KRIYAKU
Jl. Karangrejo V No.22, Banyumanik, Kec.
Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah
Kode Pos: 50264
Kepada Yth.
Bapak Jazuli, S.T., M.Eng
Direktur PT. Udinus Furniture
Di tempat
Dengan Hormat,
Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang Bapak berikan kepada
perusahaan kami untuk dapat mengikuti tender “Perancangan Proses Produksi dan
Tata Letak Fasilitas PT. Udinus Furniture”. Melalui surat ini, kami menyampaikan
laporan tahap kedua yang
berisi :
• Routing Sheet
• Multi Product Process Chart (MPPC)
Penjelasan yang diuraikan dalam laporan tahap kedua tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai jumlah mesin yang dibutuhkan dan mengetahui
keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar produk, bahan, bagian,
pekerjaan, atau aktivitas dalam proses perancangan pabrik “Udinus Furniture”.
Demikian surat pengantar laporan tahap kedua ini kami ajukan. Atas perhatian Bapak,
kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Disusun Oleh:
Kelompok 3
M Taufiqul Hidayat (E12.2019.01305)
Gigih Trapsilo (E12.2019.01306)
Farhan Ardianto (E12.2019.01320)
Dosen Pengampu:
Jazuli, S.T., M.Eng.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Routing sheet sendiri terdiri atas dua jenis, yaitu jenis information flow dan
material flow:
1. Routing sheet jenis information flow
Pada routing sheet jenis information flow, jumlah part yang diharapkan
pada proses perakitan dan fabrikasi dihitung berdasarkan permintaan pasar dan
diolah sampai mendapatkan jumlah kebutuhan rough lumber tanpa
memperhatikan perubahan material yang terjadi selama proses operasi suatu
part. Perubahan material dilakukan di luar routing sheet, pada satu tabel
penghitungan tersendiri, kemudian hasil penghitungan di tabel ini dijadikan
sebagai informasi untuk jumlah part yang diharapkan pada proses prefabrikasi.
2. Routing sheet jenis material flow
Berbeda dengan routing sheet jenis information flow, routing sheet jenis
material flow memperhatikan perubahan bentuk dan jumlah material pada
setiap proses yang terjadi untuk setiap part. Routing sheet jenis ini lebih
menggambarkan kondisi aktual proses produksi di workstation, sehingga dapat
digunakan untuk penghitungan lebih lanjut, misalnya ongkos material
handling.
Pengolahan data yang digunakan untuk membuat Operation Process Chart
(OPC) dan Assembly Chart (AC) adalah routing sheet dari setiap part dan sub-
assembly. Beberapa data yang terdapat pada routing sheet, baik yang diberikan
maupun diolah terlebih dahulu, adalah sebagai berikut:
1. Nomor dan Nama Komponen
Nomor dan nama komponen adalah bagian dari routing sheet yang
membedakan satu komponen dengan komponen lainnya. Setiap komponen
yang memiliki dimensi berbeda diberikan penomoran yang berbeda pula.
Penomoran untuk menghindari kesalahan operator dalam melakukan proses
operasi karena terkadang nama komponen yang diberikan mirip dan sulit
dibedakan, sehingga operator hanya cukup untuk mengingat nomor
komponen saja.
2. Nomor dan Nama Proses
Bagian ini mencakup nama proses yang dilakukan, berikut dengan
dimensi, alat bantu ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan proses yang
bersangkutan. Penomoran proses diberikan secara berurutan berdasarkan cara
pengerjaan suatu komponen.
3. Nama Mesin
Bagian atau kolom ini pada routing sheet berisi informasi mengenai
nama mesin yang digunakan untuk satu proses operasi atau inspeksi yang
bersangkutan.
4. Kapasitas Teoretis Mesin
Kapasitas teoretis mesin adalah spesifikasi standar mesin yang
digunakan pada proses operasi yang dinyatakan dalam jumlah proses operasi
ataupun inspeksi yang dapat dikerjakan oleh mesin dalam waktu 1 (satu) jam.
5. Ketersediaan Mesin (Availability)
Ketersediaan mesin menjelaskan mengenai kemampuan mesn dalam
beroperasi. Semakin besar nilai ketersediaan mesin (availability),
menandakan semakin sedikit tingkat downtime atau failure dari mesin yang
bersangkutan.
6. Efisiensi Mesin
Efisiensi mesin adalah ukuran kemampuan mesin dalam melakukan
satu proses operasi atau inspeksi. Semakin besar nilai efisiensi, berarti
semakin banyak proses yang dapat dikerjakan oleh mesin yang bersangkutan.
7. Kapasitas Mesin Aktual
Kapasitas mesin aktual adalah kemampuan mesin mengerjakan satu
proses operasi atau inspeksi setelah mempertimbangkan faktor ketersediaan
(availability) dan efisiensi mesin. Kapasitas mesin aktual dihitung dengan
rumusan sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 ×
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
Kapasitas mesin aktual dinyatakan sebagai jumlah proses operasi atau
inspeksi yang dapat dikerjakan oleh mesin dalam kurun waktu 1 (satu) jam,
kurun waktu yang sama dengan kapasitas mesin teoretis.
8. Permil Permil (%) Reject
Permil (%) reject menyatakan seberapa banyak bagian produk yang
diperkirakan akan ditolak (reject) dari sekumpulan produk yang dihasilkan
karena terdapat cacat. Data mengenai permil (%) reject merupakan yang
given pada routing sheet. Pada umumnya jumlah produk yang diperkirakan
reject dinyatakan dalam ukuran persen (%), namun karena perusahaan
menetapkan jumlah reject dalam persen yang sangat kecil (sepersepuluhan
desimal), maka akan lebih mudah menyatakan dalam permil (%).
9. Jumlah Part yang Diharapkan
Jumlah part yang diharapkan adalah target produksi yang ditetapkan
untuk memenuhi permintaan pasar terhadap produk yang dihasilkan untuk
setiap konfigurasi yang ada. Jumlah part yang diharapkan pada routing sheet
merupakan penjumlahan kebutuhan setiap part dari seluruh konfigurasi yang
harus dibuat. Jumlah part yang diharapkan juga memperhatikan berapa
banyak part tersebut dibutuhkan dalam setiap proses operasi atau inspeksi
pada routing sheet.
10. Jumlah Part yang harus Disiapkan
Jumlah part yang harus disiapkan adalah jumlah part yang harus
diproduksi atau dihasilkan atau disiapkan setelah mempertimbangkan permil
(%) reject yang telah ditetapkan untuk setiap proses operasi atau inspeksi.
Rumus pada routing sheetuntuk menghitung jumlah part yang harus disiapkan
adalah sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Jumlah Part yang harus disiapkan = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑙 (%)𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
(1− )
100
Kebutuhan rough lumber adalah kebutuhan bahan baku, yaitu rough lumber,
yang harus dibeli atau disiapkan oleh perusahaan agar dapat memenuhi permintaan
pasar. Kebutuhan rough lumber dapat diketahui setelah kebutuhan setiap part
diketahui. Routing sheet yang digunakan untuk menentukan kebutuhan rough
lumber adalah jenis aliran informasi. Routing sheet jenis aliran informasi tidak
memperhatikan perubahan bentuk yang terjadi pada proses operasi atau inspeksi
yang terjadi pada part, misalnya pemotongan. Pada routing sheet jenis aliran
informasi, kebutuhan rough lumber dihitung dalam dua langkah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Rough Lumber Setelah Prefabrication
Kebutuhan rough lumber setelah prefabrikasi adalah kebutuhan rough
lumber yang didapatkan dari jumlah part yang harus disiapkan. Artinya,
kebutuhan rough lumbersetelah prefabrication adalah kebutuhan rough
lumber yang digunakan untuk memproduksi keseluruhan part sehi
permintaan pasar terhadap keseluruhan produk dapat dipenuhi oleh
perusahaan. Kebutuhan rough lumber setelah prefabrikasi sudah
memperhitungkan jumlah reject untuk setiap proses pada semu part yang
diproduksi, tapi belum memperhitungkan jumlah yang mungkin terjadi pada
saat proses prefabricationberlangsung. Cara menghitung kebutuhan rough
lumber setelah prefabrication adalah sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Kebutuhan RL setelah prefabrication = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑝𝑒𝑟 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑅𝐿
Dengan :
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝐿 𝑎𝑤𝑎𝑙
Jumlah part per 1 unit Rl = x jumlah bagian per 1 unit RL
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑡
118
Jumlah part dari 1 unit RL = 𝑥 8 = 40
23,62
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡
• Jumlah kebutuhan RL = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑅𝐿
1
Jumlah kebutuhan RL = =1
40
Berikut ini merupakan keterangan spesifikasi rough lumber dari meja lipat kelompok 3:
Perhitungan B002 Sub-Assembly Alas Meja bagian operasi memasang penyangga alas pada alas depan:
148
Jumlah yang harus disiapkan =
(100%−1%)
= 149
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
• Jumlah mesin teoritis =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
149
Jumlah mesin teoritis = = 1,28
116
60
• Waktu proses =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
60
Waktu proses = = 0,52
116
3.3 Multi Product Process Chart (MPPC)
Multi Product Prosses Chart (MPPC) adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan masing-masing komponen yang
akan di produksi. MPPC juga dapat digunakan sebagai gambaran umum yang berkaitan dengan langkah-langkah pengerjaan
setiap produk yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari MPPC ini adalah jumlah actual mesin yang dibutuhkan. Berikut ini
merupakan tabel peta MPPC dalam pembuatan meja lipat.
Gambar 3. 6 Multi Product Process Chart
BAB IV
ANALISIS
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Routing Sheet merupakan suatu tahapan awal sebelum proses produksi dimulai.
Pada aktivitas awal pengukuran part alas depan mempunyai efisiensi mesin
sebesar 80% lalu didapatkan kapasitas mesin aktual sebesar 63, jumlah yang
diharapkan sebanyak 74, jumlah yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah mesin
teoritis sebesar 1,21, dan waktu prosesnya selama 0,95. Pada proses pengukuran
tersebut masuk kedalam proses mesin Prefebrikasi.
2. Dalam pengolahan data MPPC didapatkan proses pembuatan setiap part dengam
menggunakan mesin yang dibutuhkan. Mesin yang digunakan pada Prefabrikasi
yaitu penggaris, mesin gergaji, mesin CNC, mesin bor. Sedangkan pada Fabrikasi
mesin yang digunakan yaitu pengamplasan dan pemlituran.
5.2 Saran
1. Alangkah baiknya praktikan sudah memahami mengenai materi yang digunakan
agar mempermudah dalam menyusun laporan.
2. Perhatikan satuan ukuran pada saat membuat rough lumber di excel agar tidak
terjadi kesalahan perhitungan.
3. Dalam membuat peritungan di excel alangkah baiknya untuk teliti serta
menggunakan link pada penulisan rumus-rumus sebelumnya.