Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe


Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

PEMBUATAN ASAM ASETAT DARI LIMBAH CAIR KULIT


KOPI ARABIKA (Coffea arabica. Sp)
Rosmiati1*, M. Yunus2, Raudah2
1
DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe
2
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe
*Email: rosmiati_81@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian tentang pembuatan asam asetat dari limbah cair kulit kopi (coffea
arabika. Sp) telah dilakukan. Limbah cair kulit kopi dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan asam asetat, dan diharapkan dapat menghasilkan mutu asam asetat
yang baik sesuai dengan standar mutu asam asetat dari nira aren (Arenga pinnata)
SNI 01-4371-1996. Proses fermentasi dilakukan dalam dua tahapan, tahap pertama
adalah fermentasi limbah cair kulit kopi menjadi alkohol secara anaerob, tahap
kedua adalah fermentasi alkohol menjadi asam asetat secara aerob. Fermentasi
secara aerob dilakukan dengan memvariasikan penambahan bakteri acetobachter
aceti dan tanpa penambahan acetobachter aceti, serta variasi waktu yaitu selama 7,
10, dan 15 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam asetat yang diperoleh
tanpa penambahan bakteri A. Aceti tidak memenuhi standar mutu sedangkan
dengan penambahan bakteri A. aceti telah memenuhi standar mutu yaitu: kadar
asam asetat: 6,48%, kadar alkohol: 4,35%, TPT: 1,27%, pH: 4 dan cemaran logam
(Pb: -0,3116, Cu: -0,7397, Zn: -0,5623).

Kata kunci: fermentasi, kopi, Acetobachter aceti, SNI 01-4371-1996.

ABSTRACT

The research about acetic acid from waste coffee pulp (Coffea arabica. Sp) has
been started. Waste coffee pulp can be used to produce acetic acid, and is
expected to produce acetic acid based on palm juice (Arenga pinnata) SNI 01-
4371-1996 quality. The fermentation process is in two stages, first stage is
fermentation waste coffee pulp into alcohol, second stage is the fermentation
alcohol to acetic acid with addition of bacteria A. aceti and without A. aceti. In this
study the fermentation time varied for 7, 10, and 15 days. The results showed that
acetic acid which obtained without using A. Aceti has not met quality standards.
However acetic acid by using bacteria A. aceti has met quality standards of acetic
acid: 6.48% alcohol content: 4.35%, TPT: 1.27%, pH: 4 and contaminant metals
(Pb: -0.3116, Cu: -0.7397, Zn: -0.5623).

Keyword: fermentation, coffee, Acetobachter aceti, SNI 01-4371-1996

43
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

PENDAHULUAN Komposisi kimia dari biji kopi


bergantung pada spesies dan varietas
Kulit buah kopi merupakan dari kopi tersebut serta faktor-faktor
limbah yang dipisahkan dari biji kopi. antara lain lingkungan tempat tumbuh,
Limbah kopi tersebut terdiri dari tingkat kematangan dan kondisi
limbah kulit, dan limbah pulp. Limbah penyimpanan. Proses pengolahan juga
cair kulit kopi merupakan lapisan lendir akan mempengaruhi komposisi kimia
berwarna putih yang melapisi dari kopi. Misalnya penyangraian akan
permukaan biji kopi. Limbah cair ini mengubah komponen yang labil yang
dihasilkan pada saat pencucian biji terdapat pada kopi sehingga
kopi. Limbah cair kulit kopi dapat membentuk komponen yang kompleks
dimanfaatkan untuk menghasilkan (Clarke dan Macrae, 1985).
asam asetat, dan tentunya dapat Tujuan dari penelitian adalah
menghasilkan mutu asam asetat yang memanfaatkan limbah cair kulit kopi
baik. sebagai bahan baku pembuatan asam
Asam asetat dapat dibuat dari asetat dan diharapkan dapat
substrat yang mengandung etanol, yang menghasilkan mutu asam asetat yang
dapat diperoleh dari berbagai macam baik sesuai dengan standar mutu asam
bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, asetat asetat (SNI 01-4371-1996).
pulp kopi, dan air kelapa.
Penelitian yang dilakukan oleh METODE PENELITIAN
Raudah dan Ernawati (2012) dalam
usaha untuk menghasilkan alkohol dari Bahan dan Alat
limbah cair hasil pengolahan basah Bahan utama yang digunakan
kulit kopi telah menghasilkan alkohol adalah kulit kopi sebanyak 1 kg, limbah
dengan konsentrasi bioetanol sebesar cair hasil pengolahan kopi sebanyak 2
97, 72% pada waktu fermentasi 72 liter, starter bakteri Acetobachter aceti,
jam. Waktu fermentasi yang lebih dari urea. Alat yang digunakan adalah
72 jam menurunkan kadar bioetanol. Atomic Absorption Spectrophotometry,
Penurunan konsentrasi bioetanol selain reaktor, pH Meter, turbidimeter.
disebabkan karena ragi sacharomyces
cerevisiae mengalami fase kematian Metode Penelitian
juga karena suplai makanan habis. Limbah cair kulit kopi arabika
Selanjutnya secara alami bioetanol (coffea arabika, Sp) yang digunakan
berubah menjadi asam asetat. Untuk dalam penelitian ini diperoleh dari CV.
memaksimalkan terbentuknya asam Nutrisi Aceh, Takengon. Limbah cair
asetat maka penelitian ini dilakukan. kulit kopi sebanyak 2 liter beserta kulit
Kegunaan asam asetat adalah kopi sebanyak 1 kg dari proses pulping
dapat mengatur keasaman pada industri di hidrolisis pada suhu 100 oC. Sampel
makanan, sebagai pelunak air dalam kemudian di saring dan filtrat yang
rumah tangga, sebagai minuman (cuka diperoleh kemudian dimasukkan ke
apel) dan sebagai bahan baku dalam wadah yang tertutup rapat.
pembuatan bahan kimia seperti vinil Selanjutnya proses pembuatan asam
asetat, selulosa asetat, asetat anhidrit, asetat dimulai dengan cara melakukan
ester asetat dan garam asetat. fermentasi terhadap alkohol yang

44
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

dihasilkan dari limbah cair kulit kopi bergantung pada besarnya populasi
arabika (coffea arabika, Sp). Proses bakteri asam asetat dan ketersediaan
fermentasi dilakukan dalam 2 tahapan etanol.
yaitu fermentasi secara anaerob untuk Pada permulaan proses
menghasilkan alkohol dan fermentasi fermentasi, khamir memerlukan
secara aerob alkohol dengan oksigen untuk pertumbuhannya
penambahan bakteri A. aceti dan tanpa sehingga fermentasi terjadi secara
penambahan bakteri A. Aceti untuk aerob. Setelah terbentuk CO2, reaksi
menghasilkan asam asetat. Variasi akan berubah menjadi anaerob. Apabila
waktu fermentasi secara aerob terdiri terdapat udara pada proses fermentasi,
dari 7, 10 dan 15 hari. Asam asetat maka alkohol yang dihasilkan lebih
yang dihasilkan kemudian diuji sedikit karena terjadi respirasi yang
mutunya berdasarkan standar mutu dari mengakibatkan terjadinya konversi gula
nira aren (arenga pinnata) SNI 01- menjadi karbondioksida (CO2) dan air
4371-1996 yang meliputi pengujian (H2O).
terhadap nilai total asam asetat, kadar Berdasarkan data pada Tabel 1,
alkohol, total padatan terlarut, pH, uji maka dapat dikatakan bahwa proses
kelarutan (air, alkohol, gliserol), dan pembentukan alkohol pada fermentasi
cemaran logam (Pb, Cu dan Zn). limbah cair kulit kopi berlangsung
selama 3 hari. Kadar alkohol yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh pada hari ke 3 adalah
sebanyak 6,55 (%) brik. Penelitian
Khamir (ragi roti) dan bakteri (A. yang dilakukan oleh Raudah dan
aceti) merupakan salah satu Ernawati (2012) menunjukkan bahwa
mikroorganisme yang berperan aktif setelah 72 jam konsentrasi dan yield
dalam proses fermentasi terutama bioetanol naik menjadi 62 %, dan pada
selama proses pemecahan gula menjadi 82 jam konsentrasi bioetanol turun
alkohol dan perubahan alkohol menjadi menjadi 40,3 %.
asam asetat. Sebelum dilakukan perlakuan
Kandungan glukosa yang terdapat fermentasi untuk menghasilkan asam
di dalam limbah cair kulit kopi, sangat asetat dengan penambahan A. aceti dan
berpengaruh terhadap pembentukan tanpa A. aceti terlebih dahulu dilakukan
alkohol dan asam asetat selama uji TPT, kadar alhokol dan pH seperti
fermentasi. Selain karbohidrat, di peroleh pada Tabel 1.
komponen lain yang mempunyai Dari Tabel 1, pada hari pertama
peranan penting dalam proses ragi masih dalam tahap adaptasi.
fermentasi antara lain protein, vitamin, Setelah berada dalam substrat selama
lemak dan asam nukleat. Alkohol 24 jam (1 hari), ragi mulai melakukan
merupakan sumber karbon yang proses konversi gula menjadi alkohol
diperlukan untuk pertumbuhan sel, dan sebagian lagi menjadi CO2. Pada
tetapi pada kadar tertentu justru waktu 1-3 hari, ragi menjalani tahap
menghambat pertumbuhan atau bahkan pertumbuhan (fase log), hal ini terlihat
membunuh sel bakteri asam asetat. dari kadar alkohol yang dihasilkan
Sedangkan asam asetat merupakan semakin tinggi. Hasil fermentasi selama
produk metabolit yang terbentuknya 3 hari didapat kandungan alkohol

45
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

sebesar 6,55%, yang diambil sebagai menghentikan dengan segera proses


bahan untuk dijadikan bahan proses pembentukan alkohol. Proses
fermentasi selanjutnya. Pada tahap ini selanjutnya adalah fermentasi aerob
proses fermentasi dihentikan dengan menggunakan bakteri Acetobacter
cara membuka bak fermentor. aceti.
Kehadiran oksigen diharapkan dapat

Tabel 1. Hasil pengamatan limbah cair kulit kopi menjadi alkohol.


Kadar Alkohol Rata-rata
Waktu Rata-rata TPT (% brik) kadar
Nilai pH
(hari) (%) brik alkohol
1 2 (%) brik
1 1,3565 5,6 5,7 5,65 6,3
2 1,3585 6,3 6,5 6,4 6,2
3 1,3565 6,5 6,6 6,55 6

Produksi asam asetat merupakan larutan yang mengandung alkohol oleh


proses oksidasi tidak sempurna, dimana bakteri dari genus Acetobacter,
daya reduksi dipindahkan ke molekul A. aceti bersifat motil atau
oksigen. Pada tahap pertama terjadi nonmotil dan mengoksidasi etanol
oksidasi dari alkohol menjadi asetal menjadi asam asetat yang dioksidasi
dehida dengan bantuan enzim alkohol lebih lanjut menjadi karbondioksida
dehidrogenase. Kemudian terjadi (CO2). A. aceti dapat mengubah
hidrasi menjadi asetal dehida hidrat dan alkohol menjadi asam asetat pada
oksidasi kedua oleh asetal dehida konsentrasi alkohol optimal 10%-13%.
dehidrogenase menjadi asam asetat Konsentrasi alkohol yang terlalu
(Effendi, M. S. 2002). rendah (0,0 - 0,5%), akan menyebabkan
Hampir semua bahan yang overoksidasi asam asetat menjadi CO2
mengandung alkohol, gula, pati, serta dan H2O, sedangkan konsentrasi
adanya sejumlah kecil unsur nitrogen, alkohol lebih dari 14% akan
dapat dibuat menjadi asam asetat atau mengakibatkan terhambatnya proses
vinegar. Vinegar adalah cairan yang fermentasi asam asetat (Waluyo, 2007).
diperoleh melalui fermentasi alkohol Kurva pertumbuhan bakteri dapat
dan dilanjutkan dengan fermentasi dipisahkan menjadi empat fase utama:
asam asetat. Fermentasi asam asetat fase lag (fase lamban atau lag phase),
bertujuan untuk menghasilkan produk fase pertumbuhan eksponensial (fase
asam asetat. pertumbuhan cepat atau log phase), fase
Berdasarkan dari hasil pengujian stationer (fase statis atau stationary
maka dapat dilihat pada Tabel 2 dan phase) dan fase penurunan populasi
Tabel 3 yaitu hasil pengamatan (decline). Fase-fase tersebut
fermentasi alkohol dari limbah cair mencerminkan keadaan bakteri dalam
kulit kopi menjadi asam asetat. kultur pada waktu tertentu. Di antara
Fermentasi asam asetat dilakukan setiap fase terdapat suatu periode
oleh bakteri asam asetat terhadap peralihan dimana waktu dapat berlalu

46
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

sebelum semua sel memasuki fase yang baru.


Tabel 2. Hasil pengamatan fermentasi dari limbah cair kulit kopi menjadi
alkohol

Volume Rata-rata kadar


Waktu Rata-rata kadar alkohol
Perlakuan (ml) asam.asetat
(Hari) (%) brik
2 (%) brik
7 123 4,33 8,2
A.aceti 10 134 5,41 7,15
15 139 6,475 4,35
7 104 2,325 5,9
Tanpa
10 107 3,695 4,85
A.aceti
15 110 4,115 2,85

Tabel 3. Hasil pengamatan fermentasi alkohol dari limbah cair kulit kopi
menjadi asam asetat

Waktu Rata-rata TPT


Perlakuan Nilai pH
(Hari) (%) brik
7 2,18 6
A.aceti 10 2,15 5
15 1,27 4
7 3,53 6,5
Tanpa A.aceti 10 2,91 5,3
15 1,97 4,7

Perubahan kemiringan pada kurva aceti mengalami peningkatan kadar


tersebut menunjukkan transisi dari satu asam asetat pada fermentasi hari ke-15
fase perkembangan ke fase lainnya. yaitu 6,475%, sedangkan pada
Berdasarkan dari hasil pengamatan perlakuan tanpa menggunakan A. aceti,
kadar asam asetat pada Tabel 2 Pada mengalami peningkatan asam asetat
Gambar 1. menunjukkan, bahwa pada hari ke-15 yaitu 4,115%.
dengan menggunakan perlakuan A.

Gambar 1. Grafik pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar asam asetat. Dengan
A. aceti (♦), tanpa A. aceti (■).

47
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

Gambar 2. Grafik pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alkohol.


Dengan A. aceti (♦), tanpa A. aceti (■).

Gambar 3. Grafik pengaruh lama fermentasi terhadap Total Padatan


Terlarut (TPT). Dengan A. aceti (♦), tanpa A. aceti (■).

Gambar 4. Grafik pengaruh lama fermentasi terhadap Nilai pH. Dengan A.


aceti (♦), tanpa A. aceti (■).

Dengan demikian pada waktu Pengaruh Lama Fermentasi


fermentasi 15 hari bakteri A. aceti Terhadap Kadar Alkohol
mengalami fase eksponensial. Alkohol dengan konsentrasi
tinggi merupakan racun bagi khamir.
Alkohol pada konsentrasi tinggi dapat

48
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

mendenaturasi protein dan melarutkan kulit kopi yaitu hasil fermentasi sangat
lemak, sehingga dinding sel khamir bervariasi, dimana pada perlakuan A.
rusak dan plasma membeku, aceti yaitu total padatan terlarut awal
selanjutnya khamir akan mati. mencapai 2,18% brix kemudian secara
Proses fermentasi asam asetat bila terus-menerus mengalami penurunan
kadar alkohol dalam substrat tersebut pada hari ke-15 yaitu 1,27% brix.
menurun maka bakteri A. aceti akan Sedangkan total padatan terlarut awal
mengoksidasi asam asetat dalam dengan perlakuan tanpa A.aceti
substrat menjadi CO2 dan H2O. mencapai 3,53% brix dan akan
Selama fermentasi alkohol, menurun pada hari ke-15 yaitu 1.97%
alkohol dioksidasi hingga pada akhir brix (Gambar 3.) Total padatan terlarut
fermentasi, kadar alkohol rata-rata berkurang sesuai dengan bertambahnya
dalam substrat pada awal fermentasi waktu fermentasi. Selain itu juga
sebesar 8,2% perlakuan A. aceti dan pengurangan total padatan terlarut
tanpa A. aceti yaitu 5,9% (Tabel 2). disebabkan oleh makin berkurangnya
Pada Gambar 2, menunjukkan sumber nutrien dan substrat pada
penurunan kadar alkohol yaitu larutan.
perlakuan dengan A.aceti pada hari ke-
15 menghasilkan kadar alkohol yaitu Pengaruh Lama Fermentasi
4,35 % dan perlakuan tanpa A.aceti Terhadap Nilai pH.
pada hari ke-15 yaitu menghasilkan Laju pertumbuhan mikroba
kadar alkohol sekitar 2,85% tergantung pada nilai pH, karena pH
disebabkan penurunan kadar alkohol ini mempengaruhi fungsi membran enzim
terjadi, karena pada saat fermentasi dan komponen lainnya. pH sangat
berlangsung, kandungan alkohol yang berguna untuk mengatur aktivitas
telah dioksidasi akan menghasilkan fermentasi di dalamnya. Selain itu juga
asam asetat dan H2O. Kandungan berfungsi untuk menghentikan kegiatan
alkohol akhir pada produk asam asetat fermentasi bila dianggap telah cukup.
telah memenuhi standar nira aren Jasad renik pada umumnya dapat
(Arenga pinnata) SNI 01-4371-1996 tumbuh pada kisaran pH 3-6.
tentang asam asetat fermentasi yang Kebanyakan bakteri mempunyai pH
mempersyaratkan sisa alkohol asam optimum sekitar pH 6.5-7.5. Pada pH di
asetat fermentasi maksimal 10% bawah 5.0 dan di atas 8.5, bakteri tidak
(Baharuddin dan Syahidah, 2008). dapat tumbuh dengan baik, kecuali
bakteri asam asetat dan bakteri yang
Pengaruh Lama Fermentasi mengoksidasi sulfur. Sebaliknya,
Terhadap Total Padatan Terlarut khamir menyukai pH 4-5 dan dapat
(TPT) tumbuh pada kisaran pH 2.5-8.5. Oleh
Gula merupakan salah satu sumber karena itu, khamir tumbuh pada pH
karbon yang dibutuhkan untuk rendah dimana pertumbuhan bakteri
pertumbuhan A. aceti. terhambat (Waluyo, 2007).
Total padatan terlarut rata-rata Pada Gambar 4. menunjukkan
dalam substrat mengalami penurunan bahwa dengan peningkatan waktu lama
selama 15 hari fermentasi asam asetat. fermentasi terjadi penurunan pH pada
Total padatan terlarut dari limbah cair kedua jenis perlakuan (dengan A.aceti

49
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

dan tanpa A.aceti) dengan dan jumlah mikroba semakin banyak,


perbandingan starter. A.aceti (1:1) dan sehingga mengakibatkan pH medium
tanpa A. aceti (1:3) Dengan adanya menjadi turun.
perubahan nilai pH yang terjadi pada
setiap skala waktu lama fermentasi, Penentuan Mutu Asam Asetat
terlihat bahwa waktu lama fermentasi Terhadap Limbah Cair Kulit Kopi
mempengaruhi pembentukan asam
asetat pada limbah cair kulit kopi Berdasarkan Tabel 5. bahwa dari
(coffea arabika. Sp.). Perubahan pH hasil uji asam asetat menggunakan
yang terjadi pada kedua perlakuan bakteri A. aceti tampak semua variabel
starter. A.aceti maupun pada tanpa sudah memenuhi standar berdasarkan
starter. A.aceti dengan kombinasi dari standar mutu nira aren (arenga
berbeda. Dari data pengamatan pada pinnata) SNI 01-4371-1996 (BSN,
Tabel 2 terlihat bahwa untuk perlakuan 1996) selama fermentasi karena
dengan A.aceti terdapat perbedaan semakin lama proses fermentasi yang
nyata pada waktu antara 7 hari, 10 hari diberikan maka kadar mutu dari asam
dan 15 hari. Pada waktu 7 hari sudah asetat semakin meningkat. Dan hasil uji
terlihat konsentrasi asam asetat asam asetat tanpa menggunakan bakteri
terbentuk. Sedangkan untuk perlakuan A. aceti, terlihat bahwa belum
tanpa starter. A.aceti memperlihatkan memenuhi standar mutu asam asetat
hasil pada 7 hari belum terlihat adanya selama fermentasi karena ada beberapa
asam asetat sedangkan pada 15 hari variabel yang menjadi syarat kualitas
baru terlihat asam asetat terbentuk. asam asetat yang belum memenuhi
Dengan bertambahnya waktu inkubasi, standar yaitu total padatan terlarut
aktivitas mikroba semakin meningkat (TPT).

Tabel 5. Kualitas asam asetat dari limbah cair kulit kopi berdasarkan hasil
penelitian.

Hasil uji
Hasil uji
dengan
Kriteria Pengujian Persyaratan Keterangan tanpa bakteri Keterangan
bakteri A.
A. aceti
aceti
Keadaan:
- Bentuk Cairan encer Cairan encer Memenuhi Cairan encer Memenuhi
Khas Khas Khas
- Bau Memenuhi Memenuhi
as.asetat as.asetat as.asetat
Kadar asam asetat
Min 4 6,475 Memenuhi 4,115 Memenuhi
(% b/b)
Sisa alkohol
Maks 10 4,35 Memenuhi 2,7 Memenuhi
(% b/b)
Padatan terlarut Belum
Maks 1,5 1,27 Memenuhi 1,97
(% b/b) Memenuhi
Cemaran logam:
-Timbal (Pb)
Maks 1 -0,3116 Memenuhi -0,3116 Memenuhi
mg/kg
-Tembaga (Cu) Maks 5,0 -0,7397 Memenuhi -0,7397 Memenuhi

50
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

mg/kg
-Seng (Zn)
Maks 2,0 -0,5623 Memenuhi -0,5623 Memenuhi
mg/kg
Asam asetat yang baik apabila
Hasil penelitian dari limbah cair kadar alkoholnya rendah sebab apabila
kulit kopi menjadi asam asetat kadar alkoholnya tinggi akan
menunjukkan bahwa rata-rata kadar memberikan efek yang kurang baik
asam asetat limbah cair kulit kopi bagi konsumen juga mengurangi
(coffea arabika. Sp) sebesar 4,115% kualitas dari asam asetat itu sendiri.
dan nilai ini memenuhi mutu asam Hasil penelitian pada total
asetat tentang asam asetat fermentasi padatan terlarut menunjukkan bahwa
yang mempersyaratkan kadar asam total padatan terlarut yang diperoleh
asetat dalam cuka fermentasi minimal sebesar 1,97 % dan belum memenuhi
4%. Asam asetat merupakan komponen mutu asam asetat tentang asam asetat
utama dari asam asetat yang merupakan fermentasi yang mempersyaratkan total
karakteristik khas bagi asam asetat. padatan terlarut dalam asam asetat
Prinsip pembuatan asam asetat yaitu maksimal 1,5 %. Jumlah padatan
fermentasi gula-gula sederhana menjadi terlarut yang melebihi SNI diduga
alkohol dan fermentasi alkohol lebih disebabkan oleh karena adanya
lanjut menjadi asam asetat. Hasil kontaminasi bahan-bahan lain terhadap
penelitian pada kadar alkohol limbah kulit kopi yang ditandai dengan
menunjukkan bahwa rata-rata sisa kurang jernihnya limbah cair yang
alkohol limbah cair kulit kopi (coffea diperoleh. Dengan demikian, dapat
arabika. Sp) sebesar 2,7% dan nilai ini dikatakan bahwa semakin rendah
memenuhi mutu asam asetat tentang kandungan jumlah padatan terlarut
asam asetat fermentasi yang maka semakin bersih limbah cair kulit
mempersyaratkan sisa alkohol asam kopi tersebut.
asetat fermentasi maksimal 10%.

Tabel 4. Hasil uji kelarutan dan cemaran logam pada produk asam asetat dari
limbah cair kulit kopi.

Kriteria pengujian Hasil


Air Larut
Kelarutan Alkohol Larut
Glyserol Larut
Cemaran Logam Pb -0,3116
(mg/kg)
Cu -0,7397
disebabkan karena pada proses
Cemaran logam terutama Pb, Cu fermentasi sama sekali tidak terdapat
dan Zn pada asam asetat hasil sumber-sumber logam berat. Satu hal
fermentasi berdasarkan penelitian yang pasti adalah bahwa para petani
dinyatakan tidak ada. Hal ini kopi di Takengon masih menerapkan

51
Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology)
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
Vol. 11 No.2, Desember 2013 ISSN 1693-248X

sistem pertanian organik dan lokasi Elsevier Applied Science


perkebunan yang sama sekali tidak Publishers.
terdapat kegiatan industri yang
memungkinkan memberi andil terhadap Effendi. M. S. (2002). “Kinetika
pencemaran logam berat tersebut. fermentasi asam asetat (vinegar)
oleh bakteri Acetobacter aceti
SIMPULAN B127 dari etanol hasil fermentasi
limbah cair pulp kakao”. Bogor:
Berdasarkan dari hasil penelitian Fakultas Teknologi dan Industri
dapat disimpulkan bahwa pembentukan Pangan.
asam asetat dengan tanpa penambahan
starter Acetobachter aceti tidak Raudah, dan Ernawati. (2012).
memenuhi standar mutu hanya pada Pemanfaatan Kulit Kopi Arabika
kriteria uji total padatan terlarut. dari Proses Pulping untuk
Sedangkan pembentukan asam asetat Pembuatan Bioetanol. Jurnal
dengan penambahan bakteri A. aceti Reaksi vol.10 No.1. Politeknik
dan memenuhi kriteria uji mutu asam Negeri Lhokseumawe.
asetat dari limbah cair kulit kopi
berdasarkan dari standar mutu nira aren Waluyo. (2007). “Mikrobiologi
(arenga pinnata) SNI 01-4371-1996 Umum”. Malang: Universitas
yaitu: kadar asam asetat: 6,48%, kadar Muhammadiyah Press.
alkohol: 4,35%, TPT: 1,27%, pH: 4 dan
cemaran logam (Pb: -0,3116, Cu: -
0,7397, Zn: -0,5623).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional (BSN).


(1996). “Cuka Fermentasi SNI
01-4371-1996”. Jakarta:
Departemen Perindustrian
Republik Indonesia.

Baharuddin, dan Syahidah. (2008).


“Penentuan Mutu Cuka Nira
Aren (Arenga Pinnata)
Berdasarkan SNI 01-43711996”.
Makassar: Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin.

Clarke, R. J., & Macarae, R. (Eds.)


1985. Coffee: volume 1-
Chemistry (pp. 1-7). England:

52

Anda mungkin juga menyukai