Anda di halaman 1dari 61

PENERAPAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN

TUBERCULOSIS TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

SALMAN ALPARISI
(NIM : PO.71.20.2.17.070)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TUBERCULOSIS


TAHUN 2020

Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk


Memenuhi Salah Satu Persyaratan memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan

SALMAN ALPARISI
(NIM : PO.71.20.2.17.070)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Salman Alparisi
Nim : PO.71.20.2.17.070
Program studi : Keperawatan Baturaja
Institusi : Poltekkes Kemenkes Palembang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya tulis ilmiahsaya sendiri dan bukan
merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiahini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Baturaja, 01 Juli2020.
Pembuat Pernyataan

Salman Alparisi
PO.71.20.2.17.070

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

H .Umar HM, SKM.M.Kes Meilina Estiani, SKM .M.Kes


NIP.19660512 198903 1 002 NIP: 19670517 199003 2 002

iii
Poltekkes Kemenkes Palembang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiahini adalah hasil karya Psendiri,dan sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk. Telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : SALMAN ALPARISI
NIM : PO.71.20.2.17.070
Program Studi : D III Keperawatan Baturaja
Judul Karya Tulis Ilmiah:Penerapan Batuk Efektip Pada Pasien Tuberculosis

Baturaja, 01 Juli 2020


Yang membuat pernyataan

SALMAN ALPARISI
NIM : PO.71.20.2.17.070

iv
Poltekkes Kemenkes Palembang
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis IlmiahSalman Alparisi NIM.PO.71.20.2.17.070 dengan judul


“Penerapan Batuk Efektifpada Klien Tuberculosis Tahun 2020” telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Baturaja 01 juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

H .Umar HM, SKM.M.Kes Meilina Estiani, SKM .M.Kes


NIP.19660512 198903 1 002 NIP: 19670517 199003 2 002

v
Poltekkes Kemenkes Palembang
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiaholeh Salman Alparisi NIM.PO.71.20.2.17.070 dengan


judul “Penerapan Batuk Efektifpada Klien Tuberculosis Tahun 2020” telah
diperiksa, disetujui dan telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
01Juli 2020.

Dewan Penguji

Penguji anggota 1
Penguji Anggota II

D Eka Harsanto. S.Kp.M.Kes


NIP.197612222003121001 Suparno, APP.M.Kes
NIP. 19640320 198803 1 004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan Baturaja

H. Gunardi Pome, S.Ag, SKM, S.Kep, M.Kes


NIP.196905251989031002

vi
Poltekkes Kemenkes Palembang
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:
“ Seorang Profesional Berawal Dari Amatir ”
Persembahan:
 Alhamdulillah terimakasih kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kenikmatan kemudahan serta kelancaran yang luar biasa
kepada saya dalam penyelesaian laporan ini.

 Teruntuk kedua orang tua ku Bpk Hairullah dan ibu Yohana Wati yang tiada
henti memberikan do’a semangat baik moral maupun materi hingga saya
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

 Teruntuk kakak-kakakku yang telah membimbing saya dari kecil hingga


sekarang saya ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya tanpa henti.

 Teruntuk semua dosen pengajar dan pembimbing utama bapak HJ.Umar


HM,SKM.M.Kes dan pembimbing kedua Ibu Meilina Estiani,SKM.M.Kes
Terimakasih atas support dan bimbingannya semoga apa yang telah diajarkan
selalu bermanfaat untuk cita-citaku dan dipermudah urusan dunia dan di
akhirat.

 Teruntuk kakak-kakak alumniku terimakasih atas support yang tiada henti


.semoga Allah membalaskan budi baik kalian.

 Teruntuk teman seperjuanganku yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang
selalu saling support dalam menyelesaikan tugas akhir ini terimakasih semoga
kita sukses dunia akhirat.

 Teruntuk seluruh teman seperjuangan sekaligus keluarga besar Angkatan XVI


terimakasih buat tiga tahun kebersamaan kita yang telah banyak mengukir
cerita indah yang kelak akan menjadi sebagian dari sejarah.

 Dan tak terlupa ku persembahkan untuk almamater tercinta Poltekkes


Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja.

v
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT

 IDENTITAS DIRI
 Nama Lengkap : Salman Alparisi
 Tempat/Tanggal Lahir : Teluk Agung,15 juli 2000
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Alamat: Desa Tanjung Besar, Kec .Mekakau Ilir Kabupaten Oku Selatan

 IDENTITAS ORANG TUA


 Orang tua kandung
 Nama Ayah : Hairullah
 Nama Ibu : Yohana Wati

 RIWAYAT PENDIDIKAN
 Tahun 2005-2011 : SD NEGRI PULAU DUKU
 Tahun 2011-2014 : SMP NEGERI 1 MEKAKAU ILIR
 Tahun 2014-2017 : SMK KESEHATAN RIZKI PATYA BATURAJA
 Tahun 2017-2020 : Politeknik Kesehatan Palembang
 Program Studi Keperawatan Baturaja
 Tahun 2017-2018 : Tingkat 1
 Tahun 2018-2019 : Tingkat 2
 Tahun 2019-2020 : Tingkat 3

v
Poltekkes Kemenkes
KATA

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini tepat waktu. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan
dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli
Madya Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Baturaja. Saya menyadari
bahwa dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan
dari banyak pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.SI, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
3. Bapak Gunardi Pome, S.Ag, SKM, S.Kep. M.Kes selaku Ketua Program
Studi Keperawatan Baturaja
4.H. Umar HM, SKM.M.Kes selaku pembimbimbing I
5. Meilina Estiani, SKM.M.Kesselaku pembimbimbing II
6. D Eka Harsanto, S.Kp.M.Kesselaku Pembimbing akademik dan penguji I
7. Suparno APP.M.Kesselaku Penguji II
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf pengajar Program Studi
Keperawatan Baturaja. Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan maka kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya
Tulis Ilmiah saya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri saya
sendiri dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Baturaja,01Juli 2020

Penulis

i
Poltekkes Kemenkes
ABSTRA

Salman Alfairisi. Juli 2020. Penerapan Batuk Efektifpada Klien Tuberculosis


Tahun 2020. Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi
Keperawatan Baturaja Pembimbing (I) :H.umar
HM.SKM.M.Kes (II) : Meilina Estiani, SKM.M.Kes.

Latar belakang :Tuberkolusis merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh


bakteri mycobacterium tubercolusis. Bakteri ini berbentuk basil dan bersifat tahan
asam sehingga di kenal juga sebagai basil tahan asam (BTA) bakteri ini pertama
kali di temukan oleh robert koch pada tanggal 24 meret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama basil koch. TB paru terutama
menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer, selain itu tuberkolusis dapat
juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TB paru menular
melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat (Darliana 2015).
Laporan WHO menyatakan bahwa jumlah terbesar kasus tuberkolusis paru (TB
paru) terjadi di asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia,namun bila
di lihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus 100.000 penduduk. Di
perkirakan angka kematian akibat TB paru adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta
setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat penyakit ini di asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
mortalitas terbesar 39 orang per 100.000 penduduk. Indonesia menduduki urutan
ketiga setelah india dan China dalam jumlah penderita TB paru di dunia. Jumlah
penderita TB paru dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat, saat ini setiap
menit satu pemderita baru TB paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TB paru di indonesia.
Tujuan :tujuan studi kasus ini adalah diperoleh gambaran implementasi
Penerapan Batuk Efektifpada Klien Tuberculosis.
Metode :Penelitian ini adalah penelitian naratif studi literatur yang
menggambarkan implementasi Penerapan Batuk Efektifpada Klien Tuberculosis.
Hasil : hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh batuk efektif terhadap
pengeluaran sputum pada pasien TB yang didapat melalui pendidikan kesehatan
ataupun penyuluhan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Kesimpulan :Latihan batuk efektif mampu mengatasi bersihan jalan nafas tidak
efektif berupa penderita tersebut tahu apa manfaat pera batuk efektif,
tahu cara dan kapan batuk efektif tersebut dilakukan
Kata kunci :TB Paru, penerapan latihan batuk efektif

x
Poltekkes Kemenkes
ABSTRAC

Salman Alfairisi. July 2020. Effective Application of Cough on Tuberculosis


Clients in 2020. Poltekkes Kemenkes Palembang Study Program
for Baturaja Nursing Advisor (I): H.umar HM.SKM.M.Kes (II):
Meilina Estiani, SKM.M.Kes.

Background: Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium


mycobacterium tubercolusis. This bacterium is in the form of bacillus and is acid
resistant so it is also known as acid resistant bacillus (BTA). This bacterium was
first discovered by Robert Koch on 24th Meret 1882, so as to commemorate his
services, the bacteria are named basil koch. Pulmonary TB primarily attacks the
lungs as a place of primary infection, besides tuberculosis can also attack the skin,
lymph nodes, bones, and the lining of the brain. Pulmonary TB is transmitted
through infectious droplets that are inhaled by healthy people (Darliana 2015).
The WHO report states that the largest number of cases of pulmonary tuberculosis
(pulmonary TB) occur in Southeast Asia, which is 33% of all TB cases in the
world, but when viewed from the population there are 182 cases of 100,000
population. It is estimated that the death rate from pulmonary TB is 8000 every
day and 2-3 million every year. The 2004 WHO report states that the greatest
number of deaths from this disease in southeast asia is 625,000 people or the
largest mortality rate is 39 people per 100,000 population. Indonesia ranks third
after India and China in the number of pulmonary TB sufferers in the world. The
number of people with pulmonary TB from year to year in Indonesia continues to
increase, now every minute one new sufferer of pulmonary TB, and every two
minutes a new contagious pulmonary TB patient appears. In fact, every four
minutes one person dies due to pulmonary TB in Indonesia.
Purpose: the purpose of this case study is to obtain an overview of the
implementation of the Effective Cough Application in Tuberculosis Clients.
Method: This research is a narrative study of literature studies that illustrates the
implementation of Effective Cough Implementation in Tuberculosis Clients.
Results: the results of this study showed that the effect of cough was effective on
sputum removal in TB patients obtained through health education or counseling
provided by the health team.
Conclusion: Effective coughing exercises can overcome the ineffective airway
cleansing in the form of the sufferer knows what the benefits of effective cough,
know how and when the effective cough is done

Keywords: Pulmonary TB, application of effective cough exercises

x
Poltekkes Kemenkes
KATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahini tepat
waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiahini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi Keperawatan Baturaja Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada kesempatan
ini izinkan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang
2. Ibu Devi Mardianti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
3. Bapak H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Pd, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi
Keperawatan Baturaja beserta Staf Dosen dan Tata Usaha Program Studi
Keperawatan Baturaja.
4. Bapak H. Umar Hasan Martadinata, SKM, M.Kes selaku pembimbing I
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
5. Ibu Meilina Estiani, SKM, M.Kes selaku pembimbing II dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah
6. Bapak D Eka Harsanto. S.Kp.M.Kesselaku ketua penguji I
7. Bapak Suparno, APP, M.Kes selaku penguji II

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiahini jauh dari kesempurnaan


maka kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Studi Literaturesaya.
Semoga Karya Tulis Ilmiahini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
Baturaja, 01Juli 2020

Penulis

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR
Halaman Sampul Depan
Halaman Sampul Dalam...........................................................................................i
Halaman Pernyataan Orisinilitas..............................................................................ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan...................................................................iii
Halaman Persetujuan...............................................................................................iv
Halaman Pengesahan...............................................................................................v
Motto dan Persembahan..........................................................................................vi
Daftar Riwayat Hidup............................................................................................vii
Halaman Kata Pengantar.......................................................................................viii
Halaman Abstrak.....................................................................................................ix
Halaman Daftar Isi..................................................................................................xi
Halaman Daftar Tabel............................................................................................xii
Halaman Daftar Lampiran.....................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Tuberculosis...........................................................................4
2.1.1. Definisi............................................................................................................4
2.1.2 Etiologi............................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................8
2.1.5 Patwhay...........................................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinik...........................................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan............................................................................................10
2.1.8 Komplikasi....................................................................................................13
2.2 Konsep Batuk Efektif.......................................................................................14
2.2.1 Pengertian Batuk Efektif...............................................................................14
2.2.2 Tujuan Batuk Efektif.....................................................................................15
2.2.3 SOP Batuk efektif.........................................................................................15
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Tuberculosis....................................................15
2.3.1 Pengkajian.....................................................................................................16
2.3.2 Analisa Data..................................................................................................17
2.3.3 Diagnosis Keperawatan.................................................................................17
2.3.4 Intervensi Keperawatan.................................................................................18
2.3.5 Implementasi Keperawatan...........................................................................18
2.3.6 Evaluasi.........................................................................................................19
2.4 Prosedur Menurut Jurnal..................................................................................20
2.5 Prosedur Menurut Jurnal..................................................................................22

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian..............................................................................................22


3.2 Variabel Penelitian...........................................................................................22
3.3 Kriteria Literatur yang Digunakan...................................................................22
3.4 Sumber Artikel.................................................................................................22
3.5 Langkah Studi Literatur...................................................................................23
3.6 Analisa Data dan Penyajian Hasil Penelitian...................................................23
3.7 Etika Penelitian................................................................................................28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................................29
4.2 Pembahasan......................................................................................................38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................................41
5.2 Saran.................................................................................................................41
5.2.1 Bagi Fasilitas Peleyanan Kesehatan..............................................................41
5.2.2 Bagi Pengembangan Keilmuan.....................................................................41
5.2.3 Bagi Penelitian Lanjutan...............................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Patwhay....................................................................................................................8
Analisa Data...........................................................................................................16
Variabel Penelitian.................................................................................................22
Review....................................................................................................................24
Review....................................................................................................................33
DAFTAR LAMPIRAN
Bukti proses bimbingan
Lembar kegiatan
Jurnal full teks

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Analisa Data ..................................................................... 16


Tabel 3.1. Tabel Review ................................................................... 24
Tabel 4.1. Tabel Review ................................................................... 33

x
Poltekkes Kemenkes
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkolusis merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri
mycobacterium tubercolusis. Bakteri ini berbentuk basil dan bersifat tahan
asam sehingga di kenal juga sebagai basil tahan asam (BTA) bakteri ini
pertama kali di temukan oleh robert koch pada tanggal 24 meret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama basil koch.
TB paru terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer, selain
itu tuberkolusis dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput
otak. TB paru menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang
sehat (Darliana 2015)
Laporan WHO menyatakan bahwa jumlah terbesar kasus tuberkolusis paru
(TB paru)terjadi di asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di
dunia,namun bila di lihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus 100.000
penduduk. Di perkirakan angka kematian akibat TB paru adalah 8000 setiap
hari dan 2-3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa
jumlah terbesar kematian akibat penyakit ini di asia tenggara yaitu 625.000
orang atau angka mortalitas terbesar 39 orang per 100.000 penduduk
Indonesia menduduki urutan ketiga setelah india dan China dalam jumlah
penderita TB paru di dunia. Jumlah penderita TB paru dari tahun ke tahun di
indonesia terus meningkat, saat ini setiap menit satu pemderita baru TB paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TB paru di
indonesia.
Penyakit TB paru dapat menyerang siapa saja dan di mana saja. Setiap
tahunnya, terdapat 250.000 kasus abru TB dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya di sebababkan oleh TB paru. Indonesia masih
menempati urutan ketiga di dunia untuk jumlah kasus TB setelah india dan
China.

1
Poltekkes Kemenkes
2

Di indonesia tuberkolusis merupakan penyebab mortalitas nomor satu di


antara penyakit menular dan merupakan penyebab mortalitas ketiga setelah
penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada semua kalangan usia.
Di provinsi sumatera selatan prnderita tuberkulosis paru terdapat 6.853
dari semua jumlah penduduk sumatra selatan yaitu 8.043.093 jiwa. Penderita
TB paru di perkirakan berusia 15 tahun keatas.(DINKES SUMSEL 2017).
Data yang di dapatkan dari dinas kesehatan wilayah kebupaten OKU di
ketahui bahwa 1258 orang menderita tuberkulosis paru dari jumlah penduduk
sebanyak 54.488 orang (Dinkes wilayah KAB.OKU 2017)
Berdasarkan dari rekapan hasil kunjungan pasien selama 2014 di ketahui
bahwa kasus tuberkulosis paru di UPTD sekarjaya sebanyak 17 orang dari
awal bulan januari-maret jumlah laki-laki dan perempuan 0 orang .awal bulan
april-juni yaitu 4 pada laki-laki dan 2 pada perempuan.awal bulan oktober-
desember di dapatkan data 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Maka hasil data di atas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada klien TB paru di wilayah kerja UPTD puskesmas
sakarjaya kec.baturaja timur KAB.OKU untuk meminimalkan dampak negatif
dari tuberkulosis paru dan sebagai kasus kelolaan tugas ahir ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran hasil implementasi penerapan
latihan batuk efektif dalam membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diperoleh gambaran implementasi dengan latihan batuk efektif
dalam membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi penelitianlatihan batuk efektif dalam
membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru.

Poltekkes Kemenkes
3

2. Menganalisi hasil penelitian dengan latihan batuk efektif dalam


membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru.
3. Dirumuskannya rekomendasi hasil penelitian tentang latihan batuk
efektif dalam membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru.

1.4 Manfaat Penelitian


Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi Rumah sakit, hasil penelitian ini sebagai Dasar Pengembangan
Standar/ Pedoman membebaskan jalan nafas tidak efektif pada pasien TB
Paru dengan latihan batuk efektif.
2. Pedoman Kerja bagi Perawat dalam melaksanakan latihan batuk efektif
dalam membebaskan jalan nafas pada pasien TB paru.
Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberimanfaat
1. Evidance Base Nursing Practice implementasi latihan batuk efektif dalam
meningkatkan jalan bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang mengembangkan
metodelatihan batuk efektifatau implementasi keperawatan lainnya dalam
peningkatan bersihan jalan nafas tidak efektif.

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit Tuberculosis Paru


2.1.1 Definisi
Tubercolusis adalah penyakit infeksi menular yang di sebabkan
melalui mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainya.bakteri ini dapat masuk melalaui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan(GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi
paling banyak melalui inhalasi dropet yang berasal dari orang terinfeksi
bakteri tersebut.(Sylvia A.price)
Klasifikasi tuberculosis dari system lama:
1. Pembagian secara patologis
- Tuberkolusis primer (childhood tubercolusis)
- Tuberkolusis post-primer (adult tubercolusis)
2. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkolusis paru
(kochpulmonum)aktip,non aktif dan quiescen (bentuk aktif
yang menyembuh)
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
- Tuberkolusis minimal
- Moderately advanced tuberkolusis
- Faradvanced tuberkolusis

Klasifikasi menurut american thoracic society:

1. Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat


kontak negative,tes tuberculin negative
2. Kategori 1: terpajan tuberkolusis, tapi tidak terbukti ada
infeksi. Disisni riwayat kontak positif, tes tuberculin negative
3. Kategori 2: terinfeksi tuberkolusis, tetapi tidak sakit. Tes
tuberculin positif, radiologis dan sputum negative
4. Kategori 3: terinfeksi tuberkolusis dan sakit

4
Poltekkes Kemenkes
5

Klasifikasi di indonesia di pakai berdasarkan kelainan klinis,


radiologis, dan makrobiologis:

1. Tuberkolusis paru
2. Bekas tuberkolusis paru
3. Tuberkolusis paru tersangka, yang terbagi dalam:
- TB tersangka yang di obati: sputum BTA(-), tetapi tanda-
tanda lain positif.
- TB tersangka yang tidak di obati: sputum BTA negative dan
tanda-tanda lain juga meragukan.

Klasifikasi menurut WHO 1991 TB di bagi dalam 4 kategori


yaitu:(sudoyono aru)

1. Kategori 1, ditujukan terhadap:


- Kasus baru dengan sputum positif
- Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, ditujukan terhadap:
- Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
- Kasus TB ekstra paru selain dari yang di sebut dalam
kategori
4. Kategori 4, ditujukan terhadap :TB kronik

2.1.2 Etiologi

Penyebab tuberkolusis adalah mycobacterium tubercolusis.


Basil ini tidak bersepora sehingga mudah di basmi dengan
pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tubercolusis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe
bovin berda dalam susu sapi yang menderita mastifis tuberkolusis usus.

Poltekkes Kemenkes
6

Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penderita TBC,dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya.(wim de jong).

Setelah oraganis terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat


bertahan hidup dan menyebarkenodus limfatikus lokal. Penyebaran
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana
infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.(patrick Davey)

Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase:wim de jong)

1. Fase 1 (fase tubercolusis primer)


Masuk ke dalam paru dan berkembamg biak tanpa menimbulkan reaksi
pada pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten): fase dengan kuman yang tidur(bertahun-
tahun/seumur hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan
keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf hilus,leher dan ginjal.
4. Fase 4: dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat
menyebar ke organ yang lain dan yang kedua ginjal setelah paru.

2.1.3 Patofisiologi

Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru


ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung
basil TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-
layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB.

Saat mycrobacterium tuberkolusis berhasil menginfeksi paru-


paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
grobular.biasanya melalui serangkaiyan reaksi imonologis bakteri TB
paru ini akan berusaha di hambat melalui pembentukan dinding di

Poltekkes Kemenkes
7

sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan


dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto roontgen.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi


inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag)menelan banyak
bakteri:limpospesifik-tubercolusis melisis(menghancurkan )basil dan
jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli,menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal
terjadi dalam2-10 minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan paru yang di sebut granulomas merupakan


gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas di ubah menjadi massa
jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini di sebut tuberkel
ghon dan menjadi nikrotik membentuk masa menjadi seperti keju. Masa
ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kalagenosa. Bakteri
menjadi dorman,tanpa perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami


penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon
system imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan
aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi
tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh.

Tuberkel yang menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru


yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia lebih lanjut.

Poltekkes Kemenkes
8

2.1.4 Pathway Tuberkolusis (TBC)

Microbacteriu Droplet infection Masuk lewat jalan nafas


m
Menempel pada paru-paru

Keluar dari
tracheoblonchial
Di bersihkan oleh mikrofag Menetap di jaringan paru
Terjadi proses peradangan
Sekret keluar saat batuk

Batuk produktif Ketidak efektif Alveolus


Menurunnya
Bagian tengah
(batuk terusnekrosis bersihan jalan mengalami
kerusakan efek

Gangguan pertukaran gas


Pembentukan sputum berlebihan

Droplet infection Batuk berat


Intake nutrisi kurang
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
Terhirup orang sehat Distensi abdomen
dari kebutuhan

Resiko infeksi Mual, muntah

Poltekkes Kemenkes
9

2.1.5 Manifestasi Klinis

1. Demam 40-41°C, serta ada batuk/batuk darah


2. Sesak nafas dan nyeri dada
3. Malaise,keringat malam
4. Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
a. Berkurangnya BB 2 berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
b. Demam tanpa sebab jelas,terutama jika berlanjut sampai 2
minggu
c. Batuk kronik ≥ minggu, dengan atau tanpa wheeze
d. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa

2.1.6. Pemeriksaan penunjang


Menurut mansjoer,dkk (1999:hal 472), pemeriksaan diagnostik
yang di lakukan pada klien dengan tuberkolusis paru,yaitu:
1. Laboratorium darah rutin:LED normal /meningkat,limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA:untuk memastikan diagnostik TB
paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-
70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes pap (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya igG spesifik
terhadap basil TB
4. Tes mantuox/tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menetukan adanya igG spesifik terhadap
basil TB
5. Teknik polymerase chain reaction

Poltekkes Kemenkes
1

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amflifikasi dalam


meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga
dapat mendeteksi adanya resistensi
6. Becton dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh mikobakterium tuberkolusis
7. MYCODOT
Deteksi anti bodi memakai antigen liporabinomannan yang di
rekatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic,
kemudian di celupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology:rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,yaitu:
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment
apikal lobus bawah
- Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian
- Bayangan millie

2.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkolusis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
dan fase lanjutan. Paduan oabat yang di gunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. jenis obat utama (lini 1)yang di gunakan adalah
- Rifampisin
Dosis 10mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3X/minggu

Poltekkes Kemenkes
1

BB>60 kg :600 mg
BB40-60 kg :450 mg
BB<40 kg :300 mg
Dosis intermiten 600 mg/kali
- INH
Dosis 5 mg/kg BB,maksimal 300 mg,10mg/kg BB 3 kali
seminggu, 15 mg/kg BB 2
Kali seminggu atau 300mg/hr
Untuk dewasa.intermiten :600mg/ kali
- pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB ,35mg/kg BB3 kali
seminggu, 50 mg/kg BB 2 kali
Seminggu atau
BB>60kg :1500 mg
BB 40-60 kg :1000 mg
BB<40 kg :750 mg
- streptomisin
Dosis 15mg/kgBBatau
BB>60kg:1000mg
BB40-60kg:750mg
BB<40kg:sesuai BB
- Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kgBB, fase lanjutan 15
mg/kgBB, 30mg/kg BB 3X
Seminggu ,45mg/kg BB 2X seminggu atau
BB>60 kg: 1500mg
BB40-60 kg :1000mg
BB<40 kg: 750 mg
Dosis intermiten 40mg/kgBB/kali
b. kombinasi dosis tetap (fixed dose combination), kombinasi
dosis tetap ini terdiri dari:

Poltekkes Kemenkes
1

- empat obat antituberkolusis dalam satu tablet,yaitu


rifampisin 150mg,Insoniazid 75mg,pirazinamid 400mg
dan etambutol 275 mg dana obat antituberkolusis dalam
satu tablet,yaitu rifampisinIsoniazid 75mg dan
pirazinamid 400mg
- kombinasi dosis tetap WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap,penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari
selama fase intensif,sedangkan Fase lanjutan dapat
menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkolusis
seperti yang selama ini telah di gunakan sesuai dengan
pedoman pengobatan.
c. jenis obat tambahan lainya (lini 2)
- kanamisin
- kuinolon
- obat lain masih dalam penelitian:
makrolid,amoksilin+asam klavulanat
- Drivat rifampisn dan INH
Sebagian penderita TB dapat menyesikan pengobatan tanpa
efek samping.Namun sebagian kecil dapat mengalami efek
samping. Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya
efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan

2. Paduan obat anti tuberkolusis


Pengobatan tuberkolusis di bagi menjadi:
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
Paduan obat yang di berikan :2RHZE /4 RH
Alternatif :2RHZE /4R3H3 atau (program P2TB) 2RHZE/6HE
Paduan ini di anjurkan untuk:
- TB paru BTA(+), kasus baru
- TB paru BTA(-), dengan gambaran radiologik lesi luas
- TB paru di luar paru kasus berat

Poltekkes Kemenkes
1

Pengobatan fase lanjutan ,bila diperlukan dapat diberikan


selama 7 bulan, dengan paduan2RHZE / 7RH, dan
alternatif 2RHZE / 7R3H3,seperti pada keadaan:
- TB dengan lesi luas
- Di sertai dengan penyakit komorbid (Diabets melitus,
- Pemakaiyan obat imunosupresi/kortikosteroid)
- TB kasus berat (milier,dll)
Bila ada fasilitas biarkan dan uji risistensi,pengobatan di
sesuaikan dengan hasil uji risistensi.
b. TB paru (kasus baru),BTA negatif
Paduan obat yang di berikan :2RHZ/4RH
Alternatif :2RH/4R3H3 atau 6RHE
Paduan ini di anjurkan untuk:
- TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi
minimal
- TB di luar paru kasus ringan
- TB paru kasus kambuh

c. TB paru kasus kron


- Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil resistensi (minimal ada 2 macam
OAT yang masih sensitif dengan H tetap di berikan
walaupun resisten) di tambah dengan obat lain seperti
kuinolon,betalaktam,makrolid
- Jika tidak mampu dapat di berikan INH seumur hidup.
Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan
- Kasus TB paru kronik perlu di rujuk ke ahli paru

Poltekkes Kemenkes
1

2.1.8Komplikasi
1. Kerusakan tulang dan sendi
2. Kerusakan otak
3. Kerusakan hati dan ginjal
4. Kerusakan jantung
5. Gangguan mata
6. Resistensi kuman

2.2. Konsep Batuk Efektif


2.2.1. Pengertian batuk efektif
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, di mana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal. Jika sputum terlalu kental untuk
dapat di keluarkan, ada baiknya mengurangi viskositasnya dengan
meningkatkan kandungan airnya melalui hidrasi yang adekuat.
(Widiastuti, 2019)
Pada beberapa kondisi paru, seperti bronkhitis kronis,emfisema,
dan fibrosis kistik, lendir kental berkumpul di dalam paru-paru. Kondisi
ini membuat anda lebih sulit bernafas dan meningkatkan kemungkianan
anda menderita pneumonia atau infek lain. Untuk membantu
mengencerkan lendir dan mengeluarkan dari paru-paru. Dokter telah
mengajukan supaya anda melakukan fisiotrapi dada. Tindakan ini
meliputi drainase postural, perkusi dada, dan batuk efektif. Ingatlah
meminum banyak cairan (sekurang-kurangnya 1893 ml per hari) juga
akan membantu mengencerkan lendir. Batuk efektif jika di lakukan
dengan baik dan tepat akan terlihat perbedaan yang cukup mencolok
terhadap pengeluaran sputum di bandingkan dengan batuk biasa adalah
dengan cara yang benar.(Widiastuti, 2019)

Poltekkes Kemenkes
1

2.2.2. Tujuan Batuk Efektif


Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi
dan mencegah resiko tinggi retansi sekret. Pemberian batuk efektif di
laksanakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan ketidak
efektifan jalan nafas dan masalah resiko tinggi infeksi saluran
pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi sekret
pada jalan nafas yang sering di sebabkan oleh kemampuan batuk yang
menurun atau adanya nyeri setelah pembedahan thoraks atau
pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien merasa malas untuk
melakukan batuk. Hal tersebut merupakan masalah yang sering di
temukan perawat praktisi di klinik keperawatan.(Widiastuti, 2019)

2.2.3. SOP Batuk Efektif


Cara melakukan batuk efektif posisi badan agak condong
kedepan, kemudian hirup nafas dalam 2 kali secara perlahan-lahan
melalui hidung dan hembuskan melalui mulut hirup nafas dalam ketiga
kalinya di tahan 3 detik kemudian batukan dengan kuat 2 atau 3 kali
secara berturut-turut tanpa menghirup nafas kembali selama melakukan
batuk kemudian nafas ringan.batuk ini di perlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar.karena telibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk paru ada setelah penyakit
berkembang dalam jarinagn paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk di mulai dari batuk
kering (non-produktif ) setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum)

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Pasien Tuberkolusis


2.3.1. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi:nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, alamat, suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no. Register/MR, serta penanggung jawab.

Poltekkes Kemenkes
1

2. Riwayat kesehatan (soemantri,2009)


a. riwayat kesehatan dahulu (RKD). Apakah klien sering merokok,
serta jenis gangguan kesehatan yang di alami sebelumnya,
misalnya cidera dan pembedahan.
b. Riwayat kesehatan sekarang (RKS). Apakah klien mengalami
demam tinggi,batuk kurang lebih selama 3 minggu, nafas sesak,
kurangnya nafsu makan, nyeri dada
c. Riwayat kesehatan keluarga(RKK). Apakah keluarga klien
mengatakan ada riwayat penyakit emfisema, asma, alergi, dan
TB.
3. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien mengikuti beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku klien. Perawat
mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien tentang kapasitas
fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan
perlunya pengkajian psiko-sosio-spiritual yang seksama. Pada
kondisi, klien dengan TB paru sering mengalami kecemasan sesuai
dengan keluhan yang di alaminya (Zulkarnain.2011).
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi : pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaanumum, pemeriksaan
tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (blood, B3 (brain), B4
(bladder), B5 (bowel), dan B6 (bone) serta pemeriksaan yang fokus
pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.

2.3.2. Analisa data


NO. Masalah keperawatan Penyebab Data
(Problem) (Etiologi) (Sign/Symptom)

Poltekkes Kemenkes
1

Data Subjektif :
Bersihan jalan nafas Sekresi yang
tidak efektif tertahan Tidak ada data subjektif
yang tersedia pada
masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak
efektif
Data Objektif :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan
nafas (pada neonates)

2.3.3. Diagnosis keperawatan


Definisi
Ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten

2.3.4. Intervensi keperawatan


Definisi
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk
membersihkan laring, trakea dan bronkeolus dari sekret atau benda asing
di jalan nafas.
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas

Poltekkes Kemenkes
1

4) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)


Terafeutik
1) Atur posisi semi-fowler atau fowler
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3) Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, di tahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (di bulatkan) selama 8 detik
3) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
(SIKI PPNI, 2018)

2.3.5. Implementasi
Tindakan
Mengobservasi
1. Mengindentifikasi kemampuan batuk
2. Memonitor adanya retensi sputum
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
4. Memonitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
Terafeutik
1. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
2. Memasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Membuang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

Poltekkes Kemenkes
1

2. Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,


di tahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (di bulatkan) selama 8 detik
3. Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
4. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
1) Berkolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
(SIKI PPNI, 2018)

2.3.6. Evaluasi
Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
EkspektasiMembaik
Kreteria Hasil
1) Ventilasi semenit meingkat
2) Kapasitas vital meningkat
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Tekanan ekspirasi meningkat
5) Tekanan inspirasi meningkat
6) Dispnea menurun
7) Penggunaan otot bantu nafas menurun
8) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9) Ortopnea menurun
10) Pernapasan pursed-lip
11) Pernapasan cuping hidung
12) Frekuensi nafas membaik
13) Kedalaman nafas membaik
14) Ekskursi dada membaik

Poltekkes Kemenkes
2

2.4. Prosedur Menurut Jurnal


Berdasarkan penelitian Siti Fatimah dan Syamsudin (2019) didapatkan hasil
bahwa :

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Juni 2018 pukul 09.15 WIB,


dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Diperoleh data
observasi pemeriksaan paru dengan inspeksi: napas spontan, gerakan
dinding dada simetris, perkusi: suara redup, palpasi: taktil fremitus teraba
sama, auskultasi: terdengar suara ronkhi di kedua paru, karena adanya
peningkatan produksi sekret pada saluran pernapasan, kesadaran
composmentis, tampak lemas, sesak nafas, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 89 x/menit, suhu 36,7 0C, respirasi 26 x/menit, BB 58 kg, TB 160
cm. Sedangkan hasil wawancara dengan Tn. M diperoleh data Tn. M
mengatakan batuk berdahak susah keluar selama kurang lebih 6 bulan,
badan terasa lemas, sesak nafas, dada terasa nyeri, mual, nafsu makan
menurun, berat badan turun, dan berkeringat dingin saat malamhari.

Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen thorax pada tanggal 06 Juni


2018, didapatkan hasil infiltrat di kedua lapangan pulmo suspect TBParu.
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu infus ringer laktat (RL) 20 tpm,
nebul ventolin dan pulmicort (1:1) 3x1 hari dan pasien juga mendapat obat
khusus untuk penyakit yang dideritanya, yaitu obat merah yang berisikan
lima komponen, terdiri dari: Rifampisin,
Isoniazid/INH,Pirazinamid,Streptomisin, dan Etambutol yang disingkat
menjadi(RHZSE).
Implementasi keperawatan pada hari pertama yang dilakukan yaitu
mengauskultasi suara napas, memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi, mengajarkan teknik batuk efektif dan fisioterapi dada,
mengauskultasi suara napas setelah dilakukan tindakan batuk efektif, dan
memonitor kemampuan batuk efektif pasien. Sebelum dilakukan
implementasi penulis melakukan apersepsi pada Tn. M dan keluarga
berkaitan dengan penyakit yang diderita Tn. M. Keluarga dan Tn. M

Poltekkes Kemenkes
2

mengatakan belum mengetahui cara yang tepat agar sekret dalam saluran
pernapasan dapat dikeluarkan dengan mudah. Kemudian peneliti membuat
kontrak dengan Tn. M dan keluarga untuk mengajarkan teknik batuk
efektif dan fisioterapidada.

2. Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas
(Hidayat, 2012). Sebelum dilakukan batuk efektif, terlebih dahulu
dilakukan tindakan fisioterapi dada, karena fisioterapi dada merupakan
suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi dan
vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk
yang efektif (Brunner & Suddarth,2002:647). Alasan pemberian teknik
batuk efektif yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. M
dapat teratasi dan dengan hal tersebut pernapasan pasien dapat berfungsi
secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa dengan melakukan batuk
yang benar yaitu batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal, hal ini
disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulia Alie dan
Rodiyah (2013).Berdasarkan kondisi pada Tn. M saat dikaji, yaitu batuk
berdahak susah dikeluarkan, badan terasa lemas, sesak nafas, dada terasa
nyeri, mual, nafsu makan menurun, berat badan turun, dan berkeringat
dingin saat malam hari, sesuai dengan beberapa gejala yang terdapat pada
teori (Abata, 2014). Maka pemberian tindakan batuk efektif dapat
mengatasi bersihan jalan napas pada Tn. M. Hal ini sesuai dengan tujuan
utama dilakukannya batuk efektif yaitu mempertahankan patensi jalan
napas agar dapat berfungsi dengan baik (NOC,2016).

Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian naratif studi literatur yang
menggambarkan latihan batuk efektif dalam membebaskan jalan nafas pada
pasien TB paru.

3.2 Variabel Penelitian


Penelitian ini akan mengeksplorasi variabel implementasi penerapan
batuk efektif pada pasien TB, serta hubungan atau pengaruh kedua variabel
melalui eksplorasi penelitian/buku/artikel sebelumnya.

Jika digambarkan dalam skema variabel tersebut seperti berikut :

Latihan batuk Bersihan jalan nafas

3.3. Kriteria Literature yang digunakan


Kriteria artikel atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 5 artikel atau hasil penelitian yang dipublikasikan secara online
antara tahun 2015-2019. Artikel atau hasil penelitian tersebut secara full teks
untuk digunakan peneliti sebagai data untuk dianalisi (sebagaimana terlampir
pada penelitian ini.

3.4 Sumber Artikel


Artikel atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
peneliti melalui eksplorasi pada sumber Google Scholar berjumlah 5 jurnal,
Pubmed 0 jurnal dan Researchgate 0 jurnal.

22

Poltekkes Kemenkes
23

3.5. Langkah Studi Literatur

Penentuan lima jurnal yang digunakan peneliti dalam studi literatur


ini dilakukan peneliti melalui langkah sebagai berikut :

1. Peneliti menetapkan topik atau masalah penelitian yaitu implementasi


penerapan batuk efektif pada klien TB Paru dengan gangguan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Menetapkan kata kunci yaitu penerapan batuk efektif, jalan nafas tidak
efektif, TB Paru.
3. Dengan kata kunci tersebut peneliti melakukan pencarian artikel
menggunakan data base dari Google Scholar, Researchgate dan diperoleh
12 artikel.
4. Selanjutnya dari 12 artikel penelitian tersebut melakukan penelaahan dan
terpilih 8 artikel prioritas yang memiliki relevansi yang baik dengan topik
atau masalah riset penelitian.
5. Dari 8 artikel prioritas tersebut selanjutnya peneliti menetapkan 5 artikel
yang digunakan sebagai artikel yang dianalisis untuk menjawab tujuan
penelitian yang dikembangkan peneliti. 5 artikel tersebut meliputi artikel
publikasi dari Rohman (2019), Suardi zurimi (2019), Yuliati alie1,
rodiyah, Siti fatimah1, syamsudin (2019) dan Ns. Linda widiastuti, m.
Kep1, ns. Yusnaini siagian

3.6 Analisa Data dan Penyajian Hasil Penelitian


Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan 5
artikel penelitian yang memiliki relevansi dengan topik atau masalah
penelitian, selanjutnya peneliti menuangkan rangkuman hasil penelitian dari 5
artikel.

Poltekkes Kemenkes
2

3.1 Tabel Review

Sumber Peneliti dan Judul Tujuan Design Sampling Hasil penelitian Simpulan dan saran
Artikel penelitian penelitian
Google Rohman (2019) Untuk Quasy 1 orang Ada pengaruh tehnik Hasil karya ilmiah ini
Scholar menganaliss eksperime batuk efektif terhadap dapat menjadi masukan
Penerapan terapi intervensi terapi n pengeluaran secret bagi perawat untuk
batuk efektif dalam batuk efektif pada pasien tb paru menjadikan salah satu
asuhan keperawatan terhadap intervensi keperawatan
tn.i dengan tb paru perubahan mandiri di rsud dr.
di ruangan rawat bersihan jalan Achmad mochtar
inap paru rsud. Dr. nafas pada bukittinggi dan
Achmad mochtar pasien tb paru di intervensi dalam
bukittinggi tahun rsud d.r achmad penatalaksanaan terapi
2019 mochtar batukefektif
bukittinggi
Google Suardi zurimi Untuk Deskriptif 2 orang Hasil penelitian ini Masalah ketidakefektifan
Scholar (2019) mengetahui adalah masalah bersihan jalan nafas
dengan tepat keperawatan yang sudah teratasi menurut
Asuhan tentang menjadi fokus studi noc dengankriteriahasil
keperawatan penerapan dalam studi kasus ini antaralaina)mendemostra
dengan asuhan yaitu bersihan jalan sikanbatukefektifdansuar
pemberian keperawatan nafas tidak efektif pada anafasyangbersih,tidak
teknik batuk pada klien tn. tn. U.u (klien i) dan tn. ada sianosis dan dyspnea
efektif dalam U.u dan tn. F.s F.s (klien ii) dengan (mampu mengeluarkan
pemenuhankebut dengan tuberculosis paru di sputum dan mampu
uhanoksigenasip tuberkulosis ruangan paru-paru rsud. bernafas dengan mudah).
adakliendengant paru Dr.m. Haullusy dan B)

Poltekkes Kemenkes
2

uberculosisparud menggunakan akan dibahas dalam menunjukanjalannafaspa


i ruangparu- proses pembahasan mulai dari ten(klientidakmerasaterc
parurumahsakitu keperawatan tahap pengkajian, ekik,iramanapas,frekuens
mumdaerahdr. meliputi penegakan diagnosis, ipernapasandalam
M.Haulussyamb pengkajian, implementasi, dan rentang normal, tidak
on diagnosa evaluasi serta akan ada suara napas
keperawatan, dibahas juga abnormal). C) mampu
intervensi, kesenjangan antara mengidentifikasikan dan
implementasi kasus yang dikelola di mencegah faktor yang
dan evaluas rumah sakit dengan dapat menghambat
konsep teori jalannapas

Google Yuliati alie1, Untuk Pra 24 Hasil penelitian Ada pengaruh batuk
Scholar rodiyah mengetahui eksperime responden didapatkan sebagian efektif terhadap
pengaruh batuk n dengan besar responden tidak pengeluaran sputum
Pengaruh efektif terhadap jenis one- dapat mengeluarkan pada pasien tb di
batuk efektif pengeluaran group sputum sebelum dilatih puskesmas peterongan
terhadap sputum pada pre-post batuk efektif sebesar 13 kabupaten jombang
pengeluaran pasien tb di test design responden (54,2%) dan dengan interpretasi
sputum pada puskesmas hampir seluruh cukup (0,427). Pasien tb
pasien tb di peterongan responden dapat dengan melakukan batuk
puskesmas kabupaten mengeluarkan sputum yang benar yaitu batuk
peterongan jombang. sesudah dilatih batuk efektif dapat menghemat
kabupaten efektif sebesar 19 energi sehingga tidak
jombang. responden (79,2%) dan mudah lelah dan dapat
hasil uji statistik chi mengeluarkan dahak
kuadrat 0,021 berarti < secara maksimal dan
0,05 maka ha diterima dianjurkan satu hari

Poltekkes Kemenkes
2

sebelum pemeriksaan
sputum, pasien
dianjurkan minum ± 2
liter untuk
mempermudah
pengeluaransputum

Google Siti fatimah1, Menggambarka Studi 1 orang Tindakan batuk efektif Pasien mengatakan
Scholar syamsudin n penerapan kasus dilakukan dua kali merasa lega karena
(2019) pemberian sehari dengan bantuan dahak dapat
teknik batuk keluarga ataupun dikeluarakan dengan
Penerapan efektif pada mandiri, dan auskultasi mudah setelah
teknik batuk kasus bersihan didapatkan hasil suara dilakukan batuk efektif,
efektif jalan napas pada ronkhi masih terdengar masih terdengar suara
mengatasi tn. M dengan tetapi hanya di sebelah ronkhi di paru sebelah
ketidakefektifa tuberkulosis kanan saja dan sudah kanan, pasien tampak
n bersihan berkurang dari hari lebih nyaman, ekspresi
jalan napas sebelum dilakukan tampak lebih segar,
pada tn. M tindakan batuk efektif respirasi 25x/menit.
dengan pada tn. M
tuberkulosis

Google Ns. Linda widiastuti, Untuk Pra 24 Hasilpenelitian Pasientbdenganmelakuka


Scholar m. Kep1, ns. mengetahui eksperime responden didapatkan sebagian nbatukyangbenar yaitu
Yusnaini siagian, pengaruh batuk n dengan besar responden tidak batuk efektif dapat
m.kep (2019) efektif terhadap jenis one- dapat mengeluarkan menghemat energi
pengeluaran group sputum sebelum dilatih sehingga tidak mudah
Pengaruh b sputum pada pre-post batuk efektif sebesar 13 lelah dan dapat

Poltekkes Kemenkes
2

atuk efektif terhadap pasien tb di test design responden (54,2%) dan mengeluarkan dahak
pengeluaran sputum puskesmas hampir seluruh secara maksimal dan
pada pasien kampung bugis responden dapat dianjurkan satu hari
tuberkulosis di kota mengeluarkan sputum sebelum pemeriksaan
puskesmas kampung tanjungpinang sesudah dilatih batuk sputum, pasien
bugis tanjungpinang efektif sebesar 19 dianjurkan minum ± 2
responden (79,2%) dan liter untuk
hasil uji statistik chi mempermudah
kuadrat0,021berarti<0, pengeluaransputum
05makahaditerima

Poltekkes Kemenkes
28

3.7 Etika Penelitian


Penelitian studi literatur ini mengimplementasikan aspek etik berupa
penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini peneliti melakukan
pencantuman sumber atas setiap kutipan baik langsung maupun tidak
langsung yang dilakukan peneliti. Penghindraan atas plagiarism peneliti akan
melakukan uji plagiarism setelah laporan penelitian dibuat dan sebelum
kegiatan ujuan akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran
dilakukan peneliti dengan menyampaikan hasil studi dari sejumlah artikel
secara objektif, jujur dan tanpa kebohongan serta peneliti akan melampirkan
artikel yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.

Poltekkes Kemenkes
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk
menggambarkan hasil penelitian dari 5 artikel/ hasil penelitian yang relevan
degan topik/masalah implementasi penerapan batuk efektif pada klien TB
Paru dengan gangguan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

1. Artikel 1 penelitian Rohman (2019) yang berjudul Penerapan terapi batuk


efektif dalam asuhan keperawatan tn.i dengan tb paru di ruangan rawat
inap paru rsud. Dr. Achmad mochtar bukittinggi tahun 2019. Metode
penelitian menggunakanstudi kasus dengan quasy eksperimen. Karya
ilmiah ini dilakukan di Ruangan Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittingi yang berfokus pada pemberian terapi batuk efektif kepada
pasien Tb Paru yang mengalami masalah masalah bersihan jalan nafas.
Dari hasil analisa kasus pada pasien didapatkan hasil yaitu ada pengaruh
tehnik Batuk efektif terhadap pengeluaran secret pada pasien TB Paru.
Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah teknik latihan
batuk efektif dan semi foowler. Tujuan batuk efektif dan semi fowler yaitu
untuk mengeluarkan seputum, membersihkan jalan nafas serta
menurunkan frekuansi pernafasaan sehingga pasien tidak mengalami
sesak nafas frekuensi pernafasan dalam batas normal 18-22 x/i. Pasien TB
dengan melakukan batuk yang benar batuk efektif dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal dan di anjurkan satu hari sebelum pemeriksaan seputum, pasien
dianjurkan minum ±2 liter untuk mempermudah pengeluaran seputum.
Penulis berfokus kepada diagnosa ini dan melakukan tindakan selama 7
hari dengan durasi 30 menit dalam sehari karena apabila dibiarkan dan
tidak diberikan intervensi, maka akan dapat menimbulkan masalah yang
lebih berat yaitu pola nafas tidak efektif, yang mana klien akan merasakan

29
Poltekkes Kemenkes
3

sesak nafas. Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang
paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau
peradangan pada dindingalveolus akan mengecil (Nugroho,2014).

2. Artikel 2 Penelitian Suardi Zurimi (2019) berjudulAsuhan keperawatan


dengan pemberian teknik batuk efektif dalam
pemenuhankebutuhanoksigenasipadakliendengantuberculosisparudi
ruangparu-parurumahsakitumumdaerahdr. M.Haulussyambon. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif yang berbentuk studi kasus. Penelitian
dilakukan selama empat hari yaitu tanggal 11-14 Juni 2018 yang
dilaksanakan di Ruang Paru-paru RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan
subjek penelitian Tn. U.U dan Tn. F.S dengan Tuberculosis Paru.
Berdasarkan pengkajian pada Tn. U.U dan Tn. F.S didapatkan data antara
lain : Tn. U.U mengatakan batuk berdahak, sesak nafas, Respirasi
24x/menit, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, klien masuk rumah
saakit sejak tanggal 5 Juni 2018 Tn. F.S mengatakan batuk
berlendirdisertaidarah,sesaknafas,respirasi:28x/menit,tidakmenggunakanal
atbantupernafasan, klien masuk rumah sakit sejak tanggal 11 Juni 2018.
Diagnosa keperawaratan yang muncul : ketidakefektifan bersihan jalan
nafas. Tn. U.U dapat melakukan teknik batuk efektif pada hari ketiga dan
Tn. F.S dapat melakukan teknik batuk efektif pada hari kedua,
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat dengan klien
dapat melakukan teknik batukefektif.
EvaluasiyangdidapatkanpadaklienIdapatmelakukanteknikbatukefektif
denganbaikdandapat mengeluarkan dahak dengan baik pada hari ketiga
dan klien II dapat melakukan teknik batuk efektif dengan baik dan dapat
mengeluarkan dahak dengan baik pada hari kedua. Dengan cara
mengajarkan klien teknik batuk efektif selama empat hari menunjukan
bahwa dari masalah yang didapat pada kedua klien semuanya telah teratasi
dan klien I dan II mampu melakukan teknik batuk efektif secara mandiri.

Poltekkes Kemenkes
3

3. Artikel 3 Yuliati alie1, rodiyah dengan judul Pengaruh batuk efektif


terhadap pengeluaran sputum pada pasien tb di puskesmas peterongan
kabupaten jombang. pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum
pada pasien TB di Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang. Penelitian
ini merupakan pra eksperimen dengan jenis one-group pre-post test
design. Populasi sejumlah 26 responden mencakup Semua pasien TB di
Puskesmas Peterongan. Sampel sejumlah 24 responden diambil
menggunakan Accidental sampling. Variabel independen adalah batuk
efektif dan Variabel dependen pengeluaran sputum. Analisa data dengan
uji chi kuadrat dengan tingkat signifikan  ≤ 0,05. Hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden tidak dapat mengeluarkan sputum
sebelum dilatih batuk efektif sebesar 13 responden (54,2%) dan hampir
seluruh responden dapat mengeluarkan sputum sesudah dilatih batuk
efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi kuadrat
0,021 berarti < 0,05 maka Ha diterima. Berarti ada pengaruh batuk efektif
terhadap pengeluaran sputum pada pasien TB di Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang dengan Interpretasi cukup (0,427). Pasien TB dengan
melakukan batuk yang benar yaitu batuk efektif dapat menghemat energi
sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal dan dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dianjurkan minum ± 2 liter untuk mempermudah pengeluaransputum.

4. Artikel 4 Siti Fatimah dan Syamsudin (2019) berjudul penerapan


pemberian teknik batuk efektif pada kasus bersihan jalan napas pada Tn.
M dengan tuberkulosis. Metode : Karya ilmiah ini mengunakan metode
studi kasus. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara trestuktur dan rollplay pada pasien atau keluarga, observasi
dengan memantau keadaan pasien, pemeriksaan fisik, diagnostik,
pemeriksaan penunjang dan pengukuran yang dapat dikenakan pada
subjek studi kasus. Hasil : Tindakan batuk efektif dilakukan dua kali
sehari dengan bantuan keluarga ataupun mandiri, dan auskultasi

Poltekkes Kemenkes
3

didapatkan hasil suara ronkhi masih terdengar tetapi hanya di sebelah


kanan saja dan sudah berkurang dari hari sebelum dilakukan tindakan
batuk efektif pada Tn. M.

5. Artikel 5 Linda Widiastuti dan Yusnaini Siagian (2019) berjudul pengaruh


batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien TB di Puskesmas
Kampung Bugis Kota Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan pra
eksperimen dengan jenis one-group pre-post test design. Populasi
sejumlah 26 responden mencakup Semua pasien TB di
PuskesmasKampungBugis.Sampelsejumlah24respondendiambilmengguna
kanAccidental sampling. Variabel independen adalah batuk efektif dan
Variabel dependen pengeluaran
sputum.Analisadatadenganujichikuadratdengantingkatsignifikanp≤0,05.H
asilpenelitian didapatkan sebagian besar responden tidak dapat
mengeluarkan sputum sebelum dilatih batuk efektif sebesar 13 responden
(54,2%) dan hampir seluruh responden dapat mengeluarkan sputum
sesudah dilatih batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji
statistik chi
kuadrat0,021berarti<0,05makaHaditerima.PasienTBdenganmelakukanbat
ukyangbenar yaitu batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dan
dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan
minum ± 2 liter untuk mempermudah pengeluaransputum
Selanjutnya review artikel /hasil penelitian yang digunakan
sebagai data dalam studi literatur ini digambarkan dalam tabel review
literatur berikut :

Poltekkes Kemenkes
3

Tabel 4.1
Review Literatur implementasi penerapan batuk efektif pada klien TB Paru dengan gangguan masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif

Sumbe Peneliti dan Judul Tujuan Design Sampling Hasil penelitian Simpulan dan saran
r penelitian penelitian
Artikel
Google Rohman (2019) Untuk Quasy 1 orang Ada pengaruh tehnik Hasil karya ilmiah ini dapat
Scholar menganaliss eksperime batuk efektif menjadi masukan bagi perawat
Penerapan terapi intervensi n terhadap pengeluaran untuk menjadikan salah satu
batuk efektif dalam terapi batuk secret pada pasien tb intervensi keperawatan mandiri
asuhan efektif paru di rsud dr. Achmad mochtar
keperawatan tn.i terhadap bukittinggi dan intervensi dalam
dengan tb paru di perubahan penatalaksanaan terapi
ruangan rawat inap bersihan batukefektif
paru rsud. Dr. jalan nafas
Achmad mochtar pada pasien
bukittinggi tahun tb paru di
2019 rsud d.r
achmad
mochtar
bukittinggi

Poltekkes Kemenkes
3

Google Suardi zurimi Untuk Deskriptif 2 orang Hasil penelitian ini Masalah ketidakefektifan
Scholar (2019) mengetahui adalah masalah bersihan jalan nafas sudah
dengan tepat keperawatan yang teratasi menurut noc
Asuhan tentang menjadi fokus studi dengankriteriahasil
keperawatan penerapan dalam studi kasus ini antaralaina)mendemostrasikanb
dengan asuhan yaitu bersihan jalan atukefektifdansuaranafasyangbe
pemberian keperawatan nafas tidak efektif pada rsih,tidak ada sianosis dan
teknik batuk pada klien tn. U.u (klien i) dan tn. dyspnea (mampu mengeluarkan
efektif dalam tn. F.s (klien ii) dengan sputum dan mampu bernafas
pemenuhankeb U.u dan tn. tuberculosis paru di dengan mudah). B)
utuhanoksigena F.s dengan ruangan paru-paru rsud. menunjukanjalannafaspaten(klie
sipadaklienden tuberkulosis Dr.m. Haullusy dan ntidakmerasatercekik,iramanapa
gantuberculosis paru akan dibahas dalam s,frekuensipernapasandalam
parudi menggunaka pembahasan mulai rentang normal, tidak ada suara
ruangparu- n proses dari tahap pengkajian, napas abnormal). C) mampu
parurumahsakit keperawatan penegakan diagnosis, mengidentifikasikan dan
umumdaerahdr. meliputi implementasi, dan mencegah faktor yang dapat
M.Haulussyam pengkajian, evaluasi serta akan menghambat jalannapas
bon diagnosa dibahas juga
keperawatan, kesenjangan antara
intervensi, kasus yang dikelola di
implementasi rumah sakit dengan
dan evaluas konsep teori

Poltekkes Kemenkes
3

Google Yuliati alie1, Untuk Pra 24 Hasil penelitian Ada pengaruh batuk efektif
Scholar rodiyah mengetahui eksperime responden didapatkan sebagian terhadap pengeluaran sputum
pengaruh n dengan besar responden tidak pada pasien tb di puskesmas
Pengaruh batuk efektif jenis one- dapat mengeluarkan peterongan kabupaten jombang
batuk terhadap group sputum sebelum dilatih dengan interpretasi cukup
efektif pengeluaran pre-post batuk efektif sebesar 13 (0,427). Pasien tb dengan
terhadap sputum pada test design responden (54,2%) dan melakukan batuk yang benar
pengeluaran pasien tb di hampir seluruh yaitu batuk efektif dapat
sputum puskesmas responden dapat menghemat energi sehingga
pada pasien peterongan mengeluarkan sputum tidak mudah lelah dan dapat
tb di kabupaten sesudah dilatih batuk mengeluarkan dahak secara
puskesmas jombang. efektif sebesar 19 maksimal dan dianjurkan satu
peterongan responden (79,2%) dan hari sebelum pemeriksaan
kabupaten hasil uji statistik chi sputum, pasien dianjurkan
jombang. kuadrat 0,021 berarti < minum ± 2 liter untuk
0,05 maka ha diterima mempermudah
pengeluaransputum

Poltekkes Kemenkes
3

Google Siti fatimah1, Menggambar Studi 1 orang Tindakan batuk efektif Pasien mengatakan merasa
Scholar syamsudin kan kasus dilakukan dua kali lega karena dahak dapat
(2019) penerapan sehari dengan bantuan dikeluarakan dengan mudah
pemberian keluarga ataupun setelah dilakukan batuk efektif,
Penerapan teknik batuk mandiri, dan auskultasi masih terdengar suara ronkhi
teknik batuk efektif pada didapatkan hasil suara di paru sebelah kanan, pasien
efektif kasus ronkhi masih terdengar tampak lebih nyaman, ekspresi
mengatasi bersihan tetapi hanya di sebelah tampak lebih segar, respirasi
ketidakefekti jalan napas kanan saja dan sudah 25x/menit.
fan bersihan pada tn. M berkurang dari hari
jalan napas dengan sebelum dilakukan
pada tn. M tuberkulosis tindakan batuk efektif
dengan pada tn. M
tuberkulosis

Poltekkes Kemenkes
3

Google Ns. Linda Untuk Pra 24 Hasilpenelitian Pasientbdenganmelakukanbatuk


Scholar widiastuti, m. mengetahui eksperime responden didapatkan sebagian yangbenar yaitu batuk efektif
Kep1, ns. Yusnaini pengaruh n dengan besar responden tidak dapat menghemat energi
siagian, m.kep batuk efektif jenis one- dapat mengeluarkan sehingga tidak mudah lelah dan
(2019) terhadap group sputum sebelum dilatih dapat mengeluarkan dahak
pengeluaran pre-post batuk efektif sebesar 13 secara maksimal dan dianjurkan
Pengaruh batuk sputum pada test design responden (54,2%) dan satu hari sebelum pemeriksaan
efektif terhadap pasien tb di hampir seluruh sputum, pasien dianjurkan
pengeluaran puskesmas responden dapat minum ± 2 liter untuk
sputum pada kampung mengeluarkan sputum mempermudah
pasien tuberkulosis bugis kota sesudah dilatih batuk pengeluaransputum
di puskesmas tanjungpinan efektif sebesar 19
kampung bugis g responden (79,2%) dan
tanjungpinang hasil uji statistik chi
kuadrat0,021berarti<0,
05makahaditerima

Poltekkes Kemenkes
3

Hasil penelitian /artikel diatas menemukan bahwapenerapan batuk efektifyang


dilakukan klien secara mandiri dan berkelanjutan melalui pendidikan kesehatan
yang diberikan peneliti mampu melakukan batuk yangbenar yaitu batuk efektif
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal.
Kemampuan batuk efektif secara mandiri yang menjadi topik bahasan dalam
penelitian ini memiliki relevansi dengan sejumlah penelitian yang disajikan pada
tabel. Kemampuan penerapan batuk efektif secara mandiri digambarkan melalui
pengetahuan responden tentang batuk efektif terhadap pembentukan sikap dalam
penerapan batuk efektif.

4.2Pembahasan
Pembahasan penelitian ini difokuskan pada hasil penelitian dari lima (5)
artikel yang didapatkan bahwapengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran
sputum pada pasien TB yang didapat melalui pendidikan kesehatan ataupun
penyuluhan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Tubercolusis adalah penyakit infeksi menular yang di sebabkan
melalui mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir
seluruh organ tubuh lainya.bakteri ini dapat masuk melalaui saluran
pernapasan dan saluran pencernaan(GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi
paling banyak melalui inhalasi dropet yang berasal dari orang terinfeksi
bakteri tersebut.(Sylvia A.price)
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, di mana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal. Jika sputum terlalu kental untuk dapat di keluarkan,
ada baiknya mengurangi viskositasnya dengan meningkatkan kandungan
airnya melalui hidrasi yang adekuat.(Widiastuti, 2019)
Pada beberapa kondisi paru, seperti bronkhitis kronis,emfisema, dan
fibrosis kistik, lendir kental berkumpul di dalam paru-paru. Kondisi ini
membuat anda lebih sulit bernafas dan meningkatkan kemungkianan anda

Poltekkes Kemenkes
3

menderita pneumonia atau infek lain. Untuk membantu mengencerkan lendir


dan mengeluarkan dari paru-paru. Dokter telah mengajukan supaya anda
melakukan fisiotrapi dada. Tindakan ini meliputi drainase postural, perkusi
dada, dan batuk efektif. Ingatlah meminum banyak cairan (sekurang-
kurangnya 1893 ml per hari) juga akan membantu mengencerkan lendir.
Batuk efektif jika di lakukan dengan baik dan tepat akan terlihat perbedaan
yang cukup mencolok terhadap pengeluaran sputum di bandingkan dengan
batuk biasa adalah dengan cara yang benar.(Widiastuti, 2019)
Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan
mencegah resiko tinggi retansi sekret. Pemberian batuk efektif di laksanakan
terutama pada klien dengan masalah keperawatan ketidak efektifan jalan
nafas dan masalah resiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang
berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas yang sering di
sebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah
pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen bagian atas sehingga klien
merasa malas untuk melakukan batuk. Hal tersebut merupakan masalah yang
sering di temukan perawat praktisi di klinik keperawatan.(Widiastuti, 2019)
Batuk efektif jika dilakukan dengan baik dan tepat akan terlihat
perbedaan yang cukup mencolok terhadap pengeluaran sputum dibandingkan
dengan batuk biasa karena batuk efektif adalah cara batuk yang benar. Batuk
yang benar caranya pertama yang dilakukan duduk agak condong kedepan
kemudian tarik nafas dalam dua kali lewat hidung keluarkan lewat mulut
kemudian nafas yang ketiga ditahan 3 detik dan batukan 2 sampai 3 kali
batukkan dan sebelum batuk efektif dianjurkan minum air hangat dan minum
air sebanyak 2 liter 1 hari sebelumnya dengan tujuan dahak menjadi encer
dan mempermudah pengeluaran sputum supaya dapat maksimal. Sedangkan
pada batuk biasa tidak menggunakan teknik yang benar karena tidak ada
perlakuan-perlakuan khusus sehingga penggeluaran sputum tidakmaksimal.
Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di

Poltekkes Kemenkes
4

jalan napas (Hidayat, 2012). Sebelum dilakukan batuk efektif, terlebih dahulu
dilakukan tindakan fisioterapi dada, karena fisioterapi dada merupakan suatu
rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi dan vibrasi, postural
drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk yang efektif (Brunner &
Suddarth,2002:647).

Poltekkes Kemenkes
4

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Terdapat 5 (lima) artikel yang memiliki relevansi dengan implementasi
penerapan batuk efektif pada klien TB Paru dengan gangguan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif.

1. Latihan batuk efektif mampu mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif
berupa penderitatersebuttahuapamanfaat perabatuk
efektif,tahucaradankapanbatuk efektiftersebutdilakukan
2. Implementasi batuk efektifyang diimplementasikan dalam artikel memiliki
variasi dalam pelaksanaan, sehingga dibutuhkan kajian tentang metode
batuk efektifuntuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif.
5.2. Saran
Hasil penelitian menyarankan
5.2.1. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan
Diharapkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat
meningkatkan pelayanan khususnya pendidikan kesehatan tentang
batuk efektif pada klien TB Paru dengan gangguan masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif.
5.2.2. Bagi pengembangan keilmuan
Diharapkan kepada pengembangan keilmuan dapat menyediakan
sarana dan prasarana serta memperbanyak bahan literatur guna
mendukung penelitian selanjutnya khususnya tentang batuk efektif pada
klien TB Paru dengan gangguan masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif.
5.2.3. Bagi Penelitian lanjutan
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangkan berbagai macam tipe batuk efektif pada klien TB Paru
dengan gangguan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif sehingga
dapat memaksimalkan hasil penelitian di masa yang akan datang.

Poltekkes Kemenkes
4

DAFTAR PUSTAKA

google scholar : Rohman (2019).Penerapan terapi batuk efektif dalam asuhan


keperawatan tn.i dengan tb paru di ruangan rawat inap paru rsud. Dr.
Achmad mochtar bukittinggi tahun 2019
google scholar :Suardi zurimi (2019). Asuhan keperawatan dengan pemberian
teknik batuk efektif dalam
pemenuhankebutuhanoksigenasipadakliendengantuberculosisparudi
ruangparu-parurumahsakitumumdaerahdr. M.Haulussyambon.

google scholar : Yuliati alie1, rodiyah. Pengaruh batuk efektif terhadap


pengeluaran sputum pada pasien tb di puskesmas peterongan kabupaten
jombang.

google scholar : Siti fatimah 1, syamsudin (2019) Penerapan teknik batuk efektif
mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tn. M dengan
tuberkulosis.

google scholar : Ns. Linda widiastuti, m. Kep 1, ns. Yusnaini siagian, m.kep
(2019). Pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien
tuberkulosis di puskesmas kampung bugis tanjungpinang

SDKI,DPP& PPNI 2016. Standar diagnosa keperawatan indonesia : definisi dan


inikator diahnostic edisi 1. Jakarta : DPPPPNI: EGC.
SIKI, DPP & PPNI 2018. Standar intervensi keperawatan indonesia: definisi dan
tindakan keperawatan edisi 1. Kalarta : DPPPPNI: EGC
SLKI, DPP & PPNI 2018. Standar luaran keperawatan indonesia: definisi dan
kriteria keperawatan edisi 1 jakarta : DPPPNI: EGC

Poltekkes Kemenkes
43

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Salman Aparisi `


Nim : PO.71.20.2.17.070
NAMA PEMBIMBING : H .Umar HM, SKM.M.Kes
NIP 19660512 198903 1 002
PEMBIMBING : Utama

HASIL
HAL/BAB YANG PARAF
NO TANGGAL KONSULTASI /
DIKONSULTASIKAN PEMBIMBING
SARAN
1. 27-11-2019 Pengajuan judul Acc judul,buat bab
1-3
2. 06-01-2020 Konsultasi bab 1 Lanjut ke bab 2
3. 19-02-2020 Konsultasi bab 2 Lanjut ke bab 3
4. 22-03-2020 Konsultasi bab 3 Lengkapi lta dan
ppt
5. 28-03-2020 Konsultasi halaman Siapkan dan
depan dan ppt pelajari laporan
untuk presentasi
6. 24-04-2020 Konsultasi revisi penguji Kerjakan
revisi,buat bab 1-5
7. 29-05-2020 Konsultasi bab 4 Perbaiki bab 4
lanjut bab 5
8. 02-06-2020 Konsultasi bab 4-5 Lengkapi lta dan
ppt
9. 18-06-2020 Konsultasi ppt dan Siapkan dan
halaman depan pelajari laporan
untuk presentasi

10. 01-07-2020 Konsultasi hasil revisi Acc

Mengetahui
Ketua Program Studi

H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Kep.M.kes


NIP. 19690525 198903 1 002

Poltekkes Kemenkes Palembang


44

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BATURAJA
LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Salman Aparisi `


Nim : PO.71.20.2.17.070
NAMA PEMBIMBING : Meilina Estiani, SKM .M.Kes
NIP 19670517 199003 2 002
PEMBIMBING : Pendamping

PARAF
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING
PEMBIMBING
1. 27-11-2019 Tentukan judul lta
2. 04-01-2020 Susun bab 1-3
3. 17-01-24.020 Tambahkan reprensi di bab 2 dari
jurnal
18-02-2020 Perbaiki bab 2
5. 22-03-2020 Perbaiki bab 3
6. 04-04-2020 Lengkapi halaman depan
7. 15-04-2020 Buat bahan persentasi dan siapkan diri
untuk seminar
8. 24-05-2020 Kerjakan revisi dari penguji
9. 28-05-2020 Susun bab 4 dan 5
10. 04-06-2020 Kerjakan revisi sesuai arahan
11. 3-07-2020 Buat bahan persentasi dan siapkan diri
untuk seminar

Baturaja

H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Kep.M.kes


NIP. 19690525 198903 1 002

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

JADWAL KGIATAN
Nama : Salman Alfarisi
Nim : PO.71.20.2.17.070

BULAN
NO KEGIATAN TANGGAL
Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
1 Pengajuan judul 27 nov-8
studi literatur januari 2020
2 Konultasi bab I – 04-28 januari
III 2020
3 Acc bab I – III 22-31 januari
2020
4 Seminar 23 april 2020
proposal studi
literatur
5 Konsul revisi 1-5 juni 2020
proposal
6 acc proposal 10-10 juni
2020
7 Konsultasi bab 15-20 juni
IV - V 2020

Poltekkes Kemenkes
4

8 Konsultasi bab I 20-24 juni


-V 2020
9 Acc bab I – V 29 -1 juli 2020
10 Seminar studi 3-5 juli 2020
literatur
11 Konsultasi revisi 10-15 juli 2020
studi literatur
12 Acc studi
01 Juli 2020
literatur

Poltekkes Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai