Anda di halaman 1dari 29

Etik legal Keperawatan Gadar

Etik ditujukan utk mengukur perilaku yg diharapkan dari mns atau kelompoktertentu/profesi tert
entu seperti profesi keperawatan, maka aturannya mrpk suatukesepakatan dari klp tersebut yg dis
ebut kode etik.

Hukum dapat diartikan sbg aturan yg disyahkan pemerintah yg bertujuan memberikanperlindung
an kepada masyarakat.
 

Prinsip etik dan legal keperawatan gawat darurat :

Autonomy

  Berkaitan dg hak sso utk membuat keputusan bagi dirinya misalnya seorg pasien yg akanmenga
lami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan hrs diputuskan oleh pasienitu sendiri, tetapi t
enaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi yg rinci shgpasien membuat keputusan scr 
benar.

Beneficence (kemurahan hati/pemanfaatan)

  Kewajiban melakukan yg terbaik  meningkatkan mutu yan.kep.

Non maleficence (tidak merugikan orang lain)

  Kewajiban utk tdk menimbulkan kerugian atau cedera bagi org
lain apalagi membunuh.Perawat akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat.
Veracity (jujur).

  Kewajiban menyampaikan atau mengatakan sesuatu dengan benar, tidak berbohong apalagimen
ipu. Perawat berbicara benar, terbuka shg dapat dipercaya.

Justice (adil).

  Kewajiban berlaku adil kpd semua org. Perawat berlaku adil, tdk membeda-bedakan pasientg di
rawat baik aspek sosial, agama, suku dll.

Fidelity (komitmen).

  Kewajiban utk setia atau loyal
dg kesepakatan atau tanggung jwb scr bersungguh2 thdtugas bebannya.

Unsur-unsur yg penting diperhatikan dlm kode etik :

Perawat memberikan pelayanan dg memperhatikan dan menghargai kemuliaan sso sbgmanusia
.

Perawat melindungi hak azasi manusia.

Perawat bertindak utk melindungi pasien dan masyarakat.

Perawat bertanggung jwb dan bertanggung gugat thd setiap tindakan dan pengambilankeputusa 
keperawatan.

Perawat mempertahankan kompetensinya dlm melaksanakan yan.kep.
Perawat melatih diri dlm menetapkan informasi dan menggunakan kompetensiindividunya.

Perawat berpartisipasi aktif dlm kegiatan yg terkait dg pengembangan keilmuan dariprofesi ke
perawatan.

Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melaksanakan dan meningkatkan standarprofesi s
erta meningkatkan mutu pelayanan.

Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melindungi masyarakat thd mis informasiserta me
mpertahankan integritas keperawatan.

Perawat berkolaborasi dg anggota & profesi kes lainnya & masyarakat.

Masalah & dilema etika di unit gawat darurat :

Kondisi klien menyebabkan klien tdk mampu mengambil keputusan utk tindakankesnya.

Penggunaan bertehnologi tinggi dan kondisi klien yg kritis sering membuat asuhanyg diberikan b
erfokus kpd perbaikan kondisi fisik shg kurang melakukan :

  - penghargaan terhadap klien sbg manusia (dehumanisasi).

  - Komunikasi dengan klien dan keluarga.

  - penkes utk klien dan keluarga.
Penjagaan mutu askep yang blm optimal, kurangnya kemampuan menggunakanproses kep,
monitoring dan evaluasi tindakan & pendidikan yg berkelanjutanutk perawat.

Konflik dg sejawat atau tim kes lainnya.

Keputusan menghentikan penggunaan ventilator/alat kes lainnya kepada  klien.

Diposkan oleh Yoesra skep di 19.47 


HUKUM PELAYANAN GAWAT DARURAT
ASPEK HUKUM PELAYANAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH : ADZANRI,.AMK.,SS.,MH

Sekretaris Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil Padang

Alumni Magister Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta Padang

                   A.Dasar Pemikiran

Musibah, malapetaka, kecelakaan dan bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, hal ini membuktikan
pentingnya memberikan perlindungan dan pertolongan agar orang orang yang tertimpa musibah terhindar dari
kematian dan kecacatan sehingga dapat selamat dan hidup normal sebagaimana adanya.

Kesiapan IGD serta sistem pelayanan Gawat Darurat yang terpadu antara Fasilitas kesehatan satu dengan lainnya,
akan memberikan nilai tambah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak hanya terhadap kasus
Gawat Darurat sehari-hari, tetapi juga sekaligus kesiapan bila setiap saat terjadi bencana di wilayah Indonesia.
(Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-
2012).

Kecelakaan dan musibah serta bencana dapat menimpa siapa saja tidak pandang bulu, orang kaya, miskin, pejabat,
politisi, artis dan lain sebagainya, oleh sebab itu kehadiran institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah
sakit sakit dan LSM LSM yang peduli terhadap pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan gawat darurat
dan bencana mempunyai peran yang penting dan strategis dalam menolong orang orang yang tertimpa musibah, baik
akibat kecelakaan maupun akibat bencana.

Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan proses mengancam jiwa, dalam arti
pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak dapat menyebabkan seseorang meninggal atau cacat ( Seri
PPGD/GELS, Materi Tekhnis Medis  Standar Depkes 2003).

Sedangkan kedaruratan adalah sebuah tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan oleh seorang petugas yang
mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan  agar seseorang dapat diselamatkan jiwanya dan terhindar
dari kecacatan.

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat
rumah sakit dan rujukan antara rumah sakitdengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb
Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang
merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur
penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra
RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk
ke Rumah Sakit yang dituju. (Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-
terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-2012).

Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007  dalam Bab I Tentang ketentuan umum Pasal 1 Ayat
(10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan  yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan
pra sarana”.   

Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan  bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah dan swasta dilarang  menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4, setiap orang berhak atas kesehatan,
dalam penjelasannya hak untuk memperoleh kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan, agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal ini mengatakan setiap individu dan masyarakat berhak atas nilai
nilai kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan paripurna.

Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin (b) bahwa “setiap kegiatan
dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif,partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional”.

Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi kesehatan lainnya mempunyai tanggung
jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus kasus kegawatan darurat dan bencana,  Yang disebut
Tenaga Kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan Nomor  36 Tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Ayat  (6) : “Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini mempertegas bahwa petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan
termasuk dalam pelayanan gawat darurat yang terjadi baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam kedaaan
bencana.

Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu saja memerlukan tindakan
darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan serta dapat dirujuk untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan secara definitif, apabila tidak atau terlambat mendapatkan tindakan darurat atau pertolongan akan dapat
menimbulkan kematian dan kecacatan, oleh sebab itu peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai
peran penting dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia , Nomor 36 Tahun 1996  tentang TENAGA


KESEHATAN dalam Bab II Pasal  2 :

Tenaga medis (dokter, dokter gigi)

Tenaga keperawatan (Perawat, Bidan)


Tenaga kefarmasian ( Apoteker, analis farmasi)

Tenaga kesehatan masyarakat ( Epidomologi, Entomolog Kesehatan, Mikrobilogi Kesehatan, Penyuluh kesehatan,
administrasi kesehatan, sanitarian.

Tenaga gizi (nutrisionist)

Tenaga kesehatan keterapian fisik ( fisio terapis )

Tekhnisi elektromedis.

Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus gawat darurat dalam proses
tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari
konflik dan kesalah pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang dirugikan. 

B.Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat

a)      UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan

b)      UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan

c)      UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran

d)     UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

e)      UU NO 36 Tahun  2009 Kesehatan

f)       UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit

g)      PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan

h)      PP NO 51 Tahun  2009 Pekerjaan Kefarmasian

i)        Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan

C.Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat oleh profesi keperawatan.

Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1) Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna  yang menyediakan pelayanan rawat Inap, Rawat
Jalan dan Rawat Darurat.  Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada
pasien atau penderita dengan arti kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam
pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat darurat di
rumah sakit”.

Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis. Gawat  

Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab
dalam membawa penderita  ke rumah sakit memerlukan pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat
memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau.  (Etika dan Hukum Kesehatan,  Prof.Dr.Soekijo
Notoatmojo 2010).

            Kepmenkes RI Nomor  1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang  Registrasi dan Praktik Keperawatan, Pasal 20,


Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan
diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa. 

            Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin praktik keperawatan Pasal 10


Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal  8, Pasal 11 poin (a) Perawat berhak
Memperoleh perlindungan hukum.

            Permenkes Nomor  152/Menkes/Per/IV/2007  Tentang Izin dan penyelenggaran Praktik Kedokteraan dan


kedokteran Gigi, BAB III Pasal  15 Ayat  (I), Dokter dan dokter Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan
kedokteran  dan tindakan  kedokteran gigi  , kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.  

Tingkat pasien gawat darurat :

Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan mengancam nyawanya.

Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat menyelamatkan jiwanya.

Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan tidak akan menyelamatkan jiwanya
(Etika dan Hukum Kesehatan,  Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).

C.1. Definisi Pelayanan Gawat Darurat

1.  Pasien gawat darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.

2.  Pasien gawat tidak darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.

3.  Pasien darurat tidak gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya, misal : luka sayat
dangkal.

4.  Pasien tidak gawat tidak darurat

Misalnya pasien TBC kulit

5.  Kecelakaan (accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)

6.  Cedera

Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.

 7. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderita manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.(http://nurse-carewithlove.blogspot.com/2011/08/konsep-pelayanan-gawat-
darurat.html )

C.2. Dalam undang undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 27 :

Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.

Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki.

Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga mendapatkan perlindungan
hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat
tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan bantuan hidup
dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life
Support dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.

Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak pernah mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim tanggap darurat kemungkinan tidak akan
maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap gawat darurat bersifat khusus dan spesifik dan memerlukan
keterampilan khusus di samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting dalam penyelamatan pasien gawat
darurat. 

Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasi prosedur, petunjuk
pelaksanaaan,  kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan gawat darurat harus dijadikan pedoman,
sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting dimiliki dan dipahami oleh tim tanggap darurat agar pelayanan
gawat darurat mempunyai kepastian hukum, sehingga sinkronisasi dan koordinasi yang bersifat holistik dalam
pelayanan gawat darurat akan mampu melahirkan sikap profesional dan bertanggung jawab sebagai bentuk
kepedulian terhadap keselamatan umat manusia

Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatan daruratan, dapat juga dijadikan sebagai aspek legalitas dan
kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat daruratan yang tujuannya antara lain :

Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan gawat darurat yang diberikan

Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat daruratyang diberikan dan tanggung
jawab secara profesional

Memelihara kualitas / mutu pelayanan keperawatan yang diberikan

Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat

Memotivasi pengembangan profesi

Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.


Undang undang nomor  36 tahun 2009  tentang kesehatan, pelayanan kesehatan,Pelayanan Kesehatan Pada
Bencana :

Pasal 82

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan
pascabencana.

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 83

(1)   Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.

(2)   Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki

C.3.Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :

Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan keperawatan gawat darurat agar diterima
oleh etik dan hukum, sehingga menimbulkan adanya kepastian hukum.

Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat darurat yang berbeda dari tanggung
jawab tenaga kesehatan lainnya

Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas tindakankeperawatan mandiri (otonomi
profesi) 

Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan keperawatan yang dibuat oleh profesi


keperawatan.

Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan sebagai pedoman agar
pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang dapat merugikan profesi keperawatan atau
masyarakat yang berakibat pada konflik.

D.Kesimpulan

Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat signifikan oleh sebab itu
pengembangan pengetahuan dan keterampilan  keperawatan khususnya tentang gawat darurat dan bencana harus
terus menerus dikembangkan, disisi lain tuntutan akan kepastian hukum legalitas perawat profesional juga harus
ditempatkan secara proporsional dengan arti kata adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga mendapatkan perlindungan
hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untukmengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu saja diharuskan memiliki keterampilan kegawat-daruratan,
semisalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat,
Nursing Emergency, General Emergency Life Support, Manajemen Bencana, simulasi tanggap darurat dan
lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat. (Materi dari berbagai sumber).

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekilas tentang Penulis :

Adzanri, AMK., SS., MH, bertugas di Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil. Sebelumnya Kepala Instalasi
Humas dan Promosi Kesehatan RSUP Dr M Djamil Padang dan lama bertugas di Instalasi Gawat Darurat, Sekretaris
PPNI Sumatera Barat, pernah menjadi pengurus KNPI Sumatera Barat, Ketua Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia Sumatera Barat, sering mengikuti seminar dan pelatihan tentang kesehatan, hukum dan tanggap
darurat, pemberi materi tentang hukum kesehatan dan tanggap darurat dibeberapa rumah sakit baik pemerintah
maupun maupun swasta, juga menulis di harian Singgalang, Haluan, Media Indonesia dan juga Jurnal Ilmiah Law
Reform UBH.

Undang undang nomor  36 tahun 2009  tentang kesehatan, pelayanan kesehatan :

Pelayanan Kesehatan Pada Bencana

Pasal 82

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana.

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan

kesehatan pada tanggap darurat dan pascabencana.

Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN),
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 83
(3)   Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.

(4)   Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki

GAWATDARURAT

   A.    PENDAHULUAN

Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus
telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan
diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau
kurangnya kemampuan.

Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik
keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU
Kesehatan No. 23, 1992).

Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan.

Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang
lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan
menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan
memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.

Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di tolong
akan mengalami kecacatan atau kematian. Sedangkan, darurat adalah suatu kondisi dimana
korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian /
kecacatan. Sehingga. Effendy (1995), mendefinisikan perawatan kegawat daruratan adalah
pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan
kritis.

1.      KONSEP-KONSEP KUNCI

a.       Keparawatan gawat darurat

b.      Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan

c.       Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan

d.      Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan

e.       Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan

f.       Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan

g.      Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)

h.      Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)

2.      PETUNJUK

a.       Pelajari BAB II Etika dan Hukum Dalam Keperawatan Gawatdarurat dengan seksama

b.  Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan
pembelajaran secara umum dan khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman dan soal-
soal di akhir bab yang dilengkapi dengan kunci jawaban.

c.       Kerjakan setiap soal dengan tekun dan lakukan evaluasi disetiap soalnya.

d. Carilah sumber-sumber pendukung yang memperdalam pengetahuan


tentang kegawatdaruratan

e.       Ikuti, simak dan pahami penyajian di setiap tahap.

3.      TUJUAN PEMBELAJARAN

a.      Tujuan Pembelajaran Umum

Memahami prioritas masalah di masyarakat dan keperawatangawatdarurat, guna meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat.

b.      Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan:


1.      Memahami konsep dasar kegawatdaruratan.

2.      Mampu menjelaskan peran dan fungsi perawat dalam kegawat daruratan.

3.      Memahami fungsi, tujuan, filosofi, dan prinsip perawatan kegawat daruratan

4.      Mampu mengidentifikasi aspek hukum dalam kgd (kegawat daruratan).

       B.     PENYAJIAN MATERI

Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.

        I.            Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan

Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak
pasien meliputi :

- Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

- Hak atas informasi tentang penyakitnya

- Hak atas privacy

- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

- Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.


3. Sebagai educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 

4. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan


kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.

5. Sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan.

6. Sebagai konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,


perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

7. Sebagai pembaharu

Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

II.            Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan


    

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi KDM.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

    Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko
– sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.

   Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual,


keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan
dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.

   Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat –
kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu
adalah :

1.      Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai
– nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan
menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan
mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan
memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr
manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

2.      Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.

3.   Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan
rasa nyaman klien.

4.      Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.

5.      Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)

6.      Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya

7.  Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.

8.      Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.

9.   Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10.  Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya

11.  Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.

12.  Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang
lain

              III.            Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan

1.   Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.

3.      Menanggulangi korban bencana.

               IV.            Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan

1.      Universal

2.      Penanganan oleh siapa saja

3.      Penyelesaian berdasarkan masalah

                 V.            Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan

1.      Penanganan cepat dan tepat

2.      Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut

Meliputi tindakan :

A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat.

B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan: BLS, ALS

               

               VI.            Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)

1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan
dengan Secondary Survey

2. Menggunakan tahapan ABCDE


A : Airway management

B : Breathing management

C : Circulation management

D : Drug, Defibrilator, dan Disability

E : EKG, dan Exposure

3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung

Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus dilakukan
untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma inhalasi atau luka
bakar grade II-III pada daerah muka dan leher.

            VII.            Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)

Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas penanganan
pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena
konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.

Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :

1. Kegagalan komunikasi

2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi

Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :

1.      Diagnosis keadaan gawat darurat

2.      Standar Operating Procedure

3.      Kualifikasi tenaga medis

4.      Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)

5.      Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien

6.      Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)

7.      Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)

8.      Prinsip keadilan dan fairness


9.      Kelalaian

10.  Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis

11.  Diagnosis kematian

12.  Surat Keterangan Kematian

13.  Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien

  C.    TUGAS DAN LATIHAN

      1.      “Peran yang dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan.” merupakan definisi peran perawat sebagai...

a.       kolaborator

b.      koordinator

c.       educator

d.      advokat klien

e.       pemberi asuhan keperawatan

    2.      Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?

a.       Fungsi Independen

b.      Fungsi Dependen

c.       Fungsi Interdependen

d.      Fungsi Advokasi

e.       Fungsi Koordinator

      3.      Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting,
yang artinya ?

a.       perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b.      perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan
rasa puas klien

c.       mau mendengar keluhan kliennya

d.      memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.

e.       perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya

      4.      Tujuan dari perawatan kegawatdaruratan adalah sebagai berikutkecuali...?

a.       Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

b.      Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.

c.       Menanggulangi korban bencana.

d.      Semua benar

e.       Semua salah

     5.      Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?

a.      Universal

b.      Tranfersal

c.       Mengkhusus

d.      Sebagian

e.       Unitranversal

     6.      “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai
humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap
diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima
pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?

a.      Watson (1979)

b.      Leninger (1977)
c.       Roger (1979)

d.      Virginia (1982)

e.       Darmawan (1984)

     7.      Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?

a.       Kuat dan cepat

b.      Cepat dan terarah

c.       Cepat, tepat, dan siapa saja boleh menolong

d.      Cepat, tepat, dan hanya tim medis yang dapat menolong

e.       Terarah

     8.      Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan
kegawatdaruratan ?

a.       Meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta


keselamatan pasien.

b.      Memudahkan dalam penanganan pasien yang kritis

c.       Meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam menangani kasus

d.      Menguatkan tubuh pasien

e.       Semua salah

     9.      Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan
hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?

a.       Diagnosis keadaan gawat darurat

b.      Standar Operating Procedure

c.       Kualifikasi tenaga medis

d.      Semua benar

e.       Semua salah

     10.  Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun,
berarti perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?

a.      Helping
b.      Touching

c.       Laughing

d.      Crying

e.       Believing in others.

   D.    PENUTUP

1.      Rangkuman

Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di
gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat
darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai Kedaruratan.

I.               Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan

Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

2. Sebagai advokat klien

3. Sebagai educator

4. Sebagai koordinator

5. Sebagai kolaborator

6. Sebagai konsultan

7. Sebagai pembaharu

II.           Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan

1. Fungsi Independen

2. Fungsi Dependen

3. Fungsi Interdependen

III.        Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan


1.      Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

2.      Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.

3.      Menanggulangi korban bencana.

IV.         Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan

1.      Universal

2.      Penanganan oleh siapa saja

3.      Penyelesaian berdasarkan masalah

V.           Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan

1.      Penanganan cepat dan tepat

2.      Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut

VI.         Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)

1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik  kemudian dilanjutkan


dengan Secondary Survey

2.  Menggunakan tahapan ABCDE     

3.  Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung

VII.      Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)

Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :

1. Kegagalan komunikasi

2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi

Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu :

1.      Diagnosis keadaan gawat darurat

2.      Standar Operating Procedure

3.      Kualifikasi tenaga medis

4.      Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)


5.      Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien

6.      Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)

7.      Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)

8.      Prinsip keadilan dan fairness

9.      Kelalaian

10.  Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah
dosis

11.  Diagnosis kematian

12.  Surat Keterangan Kematian

13.  Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien

2.      Tes Akhir Bab

a.      Soal

1.      “Peran yang dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarg dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan.” merupakan definisi peran perawat sebagai...

a.       Kolaborator

b.      Coordinator

c.       Educator

d.      Advokat klien

e.       pemberi asuhan keperawatan

2.      Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?

a.       Fungsi Independen

b.      Fungsi Dependen

c.       Fungsi Interdependen
d.      Fungsi Advokasi

e.       Fungsi Koordinator

3.      Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang
artinya ?

a.       perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain

b.      perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan
rasa puas klien

c.       mau mendengar keluhan kliennya

d.      memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga
kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.

e.       perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya

4.      Tujuan dari perawatan kegawatdaruratan adalah sebagai berikutkecuali...?

a.       Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.

b.      Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang Iebih memadai.

c.       Menanggulangi korban bencana.

d.      Semua benar

e.       Semua salah

5.      Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?

a.       Universal

b.      Tranfersal

c.       Mengkhusus

d.      Sebagian

e.       Unitranversal

6.      “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic –
altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam
pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki
kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan
tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?

a.       Watson (1979)

b.      Leninger (1977)

c.       Roger (1979)

d.      Virginia (1982)

e.       Darmawan (1984)

7.      Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?

a.       Kuat dan cepat

b.      Cepat dan terarah

c.       Cepat, tepat, dan siapa saja boleh menolong

d.      Cepat, tepat, dan hanya tim medis yang dapat menolong

e.       Terarah

8.      Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?

a.       Meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan


pasien.

b.      Memudahkan dalam penanganan pasien yang kritis

c.       Meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam menangani kasus

d.      Menguatkan tubuh pasien

e.       Semua salah

9.      Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?

a.       Diagnosis keadaan gawat darurat

b.      Standar Operating Procedure

c.       Kualifikasi tenaga medis


d.      Semua benar

e.       Semua salah

10.  Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun,


berarti perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?

a.       Helping

b.      Touching

c.       Laughing

d.      Crying

e.       Believing in others.

b.      Kunci Jawaban

1.      D

2.      B

3.      A

4.      E

5.      A

6.      A

7.      C

8.      A

9.      E

10.  A
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul Hidayat. 2002. Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta: EGC.

Rizka, Aditya.2012.mengkaji Kebutuhan Pasien


Kritis. (http://theadityarizka.blogspot.com/2012/10/mengkaji-kebutuhan-promosi-
kesehatan.html). Diakses tanggal 31 Agustus 2014
Smeltzer dan Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kegawat Daruratan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan (Kegawat Daruratan). Jakarta: CV Sagung


Seto.

Diposkan oleh Daek Chin di 00.27 

Anda mungkin juga menyukai