
mungkin memiliki dua jenis satea yang ditemukan di parapodi. Satea acicular
memberikan dukungan. Lacomotor satea adalah untuk merangkak, dan merupakan
bulu yang terlihat di bagian luar Polychaeta. Adapun berbentuk silindris, yang tidak
hanya ditemukan di daerah berpasir, dan disesuaikan dengan ilang. Mereka sering
menempel pada lamun (Posidonia) atau rumput lain di bebatuan dan terkadang
berkumpul dalam kelompok besar. (Rahmawati, 2014).
Penggunaan cacing ini dalam industri perikanan hanya sebagai bahan tambahan
pada pakan ikan, sedangkan cacing tersebut mengandung senyawa antibiotik alami
yang berpotensi untuk digunakan sebagai pengawet makanan dan pakan ikan.
Senyawa antibiotik yang ditemukan adalah lumbricin I dari cacing tanah Lumbricus
rubbellus, glikoprotein G-90 dari Liedo Eisenia foetida dan Hedist dari cacing laut
Nereis sp. Kandungan senyawa antibakteri pada cacing gelang Lumbricus rubellus
diperoleh dengan cara ekstraksi pelarut. (Herman & Dodi, 2015).
Cacing Nereis umunya dikenal sebagai cacing kain atau cacing kerang. Tubuhnya
panjang, ramping dan pipih di bagian punggung, dan mencapai panjang 5-30cm.
adapun kepala terdiri dari dua bagian yaitu lobus anterior yang berbentuk segitiga
kasar-prostomium, dan bagian seperti cincin posterior-prostomium. Kemudian ia juga
memiliki empat pasang ciri tentakel, dua pasang mata di punggung, dan di perut
sepasang palpa pendek bersendi dua. (Wibowo, 2016).
C. Sipuncula
Sipuncula atau Sipunculida, sering disebut cacing sipunculed atau cacing kacang,
adalah sekelompok 144-320 spesies (perkiraan beragam) cacing laut simetris bilateral
dan tidak beruas. Sipuncula, yang berarti "tabung kecil atau menyedot", secara
tradisional dianggap sebagai filum, subkelompok filum Annelida berdasarkan studi
molekuler baru-baru ini. Ukuran Sipuncula bervariasi, tetapi sebagian besar spesies
memiliki panjang kurang dari 10 cm. Tubuh terbagi menjadi tubuh bulat, tidak
tersegmentasi dan bagian depan yang lebih sempit, sering disebut sebagai "introvert",
yang dapat ditarik ke dalam tubuh. Mulutnya berada di ujung belakang, dikelilingi oleh
cincin tentakel pendek di sebagian besar kelompok. Tanpa bagian yang keras,
rangkanya fleksibel dan mudah dipindahkan. Meskipun sebagian besar spesies
ditemukan di berbagai habitat di lautan dunia, mereka hidup di perairan dangkal dan
bersembunyi di bawah permukaan substrat berpasir dan berlumpur. Yang lain tinggal
di bawah batu, di celah-celah atau di tempat persembunyian lainnya. Kebanyakan
sipincules adalah pengumpan yang memperluas introvert untuk mengumpulkan dan
memikat partikel makanan ke mulut, dan menarik kembali introvert saat kondisi makan
tidak masuk akal atau bahaya sudah dekat. Dengan sedikit pengecualian, reproduksi
bersifat seksual dan melibatkan tahap larva planktonik. Cacing sipunculida digunakan
sebagafi makanan di negara-negara Asia Tenggara. (Saputra, 2018).
Adapun cacing Sipuncula bersifat laut dan bentik: mereka ditemukan diseluruh
lautan dunia termaksud di perairan kutub tetapi sebagian besar spesies ini relative
hidup hidup di perairan dangkal. Mereka menghuni berbagai jenis habitat dan mereka
umumnya berada dipermukaan sedimen pada dataran pasang surut. Mereka peka
terhadap salinitas rendah, dan karenanya tidak umum ditemukan di dekat muara.
Mereka juga bisa berlimpah di batu karang, dan di Hawaii, hingga tujuh ratusan
individu telah ditemukan per meter persegi di liang di batu. (Saputra, 2018).
1. Reproduksi
D. Lumbricus sp
Lumbricus Sp. merupakan hewan dari Filum Annelida, dimana habitat hewan ini
ada dalam tanah. Cacing tanah merupakan organisme tanah yang melakukan fungsi
ekologis dan dalam ekosistem tanah. Cacing sangat berperan dalam kehidupan
manusia, terutama untuk menyuburkan tanah. (Rahmadina & Linda, 2018).
1. Anatomi
Cacing merupakan hewan yang memiliki ruas tubuh, yang mana di bagian ujung
anterior, cacing tanah juga memiliki tonjolan yang disebut prostomium dan setelah itu
terdapat mulut. Pada ruas ke 31 atau ke 32 hingga ruas ke 37 mengalami pembesaran
menjadi seperti bentuk sadel yang disebut Cillitelum yang digunakan untuk reproduksi.
Pada bagian masing-masing kecuali pada ruas yang pertama dan ruas yang terakhir
memiliki empat pasang bulu sikat yang berbentuk dri bahan kitin yang disebut setae.
Setae adalah bagian tubuh cacing yang dapat bergerak karena adanya otot retractor
dan protaktor. Setae dapat tumbuh lagi jika hilang atau putus. Setae yang terdapat di
ruas 36 mengalami modifikasi untuk proses reproduksi. Adapun cacing ini memiliki
tubuh dari gangguang fisik atau kimia. Adapun secara fisiologi, kutikula cacing tanah
memiliki kantung-kantung kelenjar yang dapat mengeluarkan cairan sehingga tubuh
akan terlihat mengkilat. (Pratomo & Putri, 2018).
Adapun sistem pencernaan pada cacing tanah terdiri dari atas rongga mulut pada
ruas 1-3, pharynx pada ruas ke 4-6, oesophagus pada ruas 6-14, crop (provenriculus)
pada ruas 15-16, ventclurus pada ruas 17-18, intestinum terletak pada ruas 19, dan
berakhir di anus. Adapun bentuk usus adalah saluran yang berbentuk silindris. Sekitar
saluran pencernaan pada bagian dorsal yakni antara lain pembuluh darah yang
memiliki sel-sel Chloracogen yang membantu proses penghancuran makanan dan
membantu ekskresi. Adapun darah pada cacing terdiri atas plasma darah sehingga
warna merah pada cacing tanah dikarenakan oleh adanya hemoglobin yang larut
dalam plasma darah. Adapun saluran-saluran darah yang penting pada cacing tanah,
yaitu:
Saluran darah dorsal
Saluran darah ventral
Dua saluran integument
Saluran darah dibawah batang saraf
Lima pasang jantung pada ruas ke 7-11
Sepasang saluran darah lateral batang saraf
Saluran cabang dari saluran darah dorsal ke usus
Saluran cabang dari darah ventral ke nefridia dan dinding tubuh
Saluran darah typhlosole yang menghubungkan diri dengan saluran darah dorsal
Saluran parietal menghubungkan saluran darah dorsal ke saluran darah di bawah
batang saraf. (Purwaningrum, 2012).
Adapun sistem reproduksi cacing tanah terdiri atas jantang dan betina pada
seekor cacing (hermaprodit). Namun pembuahan sendiri tidak mungkin terjadi
pembuahan yang terjadi selalu bersilang. Saat dua cacing melakukan kopulasi, dua
cacing akan bersatu dengan membentuk serbuk coccon yang berupa zat perekat yang
di keluarkan oleh kelenjar pada daerah clitellum. (Purnama, 2022).
III. METEDOLOGI
A. Waktu dan Tempat
a. Alat :
ALAT KEGUNAAN
b. Bahan :
BAHAN KEGUNAAN
C. Prosedur Kerja
a. Nereis sp
Hal yang dilakukan ialah mengamati sampel pada nampan, kemudian melihat setae
dengan jelas, baik itu berdasarkan kemampuan geraknya, maupun sampel tersebut
termaksud dalam kelompok yang mana apakah kelompok Errantia ataukah kelompok
Sedentaria. Kemudian tunjukkan bagian-bagian seperti mulut, prostomium clitelium
yang mana dijelaskan dalam kolom deskripsi. Selanjutnya lengkapi lembar kerja
dengan deskripsi, klasifikasi, maupun gambar yang jelas.
c. Sipuncula sp.
VI. HASIL
Sesudah dilaksanakan pengamatan pada praktikum pengenalan Filum Annelida
dan Sipuncula, didapatkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan. Hasil dari
pengamatan tersebut ialah:
A. Morfologi
Pengamatan morfologi terhadap Filum Annelida dan Sipuncula yang dilakukan
menghasilkan beberapa perbedaan yang terdapat pada beberapa spesies pada filum
Annelida, diantaranya:
Kingdom : Annimalia
Filum : Annelida
Kelas : Cilitellata
Ordo : Tlaplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : L. terrestris
B. Anatomi
A. Nereis sp
Nereis sp merupakan salah satu jenis cacing yang termaksud kedalam kelas
Polychatea yang memiliki kandungan protein dan asam-asam amino yang bermutu
maupun lemak tak jenuh yang mana biasanya di manfaatkan sebagai pakan ternak.
Adapun cacing ini hidup di daerah substrat
lumpur berpasir, maupun di laut, dan paling banyak habitatnya memang ditemukan
dilaut. Oleh karena itu cacing ini juga dijuluki atau biasa disebut dengan nama cacing
laut. Adapun cacing ini memiliki beragam warna sesuai dengan spesiesnya namun,
paling sering dijumpai yaitu Nereis yang biasa bewarna kuning keemasan, yang
memiliki banyak bulu di tubuhnya. Hewan ini memiliki segmen dari segmen dimana
pada bagian tubuhnya terdapat sel sensori yang memiliki fungsi yakni menerima
rangsangan, dan pembuluh darah yang berfungsi mengantarkan nutrisi, serta memiliki
oksigen dan karbondioksida yang masuk melalui permukaan tubuh secara difusi.
Adapun hewan ini bereproduksi secara seksual yang memiliki 2 jenis kelamin jantang
dan betina (Hemarfrodit).Cacing ini juga memiliki capit dibagian depan tubuhnya
dimana memiliki dua pasang capit yang berpasangan yang berfungsi untuk menarik
mangsanya ke dalam tanah atau ke dasar tanah/pasir yang ditarik secara perlahan-
lahan, dia juga memiliki dua antenna yang ada di bagian kepalanya atau biasa disebut
dengan kata sensori.
B. Lumbricus terestris
Lumbricus terestris merupakan salah satu jenis cacing tanah yang memiliki kulit
yang licin dan memiliki tubuh yang bersegmen, memiliki kulit yang berlendir, dimana ia
bernafas menggunakan kulitnya oleh karena itu ia juga memiliki oksigen dan
karbondioksida yang berfungsi memberi nutrisi kepada kulitnya. Adapun cacing tanah
ini biasa di dapatkan di tanah, maupun di lupur berpasir, tidak terlalu banyak memiliki
bulu di bagian tubuhnya dan memiliki warna coklat kemerah-merahan.
C. Sipuncula sp.
Sipuncula sp. merupakan salah satu jenis cacing yang biasa dijuluki dengan
cacing kacang, dimana ia memiliki bentuk tubuh seperti buah labu, panjang dan
langsing, dan memiliki panjang tubuhnya 2 mm sampai dengan 72 cm. Adapun dia
memiliki dua bagia tubuh yaitu introvert dan tranco, dimana introvert adalah bagian
depan tubuhnya seperti kepala dan tranco adalah bagian belakang dari tubuhnya. Dia
juga memiliki warna kulit coklat kekuning-kuningan.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Filum Annelida merupakan hewan yang berbentuk cincing kecil yang biasa di
jumpai di perairan dangkal, substrata, tanah atau lumpur berpasir, tumbuhan maupun
di batu karang. Dimana filum ini dibagi menjadi tiga jenis klasifikasi yakni Nereis sp,
Lumbricus terestris, dan sipuncula sp., dimana dari ketiga klasifikasi ini juga memiliki
perbedaan dan kegunaan masing-masing baik itu bagi manusia maupun lingkungan
atau lautan.
B. Saran
a. Saran untuk Lab
Untuk laboratorium diharapkan kedepannya dapat melengkapi alat labnya, seperti
misalnya membeli pisau beda, pinset, dan alat lab yang belum lengkap lainnya, dan di
harapkan agar kiranya mungkin ruangan lab di lengkapi dengan alat pendingin ruang
seperti AC atau kipas angin agar kiranya jika melaksanakan praktikum kita tidak
terganggu karena panasnya suhu ruangan.
b. Saran untuk Asisten Umum
Untuk asisten (umum) saran dari saya itu ketika memberi bahan tugas
pendahuluan dan bahan yang akan di print diharapkan jangan terlalu larut malam,
karena semuanya orang lelah ketika malam hari telah tiba.
c. Saran untuk Asisten Kelompok
Untuk Asisten kelompok sudah sangat baik dalam merevisi laporan praktikannya,
dan sudah sangat baik dalam melakukan dan membimbing kami selama praktikum
hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, N., & Nofisulastri, N. (2018). Identifikasi jenis annelida pada habitat sungai
Jangkok Kota Mataram. Bioscientst;Jurnal Ilmiah Biologi, 6(2), 130-137.
Fauchald K. 2015. The Polychaete Worm: Definitions and Keys to Orders, Families,
and GeneraL. Natural History Museum Of Los Angeles County. Sciense series
28: 1-188.
Hermawan, D. (2015). The Effect Of Differents Substrat Of Culture Of Nereis Sp. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 5(1), 41-47.
Jayanti, D. N. D., & Susantini, E. (2021). Profil Miskonsepsi Peserta Didik SMA Pada
Materi Kingdom Animalia Menggunakan Four-Tler Multiple Choice Diagnostic
Test. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 10(3), 479-489.
Kalsum, U., & Hanim, I. (2022). BIOLOGI UNTUK SMA/MA KELAS X SEMESTER 2.
Penerbit P4I.
Mambrasar, R., Krey, K., & Ratnawati, S. (2018). Keanekaragaman, kerapatan, dan
dominasi cacing tanah di bentang alam pegunungan arfak.
Nirlawati, S., & Nurdin, J (2014). Jenis-Jenis Cacing Tanah (Oligochaeta) Yang
Terdapat Di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai Sumatera Barat. Jurnal Biologi
UNAND, 3(2).
Purnama, M. F., & Pi, S. (2022). BUKU AJAR “Avertebrata Air” (Vol. 1). Yayasan
pendidikan cendekia muslim.
Saputra, D. O., Zulkarnain, Z., Purwangka, F., & Apriliani, I. M. (2018). Penggunaan
Umpan Cacing Wak-Wak (Xenosiphon Sp.) Pada Pancing Ulur Yang Di
Operasikan Siang Hari Di Kecamatan Manggar Pulau Belitung. Akuatika
Indonesia, 3(2), 110-118.
Zulfiandi, Z., Zainur, M., & Hartati, R. (2012). Struktur Komunikasi Makrozoobentos Di
Perairan Pendansari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Journal Of Marine
Research, 1(1), 62-66.
LAMPIRAN