Anda di halaman 1dari 25

PT.

KRIYAKU
Jl. Karangrejo V No.22, Banyumanik, Kec.
Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah
Kode Pos: 50264

Semarang, 19 Oktober 2022


Nomor : 003/ PTLF/X/2022
Lampiran : Satu Berkas Laporan
Hal : Surat Pengantar Laporan

Kepada Yth.
Bapak Jazuli, S.T., M.Eng
Direktur PT. Udinus Furniture
Di tempat

Dengan Hormat,
Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang Bapak berikan kepada
perusahaan kami untuk dapat mengikuti tender “Perancangan Proses Produksi dan
Tata Letak Fasilitas PT. Udinus Furniture”. Melalui surat ini, kami menyampaikan
laporan tahap kedua yang
berisi :
• Routing Sheet
• Multi Product Process Chart (MPPC)
Penjelasan yang diuraikan dalam laporan tahap kedua tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai jumlah mesin yang dibutuhkan dan mengetahui
keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar produk, bahan, bagian,
pekerjaan, atau aktivitas dalam proses perancangan pabrik “Udinus Furniture”.
Demikian surat pengantar laporan tahap kedua ini kami ajukan. Atas perhatian Bapak,
kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,

Gigih Trapsilo M.Taufiqul Hidayat

Chief Executive Officer Engineering Director


LAPORAN MODUL 2
PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

Disusun Oleh:
Kelompok 3
M Taufiqul Hidayat (E12.2019.01305)
Gigih Trapsilo (E12.2019.01306)
Farhan Ardianto (E12.2019.01320)

Dosen Pengampu:
Jazuli, S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman dan semakin pesatnya dunia industry,
menimbulkan banyaknya kebutuhan para konsumen, secara tidak langsung sebuah
perusahaan dituntut berfikir kembali supaya semua permintaan produk bisa
terpenuhi. Agar permintaan tersebut terpenuhi dengan baik, maka suatu perusahaan
harus menyiapkan segala aspek yang berhubungan seperti bahan baku, bahan
pembantu, manusia, dan mesin yang digunakan untuk memproduksi suatu produk.
Mesin sangat dibutuhkan dalam industri agar produk yang di hasilkan sesuai dengan
permintaan konsumen. Setiap mesin memiliki kapasitas yang berbeda dalam
melakukan produksi, dengan jumlah mesin yang sudah tersedia diharapkan bisa
memperoleh output sesuai dengan target.
Pada kapasitas mesin dan jumlah mesin yang digunakan agar dapat diketahui,
maka dilakukan perhitungan routing sheet. digunakan untuk menghitung jumlah
mesin yang dibutuhkan dan untuk menghitung beberapa jumlah part yang harus
disiapkan agar memperoleh output yang diinginkan dengan data yang diperlukan,
seperti urutan operasi setiap komponen, jumlah mesin yang digunakan, efisiensi
mesin, ketersediaan (availability) mesin, dan banyaknya bahan yang cacat proses
(reject). Routing sheet didasarkan pada urutan operasi yang ada pada OPC
(Operation Process Chart).
OPC adalah diagram yang menggambarkan langkah -langkah proses
pengerjaan material, mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi. Pada
OPC terdapat informasi - informasi seperti waktu proses, jenis material yang
digunakan, dan alat atau mesin yang digunakan. Selain OPC ada juga MPPC (Multi
Product Proses Chart) MPPC digunakan untuk menunjukkan urutan pada masing –
masing komponen yang aka diproduksi. MPPC ini digunakan juga untuk
mempelajari tentang proses pembuatan meja lipat dengan memberikan informasi
tentang aliran proses produksi secara keseluruhan beserta dengan total waktu
pengoperasian mesin yang digunakan dan mempunyai keterkaitan dengan peta
proses operasi. seperti aktivitas pengukuran, pemeriksaan, pemotongan, serta
penghalusan dengan besarnya waktu tertentu yang diperoleh berdasarkan aktifitas
masing - masing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada laporan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara membuat Routing Sheet?
2. Bagaimana cara membuat Multi Product Process Chart?
1.3 Tujuan Praktikum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan praktikum pada laporan
ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan mampu membuat Routing Sheet.
2. Praktikan mampu membuat Multi Product Process Chart.

1.4 Petunjuk Teknis


a. Routing Sheet
Perhitungan pada Routing Sheet dimulai dari operasi terakhir pada tiap
komponen, dan dikerjakan secara mundur menuju ke operasi pertama.
Cara perhitungan:
• Kapasitas mesin aktual = kapasitas mesin teoritis x efisiensi mesin x
availabilitas mesin.
• Jumlah yang diharapkan diambil dari jumlah yang harus disiapkan pada
operasi sesudahnya.
• Jumlah yang harus disiapkan = jumlah yang diharapkan / (100% - ‰reject)
• Jumlah mesin teoritis = jumlah yang harus disiapkan / kapasitas mesin
aktual Waktu proses = 60 / kapasitas mesin aktual

Untuk perhitungan Routing Sheet Pre-Fabrikasi, terlebih dahulu harus dihitung


kebutuhan bahan baku (Rough Lumber) untuk tiap ukuran. Cara perhitungan
kebutuhan Rough Lumber:
• Jumlah kebutuhan part diambil dari Routing Sheet.
• Jumlah part dari 1 unit Rough Lumber = Round_down (panjang Rough
Lumber / panjang part) x jumlah bagian per unit Rough Lumber
• Jumlah kebutuhan Rough Lumber = (jumlah kebutuhan part / jumlah part
dari 1 unit Rough Lumber)
Perhitungan ini dilakukan untuk setiap jenis Rough Lumber. Untuk satu jenis
Rough Lumber, dihitung totalnya untuk dimasukkan dalam perhitungan
Routing Sheet Pre- Fabrikasi.
b. Multi Product Process Chart
Prosedur pembuatan MPPC:
• Tuliskan bagian, kegiatan, proses, dan mesin yang harus dilalui suatu
komponen pada sisi kiri kertas, berurutan dari atas ke bawah, dalam :
• Urutan yang selogis mungkin, semua faktor diperhitungkan (tidak
diperlukan urutan yang pasti, karena struktur peta ini akan menunjukkan
pengaturan atau urutan yang sesuai).
• Dari Routing Sheet, catat operasi pada tiap komponen, berhadapan dengan
nama departemen, proses atau mesin yang sesuai, di bawah jenis
komponen yang sesuai, dengan menggunakan lingkaran yang tertulis
nomor operasinya.
• Hubungkan lingkaran menurut urutannya, mungkin saja timbul urutan
mundur. Lakukan analisis peta yang dihasilkan untuk :
• Urutan mundur, menunjukkan kemungkinan pengaturan kembali bagian,
dan seterusnya.
• Kesamaan pola aliran, menunjukkan kebutuhan akan komponen proses
pada tempat yang sama atau waktu yang sama.
• Pedoman pengaturan yang akan menghasilkan pola aliran yang efisien.
Pada kolom paling kanan dihitung jumlah mesin teoritis untuk tiap
kelompok mesin, dan jumlah mesin aktualnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Routing Sheet


Routing sheet menjelaskan urutan kronologis setiap operasi dan inspeksi yang
dilakukan terhadap suatu produk. Routing sheet menjelaskan secara detail urutan
proses dan kegiatan yang dilakukan pada setiap proses secara detail. Informasi lain
yang terdapat pada routing sheet adalah waktu teoretis setiap proses, ketersediaan
mesin (availability) dan efisiensi mesin (efficiency) yang dapat digunakan untuk
menghitung waktu aktual yang dibutuhkan pada setiap proses untuk setiap jenis
produk yang akan diproduksi.
lnformasi lain yang dapat ditambahkan pada routing sheet untuk membantu
melakukan penghitu ngan kebutuhan rough lumber dan membuat Multi Product
Process Chart (MPPC) adalah permil (%0) reject, jumlah part yang diharapkan,
jumlah part yang harus disiapkan, dan jumlah mesin teoritis. Berikut merupakan
format routing sheet yang digunakan untuk menghitung kebutuhan rough lumber:

Gambar 2. 1. Format Routing Sheet

Routing sheet sendiri terdiri atas dua jenis, yaitu jenis information flow dan
material flow:
1. Routing sheet jenis information flow
Pada routing sheet jenis information flow, jumlah part yang diharapkan
pada proses perakitan dan fabrikasi dihitung berdasarkan permintaan pasar dan
diolah sampai mendapatkan jumlah kebutuhan rough lumber tanpa
memperhatikan perubahan material yang terjadi selama proses operasi suatu
part. Perubahan material dilakukan di luar routing sheet, pada satu tabel
penghitungan tersendiri, kemudian hasil penghitungan di tabel ini dijadikan
sebagai informasi untuk jumlah part yang diharapkan pada proses prefabrikasi.
2. Routing sheet jenis material flow
Berbeda dengan routing sheet jenis information flow, routing sheet jenis
material flow memperhatikan perubahan bentuk dan jumlah material pada
setiap proses yang terjadi untuk setiap part. Routing sheet jenis ini lebih
menggambarkan kondisi aktual proses produksi di workstation, sehingga dapat
digunakan untuk penghitungan lebih lanjut, misalnya ongkos material
handling.
Pengolahan data yang digunakan untuk membuat Operation Process Chart
(OPC) dan Assembly Chart (AC) adalah routing sheet dari setiap part dan sub-
assembly. Beberapa data yang terdapat pada routing sheet, baik yang diberikan
maupun diolah terlebih dahulu, adalah sebagai berikut:
1. Nomor dan Nama Komponen
Nomor dan nama komponen adalah bagian dari routing sheet yang
membedakan satu komponen dengan komponen lainnya. Setiap komponen
yang memiliki dimensi berbeda diberikan penomoran yang berbeda pula.
Penomoran untuk menghindari kesalahan operator dalam melakukan proses
operasi karena terkadang nama komponen yang diberikan mirip dan sulit
dibedakan, sehingga operator hanya cukup untuk mengingat nomor
komponen saja.
2. Nomor dan Nama Proses
Bagian ini mencakup nama proses yang dilakukan, berikut dengan
dimensi, alat bantu ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan proses yang
bersangkutan. Penomoran proses diberikan secara berurutan berdasarkan cara
pengerjaan suatu komponen.
3. Nama Mesin
Bagian atau kolom ini pada routing sheet berisi informasi mengenai
nama mesin yang digunakan untuk satu proses operasi atau inspeksi yang
bersangkutan.
4. Kapasitas Teoretis Mesin
Kapasitas teoretis mesin adalah spesifikasi standar mesin yang
digunakan pada proses operasi yang dinyatakan dalam jumlah proses operasi
ataupun inspeksi yang dapat dikerjakan oleh mesin dalam waktu 1 (satu) jam.
5. Ketersediaan Mesin (Availability)
Ketersediaan mesin menjelaskan mengenai kemampuan mesn dalam
beroperasi. Semakin besar nilai ketersediaan mesin (availability),
menandakan semakin sedikit tingkat downtime atau failure dari mesin yang
bersangkutan.
6. Efisiensi Mesin
Efisiensi mesin adalah ukuran kemampuan mesin dalam melakukan
satu proses operasi atau inspeksi. Semakin besar nilai efisiensi, berarti
semakin banyak proses yang dapat dikerjakan oleh mesin yang bersangkutan.
7. Kapasitas Mesin Aktual
Kapasitas mesin aktual adalah kemampuan mesin mengerjakan satu
proses operasi atau inspeksi setelah mempertimbangkan faktor ketersediaan
(availability) dan efisiensi mesin. Kapasitas mesin aktual dihitung dengan
rumusan sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 ×
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖
Kapasitas mesin aktual dinyatakan sebagai jumlah proses operasi atau
inspeksi yang dapat dikerjakan oleh mesin dalam kurun waktu 1 (satu) jam,
kurun waktu yang sama dengan kapasitas mesin teoretis.
8. Permil Permil (%) Reject
Permil (%) reject menyatakan seberapa banyak bagian produk yang
diperkirakan akan ditolak (reject) dari sekumpulan produk yang dihasilkan
karena terdapat cacat. Data mengenai permil (%) reject merupakan yang
given pada routing sheet. Pada umumnya jumlah produk yang diperkirakan
reject dinyatakan dalam ukuran persen (%), namun karena perusahaan
menetapkan jumlah reject dalam persen yang sangat kecil (sepersepuluhan
desimal), maka akan lebih mudah menyatakan dalam permil (%).
9. Jumlah Part yang Diharapkan
Jumlah part yang diharapkan adalah target produksi yang ditetapkan
untuk memenuhi permintaan pasar terhadap produk yang dihasilkan untuk
setiap konfigurasi yang ada. Jumlah part yang diharapkan pada routing sheet
merupakan penjumlahan kebutuhan setiap part dari seluruh konfigurasi yang
harus dibuat. Jumlah part yang diharapkan juga memperhatikan berapa
banyak part tersebut dibutuhkan dalam setiap proses operasi atau inspeksi
pada routing sheet.
10. Jumlah Part yang harus Disiapkan
Jumlah part yang harus disiapkan adalah jumlah part yang harus
diproduksi atau dihasilkan atau disiapkan setelah mempertimbangkan permil
(%) reject yang telah ditetapkan untuk setiap proses operasi atau inspeksi.
Rumus pada routing sheetuntuk menghitung jumlah part yang harus disiapkan
adalah sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Jumlah Part yang harus disiapkan = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑙 (%)𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
(1− )
100

11. Jumlah Mesin Teoretis


Jumlah mesin teoretis menyatakan jumlah mesin yang dibutuhkan
untuk memproduksi seluruh produk berdasarkan permintaan yang telah
ditetapkan di awal. Jumlah mesin teoretis bergantung kepada jumlah
permintaan dan kapasitas mesin aktual, semakin besar jumlah mesin teoritis.
Sedangkan semakin tinggi kapasitas mesin aktual, semakin sedikit jumlah
mesin teoretis. Rumus untuk menentukan jumlah mesin teoretis adalah
sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Jumlah mesin teoritis =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

12. Waktu Proses


Waktu proses adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaan dalam setiap proses operasi atau inspeksi.
Waktu proses dinyatakan dalam satuan waktu, yaitu menit. Rumusan untuk
mendapatkan waktu proses
adalah:
60
Waktu Proses = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

Kebutuhan rough lumber adalah kebutuhan bahan baku, yaitu rough lumber,
yang harus dibeli atau disiapkan oleh perusahaan agar dapat memenuhi permintaan
pasar. Kebutuhan rough lumber dapat diketahui setelah kebutuhan setiap part
diketahui. Routing sheet yang digunakan untuk menentukan kebutuhan rough
lumber adalah jenis aliran informasi. Routing sheet jenis aliran informasi tidak
memperhatikan perubahan bentuk yang terjadi pada proses operasi atau inspeksi
yang terjadi pada part, misalnya pemotongan. Pada routing sheet jenis aliran
informasi, kebutuhan rough lumber dihitung dalam dua langkah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Rough Lumber Setelah Prefabrication
Kebutuhan rough lumber setelah prefabrikasi adalah kebutuhan rough
lumber yang didapatkan dari jumlah part yang harus disiapkan. Artinya,
kebutuhan rough lumbersetelah prefabrication adalah kebutuhan rough
lumber yang digunakan untuk memproduksi keseluruhan part sehi
permintaan pasar terhadap keseluruhan produk dapat dipenuhi oleh
perusahaan. Kebutuhan rough lumber setelah prefabrikasi sudah
memperhitungkan jumlah reject untuk setiap proses pada semu part yang
diproduksi, tapi belum memperhitungkan jumlah yang mungkin terjadi pada
saat proses prefabricationberlangsung. Cara menghitung kebutuhan rough
lumber setelah prefabrication adalah sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Kebutuhan RL setelah prefabrication = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑝𝑒𝑟 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑅𝐿

Dengan :
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝐿 𝑎𝑤𝑎𝑙
Jumlah part per 1 unit Rl = x jumlah bagian per 1 unit RL
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑡

2. Kebutuhan Rough Lumber Sebelum Prefabrication


Setelah menghitung kebutuhan rough lumber setelah prefabrikasi
untuk setiap part yang akan diproduksi, jumlah tersebut dijadikan sebagai
input pada jumlah rough lumber yang diharapkan untuk kemudian
dihitung jumlah rough lumber yang harus disiapkan untuk setiap proses
operasi atau inspeksi pada masing-masing part. Jumlah rough lumber yang
harus disiapkan ini adalah jumlah kebutuhan rough lumber untuk setiap
part yang akan dihasilkan, dengan telah memperhitungkan jumlah reject.
Akhirnya, untuk mendapatkan kebutuhan rough lumber yang harus dibeli
atau disiapkan perusahaan, penjumlahan dilakukan terhadap setiap jenis
rough lumber yang dari beberapa part yang berbeda. Berikut merupakan
format rough lumber yang digunakan pada routing sheet:

Gambar 2. 2 Format Rough Lumber

2.2 Multi Product Process Chart (MPPC)


Multi Product Process Chart (MPPC) adalah peta operasi yang
menggambarkan aliran produk dalam sebuah fasilitas pabrik yang memproduksi
beberapa jenis produk sekaligus (high product mix) dengan menggunakan beberapa
mesin yang ada di fasilitas tersebut. Berikut merupakan format MPPC yang
digunakan untuk memproduksi suatu produk:
Gambar 2. 3 Format MPPC
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Rough Lumber


Rough lumber adalah karakteristik material yang akan digunakan untuk diolah, sehingga bahan tersebut nantinya akan
menjadi barang jadi yang merupakan produk dari suatu perusahaan. Untuk perhitungan Routing Sheet Pre-Fabrikasi, terlebih
dahulu harus dihitung kebutuhan bahan baku (Rough Lumber) untuk tiap ukuran. Berikut merupakan kebutuhan rough lumber dari
meja lipat kelompok 3:

Gambar 3. 1 Kebutuhan Rough Lumber


Perhitungan C004 Alas Depan:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑅𝐿 𝑎𝑤𝑎𝑙
• Jumlah part dari 1 unit RL = 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑅𝐿
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑡

118
Jumlah part dari 1 unit RL = 𝑥 8 = 40
23,62
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡
• Jumlah kebutuhan RL = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 1 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑅𝐿
1
Jumlah kebutuhan RL = =1
40
Berikut ini merupakan keterangan spesifikasi rough lumber dari meja lipat kelompok 3:

Gambar 3. 2 Keterangan Spesifikasi Rough Lumber


3.1 Routing Sheet
Routing sheet adalah suatu tahap awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan produksi dimulai untuk mengidentifikasi
urutan mesin atau peralatan, proses dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi memproduksi. Routing Sheet dibuat
berdasarkan Operation Process Chart (OPC). OPC adalah diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses pengerjaan
material, mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi. Pada OPC terdapat informasi-informasi seperti waktu proses, jenis
material yang digunakan, dan alat atau mesin yang digunakan. Pembuatan Routing Sheet dilakukan untuk mengetahui jumlah
mesin yang dibutuhkan, jika diberikan data efisiensi mesin, ketersediaan (availability) mesin, dan banyaknya bahan yang cacat
proses (reject). Routing heet yang dibuat untuk menentukan kebutuhan bahan baku (raw material) pada modul ini adalah jenis
information flow. Routing sheet jenis information flow tidak memperhatikan perubahan bentuk pada setiap proses operasi atau
inspeksi yang ada pada routing sheet. Berikut merupakan routing sheet pre-fabrikasi dari meja lipat kelompok 3:
Gambar 3. 3 Routing Sheet Pre-Fabrikasi

Perhitungan C004 Alas Depan bagian operasi perhitungan:

• Kapasitas Mesin Aktual = Kapasitas Teoritis x Availability x efisiensi


Kapasitas Mesin Aktual = 80 x 80% x 99% = 63
• Jumlah yang diharapkan = Jumlah kebutuhan part per hari x forecast demand per hari kerja
Jumlah yang diharapkan = 1 x 74 =74
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
• Jumlah yang harus disiapkan = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑙 (%)𝑟𝑒𝑒𝑐𝑡
(1− )
100
74
Jumlah yang harus disiapkan = = 76
(100%−3%)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
• Jumlah mesin teoritis =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
76
Jumlah mesin teoritis = = 1,21
63
60
• Waktu proses =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
60
Waktu proses = = 0,95
63
Berikut merupakan routing sheet fabrikasi meja lipat kelompok 3:

Gambar 3. 4 Routing Sheet Fabrikasi


Berikut merupakan routing sheet assembly meja lipat kelompok 3:

Gambar 3. 5 Routing Sheet Assembly

Perhitungan B002 Sub-Assembly Alas Meja bagian operasi memasang penyangga alas pada alas depan:

• Kapasitas Mesin Aktual = Kapasitas Teoritis x Availability x efisiensi


Kapasitas Mesin Aktual = 150 x 97% x 80% = 116
• Jumlah yang diharapkan = Jumlah kebutuhan part per hari x forecast demand per hari kerja
Jumlah yang diharapkan = 2 x 74 =148
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
• Jumlah yang harus disiapkan = 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑙 (%)𝑟𝑒𝑒𝑐𝑡
(1− )
100

148
Jumlah yang harus disiapkan =
(100%−1%)
= 149
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
• Jumlah mesin teoritis =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
149
Jumlah mesin teoritis = = 1,28
116
60
• Waktu proses =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
60
Waktu proses = = 0,52
116
3.3 Multi Product Process Chart (MPPC)
Multi Product Prosses Chart (MPPC) adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan masing-masing komponen yang
akan di produksi. MPPC juga dapat digunakan sebagai gambaran umum yang berkaitan dengan langkah-langkah pengerjaan
setiap produk yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari MPPC ini adalah jumlah actual mesin yang dibutuhkan. Berikut ini
merupakan tabel peta MPPC dalam pembuatan meja lipat.
Gambar 3. 6 Multi Product Process Chart
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Rough Lumber


Pada tabel ini berisi ukuran part yang akan dibuat untuk produk meja lipat.
Rough lumber merupakan tabel karakteristik dari part yang akan diolah menjadi
sebuah produk. Terdapat 5 part berbeda yang terdiri dari alas, penyangga, kaki,
pengunci, dan pegangan. Pada tabel ini dijelaskan juga mengenai spesifikasi
ketebalan dari masing-masing part dan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu terdapat
juga ukuran panjang, tebal, dan lebar setiap partnya. Ukuran per unit rough lumber
memiliki ketebalan 1 inchi, panjang 118 inchi, dan lebar 16 inchi dengan jumlah
bagian per unit yaitu sebanyak 8 buah.
Pada bagian part alas depan dan alas belakang dengan kode part (C004) dan
(C005) memiliki tebal masing-masing 0,79 inchi, panjang 23,62 inchi, dan lebar 7,87
inchi dengan jumlah kebutuhan part masing-masing sebanyak 1 buah. Pada bagian
part penyangga alas dengan kode part (C006) memiliki tebal 0,79 inchi, panjang 9,84
inchi, dan lebar 1,38 inchi dengan jumlah kebutuhan part sebanyak 4 buah. Pada
bagian part kaki kanan dan kaki kiri dengan kode part (C007) dan (C008) memiliki
tebal masing-masing 0,79 inchi, panjang 13,78 inchi, dan lebar 1,57 inchi dengan
kebutuhan part masing-masing sebanyak 2 buah. Pada bagian part pengunci depan
dan pengunci belakang dengan kode part (C009) dan (C010) memiliki tebal masing-
masing 0,79 inchi, panjang 17,72 inchi, dan lebar 1,18 inchi dengan kebutuhan part
masing-masing sebanyak 1 buah. Dan pada bagian part pegangan dengan kode part
(C011) memiliki tebal 0,79 inchi, panjang 11,81 inchi, dan lebar 1,18 inchi dengan
kebutuhan part sebanyak 1 buah.
Berdasarkan data karakteristik material didapatkan jumlah part dari 1 unit yaitu
pada part alas depan dan alas belakang masing-masing sebanyak 40 buah, part
penyangga alas sebanyak 96 buah, part kaki kanan dan kaki kiri sebanyak 68, part
pengunci depan dan pengunci belakang sebanyak 53 buah, dan part pegangan
sebanyak 80 buah.
4.2 Analisis Routing Sheet
Pada tabel routing sheet process terdapat urutan nama operasi dari setiap part
dengan jumlah 4 part. Pada proses pembuatan alas meja terdapat 6 proses operasi
yaitu pengukuran, pemotongan, pencetakan, pelubangan, penghalusan, dan
pengecatan. Pada proses operasi pengukuran menggunakan penggaris, pemotongan
menggunakan mesin gergaji, mencetak logo menggunakan mesin CNC, membuat
lubang menggunakan mesin bor, pengamplasan menggunakan mesin amplas, dan
pengecatan menggunakan mesin cat. Pada proses pengukuran pembuatan meja lipat
terdapat nilai kapasitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi mesin sebesar 80%,
availability mesin sebesar 99%, kapasitas mesin aktual 63, jumlah product reject
sebanyak 3%, jumlah yang diharapkan sebanyak 74 buah, jumlah yang harus
disiapkan sebanyak 76 buah, jumlah mesin teoritis sebesar 1,21 dan waktu proses
0,95 menit. Pada proses pemotongan pada pembuatan meja lipat terdapat nilai
kapaitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi mesin sebesar 80%, availability mesin
sebesar 93%, kapasitas mesin aktual 60, jumlah product reject sebanyak 3%, jumlah
yang diharapkan sebanyak 74, jumlah yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah
mesin teoritis sebanyak 1,28, dan waktu proses 1,01 menit. Pada proses pencetakan
pada pembuatan meja lipat terdapat nilai kapaitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi
mesin sebesar 80%, availability mesin sebesar 89%, kapasitas mesin aktual 57,
jumlah product reject sebanyak 3%, jumlah yang diharapkan sebanyak 74, jumlah
yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah mesin teoritis sebanyak 1,34, dan waktu
proses 1,06 menit. Pada proses pelubangan pada pembuatan meja lipat terdapat nilai
kapaitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi mesin sebesar 80%, availability mesin
sebesar 96%, kapasitas mesin aktual 62, jumlah product reject sebanyak 3%, jumlah
yang diharapkan sebanyak 74, jumlah yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah
mesin teoritis sebanyak 1,23, dan waktu proses 0,97 menit. Pada proses penghalusan
pada pembuatan meja lipat terdapat nilai kapaitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi
mesin sebesar 80%, availability mesin sebesar 95%, kapasitas mesin aktual 61,
jumlah product reject sebanyak 3%, jumlah yang diharapkan sebanyak 74, jumlah
yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah mesin teoritis sebanyak 1,26, dan waktu
proses 0,99 menit. Pada proses pengecatan pada pembuatan meja lipat terdapat nilai
kapaitas mesin teoritis sebesar 80, efisiensi mesin sebesar 80%, availability mesin
sebesar 97%, kapasitas mesin aktual 62, jumlah product reject sebanyak 3%, jumlah
yang diharapkan sebanyak 74, jumlah yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah
mesin teoritis sebanyak 1,22, dan waktu proses 0,97 menit.
4.3 Analisis Multi Product Process Chart
Pada MPPC terdapat dua departemen, yaitu pre-fabrikasi (pemesinan yang
dibutuhkan saat proses) dan fabrikasi (permesinan yang dibutuhkan untuk finishing).
Pada departemen pre-fabrikasi terdapat 4 material komponen mesin, yaitu penggaris,
mesin gergaji, mesin CNC, dan mesin bor. Sedangkan pada departemen fabrikasi
terdapat 2 material komponen mesin yaitu amplas dan plitur. Pada MPPC juga
berisikan sub-assembly alas meja dan kaki meja yang masing-masing memiliki
bagian part penyusunnya masing-masing. Pada sub-assembly alas meja terdapat 3
part yaitu alas depan, alas belakang, dan penyangga alas. Sedangkan pada sub-
assembly kaki meja terdapat 5 part yaitu kaki kanan, kaki kiri, pengunci depan,
pengunci belakang, dan pegangan. Dari masing-masing alat terdapat jumlah mesin
teoritis dan aktual. Penggaris memiliki jumlah teoritis sebesar 1,21 dan aktual sebesar
2, mesin gergaji memiliki jumlah teoritis sebesar 1,28 dan aktual sebesar 2, mesin
CNC memiliki jumlah teoritis sebesar 1,34 dan aktual sebesar 2, mesin bor memiliki
jumlah teoritis sebesar 1,23 dan aktual sebesar 2, mesin amplas memiliki jumlah
teoritis sebesar 1,26 dan aktual sebesar 2, mesin plitur memiliki jumlah teoritis
sebesar 1,22 dan aktual sebesar 2. Berdasarkan data tersebut semua mesin memiliki
jumlah aktual sebanyak 2 mesin.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Routing Sheet merupakan suatu tahapan awal sebelum proses produksi dimulai.
Pada aktivitas awal pengukuran part alas depan mempunyai efisiensi mesin
sebesar 80% lalu didapatkan kapasitas mesin aktual sebesar 63, jumlah yang
diharapkan sebanyak 74, jumlah yang harus disiapkan sebanyak 76, jumlah mesin
teoritis sebesar 1,21, dan waktu prosesnya selama 0,95. Pada proses pengukuran
tersebut masuk kedalam proses mesin Prefebrikasi.
2. Dalam pengolahan data MPPC didapatkan proses pembuatan setiap part dengam
menggunakan mesin yang dibutuhkan. Mesin yang digunakan pada Prefabrikasi
yaitu penggaris, mesin gergaji, mesin CNC, mesin bor. Sedangkan pada Fabrikasi
mesin yang digunakan yaitu pengamplasan dan pemlituran.
5.2 Saran
1. Alangkah baiknya praktikan sudah memahami mengenai materi yang digunakan
agar mempermudah dalam menyusun laporan.
2. Perhatikan satuan ukuran pada saat membuat rough lumber di excel agar tidak
terjadi kesalahan perhitungan.
3. Dalam membuat peritungan di excel alangkah baiknya untuk teliti serta
menggunakan link pada penulisan rumus-rumus sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai