Anda di halaman 1dari 95

ANALISIS NILAI TAMBAH BISNIS BUDIDAYA

IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI DESA LABULU-BULU


KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

SKRIPSI

OLEH :

ABDUL RAHIM
I1A5 14 096

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
ANALISIS NILAI TAMBAH BISNIS BUDIDAYA
IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI DESA LABULU-BULU
KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA

Analyzis of Added Value of Cutivation Bisinis at Labulu-buluVilalage,


Parigi District, Muna Regency

SKRIPSI

OLEH :

ABDUL RAHIM
I1A514096

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Perikanan pada Jurusan/Program Studi Agrobisnis Perikanan

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Nilai Tambah Bisnis Budidaya Ikan Bandeng


(Chanos chanos) di Desa Labulu-Bulu Kecamatan
Parigi Kabupaten Muna

Nama : Abdul Rahim

Stambuk : I1A514096

Jurusan : Agrobisnis Perikanan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. La Onu La Ola, SE.,MS Abdul Muis Balubi, S.Pi.,M.P


NIP. 1959112619870310011 NIP. 196912312005021032

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Ketua Jurusan/Koordinator Program


Kelautan Studi Agrobisnis Perikananan

Prof. Ir. H. La Sara, M.S.,Ph.D Nurdiana A, S.Pi.,M.Si


NIP. 196004221987031003 NIP. 197909202008122001

Lulus Tanggal 23 Desember 2019

iii
PERYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPS IINI BERJUDUL

“ANALISIS NILAI TAMBAH BUDIDAYA IKAN BANDENG DI DESA

LABULU-BULU KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA” INI

ADALAH KARYA SAYA DENGAN ARAHAN DARI PEMBIMBING DAN

BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN

TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU

DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK

DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM

TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN

AKHIR SKRIPSI INI. PUSTAKA DAN ISI SKRIPSI INI DILUAR

TANGGUNG JAWAB PEMBIMBING. APABILA KEMUDIAN HARI

TERBUKTI DAN DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL

JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI

PERATURAN YANG BERLAKU.

KENDARI, JANUARI 2020

ABDUL RAHIM
NIM. I1A514096

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Abdul Rahim lahir di Oelongko Kabupaten

Muna Sulawesi Tenggara, pada tanggal 02 September 1997,

putra dari pasangan Bapak La Jaria dan Ibu Wa Ode Pata.

Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara.

Mengawali pendidikan di SDN 14 Parigi Tahun 2003 dan

lulus pada Tahun 2008, selanjutnya pada Tahun 2008 melanjutkan pendidikan di

SMPN 4Parigi dan lulus pada Tahun 2011, kemudian pada tahun yang sama

melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Parigi dan menyelesaikan pendidikan pada

Tahun 2014, dan pada tahun yang sama di Tahun 2014 Penulis melanjutkan

pendidikan di Perguruan Tinggi melalui jalur SLMPTN (Seleksi Lokal Masuk

Perguruan Tinggi Negeri) dan diterima sebagai salah satu mahasiswa

Jurusan/Program Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Halu Oleo.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu

Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat serta kasih sayang-Nya yang tak

terhingga. Sholawat serta salam, Penulis haturkan kepada Rasulullah Shalallahu

Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia atas segala

rahmat dan kasih sayang tersebut, sehingga Penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian ini. Skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan masa studi pada Jurusan Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo di Kendari.

Penelitian ini berjudul Analisis Nilai Tambah Bisnis Budidaya Ikan

Bandeng (chanos-chanos) di Desa Labulu-bulu Kecamatan Parigi Kabupaten

Muna.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

penulisan maupun dalam segi isimasih terdapat banyak kekurangan, karena

kesempurnaan hanyalah milik-Nya semata. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

positif sangat diperlukan untuk perbaikanskripsi ini.

Demikian pengantar ini, akhir kata, Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul

Khairat, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Kendari, Januari 2020

Penulis

vi
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulilahirabbil’alamin, berkat rahmat dan izin-Nya Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Karya tulis ini Penulis persembahkan kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda La Jaria dan Ibunda Wa OdePata yang selalu

kubanggakan dan mendoakan, memotivasi, memberikan restu, kasih sayangnya

yang tak terhingga serta tak henti-hentinya dengan ikhlas mengorbankan materi

dan tenaga dalam memberikan kesempatan Penulis sehingga mampu

menyelesaikan studi. Kepada Saudara saudariku tersayang Nur Yani, Nur

Rahman, Nur Habsa dan Hasnia dengan motivasi dan dukungan keluarga Penulis

termotivasi menyelesaikan skripsi ini.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, Penulis banyak mendapat

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis banyak mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada BapakProf. Dr. H. La Onu

La Ola, SE.,Ms., selaku Pembimbing I dan Bapak Abdul Muis Balubi, S.Pi.,

M.Pi., selaku Pembimbing II. Penulis banyak mengucapkan terima kasih atas

kesediaannya membimbing dan mengarahkan Penulis dengan sabar serta tidak

henti-hentinya memotivasi Penulis untuk menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga Penulis haturkan kepada berbagai pihak yang

secara langsung membantu Penulis selama menjalankan studi. Oleh karena itu

perkenaan Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

vii
3. Wakil Dekan Bimbingan Akademik, Wakil Dekan Umum,Perencanaan dan

Keuanga, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

4. Ketua Jurusan Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Halu Oleo.

5. Ibu Wa Ode Piliana, S.Pi,. M.Si dan Ibu Irdam Riani, S.Pi,. M.Si sebagai

dosen penguji, terima kasih atas bimbingannya dan saran-saranya.

6. Dosen-dosen pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Halu Oleo khususnya kepada seluruh dosen Jurusan Agrobisnis Perikanan

serta Staf Perpustakaan dan Staf Administrasi Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Halu Oleo atas pengajaran dan bimbingannya selama

perkuliahan.

7. Kepada Kepala Desa Labulu-bulu, Serta Aparat Desa, RW, RT, dan

responden di Desa Labulu-bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna terima

kasih atas kesediaan dan bantuanya kepada Penulis selama mengadakan

penelitian dan penulisan hasil.

8. Sahabat-sahat Pondok Poangka-angka Tau, terkhusus La Ode Mpada, La

Liku, La Tike, S.Pd., M.Pd, Sarifudin, S.Pd., M.Pd, La Nuwin, A.Md,

Suhardiman Naba, S.Pd, yang selalu mendukung selama menempuh

pendidikan.

9. Teman-teman Kandang, Asjumaran Landisale, Darfianto, Rahayu Ratna

Wati, S.Pi, Ahyar, S.Pi, Aldi Juardin, S.Pi, Andres Yordan, S.Pi, Adriyanto

viii
10. Pradana, S.Pi, L.M Sardiman Tanggo,S.Pi, Srifa, S.Pi, Marlinda Pasasung,

S.Pi., yang selalu mendukung selama menempu pendidikan.

11. Sahabat-sahabatku mahasiswa Agrobisnis Perikanan Angkatan 2014 yang

sangat kompak terimakasih telah menjadi saudara, sahabat terbaik selalu ada

disaat susah dan senang, yang selalu memberikan motivasi, serta telah banyak

membantu selama menjalani studi.

12. Kepada teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang telah banyak

membantu dalam studi dan terima kasih kepada masyarakat Desa

Tangkobuno selama KKN telah banyak membantu dalam memberikan

motivasi dan dukungan.

ix
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Labulu-Bulu, Kecamatan Parigi, Kabupaten


Muna pada bulan November sampai Desember 2018, dengan tujuan untuk
mengkaji proses bisnis budidaya ikan bandeng di Desa Labulu-Bulu dan mengkaji
besaran nilai tambah yang diciptakan oleh pebisnis budidaya ikan bandeng.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 3 orang pelaku bisnis pada usaha
budidaya ikan bandeng yang diperoleh melalui purposive sampling. Data
diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Variabel
penelitian yang diukur dan diamati adalah proses produksi, biaya, jumlah produksi
dan harga. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
keuntungan dengan rumus π = TR-TC dan nilai tambah dengan rumus NT = G +
Pt + Pj+ π . Jumlah produksi budidaya ikan bandeng persiklus sebesar 28.700 kg;
biaya tetap sebesar Rp118.313.018,9; biaya variabel sebesar Rp172.105.000,
dengan rata-rata total biaya sebesar Rp 96.806,006,3; jumlah penerimaan pelaku
bisnis ikan bandeng sebesar Rp430.500.000, dengan rata-rata keuntungan sebesar
Rp46.693.993,7 dan rata-rata nilai tambah sebesar Rp120.806.667. Keuntungan
tertinggi yang diperoleh pelaku bisnis ikan bandeng sebesar Rp198.000.000 dan
keuntungan terendah sebesar Rp76.500.000, sedangkan nilai tambah tertinggi
sebesar Rp167.630.000 dan nilai tambah terendah sebesar Rp62.280.000. Hasil
analisis keuntungan menunjukan nilai total keuntungan sebesar Rp140.081.981
dan nilai tambah menunjukan rata-rata nilai tambah sebesar Rp362.420.000.

Kata kunci: Budidaya Ikan Bandeng, Keuntungan, Nilai Tambah

x
ABSTRACT

This research was conducted in Labulu-Bulu Village, Parigi District, Muna


Regency from November to December 2018, with the aim of this rescardi is to
study the business process of milkfish farming in Labulu-Bulu Village and
assessing the value added created by the milkfish farmiy business. The number of
respondents in this study were 3 business people in milkfish farmiy business
obtained through purposive sampling. Data obtained through direct interviews
using a questionnaire. The research variables measured and observed are the
production process, costs, production quantities and prices. The data obtained
were analyzed using profit analysis with the formula π = TR-TC and the added
value with the formula NT = G + Pt + Pj + π. The amount of milkfish fish
production per cycle was 28.700 kg; fixed costs amount is was to
Rp118.313.018,9; variable costs in the amount of Rp172.105.000, with an average
total cost of Rp. 96,806,006.3; the amount of milkfish business revenue is
Rp.430.500.000, with an average profit of Rp46.693.993,7 and an average added
value of Rp120.806.667. The highest profit gained by the milkfish business man
was Rp. 198.000.000 and the lowest profit was Rp76.500 000, while the highest
added value was Rp167.630.000 and the lowest value added was Rp62.280.000.
The results of the profit analysis show that the total profit value is Rp140,081,981
and the added value shows an average added value of Rp362.420.000.

Keywords: Milkfish Cultivation, Benefits, Value Added

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
HALAMAN JUDUL................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
PERNYATAAN......................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH..................................................................... vii
ABSTRAK................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuandan Kegunaan...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teori................................................................................ 5
1. Konsep Agrobisnis Perikanan......................................... 5
2. Ikan Bandeng.................................................................. 6
3. Produksi.......................................................................... 9
4. Biaya Produksi................................................................ 10
5. Budidaya Tambak........................................................... 11
6. Sarana dan Prasarana...................................................... 12
7. Penerimaan...................................................................... 13
8. Keuntungan..................................................................... 14
9. Nilai Tambah.................................................................. 15
B. Penelitian Terdahulu...................................................................... 17
C. Kerangka Pikir............................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat.......................................................................... 21
B. Teknik Penarikan Sampel............................................................... 21
C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 21
D. Konsep Operasional........................................................................ 23
E. Analisis Data................................................................................... 24

xii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keadaan Geografis.................................................................... 27
2. Karakteristik Responden........................................................... 29
3. Proses Budidaya Ikan Bandeng................................................. 32
4. Karakteristik Usaha Budidaya Ikan Bandeng........................... 33

B. Pembahasan

1. Proses Budidaya Ikan Bandeng………………………………. 36


1.1 Pengapuran dan pemupukan............................................. 37
1.2 Penyediaan Benih.............................................................. 37
1.3 Pemberian Pakan............................................................... 38
1.4 Pemanenan Ikan................................................................ 39
1.5 Pemasaran......................................................................... 39
2. Jumlah Produksi........................................................................ 40
3. Biaya-Biaya yang Digunakan................................................... 41
4. Penerimaan.................................................................... 42
5. Keuntungan..................................................................... 42
6.Nilai Tambah................................................................................ 43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan......................................................................................... 45
B. Saran................................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)................................................................. 9

2. Kerangka Pikir...........................................................................................20

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Wilayah Desa Labulu-Bulu Menurut Pembagian Lingkungan. 28

2. JenisPenggunaan Tanah Desa Labulu-Bulu....................................... 29

3. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan SukuatauEtnis................ 30

4. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia.................. 31

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agam dan Kepercayaan............. 33

6. Komposisi Jumlah Penduduk Desa Labulu-Bulu Berdasarkan


Tingkat Pendidikan............................................................................. 34

7. Umur Responden................................................................................ 35

8. Jumlah Tanggungan Responden......................................................... 37

9. Jumlah Produksi Usaha Budidaya Ikan Bandeng............................... 39

10. Total Biaya Usaha Budidaya Ikan Bandeng....................................... 40

11. Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya Ikan Bandeng.......................... 41

12. Keuntungan Usaha Budidaya Ikan Bandeng...................................... 41

13. Nilai Tambah Usaha Budidaya Ikan Bandeng................................... 42

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian............................................................................... 58

2. Data Faktor Produksi Barang Modal dan Modal Kerja............................. 59

3. Analisis Nilai Tambah Bisnis Budidaya.................................................... 62

4. Dokumentasi.............................................................................................. 65

xvi
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis budidaya Ikan Bandeng merupakan salah satu kegiatan budidaya

tambak yang dilakukan oleh pelaku pembudidaya ikan yang dimulai dari

praproduksi, produksi, pengelolaan, sampai dengan pemasaran untuk memperoleh

keuntungan dari bisnis budidaya ikan bandeng. Bisnis budidaya tambak

merupakan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya pesisir pantai.

Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteran petani maupun

nelayan daerah pesisir pantai yang berpotensi untuk terus dikembangkan.

Ikan Bandeng merupakan salah satu ikan unggulan yang dibudidayakan di

tambak air payau. Keunggulan dari ikan ini dapat tumbuh dalam teknik budidaya

tradisional, bersifat herbivora, mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan,

dan tahan terhadap serangan penyakit. Selain itu ikan bandeng juga memiliki nilai

ekonomis jika dilihat dari permintaan. Keunggulan lain yang dimiliki ikan

bandeng ialah dapat dibudidaya dengan organisme lainnya seperti udang.

Proses budidaya ikan bendeng yang relatif mudah untuk dilakukan secara

tradisional, dimana dilakukan penebaran bibit ikan bandeng dalam tambak yang

telah dipersiapkan setelah proses pelepasan bibit berlanjut langkah selanjutnya

melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan yakni proses pemberian

pakan, dimana proses pemberian pakan dengan menggunakan pakan alami yakni

memanfaatkan plankton-plankton yang terbawah dari air laut pada saat air pasang,

atau juga biasa pemberian pupuk TSP pada tambak dengan maksud tumbuh

kelekap sebagai pakan ikan bandeng. Ikan bandeng biasanya dipanen pada saat
2

mencapai umur 4-5 bulan, dimana ikan bandeng pada saat umur tersebut memiliki

berat 4-5 ekor/kilo. Cara panen ikan bandeng tergolong mudah. Proses panen ikan

bandeng menggunakan jaring bandeng yang dibuat khusus untuk memanen ikan

bandeng. Setelah proses panen selesai ikan bandeng langsung dijual, sehingga

pelaku bisnis ikan bandeng langsung mengetahui keuntungan yang diperole

terhadap bisnis budidaya ikan bandengnya.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan

budidaya ikan bandeng khususnya di Kabupaten Muna, Kecamatan Parigi, Desa

Labulu-Bulu, yang sudah lama memulai kegiatan budidaya ikan bandeng dan

telah meningkatkan perekonomian pelaku bisnis budidaya, sehingga daerahnya

sangat potensial untuk mengembangkan bisnis di bidang budidaya ikan bandeng.

Setiap bisnis yang dikembangkan memiliki tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang maksimal atau tidak mengalami kerugian, begitu juga dengan

bisnis budidaya ikan bandeng yang terdapat di Desa Labulu-Bulu Kecamatan

Parigi agar terus berkembang dan tidak mengalami kerugian. Berkembangnya

suatu bisnis tidak terlepas dari nilai tambah bisnis itu sendiri. Kegiatan budidaya

ikan bandeng diharapkan menciptakan nilai tambah yang tinggi, hal itu mengacu

pada sifat produk perikanan yang tidak tahan lama. Nilai tambah (value added)

merupakan penjumlahan besaran komponen upah/gaji, komponen penyusutan

barang modal, komponen keuntungan dan komponen pajak dalam proses

penangkapan ikan (La Ola, 2017).

Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

Analisis Nilai Tambah Bisnis Budidaya Ikan Bandeng di Desa Labulu-Bulu


3

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.sehingga dapat mengetahui lebih lanjut

mengenai nilai tambah terhadap usaha budidaya ikan bandeng.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses bisnis budidaya Ikan Bandeng di Desa Labulu-Bulu ?

2. Berapa besar nilai tambah yang didapatkan pebisnis budidaya Ikan

Bandeng?

C. Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji bagaimana proses bisnis budidaya ikan bandeng di Desa

Labulu-Bulu.

2. Untuk mengkaji berapa besar nilai tambah yang didapatkan pebisnis budidaya

ikan bandeng.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi beberapa

pihak:

1. Bagi pengusaha budidaya ikan bandeng, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pada bisnis budidaya ikan bandeng

dan sebagai sumbangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi oleh pelaku usaha berkaitan dengan nilai tambah menuju keberhasilan

usaha tersebut.

2. Bagi peneliti berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi


4

mahasiswa di lapangan serta menganalisa untuk menghasilkan suatu informasi

yang relevan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

a.) Konsep Agrobisnis Perikanan

Agrobisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris

yakni agricultural (pertanian), bisnis berarti usaha komersial dalam dunia

perdagangan. Agrobisnis adalah kesatuan kegiatan usaha meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi pengolahan hasil pemasaran produk-produk

yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Soekarwati, 1993).

Strategi pembangunan yang berwawasan agrobisnis pada dasarnya

menunjukan bahwa arah pengembangan agrobisnis merupakan suatu upaya yang

sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik dan mendorong

munculnya industri baru disektor pertanian, menciptakan struktur pertanian yang

tangguh, efesien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan

penerimaan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pembagian

pendapatan (Soekarwati, 1999).

Pengertian agrobisnis menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) agrobisnis adalah

setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian yang meliputi

pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun

juga pengusahaan pengolahan hasil pertanian. Agrobisnis dengan perkataan lain

cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik,

agrobisnis mempelajari srategi memperoleh keuntungan dalam mengelola aspek

budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap


6

pemasaran.

Agrobisnis mengacu pada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing,

penyaluran sampai dengan pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha

tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan demikian

agrobisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki

beberapa komponen subsistem yaitu, sub sistem usaha tani/ atau yang

memproduksi bahan baku, subsistem pengolahan hasil pertanian, dan sub sistem

pemasaran hasil pertanian (Soekarwati, 1993).

Agrobisnis perikanan yaitu semua kegiatan dimana terdapat organisasi

manajemen yang dirancang untuk menghasilkan nilai komersil atau pun

nonkomersil dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan

lingkungannya. Sistem agrobisnis mencakup keseluruhan aktivitas yang di mulai

dari sektor input, produksi primer (usaha perikanan), pengolahan atau

penyimpanan, dan pemasaran sampai konsumen yang di tunjang oleh pembinaan

dan pemandu sistem yang merupakan subsistem layanan pendukung dalam sistem

agrobisnis (Kholish, 2010).

b.) Ikan Bandeng

Ikan bandeng yang dalam bahasa latinnya adalah Chanos-chanos. Pertama

kali ikan bandeng ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada

tahun 1925 di laut merah. Ikan bandeng merupakan ikan bernilai ekonomis

penting yang banyak dipelihara di tambak air payau di Indonesia (Saparinto,

2007).

Menurut Ghufran (1997), ikan bandeng adalah salah satu jenis ikan laut,
7

walaupun hidup di tambak dan bahkan dibudidayakan di air tawar. Ikan bandeng

memiliki ciri fisik seperti badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil

terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa gigi, dan lubang hidung terletak di

depan mata. Kulit bandeng berwarna putih bersih dikarenakan sisiknya yang

kecil-kecil dan dagingnya yang putih, sehingga sering disebut sebagai milkfish.

Ikan bandeng juga memiliki warna lain, yaitu di bagian punggung nampak warna

biru kehitaman seperti warna air laut. Warna ikan ini sepertinya sangat

dipengaruhi oleh keadaan air. Apabila berada di air yang keruh, maka warna ikan

sedikit berubah nampak lebih hitam pada bagian punggungnya, sebaliknya pada

air yang jernih warna ikan akan menjadi putih bersih atau keperakan.

Menurut Dirjen Perikanan Budidaya (2014) ikan bandeg merupakan salah

satu ikan jenis ikan budidaya yang digemari oleh masyarakat sehingga menjadi

salah satu komuditas budidaya unggulan. Ikan bandeng dapat hidup di air tawar

dan air laut sehingga sering di sebut ikan air payau. Dari hasil data perikanan

budidaya ikan bandeng sendiri merupakan salah satu perikanan budidaya yang

paling di minati selain rumput laut, udang, kerapu, dan kakap. Hasil produksi

tertinggi terjadi pada ahun 2014 dimana produksi ikan bandeng yaitu 631,125 ton.

Ikan Bandeng adalah jenis ikan air payau yang mempunyai prospek cukup

baik untuk di kembangkan karena banyak digemari masyarakat. Hal ini

disebabkan ikan bandeng memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

jenis ikan lainnya yaitu memiliki rasa cukup enak dan gurih, rasa daging netral

(tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Selain itu

harganya terjangkau oleh segala lapisan masyarakat (Purnomowati, 2006).


8

Ikan Bandeng merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat

penting, selain itu bandeng merupakan sumber lemak, mineral dan vitamin yang

dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan.Sebagai komoditas hasil tambak,

bandeng tidak hanya dikonsumsi dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, sehingga

usaha budidaya bandeng memiliki prospek cerah (Murtidjo, 2016).

Ikan bandeng bentuk tubuhnya ramping, mulut terminal, tipe sisik cycloid,

Jari-jari semuanya lunak, jumlah sirip punggung antara 13–17, sirip anal 9 –11,

sirip perut 11–12, sirip ekornya panjang dan bercagak, jumlah sisik pada gurat sisi

ada 75–80 keping, panjang maksimum 1,7 in biasanya 1,0 in (Amri , dan

Khairuman, 2008).

Secara taksonomi sistematika bandeng menurut Nelsen 1984 adalah sebagai

berikut :

Phylum : Chordate
Klas : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformies
Famili : Chanidae
Spesies :Chanos chanos

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos-chanos) ( Wibowo, 1996)

Dalam usaha pembudidayaan ikan, lingkungan perairan yang cukup luas

merupakan nilai lebih yang dimiliki Indonesia. Peningkatan budidaya perikanan

dalam hal ini budidaya ikan bandeng biasa dijadikan alternatif upaya pemenuhan
9

gizi dan pangan serta upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Ikan bandeng

merupakan salah satu komoditas perikanan yang dianggap bernilai ekonomis

tinggi sehingga sangat potensial untuk dibudidayakan secara optimal. Untuk

menggali potensial tersebut, dibutuhkan pemahaman mengenai ikan bandeng dan

seluk beluknya.

c.) Produksi

Teori produksi menggambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor

produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat

dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.

Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi

disebut output. Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan manfaat suatu

barang. Untuk meningkatkan manfaat tersebut, diperlukan bahan-bahan yang

disebut faktor produksi. Sesuai dengan asumsi bahwa sumber-sumber ekonomi

(faktor produksi) bersifat jarang maka faktor-faktor produksi harus

dikombinasikan secara baik atau secara efisien sehingga dicapai kombinasi faktor

dengan biaya yang paling rendah (Sukirno, 2006).

Menurut Joesran (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau

aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input dengan

pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel

atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu

persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan


10

kombinasi tertentu.

Menurut Purwaningsi (2015), teori produksi dapat dibedakan menjadi dua

bagian yaitu yang pertama, teori produksi jangka pendek dimana apabila

seseorang produsen menggunakan faktor produksi makaadayang bersifat variabel

dan yang bersifat tetap. Kedua, teori produksi jangka panjang apabila semua input

yang digunakan adalah input variabel dan tidak terdapa tinput tetap, Sehingga

dapat diasumsikan bahwa ada dua jenis factor produksi yaitu tenaga kerja (TK)

dan modal (M). Dalam ilmu ekonomi, terdapat tiga masalah pokok berupa

mencari jawaban atas pertanyaan, yaitu apa (what)yang akan diproduksi dan

berapa jumlahnya. Bagaimana (how) cara menghasilkan/memproduksi barang dan

ataujasa tersebut, dan untuk siapa (for whom) barang dan atau jasa tersebut

dihasilkan/diproduksi.

d.) Biaya Produksi

Biaya adalah sejumlah pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan

atau menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat mamberikan manfaat

baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Biaya juga dapat dikatakan

sebagai harga pokok yang dikeluarkan atau digunakan untuk menghasilkan

pendapatan (Mafut, 2017).

Biaya produksi adalah sebagian keseluruhan faktor produksi yang

dilakukan, dalam biaya produksi untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan

usaha, biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap jual, biaya

produksi sering disebut ongkos produksi. Menurut Mulyadi (2005), biaya

produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk pengolahan bahan baku


11

menjadi produk yang siap untuk dijual. Menurut pengeluarannya secara garis

besar biaya produksi dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap

maupun biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu

proses produksi dan besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang

dihasilkan, biaya tetap terdiri dari penyusutan, pajak, dan gaji kariawan. Biaya

tidak tetap dalam usaha budidaya ikan bandeng adalah biaya bahan, biaya tenaga

kerja, dan bunga modal. Biaya tidak tetap terdiri dari penyediaan bibit,

pengapuran, pemupukan, pemberian pakan, pemberian obat ursal, akomodasi,

sampai dengan perawatan/pengolahan kembali empang. Perhitungan biaya

produksi sangat diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dalam pengambilan

keputusan yang berkenan dengan pemanfaatan sumber-sumber modal,

penggunaan sumberdaya dan penentuan harga jual ikan (Arifai dkk., 2016).

e.) Budidaya Tambak

Tambak merupakan kolam sebagai sarana budidaya ikan dan udang, yang

terdapat didaerah pasang surut air laut yang dikeliling gelanagan atau tanggul dan

terdapat pintu pengeluaran air. Pengelolaan air laut dalam tambak dengan

memanfaatkan pasang surut air laut, pemasukan air laut dalam tambak dilakukan

pada saat air surut. Hamparan tambak biasanya terdapat disepanjang lahan pesisir

dan estuarai, karna itu pembuatan tambak umumnya dengan melakukan

pembabatan kawasan hutan mangrove. Budidaya tambak adalah suatu kegiatan

membesarkan ikan dalam kolam, agar memperoleh hasil yang optimal maka perlu
12

disiapkan suatu kondisi lingkungan tertentu yang sesuai dengan kehidupan

budidaya. Faktor utama yang sangat menentukan produktifitas tambak adalah air

dalam petakan tambak yang merupakan media tumbuh bagi ikan yang dipelihara.

Kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan komuditas budidaya perlu diimbangi

dengan tercukupnya kuantitas air (Jamaludin, 2013).

Sebagai media pemeliharaan biota air, tambak membutuhkan pengelolaan

terkait kesesuaian kondisi lingkungan budidaya untuk biota yang dibudidayakan.

Pengelolaan yang dilakukan dalam budidaya tambak diantaranya adalah

pengelolaan kualitas lingkungan, baik fisik, maupun biologis. Beberapa parameter

yang penting adalah kandungan oksigen terlarut, kekeruhan serta masuknya

organisme penggangu (predator/parasite). Salah satu faktor yang penting dalam

pengelolaan tambak adalah planktonsebagai pakan alami serta sebagai indikator

bagi kualitas lingkungan tambak (Putra dan Nana, 2008)

Abowei dan Tawari,(2011) menyatakan bahwa pengelolaan tambak tidak

hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan, tetapi juga penting untuk

menjaga kondisi lingkungan yang layak, mengawasi panen dan pertumbuhan ikan,

memeriksa keberhasilan produksi ikan dan menjauhkan ikan-ikan yang tidak

diinginkan (predator/parasit). Disamping itu masi banyak faktor yang harus

diperhatikan dalam pengelolaan tambak seperti pengelolaan populasi ikan,

pengelolaan sistem, pemilihan spesies ikan, pemberian pakan, pemasaran, dan

sebagainya. Tambak yang dikelolah dengan baik cenderung memiliki kualitas air

yang lebih baik.


13

f.) Sarana dan Prasarana

Sarana budidaya adalah semua fasilitas yang dimanfaatkan untuk kegiatan

operasional, baik secara langsung maupun tidak langsung.Sarana budidaya dibagi

antara sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok adalah fasilitas yang di

gunakan secara langsung untuk proses produksi, sedangkan sarana penunjang

adalah fasilitas yang digunakan secara tidak langsung untuk proses produksi tetapi

sangat menunjang kelancaran proses produksi. Sarana penunjang yang dimaksud

antara lainjalan, gudang pakan, gudang peralatan mekanik, kendaraan, sarana

laboratorium, dan sarana komunikasi. Beberapa sarana pokok dalam budidaya

adalah tendon air, aerator, pompa air, pakan dalam budidaya, dan peralatan panen

(Kordi, 2009).

1. Reservoir atau tendon air, berfungsi sebagai penampung air,

mengendapkan lumpur, dan cadangan air tambak.

2. Aerator untuk mempertahankan oksigen dan mempertahankan oksigen

terlarut.

3. Pompa air untuk mengatur kedalaman air dan sebagai alat dalam

penggatian air.

4. Pakan dalam budidaya merupakan bagian dari mempertahankan

pertumbuhan optimal ikan.

5. Peralatan panen, alat utama untuk panen adalah jala, jaring arad, bak

penampung ikan, dan bak pengangkut hasil panen.


14

g.) Penerimaan

Penerimaan merupakan fungsi dari jumlah barang, juga merupakan

hasil kali jumlah barang dengan harga barang per unit. Dalam

menganalisis biaya umumnya tidak terlepas dari analisis penerimaan atau

revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau penerimaan adalah

seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat

harga tertentu. Penerimaan merupakan seluruh pendapatan yang diterima

dari setiap output yang dijual, dengan memperhitungkan seluruh biaya-

biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Maka dengan itu produsen

mengetahui hasil penerimaan bersih disetiap proses produksi (Mafut,

2017)

Menurut Pracoyo dkk., (2006), setelah produsen menghasilkan

output dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan maka output akan

dijual pada konsumen, produsen akan pemperoleh penerimaan dari setiap

output yang dijual. Penerimaan yang diterima oleh produsen sebagian

digunakan untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi.

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin

tinggi harga per unit produksi yang bersangkutan, maka penerimaan total

yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang

dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang

diterima produsen semakin kecil (Soedjarwanto dan Riswan, 1994).

h.) Keuntungan
15

Keuntungan adalah selisih harga yang dipasarkan ke produsen dan

harga
16

yang diberikan oleh konsumen dikurangi dengan biaya pemasaran. Jarak yang

mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan

terjadinya perbedaan besarnya keuntungan.perbedaan harga di masing-masing

lembaga pemasaran sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang

diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran. Keuntungan pemasaran

diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya pemasaran. Biaya

pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses penyaluran produk

(Soekartawi, 1993).

Menurut Soemarso (2004) bahwa keuntungan atau laba dapat

didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu ekonomi

murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan investor sebagai hasil

penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan

dengan penanaman modal tersebut. Sementara itu, laba dalam akutansi

didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya

produksi.

h.)Nilai Tambah

Nilai tambah adalah penjumlahan besaran komponen upah/gaji,

komponen penyusutan barang modal, komponen keuntungan, dan

komponen pajak dalam proses produksi penangkapan ikan, jika dalam

proses budidaya telah dijumlahkan dari beberapa komponen gaji,

peyusutan, keuntungan dan pajak maka akan mengalami penambahan

nilai tambah dalam budidaya itu sendiri (La Ola, 2017). Chopra dan

Meindl (2003) menyatakan bahwa dalam mengamati kinerja suatu industri


17

dapat melalui nilai tambah (added value), produktivitas dan efisiensi. Jika

dalam koordinasi produk terjadi kesenjangan koordinasi maka akan

menimbulkan
18

“bullwhip effect” atau fluktuasi dalam pesanan sehingga akan menyebabkan

peningkatan biaya. Terdapat beberapa kegunaan nilai tambah diantaranya

merencanakan kegiatan produktifitas melalui pengalokasian sumberdaya-

sumberdaya, perbaikan metode kerja, melihat tingkat efisiensi yang dicapai

dengan penggunaan atau pemanfaatan investasi perusahaan serta melihat

hubungan antara produktifitas tenaga kerja, modal dan profitabilitas. Nilai tambah

adalah selsisih antara nilai output produksi yang dihasilkan perusahaan dengan

input (biaya antara) yang dikeluarkan. Sementara itu, nilai output merupakan nilai

barang yang dihasilkan. Industri rumah tangga bertujuan untuk menambah nilai

suatu komoditas melalui perlakuan-perlakuan yang dapat menambah kegunaan

komoditas tersebut, baik kegunaan bentuk (form utility), kegunaan tempat (place

utility), maupun kegunaan waktu (time utility).

Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pengembangan

sistem agibisnis adalah dengan menggunakan analisis nilai tambah. Nilai

tambah adalah penambahan nilai suatu komoditas karena telah mengalami

proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses

produksi. Nilai tambah dapat didefinisikan sebagai pertambahan nilai

suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada

komoditi yang bersangkutan (Sukirno, 2006).

Kegunaan dari menganalisis nilai tambah adalah untuk mengetahui

besar nilai tambah yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang diberikan

pada komoditas pertanian, distribusi imbalan yang diterima pemilik dan

tenaga kerja, besarnya kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan


19

pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dan besarnya peluang serta

potensi yang dapat diperoleh dari suatu


20

sistem komoditas di suatu wilayah tertentu dari penerapan teknologi pada satu

atau beberapa subsistem di dalam agrobisnis (Hayami dkk., 1987)

Menurut Kustiari dan Reni (2012), terdapat dua jenis nilai tambah

yaitu inovasi dan koordinasi. Kegiatan inovasi merupakan aktivitas yang

memperbaiki proses yang ada, prosedur, produk dan pelayanan atau

menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan atau memodifikasi

konfigurasi organisasi yang telah ada. Sedangkan koordinasi adalah

harmonisasi fungsi dalam keseluruhan bagian sistem yang merupakan

peluang dalam meningkatkan koordinasi produk, pelayanan informasi

dalam proses produksi untuk menciptakan imbalan yang nyata dan

meningkatkan nilai produk dalam setiap tahap proses produksi. Nilai

tambah koordinasi difokuskan pada hubungan vertikal dan horisontal

diantara produsen, pengolahan, perantara, distributor dan pengecer.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan sebagai acuan atau pembanding bagi

peneliti dalam melakukan penelitian mengenai analisis nilai tambah usaha

budidaya ikan bandeng di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

Penelitian yang dilakukan oleh La Ola (2015) berdasarkan hasil

penelitiannya “Model pengolaan bisnis perikanan secara terpadu dan

berkelanjutan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi kabupaten

Wakatobi” menyatakan besaran NTB (Nilai Tambah Bluto) yang

diciptakan oleh 814 nelayan rumput laut menurut input primer adalah

sebesar Rp2.242.614.496, komponen penyusutan sebesar


21

Rp2.273.758.504, dan komponen pajak sebesar Rp356.167.000 dan

besaran NTB yang diciptakan oleh 814 nelayan rumput laut


22

menurut penggunaannya adalah sebesar Rp19.589.185.000 yang terdiri dari pasar

lokal sebesar Rp7.123.340.000 dan pasar antar pulau sebesar Rp12.465.845.000.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardin (2017),analisis factor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan usaha budidaya bandeng kecamatan

Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian bertujuan mengetahui

besarnya pendapatan usaha budidaya petambak bandeng, mengetahui

pengaruh faktor-faktor produktifitas lahan, produktifitas tenaga kerja, dan

produktifitas modal terhadap pendapatan usaha tambak bandeng di

Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Rata-rata pendapatan usaha

budidaya ikan bandeng di Desa Ambesea dan Desa Puuwulu sebesar

Rp9.651.364,00 permusim atau sebesar Rp3.655.785,00/ha permusim.

Secara simultan faktor produktivitas modal berpengaruh positif dan nyata

terhadap pendapatan, sedangkan secara parsial factor produktifitas lahan

dan produktifitas modal berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap

usaha budidaya bandeng di Desa Ambesea dan Desa Puuwulo.

Penelitian yang dilakukan oleh Harianto (2016), analisis keuntungan

usaha Tambak Ikan Bandeng di Desa Porara Kecamatan Morosi

Kabupaten Konawe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar keuntungan yang diperoleh pada usaha budidaya ikan Bandeng.

Usaha budidaya ikan bandeng di Desa porara kecamatan Morosi

kabupaten Konawe secara finansial sangat layak untuk dilanjutkan dengan

keuntungan usaha yang diperoleh sebesar Rp10.041.923/siklus produksi,

dimana setiap tahunnya sebanyak dua kali siklus produksi.


23
24

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir akan mempermudah penelitian dalam menguraikan secara

sistematis alur rencana penelitian. Penelitian analisis nilai tambah bisnis budidaya

Ikan Bandeng, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

Bisnis Budidaya
Ikan Bandeng

Input Output

Barang Modal Modal Kerja Harga (P) Jumlah produksi (Q)

 Empang Upah  Bibit Pajak


 Rumah empang  Pupuk Total penerimaan (TR)
 Pintu empang  Akomodasi
 Mesin pompa  Kapur
 Jarring  Pakan
 Pipa  Obat Ursal
 Gabus/bak ikan  Perawatan

Penyusutan VC

Total cost (TC)

keuntungan

Nilai Tambah

Gambar 2.Kerangka Pikir Penelitian


25
26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2018,

bertempat di Desa Lablu-Bulu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna yang

terlampir 1. Tempat penelitian ini dipilih secara sengaja dengan

pertimbangan di Desa Labulu-Bulu cukup banyak pelaku usaha budidaya

Ikan Bandeng.

B. Teknik Penarikan Sampel

Populasi atau universal adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada

wilayah dan waktu dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha budidaya Ikan Bandeng, yakni

berjumlah sebanyak 3 orang.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian adalah

bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian sebagai wakil dari anggota

populasi (Supardi, 1993).

Penentuan sampel dilakukan menggunakan teknik accident

sampling.Menurut Sugiyono (2009) accident sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu peneliti mengambil sampel secara sengaja

dengan responden sebanyak 3 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data


27

Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian berlangsung


28

dengan beberapa cara yaitu :

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2009). Observasi dalam

penelitian ini dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-

kegiatan yang dilakukan ditempat lokasi penelitian yang berhubungan dengan

gambaran umum bisnsis budidaya ikan bandeng dan informasi-informasi lainnya

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang diamati

adalah kegiatan budidaya ikan bendeng yakni mulai dari barang modal sampai

dengan modal kerja.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) kepada responden guna menggali informasi atau data yang

digunakan untuk kebutuhan penelitian (Suharsono, 2009).Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Focused Interview yaitu wawancara yang

pembahasannya mengarah sesuai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini

wawancara dilakukan kepada pemilik bisnis budidaya ikan bandeng untuk

memperoleh gambaran mengenai biaya yang digunakan dalam budidaya ikan

bandeng serta data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan setiap pengambilan data dilokasi penelitian.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan sebagai bukti selama melakukan

penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil data dari instansi terkait


29

seperti pelaku bisnis budidaya ikan bandeng dan instansi terkait kainnya serta dari

jurnal atau bahan publikasi lainnya yang relevan dalam penelitian ini.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian mengacu pada literatur-

literatur yang dianggap relevan dalam penelitian ini.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner dengan berisikan rangkaian

pertanyaan yang telah disediakan bersumber dari pelaku usaha sampel

yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang telah disediakan sebelumnya, seperti: pendidikan terakhir,

jumlah tanggungan, pengalaman usaha, modal utama yang digunakan

untuk usaha, umur responden, hasil per siklus, status dalam usaha.

b. Data sekunder merupakan data penunjang yang berkaitan dengan

penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber atau instansi seperti, kantor

kecamatan, kelurahan maupun swasta yang diharapkan dapat mendukung

pelaksanaan penelitian ini seperti data batas wilayah dan luas wilayah,

jurnal.

D. Konsep Operasional

1) Biaya variabel yaitu biaya habis pakai yang digunakan untuk produksi

budidaya ikan bandeng (Rp).

2) Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk satu kali

produksi, yang dihitung mulai dari biaya tetap dan biaya variabel (Rp).
30

3) Produksi adalah jumlah ikan bandeng yang dihasilkan oleh pelaku bisnis

budidaya (Rp/Kg).

4) Harga adalah nilai dari suatu barang yang diberikan kepada konsumen.

5) Quantity adalah jumlah suatu barang atau hasil penjualan ikan bandeng.

6) Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan

terus dikeluarkan sedikit ataupun banyak ikan yang di jual walaupun hasil

yang diperoleh banyak atau sedikit.

7) Penerimaan adalah total uang yang diterima dari pengeluaran hasil

penjualan ikan bandeng.

8) Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang

dilakukan oleh usaha budidaya.

9) Input adalah bahan baku (ikan bandeng) yang dibutuhkan dalam setiap

produksi (Rp/Kg)

10) Output adalah jumlah ikan bandeng yang dihasilkan dalam satu kali proses

produksi (Rp/Kg).

11) Nilai tambah merupakan peningkatan nilai dari proses budidaya budidaya

ikan bandeng dalam setiap produksil (Rp/Kg).

E.  Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian bisnis

budidaya ikan bandeng yaitu menggunakan rumus dari (La Ola, 2017)

adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan

Untuk menghitung keuntungan budidaya ikan bandeng yang


31

didapatkan
32

oleh pelaku bisnis budidaya ikan bandeng dapat dihitung dengan menggunakan

rumus dari Laola (2017), adalah sebagai berikut :

Rumus :

π = TR - TC……………………..(2)

Keterangan :

TR = Total penerimaan budidaya ikan bandeng (Rp)


TC = Total Cost budidaya ikan bandeng(Kg)
π = Keuntungan budidaya ikan bandeng(Rp)

Untuk memperoleh keuntungan, terlebih dahulu perlu menghitung total

penerimaan dan total biaya. Untuk mencari total penerimaan dapat dilkukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus :

TR= PxQ

Keterangan :

TR = Total penerimaan
P = Harga/Kg (Rp)
Q = Jumlah Produksi (Kg)

Jumlah produksi diperoleh dari perkalian jumlah bibit, luas tambak, sulvival rate,

dan jumlah bobot perkilo ikan dalam proses budidaya ikan bandeng, secara

matematis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Q= JB x L x SR x B

Keterangan:

JB = Jumlah benih yang di tebar (ekor)


L = Luas Tambak (hektar)
SR = Sulviva rate (%)
B = Bobot (ekor)
33

Total biaya diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan

dalam proses budidaya. Secara matematis, dapat di tulis dengan persamaan

sebagai berikut:

TC= TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total cost (total biaya)


TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap)
TVC = Total Variabel Cost (total biaya variabel)

2. Nilai Tambah

Dalam menghitung nilai tambah bisnis budidaya ikan bandeng dapat

menggunakan rumus dari La Ola (2017), adalah sebagai berikut:

Rumus:

NT =G+Pt+Pj+ π

Keterangan :

NT = Nilai Tambah budidaya ikan bandeng


G = Gaji/upah tenaga kerja pada budidaya ikan bandeng
Pt = penyusutan pada budidaya ikan bandeng
Pj = pajak yang dibayarkan pada budidaya ikan bandeng
π = Keuntungan budidaya ikan bandeng
34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keadaan Geografis

1.1. Letak Wilayah

Desa Labulu-Bulu merupakan salah satu wilayah desa yang berada pada

pemerintahan Kecamatan Parigi Kabupaten Muna yang mempunyai jarak dengan

ibukota kabupaten yaitu kurang lebih 60 kilometer.

Secara geografis desa ini menempati batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Tapi-Tapi

b. Sebelah timur berbatasan dengan Latampu

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Wasolangka

d. Sebelah utara berbatasan dengan Wantiworo

1.2. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Labulu-Bulu seluruhnya mencapai 1.898 Ha dari luas

tersebut sebagian terdiri dari tanah datar yang rata dan umumnya dimanfaatkan

sebagai lahan persawahan dengan pekarangan.

Luas wilayah Desa Labulu-Bulu dibagi dalam dua lingkungan yang dapat

dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1 . Luas Wilayah Desa Labulu-Bulu Menurut Pembagian Lingkungan


No Nama Lingkungan Luas Wilayah (Ha)
1. Dusun 1 973
2. Dusun 2 923
Jumlah 1.898
Sumber : Kantor Desa Labulu-Bulu Tahun 2019.
35

Pada Tabel 1 dapat dilihat pembagian wilayah/luas lahan untuk masing-

masing lingkungan, dusun 1 memiliki luas wilayah sebanyak 973 Ha, dan dusun 2

seluas 925 Ha, sehingga memiliki luas wilayah keseluruhan Desa Labulu-Bulu

seluas 1.896 Ha.

1.3. Potensi Alam

Desa Labulu-Bulu memiliki potensi yang maksimal, karena secara umum

adalah daerah persawahan, tambak dan sebagian untuk pemukiman. Dimana lahan

persawahannya didukung oleh adanya saluran irigasi dengan air yang cukup

memadai.lebih jelasnya tentang luas lahan dengan penggunaan tanah di Desa

Labulu-Bulu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 . Jenis Penggunaan Tanah Desa Labulu-Bulu


Luas Wilayah
No Jenis Penggunaan Tanah
(Ha)
1 Pemukiman/pekarangan 80
2 Tegal/ladang 100
3 Persawahan 650
4 Rawa 50
5 Pasang Surut 402
6 Tanah Fasilitas Umum 516
7 Hutan mangrove 40
8 Tambak 65
Jumlah 1903
Sumber Data : Kantor Desa Labulu-Bulu Tahun 2019

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa peruntukan lahan yang memiliki

luas 80 Ha adalah lahan pemukiman, lahan persawahan 650 Ha, dan rawa 50 Ha,

Tegal/ladang 100 Ha, pasang surut 402 Ha, tanah fasilitas umum 516 Ha, hutan

mangrove 40 Ha dan tambak 65 Ha.

Berdasarkan potensi alam dan luas wilayah yang dimiliki oleh Desa Labulu-

Bulu, maka daerah ini merupakan daerah yang memiliki potensi persawahan
36

sebagai sumber mata pencaharian pokok masyarakat.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan latar belakang kehidupan yang dapat

mempengaruhi cara berpikir, sikap serta keterampilan masyarakat dalam

mengelolah setiap usaha. Masyarakat dalam menjalankan berbagai usaha tersebut

dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan

pengalaman usaha.

2.1. Umur Responden

Umur dapat mempengaruhi segala aktivitas seseorang, baik dalam bekerja

maupun cara berpikir dalam mencari nafkah. Pada umumnya semakin bertambah

usia seseorang akan semakin tinggi waktu kerjanya. Namun, diusia tertentu maka

waktu kerjanya mempengaruhi dengan kekuatan fisik yang semakin menurun

pula, karena semakin bertambahnya usia. Adapun pengelompokan responden

dalam penelitian ini dari usia< 20 tahun, 20 – 60 tahun dan > 60 tahun. Untuk

lebih memperjelas daapat dilihat pada Taberl 3.

Tabel 3.Umur responden pelaku usaha budidaya ikan bandeng di Desa Labulu –
Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna tahun 2018
No Umur (tahun) Responden (jiwa) Persentase (%)
1 20 0 0
2 20 – 60 3 100
3 60 0 0
Sumber: Data primer setelah di olah, 2019

Dari Tabel 3 menunjukan bahwa dari keseluruhan jumlah responden

yaitu sebanyak 3 orang menunjukan responden yang memiliki umur < 20 yaitu

tidak ada atau 0 persen, kemudian responden dengan umur 20 – 60 tahun

sebanyak 3 orang responden dengan persentase sebanyak 100 persen, dan


37

responden yang memiliki umur > 60 tahun yaitu tidak ada atau persentase 0

persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden masih dalam usia

produktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiryahasmono (1982) yang

mengatakan bahwa struktur umur penduduk di bedakan menjadi tiga kelompok,

yaitu (a) kelompok umur muda dibawah 20 tahun, (b) kelompok umur produktif

usia 20-60 tahun, dan (c) kelompok umur tua usia 60 tahun ke atas.

2.2. Tingkat Pendidikan Responden

Pada umumnya pendidikan dapat mempengaruhi cara berfikir sekaligus

menambah keterampilan khusus dalam mengelolah setiap usahanya. Pendidikan

dapat diperoleh dari keluarga, luar keluarga dan melalui bangku sekolah ataupun

pendidikan formal.

Menurut Tritarajasadan Umar (2005) dalam Putre (2014) mengartikan

bahwa pendidikan formal adalah pendidikan resmi yang mempunyai jenjang

bertingkat, seperti lembaga pendidikan SD, SMP, SMA, dan perguruan timggi

yang dilakukan karena tugas jabatan oleh guru kepada murid-muridnya. Hasil

penelitian diperoleh bahwa responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan

tamatan SMA, karena renponden hanya melanjutkan pendidikan formalnya

sampai dengan bangku sekolah menengah atas dan tidak melanjutkannya di

perguruan tinggi.

2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Besarnya kebutuhan yang akan ditanggung, kepala keluarga dalam rumah

tangga dipengaruhi oleh sejumlah anggota keluarga. Tanggungan keluarga, yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota keluarga baik berada
38

dalam satu rumah maupun berada ditempat lain, namun menjadi tanggungan

keluarga. Menurut Wiryohasmono (1982) menambahkan bahwa semakin banyak

tanggungan keluarga maka dapat dikatakan rumah tangga tarsebut tergolong

kedalam keluarga prasejahtra, hal ini mendorong kepala keluarga untuk

meningkatkan jumlah pendapatan dalam keluarga, mengingat jumlah tanggungan

dalam keluarga berjumlah 4 orang, adapun jumlah tanggungan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4.Jumlah tanggungan keluarga respondenusaha budidaya ikan bandeng di


Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna 2019
No Jumlah tanggungan Pelaku Usaha (jiwa) Persentase (%)
1. 1-4 3 100
2. >4
Jumlah 3 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4bahwa responden yang memiliki tanggunagn keluarga

sebanyak 1-4 sebanyak tiga responden atau sebanyak 100 persen.Dalam

pernyataan Soeharjo dan Patong (1973) mengatakan bahwa jumlah tanggungan

keluarga 1 sampai 4 orang dikategorikan dalam keluarga kecil, sedangkan diatas 4

orang maka dikategorikan keluarga besar.

2.4. Pengalaman Usaha

Pengalaman pelaku usaha responden berperan penting dalam

pengembangan usaha atau keterampilan dalam bekerja. Dengan pengalaman yang

pernah dilalui oleh seseorang akan lebih mengupayakan agar tidak terjadi

kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan dirinya ataupun usahanaya.

Pengalaman yang dimiliki responden dapat menjadi pelajaran berharga agar usaha

atau pekerjaan yang dijalankannya dapat berkembang dan maju sehingga dapat
39

memaksimalkan pendapatan mereka. Pengalaman yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah lamanya waktu usaha yang dilakukan oleh responden.

Berdasarkan penelitian responden melakukan aktivitas usaha di Desa Labulu-Bulu

memiliki pengalaman usaha kurang lebih 10 tahun, tetapi dalam usahanya masi

bias saja terjadi kemungkinanan-kemungkinan kesalahan dalam menjalankannya.

Tabel 5.Pengalaman pelaku usaha budidaya ikan bandeng di Desa Labulu–Bulu


Kecamatan Parigi Kabupaten Muna tahun 2018
No Lama Usaha (tahun) Responden (jiwa) Persentase (%)
1 <5 0 0
2 5-10 3 100
3 >10 0 0
Sumber: Data primer setelah di olah, 2019

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa lama waktu usaha budidaya ikan

bandeng 5-10 tahun sebanyak 3 orang atau 100 persen, sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua pelaku usaha budidaya ikan bandeng dikategorikan

cukup berpengalaman. Hal ini sesuai pernyataan Soeharjo dan Patong (1973) yang

mengatakan bahwa dalam mengatorikan pengalaman ada tiga golongan atau

kriteria pengalaman dalam berusaha, yaitu kurang berpengalaman dibawah 5

tahun, cukup berpengalaman 5-10 tahun dan berpengalaman diatas 10 tahun.

3. Proses Budidaya Ikan Bandeng

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan adalah pola

budidaya bandeng yang diterapkan oleh pelaku bisnis budidaya ikan bandeng

masi bersifat tradisional, dimana pada tambak masi menggunakan sistem

polikultur. Tambak polikultur bandeng dan udang yang dikelolah masi

menggunakan pakan tambahan. Proses bisnis budidaya bandeng yang dimulai dari

pengapuran dan pemupukan, penyebaran benih, pemberian pakan, pemanenan,


40

sampai dengan pemasaran.

4. Karakteristik Usaha Budidaya Ikan Bandeng

4.1. Produksi

Produksi adalah kegiatan atau proses yang menimbulkan manfaat atau

penciptaan suatu manfaat baru. Produksi merupakan suatu kegiatan yang

dikerjakan atau menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru

sehingga dapat memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda

tampa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan

menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya

dinamakan produksi barang (Mafut, 2017).

Jumlah produksi berdasarkan berdasarkan ukuran luas lahan tambak

budidaya ikan bandeng di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah produksi usaha budidaya ikan bandeng berdasarkan luas tambak
di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi tahun 2018
Luas Tambak Jumlah Produksi
No Nama pemilik usaha
(Hektar) (Kg)
1. Nurdin 12 13.200
2. Ahmad Ramadan 9 10.400
3. Harimu 4 5.100
Jumlah25 28.700
Rata-rata 9.566,7
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 6 bahwa jumlah produksi budidaya ikan bandeng

berdasarkan luas lahan tambak di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi yaitu

sebesar 28.700 Kg dalam satu kali produksi, dan jumlah produksi rata-rat sebesar

9.566,7 Kgdalam satu kali produksi. Jumlah produksi tertinggi dari usaha
41

budidaya ikan bandeng diperoleh bapak Nurdin jumlah produksi sebesar 13.200

Kgdengan luas tambak 12 hektar, sedangkan jumlah produksi terendah dimiliki

oleh bapak Harimu jumlah produksi sebesar 5.100 Kg dengan luas tambak sebesar

4 hektar. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa luas lahan tambak

dan jumlah bibit dapat mempengaruhi jumlah produksi, dimana semakin luas

tambak dan semakin banyak benih yang ditebar makan semakin tinggi pula

jumlah produksi.

4.2. Biaya

Biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya ikan bandeng yaitu ada dua

biaya tetap dan biaya variabel dapat diliat pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 7. Total biaya usaha bididaya ikan bandeng di Desa Labulu-Bulu 2019
Nama Pemilik Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya
No
Usaha (FC) (VC) (TC)
1. Nurdin 55.935.883,03 77.770.000 133.705.883
2. Ahmad Ramadan 42.041.409,06 61.290.000 103.331.409,1
3. Harimu 20.335.726,84 33.045.000 53.380.726,84
Jumlah 118.313.018,93 172.105.000 290.418.018,9
Rata-Rata 39.437.672,98 57.368.333,33 96.806.006,3
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh

3 pebisnis budidaya ikan bandeng sebesar Rp290.418.018,9 dalam perproduksi,

dengan rata-rata sebesar Rp99.806.006,3/. Total biaya produksi adalah hasil dari

penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Total biaya terbesar dikeluarkan

oleh bapak Nurdin sebesar Rp133.705.883,00sedangkan total biaya terendah

dikeluarkan oleh bapak Harimu sebesar Rp53.380.726,84, besarnya biaya yang

dikeluarkan tergantung berapa besar jumlah produksi yang akan diproduksi.


42

4.3. Penerimaan

Jumlah penerimaan dari hasil usaha budidaya ikan bandeng di Desa

Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel

8 sebagai berikut.

Tabel 8.Jumlah penerimaan usaha budidaya ikan bandeng di Desa Labu-Bulu


Kecamatan Parigi Kabupaten Muna 2018
Harga Produksi Penerimaan
No Nama
(Rp/Kg) (Kg) (TR) Rp/Kg
1. Nurdin 15.000 13.200 198.000.000
2. Ahmad Ramadan 15.000 10.400 156.000.000
3. Harimu 15.000 5.100 76.500.000
Jumlah 28.700 430.500.000
Rata-rata 9.566,7 143.500.000
Sumber: Data Primer setelah diolah 2019

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah penerimaan semua

pelaku usaha budidaya ikan bandeng di Desa Labu-Bulu Kecamatan Parigi

Kabupaten Muna berjumlah sebesar Rp430.500.000,00dalam satu kali

produksi, dengan rata-rata Rp143.500.000,00 dimana harga jual ikan

bandeng Rp15.000,00/Kg.

4.4. Keuntungan

Adapun total keuntungan dalam usaha budidaya ikan bandeng di

Desa Labu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, dapat dilihat pada

Tabel 9 sebagai berikit:

Tabel 9. Keuntungan usaha budidaya ikan bandeng di Desa Labu-Bulu Kecamatan


Parigi Kabupaten Muna
Penerimaan Total Biaya Keuntungan
No Nama
(TR) (TC) (π) Rp
1. Nurdin 198.000.000 133.705.883 64.294.116,97
2. Ahmad Ramadan 156.000.000 103.331.409,1 52.668.590,94
3. Harimu 76.500.000 53.380.726,8 23.119.273,16
Jumlah 430.500.000 290.418.018,9 140.081.981,1
Rata-Rata 143.500.000 96.806.006,3 46.693.993,69
43

Sumber: Data primer setelah diolah 2019


44

Berdasarkan Tabel 9 bahwa keuntungan yang diperoleh semua

peleku bisnis budidaya ikan bandeng sebesar Rp140.081.981,1 dengan

rata-rata sebesar Rp46.693.993,69dalam waktu satu kali produksi.

Keuntungan tertinggi diperoleh bapak Nurdin sebesar

Rp64.294.116,97,sedangkan keuntungan terendah diperoleh bapak Harimu

sebesar Rp23.119.273,16dalam satu kali produksi. Besarnya keuntungan

diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi yang

digunakan.

4.5. Nilai Tambah

Adapun besaran nilai tambah dalam usaha budidaya ikan bandeng dapat

diliat pada Tabel 10, sebagai berikut:

Tabel 10. Nilai tambah budidaya ikan bandeng per satu kali produksi di Desa
Labu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna
No Nama Upah TK Penyusutan Pajak Keuntungan NT
1. Nurdin 37.500.000 55.935.883,03 9.900.000 64.294.116,97 167.630.000
Ahmad
2. 30.000.000 42.041.409,06 7.800.000 52.668.590,94 132.510.000
Ramadan
3. Harimu 15.000.000 20.335.726,84 3.825.000 23.119.273,16 62.280.000
Jumlah 82.500.000 118.313.018,93 21.525.000 140.081.981,1 362.420.000
Rata-Rata 27.500.000 39.437.672,98 7.175.000 46.693.993,7 120.806.667
Sumber: Data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa nilai tambah dari 3 pebisnis

budidaya ikan bandeng di Desa Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna

berjumlah Rp362.420.000,00 dengan rata-rata sebesar Rp120.806.667,00 dalam

satu kali produksi. Nilai tambah tertinggi per satu kali produksi diperoleh bapak

Nurdin sebesar Rp167.630.000,00 sedankan yang terendah di peroleh bapak

Harimu sebesar Rp62.280.000. Nilai tambah merupakan hasil penjumlahan dari

upah tenaga kerja, penyusutan, pajak dan keuntungan dari bisnis budidaya ikan
45

bandeng itu sendiri.


46

B. Pembahasan

1. Proses Budidaya Ikan Bandeng

Proses budidaya Ikan Bandeng yang dilakukan di Desa Labulu-Bulu

Kecamatan Parigi adalah sebagai berikut:

1.1. Pengapuran dan pemupukan

Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah, pada umumnya

bukan karena tanah kekurangan unsur kalsium (Ca) tetapi karena tanah

terlalu masam. Sebelum pengapuran tambak dikeringkan terlebih dahulu

selama kurang lebih 1 minggu sampai tambak benar-benar kering,

kemudian kapur ditebarkan dipermukaan tambak yang selanjutnya di aduk

secara merata dengan jumlah kapur disesuaikan kebutuhan tambak.

Pengapuran biasanya dilakukan setiap musim penebaran benih. Fungsi

dari pengapuran untuk mengikat dan mengendapkan lumpur yang terdapat

pada tambak dan memperbaiki kualitas tanah yang ada, agar tanah tetap

subur. Pengapuran bertujuan untuk merangsang pertumbuhan pakan alami

setelah air dimasukan.Pembudidaya ikan bandeng biasayan menggunakan

kapur pertanian jenis kalsit (CaCO3) yang mengadung karbonat (CO3)

sehingga dapat menaikan PH air.

Proses pemupukan dilakukan setelah melewati proses pengapuran

dan pengeringan,yang disebarkan secara merata di area tambak.

Pemupukan bertujuan untuk menyuburkan tambak dan menumbuhkan

pakan alami dengan cepat, seperti klakap, lumut dan plankton. Pupuk yang

digunakan pada tambak bandeng adalah pupuk urea yang dapat menjaga
47

kualitas air dan merangsang pertumbuhan alga.


48

1.2. Penyebaran Benih

Benih yang digunakan adalah benih yang glondongan, hal ini dapat

mempersingkat waktu pemeliharaan dikarenakan dapat tumbuh cepat.

Waktu penebaran benih yang idealnya dilakukan pada pagi buta sampai

07.30 atau disore hari antara pukul 16.00-18.00, dikarenakan parameter air

dan lingkungan relatif stabil. Penyediaan benih lebih memilih

menggunakan benih yang gelondongan dari pada menggunakan benih

nener,hal ini disebabkan nener belum mampu mengatasi pengaruh

lingkungan, seperti halnya dimakan burung-burung yang ada di sekitar

tambak. Benih gelondongan ukurannya antara 30–70 mm dengan berat

antara 5000–15000 mg dan berumur antara 50–80 hari. Keuntungan lain

penggunaan gelondongan adalah benih dapat tumbuh cepat sehingga

mempersingkat waktu pemeliharaan.M asing-masing petambak bandeng

menebar benih dengan jumlah yang berbeda-beda dikarnakan memiliki

luas tambak yang berbeda-beda pula, dimana bapak Nurdi menebar

dengan kepadatan 51.000 ekor untuk 12 hektar, bapak Ahmad Ramadan

43.000 ekor untuk 9 hektar dan bapak Harimu 21.000 ekor untuk 4 hektar.

1.3. Pemberian Pakan

Ikan bandeng suka makan tumbuhan yang ada dalam kolam tambak,

tumbuhan tersebut antaranya lumut, ganggang dan klakap yang tumbuh

dengan sendirinya akibat hasil dari pengapuran dan pemberian pupuk.

Proses pemberian pakan tambahan dilakukan ketika persediaan pakan

alami dasar kolam mulai menipis, tujuan pemberian pakan tambahan agar
49

merangsang pertumbuhan bobot ikan. Pemberian pakan tambahan

biasanya dilakukan 30 hari sebelum masa panen


50

dilakukan. Pakan yang digunakan pembudidaya ikan yakni pelet dengan

menghabiskan 20 karung untuk bapak Harimu, 30 karung untuk bapak Ahmad

Ramadan, dan 30 karung untuk bapak Nurdin, dengan bobot 50 Kg/karung. Proses

pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam

agar mendapatkan hasil yang baik, karena dengan demikian seluruh bandeng bisa

mendapatkan pakan dengan merata.

1.4. Pemanenan Ikan

Sebelum panen sebaiknya dilakukan pemantauan pertumbuhan

ikan bandeng dengan melakukan pengecekan ukuran/berat bandeng.

Caranya adalah pada saat mendekati waktu panen, sejumlah ikan tertentu,

misalnya 20 ekor, ditangkap dengan menggunakan jala atau jaring, di

beberapa tempat. Kemudian ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya.Jika

berat rata-ratanya sudah sesuai dengan ukuran yang diinginkan maka

pemanenan sudah bisa dilaksanakan, tetapi jika tidak maka masa

pemeliharaan harus ditambah. Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-

6 bulan, atau setelah ukuran panen yang diinginkan atau ukuran pasar

tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar antara 150-300

gram per ekor atau 4-7 ekor perkilonya. Pertumbuhan ikan bandeng

bergantung pada kesuburan tambaknya. Waktu pelaksanaan panen

bandeng yang tepat adalah pagi atau sore hari suhu air di dalam tambak

rendah sehingga ikan bandeng tidak stres. Cara pemanenan ada 2 macam

yakni pemanenan penjarangan dan pemanenen total. Panen penjarangan

dilakukan ketika tambak masih ada air, sedangkan panen total dilakukan
51

melalui pengurasan air tambak.


52

1.5. Pemasaran

Hasil panen budidaya Ikan Bandeng sebelum dipasarkan terlebih dahulu

ditimbang agar berat hasil produksi diketahui. Pemasarnya dilakukan dengan 2

cara yakni pemasaran langsung dilokasi tambak dan dipasar-pasar terdekat.

Pemasaran ditambak, dimana pembeli datang langsung sendiri dilokasi untuk

menimbang sesuai berat yang diinginkannya yang kemudian dipasarkan dipasar

tradisional terdekat. Sedangkan pemasaran dipasar-pasar terdekat pebisnis

budidaya ikan bandeng langsung di jual dipedagang enceran.

2. Jumlah Produksi

Berdasarkan Tabel 9 bahwa jumlah produksi 3 pelaku budidaya

ikan bandeng berdasarkan luas lahan tambak di Desa Labulu-Bulu

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna yaitu sebesar 28.700 Kg dalam satu

kali produksi, dan jumlah produksi rata-rat sebesar 9.566,7 Kg dalam satu

kali produksi. Jumlah produksi tertinggi dari usaha bididaya ikan bandeng

diperoleh bapak Nurdin dengan jumlah produksi sebesar 13.200 Kg

dengan luas tambak 12 hektar, sedangkan jumlah produksi terendah

dimiliki oleh bapak Harimu jumlah produksi sebesar 5.100 Kg dengan luas

tambak sebesar 4 hektar. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui

bahwa luas lahan tambak dan jumlah benih dapat mempengaruhi jumlah

produksi, dimana semakin luas tambak dan semakin banyak benih yang

ditebar makan semakin tinggi pula jumlah produksi. Masing-masing

pemilik bisnis budidaya ikan bandeng memiliki luas lahan dan jumlah

bibit yang berbeda-beda sehingga hasil produksi berbedaa-beda pula. Hal


53

ini sesuai dengan pernyataan Soekarwati (2003), bahwa produksi adalah

hasil akhir dari suatu proses produksi, produksi


54

adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam suatu bisnis pertanian atau

perikanan dapat berfariasi yang diantaranya disebabkan oleh perbedaan kualitas.

Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses

produksi yang baik dilaksanakan, begitu pula sebaliknya. Kualitas produksi

kurang baik apabila usaha tersebut dilaksanakan dengan kurang baik, karena

terkadang tidak mencerminkan dari nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi

tersebut diukur dengan harga.

3. Biaya-biaya yang digunakan

Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa biaya total

(total cost) yang diciptakan dari 3 pelaku bisnis budidaya ikan bandeng di

Desa Labulu-Bulu, Kecamatan Parigi,adalah sebear Rp290.418.018,9

dalam satu kali produksi, dengan rata-rata Rp96.806.006,3. Biaya bisnis

budidaya ikan bandeng dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Berdasarkan hasil perhitungan total biaya dari

keseluruhan pelaku bisnis budidaya ikan bandeng biaya tetap lebih tinggi

dikeluarkan dibandingkan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya

yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi atau selama

masa produksi, dan tetap dikeluarkan walaupun suatu bisnis tidak

berproduksi lagi atau yang dikenal dengan penyusutan. Sedangkan biaya

tidak tetap termasuk biaya yang habis digunakan dalam satu kali produksi

dan dikeluarkan setiap kali melakukan bisnis budidaya ikan bandeng. Pada

umumnya semakin tinggi volume kegiatan maka semakin besar biaya

satuan. Perlu diketahui bahwa penggunaan input variable tergantung pada


55

kuantitas output yang diproduksi, dimana semakin besar kuantitas output

pada umumnya semakin besar


56

pula biaya variabel yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Herianto

(2016) bahwa biaya tetap budidaya ikan bandeng lebih tinggi daripada biaya

variabel, dengan jumlah biaya tetap sebesar Rp93.293.962,00 dan biaya variabel

sebesar Rp16.749.500,00 dalam satu siklus produksi. Selain itu hal ini sesuai

dengan pernyataan Abdulah (2016) bahwa kriteria dari jenis biaya tetap yaitu

jumlah totalnya tetap konstan tidak diperbaharui oleh kegiatan atau aktivitas pada

tingkat tertentu. Sedangkan biaya variabel dikatakan jumlah satuan akan berubah-

ubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi

volume kegiatan semakin besar biaya satuan.

4. Penerimaan

Berdasarkan Tabet 11 dapat dijelaskan bahwa total jumlah

penerimaan yang diciptakan 3 pelaku bisnis budidaya ikan bandeng adalah

sebesar Rp430.500.000,00 dengan rata-rata Rp143.500.000,00 dalam satu

kali produksi, dengan penerimaan tertingi diperoleh bapak Nurdin sebesar

Rp198.000.000,00 sedangkan penerimaan terendah diperoleh bapak

Harimu sebesar Rp76.500.000,00 dalam satu kali produksi. Perbedaan

penerimaan dari masing-masing pelaku bisnis budidaya ikan bandeng

dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bibit dan luas empang dalam waktu

satu kali produksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mardin (2017)

penerimaan rata-rata uaha budidaya ikan bandeng di Desa Ambesea dan

Desa Puuwulu permusim produksi sebesr Rp9.651.364,00 yang diperoleh

dari rata-rata penerimaan permusim sebesar Rp13.272.727,00 dengan

biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sebesar Rp3.621.364,00.


57

Hal ini sesuai denga pernyataan Soejarmanto dan Riswan (1994) bahwa

semakin
58

banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga perunit

produksi yang bersangkutan maka penerimaan total yang diterima produsen akan

semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya

rendah maka penerimaan yang diterima produsen semakin kecil.

5. Keuntungan

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 12 dapat dijelaskan

bahwabesaran keuntungan yang diciptakan dari 3 pelaku bisnisbudidaya

ikan bandeng adalah sebesar Rp140.081.981,1 dengan rata-rata

Rp46.693.993,69dengan penerimaan tertinggi bapak Nurdin

Rp64.294.116,97 sedangkan terendah bapak Harimu Rp23.119.273,16

dalam satu kali produksi. Keuntungan adalah hasil dari penerimaan yang

dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

bisnis budidaya ikan bandeng berlangsung. Hasil perhitungan tersebut

menunjukan bahwa penerimaan dari bisnis budidaya ikan bandeng lebih

besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan, maka dapat

disimpulkan bahwa usaha tersebut dapat memperoleh keuntungan. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Zumail (2016) bahwa keuntungan usaha

budidaya ikan bandeng dan udang windu di Kelurahan Wasolangka

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna yaitu sebesar Rp19.539.333/siklus

dimana rata-rata keuntungan tersebut diperoleh dari total penerimaan

dikurangi total biaya produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Edwi

(2014) jika penerimaan (TR) lebih besar dibanding dengan biaya total

(TC) yang dikeluarkan suatu bisnis maka bisnis tersebut mengalami


59

keuntungan. Keuntungan adalah total penerimaan (TR) dari bisnis yang

dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Bisnis dikatakan

memperoleh keuntungan jika nilai ( π )


60

positif ( π > 0), dinamakan penerimaan lebih besar dari biaya.

6. Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan salah satu parameter ekonomi yang

mengambarkan selisih antara nilai produk dan biaya habis pakai selama

proses produksi dari suatu produk, baik barang maupun jasa. Nilai tambah

sangat penting untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) dari suatu daerah, yang merupakan penjumlahan dari nilai tambah

bruto disemua industri. Nilai tambah bruto adalah total dari pendapatan,

keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung (La Onu dkk,2016). Nilai

tambah dari bisnis budidaya ikan bandeng terdiri dari beberapa komponen

yaitu gaji, penyusutan, pajak dan keuntungan dimana hasil dari beberapa

komponen tersebut dijumlahkan sehingga hasil dari penjumlahannya maka

dikatakanlah nilai tambah.

Berdasarkan pada Tabel 10 dapat dijelaskan besaran nilai tambah

yang diperoleh 3 pelaku bisnis budidaya ikan bandeng di Desa Labu-bulu

kecamatan Parigi Kabupaten Muna sebesar Rp362.420.000,00 dengan

rata-rata Rp120.806.667,00 dalam satu kali siklus produksi, yang terdiri

dari komponen gaji sebesar Rp110.787.990, penyusutan

Rp188.313.018,93, pajak sebesar Rp21.525.000 dan keuntungan sebesar

Rp140.081.981,07. Dengan nilai tambah tertinggi diperoleh bapak Nurdin

sebasar Rp1676230.000 dan nilai tambah terendah diperoleh bapak

Harimu sebesar Rp62.280.000 dalam satu kali produksi bisnis budidaya

ikan bandeng. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh La
61

Onu (2015) berdasarkan hasil penelitiannya “Model pengolaan bisnis

perikanan secara terpadu dan berkelanjutan serta mempercepat

pertumbuhan
62

ekonomi kabupaten Wakatobi” menyatakan besaran NTB (Nilai Tambah Bluto)

yang diciptakan oleh 814 nelayan rumput laut menurut input primer adalah

sebesar Rp2.242.614.496, komponen penyusutan sebesar Rp2.273.758.504, dan

komponen pajak sebesar Rp356.167.000 dan besaran NTB yang diciptakan oleh

814 nelayan rumput laut menurut penggunaannya adalah sebesar

Rp19.589.185.000 yang terdiri dari pasar lokal sebesar Rp 7.123.340.000 dan

pasar antar pulau sebesar Rp12.465.845.000.


63
64

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis nilai tambah bisnis budidaya ikan

bandeng di Desa Labulu-Bulu kecamatan Parigi Kabupaten Muna, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses budidaya ikan bandeng yang diterapkan pelaku pebisnis dimulai pada

proses pengapuran dan pemupukan lahan, penyebaran benih, pemberian pakan,

pemanenan ikan sampai dengan proses pemasaran. Dengan jumlah tebar

sebanyak 115.000 ekor/siklus, dan bobot pada saat panen 5 ekor/Kg.

2. Besaran nilai tambah yang diciptakan semua pelaku pebisnis budidaya ikan

bandeng di Desa Labu-Bulu kecamatan Parigi Kabupaten Muna sebesar

Rp362.420.000/siklus dengan rata-rata sebesar Rp120.806.667. Sedangkan

nilai tambah tertinggi yang diperoleh sebesar Rp167.630.000 dan nilai tambah

terendah yang diperoleh sebesar Rp62.280.000.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan hasil dan pembahasan

serta simpulan yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis nilai tambah bisnis budidaya ikan bandeng di Desa

Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna sebaiknya pemerintah lebih

meningkatkan lagi perhatiannya terhadap pelaku budidaya ikan bandeng.

2. Berdasarkan analisis nilai tambah bisnis budidaya ikan bandeng di Desa

Labulu-Bulu Kecamatan Parigi Kabupaten Muna lebih meningkatkan lagi

pendapatannya agar bisnis budidaya ikan bandengnya tetap berlanjut.


65
66

DAFTAR PUSTAKA

Abowei, J.F.N and Tawari C.C. 2011. A Review of the Biology, Culture,
Exploitation and Utilization Potentials Seaweed Resources: Case Studi in
Nigeria. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and
Technology. 3(04): 290-303.
Amri, Kahiruman. 2008. Budidaya Ikan Nila. Agromedia. Jakarta Selatan.
Arifai, M.,Syafrijal, S. H., dan Mustakim, T. 2016. Analisis Usaha Ikan pada
Kelompok Pengrajin di Kawasan Pusong Kota Lhokseumawe. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis.15(1) : 9-19
Chopra, Meindl. 2003. Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu
dan Tempe. Skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Dirjen Perikanan Budidaya. 2004. Hasil Data Perikanan Budidaya Ikan Bandeng.
Bogor.
EdwiRia A. 2014.Analisis Distribusi Pemasaran Rajungan (Portunus Pelagicus)
di Desa Betahwalang Kabupaten Demak. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro. Jawa Tengah
Ghufran, M. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem
Polikulitur. Dahara Prize. Semarang.
Hariyanto. 2016. Analisis Keuntungan Usaha Tambak Ikan Bandeng (chanos
chanos) di Desa Porara Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Sulawesi
Tengara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.
(Skripsi)
Hayami, K, Kawego, Marooka, Siregar. 1987. Agricultural Marketing
andProcessing In Up Land Java : A Perspective frome A Sunda Village.
TheCGPRT Centre. Bogor.
Hariyanto. 2016. Analisis Keuntungan Usaha Tambak Ikan Bandeng (Chanos
chanos) di Desa Porara Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, 2(2):
80-92.
Joesran, T.S., 2003. Teori Ekonometri Mikro. Salemba Empat. Jakarta.
Jamaludin, AN. dkk. 2013. Perencanaan dan Perancangan Pusat Pegembangan
Budidaya Ikan Bandeng ditambak, Sidoarjo. Jurnal IPTEK. 1(17).53.
Kustiari, Reni. 2012. Analisis Nlai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi
Pengolahan Hasil Perikanan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor. 75-85.
Kordi, M. G. 2009. Budidaya Perairan Jilid 2. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Kholish, M. 2010. Panduan Lengkap Agrobisnis Patin Jakarta: Penebar Swadaya
67

La Ola, L. O.2017,Ekonomi Produksi Prikanan. CV. Andi. Yogyakarta.


La Ola, L. O,.2015. Kajian Pembangunan Usaha Perikanan Dibeberapa Kawasan
Pengmbangan Perikanan dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan.
La Ola L.O, Roslinda D.S dan Nurdiana, A. 2016. Nilai Tambah Pelaku Bisnis di
Pelabuhan Pendaratan Ikan Sodoha dalam Menunjang Pertumbuhan
Ekonomi Kota Kendari. Jurnal Bisnis Perikanan, 3(1) : 13-18.
Mafut, M. 2017. Analisis Keuntungan Usaha Produksi Ikan Asap pada Home
Industri Khusnul Jaya Berkah di Kota Samarinda. Jurnal Administrasi
Bisnis,5(1) :230-241.
Mulyadi. 2005. AkutansiBiaya. Aditya Media.Yogyakarta.
Madrin,T. 2017. AnalisisFaktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Budidaya Bandeng di Kecamatan Laeya Kabupaten Konewe Selatan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Halu Oleo. (Skripsi)
Murtidjo, B. A. 2016. Budidaya dan Pembenihan Bandeng: Seri Budi
Daya.PenerbitKanisius. Yogyakarta.
Putra, U. Nana, S.S. 2008. Manajemen Kualitas Tanah dan Air dalam Kegiatan
Perikanan Budidaya.
Purnomowati. 2006. Bandeng Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta.
Purwaningsi, R. 2015. Analisis Nilai Tambah Produk Perikanan Lemuru
Pelabuhan Muncar Banyuwangi. Jurnal Ilmu Teknik Industri,14(1):13-23.
Pracoyo, Antyo dan Kunawangsih, T. P. 2006. Aspekdasar Ekonomi Mikro.
Grasindo. Jakarta.
Ridwan. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alf ABETA. Bandung.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Manggrof. Dahara Prize.
Semarang.
Soekartawi, 1993, Teori Ekonomi Produksi, dengan Pokok Bhasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas, Rajawali Press, Jakarta.
Soeharjo, A,Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usaha Tani. Jurusan Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Soekarwati. 1999. Agrobisnis (Teoridan Aplikasinya), Raja Grafindo Persada.
Jaarta.
Soekarwati. 2003. Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Supardi. 1993. Menyusun Karya Tulis Ilmiah. BPFE UII Press. Yogyakarta.
Sugiyono.2008. MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Soedjarwanto dan Riswan. 1994. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Batu
Bata di Kabupaten Dati II Bayumas. Fakultas Ekonomi UNSOED.
Perwokerto. (Skripsi)
Soemarso, S.R. 2014. Akuntansi Sebagai Pengantar. Salemba Empat. Jakarta.
68

Suharsono. 2009. Metode Ilmiah Penelitian. Metode dan Teknik Penelitian.


Tarsito Bandung.
Sukirno, Sadono. 2006. EkonomiMakro, Raja Grapindo Persada, Jakarta.
Sjarkowi, F, dan M, Sufri. 2004. Majemen Agrobisnis. Baldal Grafiti Press.
Palembang.
Tirtarahaarja, Umar. 2005. Pengaruh Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Wibowo, S. 1996. Industri Pemindangan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiryohasmono. 1982. Konsep Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia. Lalumba
Empat. Jakarta.
Zumail.2016. Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Polikultur Ikan Bandeng
dan Udang Windu di Kelurahan Wasolangka Kecamatan Parigi Kabupaten
Muna. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Halu Oleo.
(Skripsi)
69
70

LAMPIRAN
71

Lamiran 1. Peta Lokasi Penelitian


72

Lampiran 2. Data Faktor Produksi Barang Modal dan Modal Kerja


A. Bapak Nurdin
FAKTOR PRODUKSI JUMLAH SATUAN HARGA Total
1 2 3 4 5
Barang Modal
1. Empang 12 Hektar 25.000.000 300.000.000
2. Rumah Empang 1 unit 4.000.000 4.000.000
3. Pintu Empang 6 Unit 6.000.000 36.000.000
4. Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000
5. Jaring 4 Unit 150.000 600.000
6. Pipa 12 Batang 150.000 1.800.000
7. Gabus/BakIkan 10 Buah 50.000 500.000

Modal Kerja
1. Bibit 54.000 Ekor 300 15.000.000
2. Pakan 40 Karung 400.000 16.000.000
3. Pupuk 6 Karung 120.000 720.000
4. Kapur 10 Karung 100.000 1.000.000
5. Obat Ursal 10 Botol 35.000 350.000
6. Akomodasi 5 Orang 1.000.000 5.000.000
7. Perawatan Empang Hektar 1.000.000 1.000.000
8. Gaji TK 5 Orang 10.069.139 50.345.695

B. Bapak Ahmad Ramadhan

FAKTOR PRODUKSI JUMLA


SATUAN HARGA Total
H
1 2 3 4 5
Barang Modal
1. Empang 9 Hektar 25.000.000 225.000.000
2. Rumah Empang 1 Unit 4.000.000 4.000.000
3. Pintu Empang 4 Unit 6.000.000 24.000.000
4. Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000
5. Jaring 3 Unit 150.000 450.000
6. Pipa 9 Batang 150.000 1.350.000
7. Gabus/BakIkan 8 Buah 50.000 400.000
Modal Kerja
1. Bibit 43.000 Ekor 300 12.900.000
2. Pakan 30 Karung 400.000 12.000.000
3. Pupuk 4 Karung 120.000 480.000
4. Kapur 7 Karung 100.000 700.000
5. Obat Ursal 6 Botol 35.000 210.000
6. Akomodasi 4 Orang 1.000.000 4.000.000
7. Perawatan Empang Hektar 1.000.000 1.000.000
8. Gaji 4 Orang 10277384,26 10.799.705
73

C. Bapak Harimu
FAKTOR PRODUKSI JUMLAH SATUAN HARGA Total
1 2 3 4 5
Barang Modal
1. Empang 4 Hektar 25.000.000 100.000.000
2. Rumah Empang 1 Unit 4.000.000 4.000.000
3. Pintu Empang 2 Unit 6.000.000 12.000.000
4. Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000
5. Jaring 2 Unit 150.000 300.000
6. Pipa 4 Batang 150.000 600.000
7. Gabus/BakIkan 6 Buah 50.000 300.000
Modal Kerja
1. Bibit 21.000 Ekor 300 6.300.000
2. Pakan 20 Karung 400.000 8.000.000
3. Pupuk 2 Karung 120.000 240.000
4. Kapur 4 Karung 100.000 400.000
5. ObatUrsal 3 Botol 35.000 105.000
6. Akomodasi 2 Orang 1.000.000 2.000.000
7. Perawatan Empang Hektar 1.000.000 1.000.000
8. Gaji 2 Orang 9.288.403 18.576.806
Lampiran. 3 Analisis Nilai Tambah Bisnis Budidaya

Biaya Tetap
t. bunga Umur (1+i)^ Pt=Po Penyusutan/
No Nama Jumlah Satuan Harga Total (1+i) P/tahun F/tahun
(i) (t) t (1+i)^t Produksi
1 Empang 12 Hektar 25.000.000 300.000.000 0,12 1,12 10 3,1 931.754.462,5 93.175.446,25 2 46587723,13
2 Rumah Empang 1 Unit 4.000.000 4.000.000 0,12 1,12 11 3,5 13.914.199,97 1.264.927,27 2 632.463,6352
3 Pintu Empang 6 Unit 6.000.000 36.000.000 0,12 1,12 5 1,8 63.444.300,6 12.688.860,12 2 6.344.430,06
4 Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000 0,12 1,12 15 5,5 54.735.657,59 3.649.043,84 2 1.824.521,92
5 Jaring 4 Unit 150.000 600.000 0,12 1,12 2 1,3 752.640 376.320 2 188.160
6 Pipa 12 Batang 150.000 1.800.000 0,12 1,12 10 3,1 5.590.526,775 559.052,6775 2 279.526,3388
7 Gabusikan 10 Buah 50.000 500.000 0,12 1,12 11 3,5 1.739.274,997 158.115,9088 2 79.057,95439
TFC 55.935.883,03
Biaya Variabel
No Nama Jumlah Satuan Harga Total
1 Bibit 54.000 Ekor 300 16.200.000
2 Pakan 40 Karung 400.000 16.000.000
3 Pupuk 6 Karung 120.000 720.000
4 Kapur 10 Karung 100.000 1.000.000
5 Obat Ursal 10 Botol 35.000 350.000
6 Akomodasi 5 Orang 1.000.000 5.000.000
7 Perawatan   Hektar 1.000.000 1.000.000
8 Gaji TK 5 Orang 7.500.000 37.500.000
TVC 77.770.000
TR Produksi 13.200 Kg 15.000 198.000.000
Pajak 0,05 198.000.000 9.900.000
TC 133.705.883
Π 64.294.116,97
NT 167.630.000
Mati 1.100 Ekor
A. Bapak Nurdin

74

74
B.  Bapak Ahmad Ramadan
Biaya Tetap
t. bunga Umur Pt=Po Penyusutan/
No Nama Jumlah Satuan Harga Total (1+i) (1+i)^t P/tahun F/tahun
(i) (t) (1+i)^t Produksi
1 Empang 9 Hektar 25.000.000 225.000.000 0,12 1,12 10 3,1 698.815.846,9 69.881.584,69 2 34.940.792,34
2 Rumah Empang 1 Unit 4.000.000 4.000.000 0,12 1,12 11 3,5 13.914.199,97 1.264.927,27 2 632.463,6352
3 Pintu Empang 4 Unit 6.000.000 24.000.000 0,12 1,12 5 1,8 42.296.200,4 8.459.240,079 2 4.229.620,04
4 Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000 0,12 1,12 15 5,5 54.735.657,59 3.649.043,84 2 1.824.521,92
5 Jaring 3 Unit 150.000 450.000 0,12 1,12 2 1,3 564.480 282.240 2 141.120
6 Pipa 9 Batang 150.000 1.350.000 0,12 1,12 10 3,1 4.192.895,081 419.289,5081 2 209.644,7541
7 Gabus ikan 8 Buah 50.000 400.000 0,12 1,12 11 3,5 1.391.419,997 126.492,727 2 63.246,36352
TFC 42.041.409,06
Biaya Variabel
No Nama Jumlah Satuan Harga Total
1 Bibit 43.000 Ekor 300 12.900.000
2 Pakan 30 Karung 400.000 12.000.000
3 Pupuk 4 Karung 120.000 480.000
4 Kapur 7 Karung 100.000 700.000
5 Obat Ursal 6 Botol 35.000 210.000
6 Akomodasi 4 Orang 1.000.000 4.000.000
7 Perawatan   Hektar 1.000.000 1.000.000
8 Gaji TK 4 Orang 7.500.000 30.000.000
TVC 61.290.000
TR Produksi 10.400 Kg 15.000 156.000.000
Pajak 0,05  156.000.000 7.800.000
TC 102.331.409,1
π 52.668.590,94
NT 132.510.000
Mati 400 Ekor

75

5
7
C. Bapak Harimu
Biaya Tetap
t. bunga Umur (1+i)^ Pt=Po
No Nama Jumlah Satuan Harga Total P/tahun F/tahun Penyusutan
(i) (1+i) (t) t (1+i)^t
1 Empang 4 Hektar 25.000.000 100.000.000 0,12 1,12 10 3,1 310.584.820,8 31058482,08 2 15.529.241,04
2 Rumah Empang 1 Unit 4.000.000 4.000.000 0,12 1,12 11 3,5 13.914.199,97 1264927,27 2 632.463,63
3 Pintu Empang 2 Unit 6.000.000 12.000.000 0,12 1,12 5 1,8 21.148.100,2 4229620,04 2 2.114.810,02
4 Mesin Pompa 1 Unit 10.000.000 10.000.000 0,12 1,12 15 5,5 54.735.657,59 3649043,84 2 1.824.521,92
5 Jaring 2 Unit 150.000 300.000 0,12 1,12 2 1,3 376.320 188160 2 94.080
6 Pipa 4 Batang 150.000 600.000 0,12 1,12 10 3,1 1.863.508,925 186350,89 2 93.175,44
7 Gabus ikan 6 Buah 50.000 300.000 0,12 1,12 11 3, 5 1.043.564,998 94869,54 2 47.434,77
TFC 20.335.726,84
Biaya Variabel
No Nama Jumlah Satuan Harga Total
1 Bibit 21.000 Ekor 300 6.300.000
2 Pakan 20 Karung 400.000 8.000.000
3 Pupuk 2 Karung 120.000 240.000
4 Kapur 4 Karung 100.000 400.000
5 Obat Ursal 3 Botol 35.000 105.000
6 Akomodasi 2 Orang 1.000.000 2.000.000
7 Perawatan   Hektar 1.000.000 1.000.000
8 Gaji TK 2 Orang 7.500.000 15.000.000
TVC 33.045.000
TR Produksi 5.100 Kg 15.000 76.500.000
Pajak 0,05   76.500.000 3.825.000
TC 53.380.726,84
π 23.119.273,16
NT 62.280.000
Mati 150 Ekor

76

76
77

Lampiran. 4 Dokumentasi

A. Proses wawancara

77
78

B. Mesin dan gabus yang digunakan


79

C. Pintu air keluar masuk air dan pematang Empang

D. Rumah empang

79

Anda mungkin juga menyukai