Anda di halaman 1dari 26

9.

1 KONSEP DASAR PENGUKURAN KINERJA


SEKTOR PUBLIK
            Pengukuran kinerja untuk menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang
dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.
Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik
dibelanjakan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut
telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif.  Pusat pertanggungjawaban
berperan untuk menciptakan indicator kinerja sebagai dasar untuk menilai
kinerja. Dipergunakannya sistem pengukuran kinerja yang handal
(reliable) merupakan salah satu faktor kunci suksesnya organisasi.

           Pengukuran kinerja sektor publik adalah merupakan suatu sistem yang


bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur financial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat
dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat
dengan menetapkan reward and punishment system.

9.3 TUJUAN DAN MANFAAT SISTEM PENGUKURAN


KINERJA
Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

a.      Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up)

b.      Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang sehingga
dapat diukur perkembangan pencapaian strategi

c.       Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan


bawah serta memotivasi untuk mencapai gold congruence: dan

d.      Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan


kemampuan kolektif yang rasioanal.

Manfaat Pengukuran kinerja terdiri dari :

a.       Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai


kinerja manajemen

b.      Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan


c.       Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk
memperbaiki kinerja

d.      Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &


punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
system pengkuran kinerja yang telah disepakati

e.       Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka


memperbaiki kinerja organisasi

f.        Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi

g.      Membantu memahami proses kegiatan pemerintah dan

h.      Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9.2 SASARAN KINERJA SEKTOR PUBLIK


Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga sasaran, antara
lain :

1) sasaran pengukuran kinerja sektor publik ditujukan untuk membantu memperbaiki


kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sector publik dalam pemberian
pelayanan publik.

2)  sasaran ukuran kinerja sektor publik ditujukan untuk pengalokasian sumber daya
dan penbuatan keputusan.

3) sasaran ukuran kinerja sektor publik ditujukan untuk mewujudkan pertanggung


jawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

         Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa
publik. Masyarakat tentu tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara
pelayanan yang mereka terima tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh
karena itu, pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik. Masyarakat menghendaki pemerintah dapat memberikan banyak
pelayanan dengan biaya yang murah (do more with less).

         Kinerja sektor publik bersifat multi dimensional, sehingga tidak ada indikator
tunggal yang dapat digunakkan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sector publik lebih
banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk
mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran kinerja
non finansial.

9.4 INFORMASI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR


PUBLIK
Informasi sebagai Pengukuran Kinerja

1)   Informasi Finansial

               Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang
telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganilisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan

Analisis varians secara garis besar berfokus pada:

a)    Varians pendapatan (revenue variance)

      b)   Varians pengeluaran(expenditure variance)

-          Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)

-          Varians belanja investasi/modal(capital expenditure variance)

         Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab
terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling
bawah. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui unit spesifik mana yang
bertangguang jawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemem paling
bawah.

         Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena
dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain). Keterbatasan
analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi
besarnya varians.

1)      Informasi NonFinansial

              Informasi Non Finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi
non-Finansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja secara komprehensif yang banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balance Scorecard.
Dengan  Balance Scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek
finansialnya saja, akan tetapi juga aspek non – Finansial. Pengukuran dengan
metode Balance Scorecard  melibatkan empat aspek yaitu:

a)       Perspektif Finansial (financial perpective)


b)       Perspektif Kepuasan pelanggan (customer perspective)

c)       Perspektif efisiensi proses internal (internal proses efficiency)

d)  Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perpective).

Jenis informasi non Finansial dapat dinyatakan dalam variable kunci (key


variable) atau sering dinamakan key success factor. Key result factor, atau pulse point.

Variabel kunci adalah variable yang mengindikasikan factor – factor yang menjadi
sebab kesuksesan suatu organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan,
maka variable ini harus segera disesuaikan. Suatu variable memiliki beberapa
karakteristik antara lain:

a.          Menjelaskan factor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

b.         Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat

c.          Perubahannya tidak dapat diprediksi

d.         Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, dan

e.          Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate).                                  Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak
dapat diukur secara langsung; akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya
jumlah aduan, tuntutan, demonstrasi dapat dijadikan variable kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/unit kerja Variabel Kunci


Rumah sakit dan hotel Tingkat hunian kamar yang dipakai (kamar
yang dipakai: jumlah total kamar yang
tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan (masyarakat) yg dilayani
per hari
Perusahaan Listrik negara KWH yang terjual
Perusahaan Telekomunikasi Jumlah pulsa yang terjual
Perusahaan air minum Jumlah debit air yang terjual
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum (paid
seats/capacity seats)
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang diperbaiki

Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan


Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu


lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang
tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat
yang tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang – undang atau perda yang


dihasilkan

Jumlah peserta rapat per total anggota


Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul
9.5 INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN
VALUE FOR MONEY
Untuk melakukan pengukuran kinerja, variabel kunci yang sudah teridentifikasi
tersebut kemudian dikembangkan menjadi indicator kinerja untuk unit kerja yang
bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja, indikator kinerja
tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Tahap
terkhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan
punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.

Indikator kinerja digunakan sebagai indicator pelaksanaan strategi yang telah


ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk factor – factor keberhasilan
utama organisasi (critical success factor) dan indicator kinerja kunci (key performance
indicator).

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan


kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperhatikan variable – variable kunci financial dan non Finansial pada kondisi
waktu tertentu. Critical success factor tersebut harus secara konsisten mengikuti
perubahan yang terjadi dalam organisasi.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indicator yang dapat dianggap


sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat Finansial maupun non Finansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh
manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Pengembangan Indikator Kerja

            Penggunaan indicator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu
aktifitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap –
tiap unit organisasi berbeda – beda tergantung pada tipe pelayanan yang
dihasilkan. Penentuan indicator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:

a.       Biaya Pelayanan (cost of service)


b.      Penggunaan (utilization)

c.       Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

d.       Cakupan pelayanan (coverage)

e.       Kepuasan (satisfaction)

            Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya persiswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada
keseragaman tipe pelayanan yang diberikan.

9.6 LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR


MONEY
Langkah-langkah Pengukuran Value For Money

Pengukuran Ekonomi

           Pengukuran efektifitas hanya mempehatikan keluaran y didapat, sedangkan


pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan.
Ekonomi merupakan ukuran yang relative. Pertanyaan sehubungan dengan
pengukuran ekonomu adalah:

a.             Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?

b.            Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?

c.             Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara


optimal?

Pengukuran Efisiensi

                        output

Efisiensi =

                         input

            Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money.
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
disbanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi
 
 
  

            Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk
relative. Unit A adalah lebih efisien dibandingkan unit B, unit A lebih efisien tahun ini
disbanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan
membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:

1.      Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

2.      Meningkatkan output dalam proprsi yang lebih besar daripada proporsi


peningkatan input.

3.      Menurunkan inout pada tingkatan output yang sama

4.      Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi


penurunan output

            Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata
uang. Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah uang ataupun satuan
fisik. (Catatan: efisiensi seringkali juga dinyatakan dalam bentuk input/output, dengan
interpretasi yang sama dengan bentuk input/output, contoh: biaya per unit output).

            Dalam pengukuran kinerja value for money , efisiensi dapat dibagi menjasi
dua: (a) efisiensi alokasi (efisiensi 1), dan (b) efisiensi teknis atau efisiensi
manajerial (efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk
mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis
(manajerial) terkait dengan kemampauan mendayagunakan sumber daya input pada
tingkat output tertentu.

Pengukuran Efektifitas

            Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai


tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat
adalah bahwa efektifitas tidak menyatakan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah
dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar
daripada yang telah dianggarkan. Efektifitas hanya melihat apakah suatu program
atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengukuran Outcome

            Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.


Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil
tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas outputdan danpak yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome
memiliki dua peran yaitu peran retrospektif dan prospektif. Peran retrospektif terkait
dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangkan peran prospektif terkait dengan
perencanaan kinerja masa yang akan dating.

            Sebagai peran prospektif, pengukuran outcome di gunakan untuk


mengarahkan keputusan alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif
memberikan bukti terhadap praktik yang baik (good management). Bukti tersebut
dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di masa yang akan dating dan
mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga bukti tersebut
digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan program mana
yang perlu dilaksanakan dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk
melaksanakan program tersebut.

10.1 TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi sektor publik adalah proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian,
analisis, dan pembuatan laporan keuangan untuk sebuah lembaga publik yang
menyajikan informasi keuangan kepada pihak yang membutuhkannya. Laporan
pengelolaan keuangan ini akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan.

Akuntansi sektor publik ini dapat digunakan sebagai alat transparansi kepada publik
untuk memenuhi hak-hak publik. Sektor publik yang dimaksud adalah lembaga
pemerintah di daerah maupun pusat dan lembaga non-pemerintah, termasuk rumah
sakit dan lembaga pendidikan.

Teori akuntansi membahas berbagai masalah konseptual dan ideal yang ada di balik
praktik akuntansi dan juga berperan dalam pengembangan akuntansi yang sehat.

Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi, terutama pelaporan
keuangan pada pihak eksternal. Teori akuntansi sektor publik sendiri sebenarnya
masih dipertanyakan apakah memang ada teori akuntansi sektor publik. Sektor
swasta yang perkembangan akuntansinya lebih pesat saja oleh beberapa ilmuwan
masih dipertanyakan apakah sampai saat ini benar – benar memiliki teori akuntansi
yang mapan. Suatu teori perlu didukung oleh berbagai riset yang didalamnya
terdapat hipotesa – hipotesa yang diuji kebenarannya.

Teori memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu:


1) Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability
to explain)

2) Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict)

3) Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).

Pada dasarnya terdapat tiga tujuan mempelajari teori akuntansi, yaitu:

1) untuk memahami praktik akuntansi yang ada saat ini

2) mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini
dilakukan

3) memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.

10.2 KENDALA YANG DI HADAPI AKUN SEKTOR


PUBLIK
Untuk menghasilkan Laporan Keuangan sektor publik yang relevan dan dapat
diandalkan, terdapat beberapa kendala (constraints) yang dihadapi akuntansi sektor
publik. Hambatan tersebut adalah:

1.      Objektivitas

Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang


relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang
telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal
yang menjadi Stakeholder organisasi.

Seringkali terjadi masalah objektivitas laporan kinerja disebabkan oleh adanya


benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan
kepentingan stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk
kepentingan stakeholder, namun seringkali ia bertindak untuk memaksimumkan
kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang bahaya
yang ditimbulkan terhadap stakeholder yang lain, misalnya karyawan, investor,
kreditor dan masyarakat.

2.      Konsistensi

Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama
untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu
secara berturut – turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat
diperbandingkan kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsitensi penerapan metode
akuntansi merupakan hal yang sangat penting karena organisasi memiliki orientasi
jangka panjang (going concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporkan
kinerja selama satu periode. Oleh karena itu, agar tidak terjadi keterputusan proses
evaluasi kinerja organisasi oleh pihak eksternal, maka organisasi perlu konsisten
dalam menerpakan metode akuntansinya.

3.      Daya banding

Laporan keuangan sector publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode


waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berartyi
bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi
dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan objeltivitas
karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya
bandingnya karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang
berbeda. Selain itu, daya banding juga terkait dengan konsitensi. Adanya beberapa
alternative penggunaan metode akuntansi juga dapat menyulitkan tercapainya daya
banding

4.      Tepat waktu

Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, social, dan politik serta untuk menhindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian
laporan terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan,
maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah
semakin banyak kebutuhan informasi, maka akan semakin banyak pula waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai informasi tersebut. Laporan keuangan
mungkin disajikan tidak tepat waktu sehingga tidak relevan untuk pengambilan
keputusan meskipun disajikan lebih awal.

5.      Ekonomis dalam penyajian laporan

Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang


dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam
penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.

6.      Materialitas

Suatu informasi dianggap material bila mempengruhi keputusan, atau jika informasi
tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif (subjective judgement), namun
pertimbangan tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan
yang digunakan merupakan Professional judgement yang mendasarkan pada teknik
tertentu.

rinsip – prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan


keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan,
sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan untuk
mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang telah
ditetapkan, system akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem
pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.

Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporsan


keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan
impilkasi negative berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang
disajikan, inkonsistensi dl pelaporna keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan.

Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sector publik merupakan


masalah yang serius bagi praktik akuntansi, profesi akuntansi, dan bagi pihak – pihak
yang berkepentingan. Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfaat bagi
satu pihak, namun dapat juga merugikan bagi pihak lain. Penentuan mekanisme yang
terbaik dalam menetapkan keseragaman standar akuntansi merupakan faktor
penting agar standar akuntansi dapat diterima pihak – pihak yang berkepentingan
dan bermanfaat bagi pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.

10.4 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK (II)


Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi,
antara lain:

a)   Standar memberikan dokumen tentang informasi yang harus disajikan dalam


laporan keuangan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi
seluruh pengguna informasi

b)   Standar memberika petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang
memungkinkan pengujian secara hati – hati dan independen saat menggunakan
keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu organisasi serta saat
membuktikan kewajarannya.

c)   Standar memberikan petunjuk tentang kumpulan data yang perlu disajikan yang
berkaitan dengan berbagai variable yang patut dipertimbangkan dalam bidang
perpajakan, regulasi, perencanaan seta regulasi ekonomi dan penigkatan efisiensi
ekonomi serta tujuan social lainnya.

d)  Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah
sedapat mungkin menghindari terjadinya standar yang overload. Standar yang
overload terjadi ketika :

a)        Standar terlalu banyak


b)        Standar terlalu rumit

c)        Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan
dalam penerapannya

d)        Standar mempunyai tujuan yang sifatnya umum (general purpose


standards), sehingga gagal dalam menyajikan pebedaan kebutuhan diantara para
penyaji dan pengguna.

e)         Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan


antara :

-          Entitas publik dan entitas non publik

-          Laporan keuangan tahunan dan interim

-          Organisasi besar dan kecil

-          Laporan keuangan auditan dan non auditan

f)         Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks, atau


keduanya.

uangan yang dapat diadopsi oleh sector publik ::

    1)    Akuntansi Anggaran

Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah


yang dianggarkan dengan jumlah actual dan dicatat secara berpasangan (double
entry). Akuntansi anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak digunakan
organisasi sector publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan menyajikan
akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya. Jumlah
belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai kemudian apabila
belanja tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada
dengan demikian menunjukkan jumlah anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik
akuntansi anggaran dapat membandingkan secara sistematik dan kontinu jumlah
anggaran dan realisasi anggaran. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menekankan
peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas.

Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat
kompleks. Akan lebih mudah dan lebih komprhensif apabila akun – akun yang ada
menunjukkan pendapatan dan biaya dianggarkan.
    2)    Akuntansi Komitmen

Akuntansi Komitmen adalah system akuntansi yang mengakui transaksi dan


mencatatnya pada saat order dikelurkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya
pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan pada saat faktur dikeliurkan.
Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama – sama dengan akuntansi kas atau
akuntansi akrual. Akuntansi komitmen terkadang hanya menjadi subsistem dari
system akuntansi utama yang dipakai organisasi. Akuntansi komitmen mengakui
transaksi ketika organisasi melakukan transaksi tersebut. Hal ini berarti transaksi tidak
diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau
dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan
atau diterima.

           Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar
manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran
yang telah dilaksanakan atau dikeluarkan jika dihitung berdasarkan order yang telah
dikeluarkan. Dengan menerima akun atas faktur yang diterima atau dibayarkan, ia
dapat dengan mudah menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu saja manajer
yang teliti akan tahu bahwa akun – akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan
yang mana faktur belum diterima dan oleh karena itu ia membuat catatan sendiri
agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran (over commit the budget).

                             Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order
yang diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur
dikirimkan. Meskipun akuntansi komitmen dapat memperbaiki pengendalian
terhadap anggaran, namun terdapat masalah dalam pengadopsian system tersebut
ke dalam akun – akun keuangan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang
dikeluarkan. Pada umunya tidak ada kewajiban hokum (legal liability) untuk patuh
terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah dibatalkan.
    3)    Akuntansi Dana

Pada organisasi sector publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber
dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam
organisasi sector publik. Dalam tahap awal perkembangan akuntansi dana,
pengertian “dana” dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap – tiap dana tersebut
harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus
diambilkan dari satu laci dan tagihan lainnya diambil dari laci lainnya. Namun saat ini
“ dana” dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah,
termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan didalamnya.

           Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1947) untuk
tujuan organisasi bisnis. Pada waktu itu ia melihat bahwa antara perusahaan pribadi
dengan perusahaan badan memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
adalah, pertama perusahaan perorangan (milik pribadi) kurang menguntungkan bila
dibandingkan dengan perusahaan yang dimiliki publik (perseroan terbatas). Kedua,
adanya kesalahan dalam memahami makna entitas. Berdasarkan kedua hal tersebut
Vatter berpendapat bahwa reporting unit harus diperlakukan sebagai dana (fund)
dan organisasi dilihat sebagai satu rangkaian dana (series of fund), maka laporan
keuangan organisasi tersebut merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan
keuangan dana yang menjadi bagian organisasi.

    4)    Akuntansi Kas


Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan
pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah
mencerminkan pengeluaran yang actual, riil dan obyectif. Namun demikian GAAP
tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan
kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektifitas suatu
kegiatan, program atau aktifitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh,
penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan (revenue) bukan
sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan system akuntansi kas
tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan hutang yang timbul
sebelum terjadi transaksi kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat
mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu, obligasi yang beredar dalam bentuk
kontrak atau order pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam catatan
akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang tercatat akan dicatat lebih (overstated).
Hal ini dapat menyebabkan pemborosan anggaran (unwise expenditure atau
overspending).

    5)    Akuntansi Akrual


Akuntansi akrual dianggap lebih baik dibandingkan akuntansi kas. Teknik akuntansi
berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dipercaya,
lebih akurat, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
social dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda antar Proprietary fund (full
accrual) dengan  Governmental fund (modified accrual) karena biaya (expenses)
diukur dalam Proprietary fund, sedangkan expenditure difokuskan pada general fund.
Expense adalah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure
adalah jumlah kas yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Karena Governmental fund tidak memiliki catatan modal dan utang
(dicatat/dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang jangka panjang), expenditure
yang diukur bukan expense.

10.6 SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana,
memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting entity) dan
entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan akuntansi dana
merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi pemerintahan dan
akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk memastikan bahwa uang publik
dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Dana dapat dikeluarkan apabila
terdapat otorisasi dari dewan legislative, pihak eksekutif atau karena tuntutan
perundangan. Sistem akuntansi dana adalah metode akuntansi yang menekankan
pada pelaporan pemanfaatan dana bukan pelaporan organisasi itu sendiri.

Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,yaitu:

1.      Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund): dicatat untuk mancatat nilai
aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan
untuk kegiatan yang tidak bertujuan untuk mencari laba. Jenis akuntansi dana ini
digunakan pada organisasi pemerintahan (governmental funds).
2.      Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable funds): untuk mencatat
biaya pendapatan, aktiva,utang dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari
laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietary funds)

11.1 KONSEP DASAR INVESTASI


Definisi Investasi

Aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of


wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang
sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

Umumnya, terdapat dua jenis investasi, yaitu investasi dalam sekuritas utang (debt
securities) dan investasi dalam saham (equity securities). Debt securities adalah
instrumen investasi yang mewakili hubungan kreditor dengan suatu perusahaan,
seperti Obligasi RI, Obligasi perusahaan, commercial paper (CP), dan sebagainya.
Sedangkan equity securities merupakan instrumen investasi yang mencerminkan
kepemilikan modal dalam suatu perusahaan, yang berupa saham biasa, saham
preferen, atau capital stock lainnya. Kedua jenis investasi tersebut bisa bersifat
temporer (jangka pendek) maupun jangka panjang.

Pada dasarnya, investasi merupakan asset yang digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kekayaannya. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan  (PSAK) 13
(Tahun 1994) untuk investasi dinyatakan agak berbeda dengan perusahaan, karena
investasi yang dilakukan oleh pemerintah (baik dalam debt securities maupun equity
securities) juga mempunyai tujuan untuk memperoleh manfaat sosial yang
diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini PSAP
6 mendefinisikan investasi sebagai aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomis, seperti bunga, dividen, dan royalty, atau manfaat sosial, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.

11.2 KLASIFIKASI INVESTASI


Klasifikasi Investasi

        Di Amerika Serikat, pengklasifikasian instrumen Investasi baik debt


securities maupun equity securities cukup rinci. Investasi dalam instrumen utang (debt
securities) dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu:

a.   Held-to-maturity
                 Merupakan debt securities yang dimaksudkan untuk dimiliki perusahaan
sampai waktu jatuh tempo. Digolongkan juga sebagai investasi jangka panjang.

b.   Trading

                 Merupakan debt securities  yang diperoleh dan disimpan untuk tujuan


dijual kembali dalam waktu dekat guna memperoleh keuntungan dari perbedaan
harga yang timbul. Dengan demikian, trading securities ini digolongkan ke dalam
investasi jangka pendek.

c.   Available-for-sale

                Merupakan debt securities yang tidak masuk dalam kategori held-to-


maturity atau trading. Penggolongan sebagai investasi jangka pendek atau jangka
panjang bergantung pada maksud perusahaan masing-masing.

11.3 PENGELOMPOKAN INVESTASI


          Untuk akuntansi pemerintah di Indonesia,  berdasarkan PP Nomor 24 Tahun
2005, investasi pemerintah juga dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan
kelompok aset lancar, sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset
nonlancar.

(1)   Investasi Jangka Pendek

Karakter yang harus dipenuhi agar suatu investasi dikategorikan sebagai investasi
jangka pendek adalah:

a.   Dapat diperjualbelikan / dicairkan dengan segera.

b.   Ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.

c.   Berisiko rendah

     Yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain:

a.   Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposit).

b.   Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan pembelian
Serifikat Bank Indonesia (SBI)
 

   (2) Investasi Jangka Panjang

         Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (dua belas) bulan. Penyertaan Modal Pemda, Investasi dalam Surat Utang
Negara, dan Pembelian Obligasi merupakan beberapa contoh investasi

Jenis Investasi Jangka Panjang

Menurut sifat penanaman investasinya, investasi jangka panjang dibagi menjadi dua,
yaitu permanen dan nonpermanen, yaitu :

a.   Investasi Permanen

      Merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk memiliki


secara berkelanjutan,  tidak untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen
atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen terkadang
juga dilakukan untuk menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen ini dapat
berupa:

1) Pernyataan Modal Pemerintah pada perusahaan Negara / daerah, badan


internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik Negara. Pernyataan modal
dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas (PT) dan
nonsurat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bukan perseroan.

2) Investasi permanen lainnya untuk penghasilan pendapatan atau meningkatkan


pelayanan kepada masyarakat.

b.   Investasi Nonpermanen

Merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak


berkelanjutan. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain
dapat berupa:

1)  Pembelian obligasi atau surat kewajiban jangka panjang yang dimaksudkad untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah.

2)  Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada


pihak ketiga.

3) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat, seperti


bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat.
4) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyehatan/penyelamatan perekonomian.

11.4 PENGAKUAN & PENGUKURAN INVESTASI


Perusahaan atau entitas ekonomi lainnya dapat mengakui suatu aset jika besar
kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan akan diperoleh dan aset
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi oleh pemerintah
apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:

a)   Kemungkinan manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi dapat diperoleh pemerintah.

b)   Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai

(reliable).

Secara umum, investasi yang diperoleh pemerintah diukur berdasarkan nilai


perolehannya. Jika investasi tersebut tidak memiliki nilai perolehan, maka yang
digunakan adalah nilai wajarnya.

11.5 PEROLEHAN, HASIL INVESTASI, DAN


PELEPASAN INVESTASI JANGKA PENDEK DAN
JANGKA PANJANG
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran
kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA). Dengan kata lain, pengeluaran untuk investasi jangka pendek hanya
merupakan reklasifikasi dari akun kas menjadi akun investasi jangka pendek. Nilai
investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan atau nilai nominalnya.

           Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga dicatat sebesar biaya
perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri
ditambah komisi perantara jual beli, dan biaya lainnya.

          Jika tidak ada biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya, yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada
nilai wajar, biaya perolehan atau nilai wajar aset lain diserahkan untuk memperoleh
investasi tersebut. Sebagai contoh, pada tanggal 7 Maret 2007, Pemkot Harapan
memutuskan untuk menempatkan Rp 200 juta di Sertifikat Bank Indonesia. Atas
pembelian ini, dikenakan biaya administrasi oleh agen penjual sebesar Rp 200 ribu.
Jurnal untuk mencatat transaksi perolehan investasi ini adalah:
 

7-Mar-07         Investasi Jangka Pendek        200.200.000

                                       Kas                                                 200.200.000


 

Nilai Rp 200.200.000 diperoleh dari:

SBI                                            200.000.000

Biaya administrasi                           200.000

Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham (misalnya deposito jangka pendek)
dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.

Selain untuk memanfaatkan dana yang ada (manajemen kas), investasi jangka
pendekjuga dilakukan dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomis, seperti bunga
deposito atau dividen. Hasil investasi berupa dividen tunai atau bunga deposito
dicatat sebagai pendapatan. Contoh jurnalnya adalah:

xx-xxx-20xx    Kas                                     xxx.xxx

                              Lain-lain PAD yang sah                    xxx.xxx


 

Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan atau pelepasan


hak karena peraturan pemerintah, dart lain sebagainya. Penerimaan dari penjualan
investasi jangka pendek diakui sebagai penerimaan kas pemerintah dan tidak
dilaporkan sebagai pendapatan dalam LRA.

Pelepasan sebagian dari investasi tertentu yang dimiliki pemerintah dinilai


menggunakan nilai rata-rata, yaitu dengan cara membagi total nilai investasi
terhadap total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.

11.6 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


INVESTASI PEMERINTAH
Jika pemerintah mempunyai investasi, baik investasi jangka pendek maupun jangka
panjang, maka pemerintah harus melaporkannya dalam neraca. Berikut adalah
contoh ilustratif penyajian investasi dalam neraca.

Contoh Ilustratif Penyajian Investasi


NERACA

PEMERINTAH KOTA HARAPAN

Per 31 Desember 2007


ASET          2007      2006

ASET LANCAR

Kas di Kas Daerah 454.357.600 413.465.416

Kas di Bendahara Pengeluaran - -

Kas di Bendahara Penerimaan - -


Investasi Jangka Pendek 49.550.000 45.090.500
Piutang Pajak 97.850.000 89.043.500

Piutang Retribusi 111.987.550 101.908.671

Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan - -


Daerah
     57.650.450    52.461.910
Persediaan
  771.395.600  701.969.996
 Jumlah Aset Lancar

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Non Permanen

Pinjaman Kepada Perusahaan Negara - -

Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 69.570.000 44.570.000

Investasi dalam Surat Utang Negara 55.000.000 25.000.000

Investasi Nonpermanen Lainnya                       - -

Jumlah Investasi Non Permanen 124.570.000   69.570.000

Investasi Permanen

Pernyataan Model Pemerintah Daerah 250.000.000 225.000.000

Investasi Permanen Lainnya    77.650.000   89.500.750


Jumlah Investasi Permanen  327.650.000 314.500.750

Jumlah Investasi Jangka Panjang  452.220.000 384.070.750

ASET TETAP

Tanah 3.465.709.800 3.084.481.722

Peralatan dan Mesin 67.890.500 60.422.545

Gedung dan Bangunan 1.657.000.500 1.474.730.445

EKUITAS DANA

EKUITAS DANA LANCAR

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 45.357.600 413.465.416


Pendapatan yang Ditangguhkan 49.550.000 45.090.500
Cadangan Piutang 209.837.550 190.952.171

Cadangan Persediaan 57.650.450 52.461.910

Dana yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran   (102.053.600)   (92.462.264)


Utang Jangka Pendek
     669.342.000   609.507.732
Jumlah Ekuitas Dana Lancar

EKUITAS DANA INVESTASI


Diinvestasikan dalam Investasi Jangaka Panjang 452.220.000 384.070.750
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 6.565.850.300 5.843.606.767

Diinvestasikan dalam Aset Lainnya - -

Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran   (225.000.000)   (265.000.000)


Utang Jangka Panjang
 6.793.070.300  5.962.667.517
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
 

Bagian ekuitas dana, yaitu ekuitas dana investasi muncul akun “Diinvestasikan


dalam Investasi Jangka Panjang”.

Angka yang ada di akun ini harus sama dengan jumlah total investasi jangka panjang
yang dimiliki oleh pemerintah.
Disamping penyajian dalam neraca, hal-hal tertentu yang terkait dengan investasi
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal tersebut antara
lain:

a)      Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi.

b)      Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan non permanent.

c)      Perubahan harga pasar, baik investasi jangka pendek maupun jangka panjang.

d)      Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab perurunan tersebut.

e)      Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alas an penerapannya.

f)      Perubahan pos investasi.

12.1 TUJUAN & RUANG LINGKUP STANDAR LAP


REALISASI ANGGARAN
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

2. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi


dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran
dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah
disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

Ruang Lingkup
- Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran
yang disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis kas.

- Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah, yang memperoleh anggaran berdasarkan
APBN/APBD, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

- Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan


keuangan berbasis akrual, tetap menyusun Laporan Realisasi Anggaran yang berbasis
kas.

12.2 MANFAAT INFORMASI REALISASI


ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna
bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan
terhadap anggaran dengan:
(a) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;

(b) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang


berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas
penggunaan anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam


memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi
kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi :

(a) telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

(b) telah dilaksanakan sesuai dengan (APBN/APBD); dan

(c) telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

12.3 STRUKTUR LAPORAN REALISASI


ANGGARAN
STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus identifikasikan secara jelas, dan diulang
pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut:

(a). nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

(b). cakupan entitas pelaporan;

(c). periode yang dicakup;

(d). mata uang pelaporan; dan

(e). satuan angka yang digunakan.


Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. 

Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi
Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek
dari satu tahun,

Entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut:

(a). alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

(b). fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan RealisasiAnggaran dan


catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

12.4 LAPORAN REALISASI ANGGARAN


Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:

(a). Pendapatan-LRA;
(b). Belanja;
(c). Transfer;
(d). Surplus/defisit-LRA;
(e). Penerimaan pembiayaan;
(f). Pengeluaran pembiayaan;
(g). Pembiayaan neto; dan
. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA).

INFORMASI DISAJIKAN DALAM L R A  ATAU DALAM CALK terdiri dari :

1. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut  jenis pendapatan-


LRA dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.

2. Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam


Laporan Realisasi Anggaran.

3. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran


atau di Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
12.5 AKUNTANSI ANGGARAN, AKUNTANSI
PENDAPATAN-LRA, AKUNTANSI BELANJA,
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
AKUNTANSI ANGGARAN

Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggung jawaban dan pengendalian


manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan.

Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan anggaran


dialokasikan

AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA

Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum


Negara/Daerah.

Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.

Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas

 pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbang-an dari pemerintah pusat dan
dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.

 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

AKUNTANSI BELANJA

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat


pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.

Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang meng-atur mengenai badan layanan umum.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan


fungsi.
AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit
dan atau memanfaatkan surplus anggaran.

Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil
diinvestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai