Etik ditujukan utk mengukur perilaku yg diharapkan dari mns atau kelompoktertentu/profesi tert
entu seperti profesi keperawatan, maka aturannya mrpk suatukesepakatan dari klp tersebut yg dis
ebut kode etik.
Hukum dapat diartikan sbg aturan yg disyahkan pemerintah yg bertujuan memberikanperlindung
an kepada masyarakat.
Prinsip etik dan legal keperawatan gawat darurat :
Autonomy
Berkaitan dg hak sso utk membuat keputusan bagi dirinya misalnya seorg pasien yg akanmenga
lami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan hrs diputuskan oleh pasienitu sendiri, tetapi t
enaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi yg rinci shgpasien membuat keputusan scr
benar.
Beneficence (kemurahan hati/pemanfaatan)
Kewajiban melakukan yg terbaik meningkatkan mutu yan.kep.
Non maleficence (tidak merugikan orang lain)
Kewajiban utk tdk menimbulkan kerugian atau cedera bagi org
lain apalagi membunuh.Perawat akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat.
Veracity (jujur).
Kewajiban menyampaikan atau mengatakan sesuatu dengan benar, tidak berbohong apalagimen
ipu. Perawat berbicara benar, terbuka shg dapat dipercaya.
Justice (adil).
Kewajiban berlaku adil kpd semua org. Perawat berlaku adil, tdk membeda-bedakan pasientg di
rawat baik aspek sosial, agama, suku dll.
Fidelity (komitmen).
Kewajiban utk setia atau loyal
dg kesepakatan atau tanggung jwb scr bersungguh2 thdtugas bebannya.
Unsur-unsur yg penting diperhatikan dlm kode etik :
Perawat memberikan pelayanan dg memperhatikan dan menghargai kemuliaan sso sbgmanusia
.
Perawat melindungi hak azasi manusia.
Perawat bertindak utk melindungi pasien dan masyarakat.
Perawat bertanggung jwb dan bertanggung gugat thd setiap tindakan dan pengambilankeputusa
keperawatan.
Perawat mempertahankan kompetensinya dlm melaksanakan yan.kep.
Perawat melatih diri dlm menetapkan informasi dan menggunakan kompetensiindividunya.
Perawat berpartisipasi aktif dlm kegiatan yg terkait dg pengembangan keilmuan dariprofesi ke
perawatan.
Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melaksanakan dan meningkatkan standarprofesi s
erta meningkatkan mutu pelayanan.
Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melindungi masyarakat thd mis informasiserta me
mpertahankan integritas keperawatan.
Perawat berkolaborasi dg anggota & profesi kes lainnya & masyarakat.
Masalah & dilema etika di unit gawat darurat :
Kondisi klien menyebabkan klien tdk mampu mengambil keputusan utk tindakankesnya.
Penggunaan bertehnologi tinggi dan kondisi klien yg kritis sering membuat asuhanyg diberikan b
erfokus kpd perbaikan kondisi fisik shg kurang melakukan :
- penghargaan terhadap klien sbg manusia (dehumanisasi).
- Komunikasi dengan klien dan keluarga.
- penkes utk klien dan keluarga.
Penjagaan mutu askep yang blm optimal, kurangnya kemampuan menggunakanproses kep,
monitoring dan evaluasi tindakan & pendidikan yg berkelanjutanutk perawat.
Konflik dg sejawat atau tim kes lainnya.
Keputusan menghentikan penggunaan ventilator/alat kes lainnya kepada klien.
OLEH : ADZANRI,.AMK.,SS.,MH
A.Dasar Pemikiran
Musibah, malapetaka, kecelakaan dan bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, hal ini membuktikan
pentingnya memberikan perlindungan dan pertolongan agar orang orang yang tertimpa musibah terhindar dari
kematian dan kecacatan sehingga dapat selamat dan hidup normal sebagaimana adanya.
Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya,
akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus
Gawat Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah Indonesia.
(Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-
2012).
Kecelakaan dan musibah serta bencana dapat menimpa siapa saja tidak pandang bulu, orang kaya, miskin, pejabat,
politisi, artis dan lain sebagainya, oleh sebab itu kehadiran institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah
sakit sakit dan LSM LSM yang peduli terhadap pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan gawat darurat
dan bencana mempunyai peran yang penting dan strategis dalam menolong orang orang yang tertimpa musibah, baik
akibat kecelakaan maupun akibat bencana.
Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan proses mengancam jiwa, dalam arti
pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak dapat menyebabkan seseorang meninggal atau cacat ( Seri
PPGD/GELS, Materi Tekhnis Medis Standar Depkes 2003).
Sedangkan kedaruratan adalah sebuah tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan oleh seorang petugas yang
mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan agar seseorang dapat diselamatkan jiwanya dan terhindar
dari kecacatan.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat
rumah sakit dan rujukan antara rumah sakitdengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb
Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang
merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur
penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra
RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk
ke Rumah Sakit yang dituju. (Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-
terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-2012).
Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 dalam Bab I Tentang ketentuan umum Pasal 1 Ayat
(10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan
pra sarana”.
Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4, setiap orang berhak atas kesehatan,
dalam penjelasannya hak untuk memperoleh kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal ini mengatakan setiap individu dan masyarakat berhak atas nilai
nilai kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin (b) bahwa “setiap kegiatan
dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif,partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional”.
Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi kesehatan lainnya mempunyai tanggung
jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus kasus kegawatan darurat dan bencana, Yang disebut
Tenaga Kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Ayat (6) : “Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini mempertegas bahwa petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan
termasuk dalam pelayanan gawat darurat yang terjadi baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam kedaaan
bencana.
Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu saja memerlukan tindakan
darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan serta dapat dirujuk untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan secara definitif, apabila tidak atau terlambat mendapatkan tindakan darurat atau pertolongan akan dapat
menimbulkan kematian dan kecacatan, oleh sebab itu peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai
peran penting dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.
Tenaga kesehatan masyarakat ( Epidomologi, Entomolog Kesehatan, Mikrobilogi Kesehatan, Penyuluh kesehatan,
administrasi kesehatan, sanitarian.
Tekhnisi elektromedis.
Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus gawat darurat dalam proses
tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari
konflik dan kesalah pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang dirugikan.
i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
C.Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat oleh profesi keperawatan.
Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1) Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat Inap, Rawat
Jalan dan Rawat Darurat. Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada
pasien atau penderita dengan arti kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam
pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat darurat di
rumah sakit”.
Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis. Gawat
Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab
dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat
memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo
Notoatmojo 2010).
Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan mengancam nyawanya.
Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat menyelamatkan jiwanya.
Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan tidak akan menyelamatkan jiwanya
(Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya, misal : luka sayat
dangkal.
5. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)
6. Cedera
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderita manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.(http://nurse-carewithlove.blogspot.com/2011/08/konsep-pelayanan-gawat-
darurat.html )
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki.
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga mendapatkan perlindungan
hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat
tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan bantuan hidup
dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life
Support dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.
Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak pernah mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim tanggap darurat kemungkinan tidak akan
maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap gawat darurat bersifat khusus dan spesifik dan memerlukan
keterampilan khusus di samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting dalam penyelamatan pasien gawat
darurat.
Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasi prosedur, petunjuk
pelaksanaaan, kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan gawat darurat harus dijadikan pedoman,
sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting dimiliki dan dipahami oleh tim tanggap darurat agar pelayanan
gawat darurat mempunyai kepastian hukum, sehingga sinkronisasi dan koordinasi yang bersifat holistik dalam
pelayanan gawat darurat akan mampu melahirkan sikap profesional dan bertanggung jawab sebagai bentuk
kepedulian terhadap keselamatan umat manusia
Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatan daruratan, dapat juga dijadikan sebagai aspek legalitas dan
kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat daruratan yang tujuannya antara lain :
Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat daruratyang diberikan dan tanggung
jawab secara profesional
Pasal 82
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan
pascabencana.
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
C.3.Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan keperawatan gawat darurat agar diterima
oleh etik dan hukum, sehingga menimbulkan adanya kepastian hukum.
Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat darurat yang berbeda dari tanggung
jawab tenaga kesehatan lainnya
Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas tindakankeperawatan mandiri (otonomi
profesi)
Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan sebagai pedoman agar
pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang dapat merugikan profesi keperawatan atau
masyarakat yang berakibat pada konflik.
D.Kesimpulan
Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat signifikan oleh sebab itu
pengembangan pengetahuan dan keterampilan keperawatan khususnya tentang gawat darurat dan bencana harus
terus menerus dikembangkan, disisi lain tuntutan akan kepastian hukum legalitas perawat profesional juga harus
ditempatkan secara proporsional dengan arti kata adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga mendapatkan perlindungan
hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untukmengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat,
Nursing Emergency, General Emergency Life Support, Manajemen Bencana, simulasi tanggap darurat dan
lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat. (Materi dari berbagai sumber).
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adzanri, AMK., SS., MH, bertugas di Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil. Sebelumnya Kepala Instalasi
Humas dan Promosi Kesehatan RSUP Dr M Djamil Padang dan lama bertugas di Instalasi Gawat Darurat, Sekretaris
PPNI Sumatera Barat, pernah menjadi pengurus KNPI Sumatera Barat, Ketua Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia Sumatera Barat, sering mengikuti seminar dan pelatihan tentang kesehatan, hukum dan tanggap
darurat, pemberi materi tentang hukum kesehatan dan tanggap darurat dibeberapa rumah sakit baik pemerintah
maupun maupun swasta, juga menulis di harian Singgalang, Haluan, Media Indonesia dan juga Jurnal Ilmiah Law
Reform UBH.
Pasal 82
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.
Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 83
(3) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(4) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
GAWATDARURAT
A. PENDAHULUAN
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus
telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan
diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau
kurangnya kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik
keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU
Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang
lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan
menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan
memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.
Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di tolong
akan mengalami kecacatan atau kematian. Sedangkan, darurat adalah suatu kondisi dimana
korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian /
kecacatan. Sehingga. Effendy (1995), mendefinisikan perawatan kegawat daruratan adalah
pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan
kritis.
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
2. PETUNJUK
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan
pembelajaran secara umum dan khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman dan soal-
soal di akhir bab yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
c. Kerjakan setiap soal dengan tekun dan lakukan evaluasi disetiap soalnya.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak
pasien meliputi :
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan.
6. Sebagai konsultan
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko
– sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat –
kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu
adalah :
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai
– nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan
menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan
mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan
memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr
manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan
rasa nyaman klien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
12. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang
lain
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
1. Universal
2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
Meliputi tindakan :
1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan
dengan Secondary Survey
B : Breathing management
C : Circulation management
D : Drug, Defibrilator, dan Disability
E : EKG, dan Exposure
Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus dilakukan
untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma inhalasi atau luka
bakar grade II-III pada daerah muka dan leher.
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas penanganan
pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena
konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.
1. Kegagalan komunikasi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis
11. Diagnosis kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien
1. “Peran yang dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan.” merupakan definisi peran perawat sebagai...
a. kolaborator
b. koordinator
c. educator
d. advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting,
yang artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan
rasa puas klien
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai
humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap
diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima
pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan
kegawatdaruratan ?
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan
hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun,
berarti perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
D. PENUTUP
1. Rangkuman
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
3. Sebagai educator
4. Sebagai koordinator
5. Sebagai kolaborator
6. Sebagai konsultan
7. Sebagai pembaharu
1. Fungsi Independen
2. Fungsi Dependen
3. Fungsi Interdependen
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
1. Universal
2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
1. Kegagalan komunikasi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :
9. Kelalaian
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis
11. Diagnosis kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien
a. Soal
1. “Peran yang dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan.” merupakan definisi peran perawat sebagai...
a. Kolaborator
b. Coordinator
c. Educator
d. Advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang
artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan
rasa puas klien
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic –
altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
e. Semua salah
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
b. Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. A
4. E
5. A
6. A
7. C
8. A
9. E
10. A
DAFTAR PUSTAKA