Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL TUGAS PANCASILA SEKSI I

POLITIK IDENTITAS

KELOMPOK 7
Jerica Putri Gunawan 202005000028
Maria Angelin Situmorang 202005000120
Ariawan Parsada Rohansyah 202005000024
Mirnawati 202005000045
Dimas Aditya 202005000035

UNIVERSITAS KATOLIK ATMA JAYA JAKARTA


2021
I. Latar Belakang
Politik identitas adalah alat politik untuk mencapai kepentingan golongan atau
individu yang menekankan perbedaan yang didasarkan pada suku bangsa, etnis,
kepercayaan, dan bahasa yang menjadi ciri khas seseorang. Hal tersebut sangat mudah
dijumpai dan dijadikan senjata yang berbahaya dalam negara-negara yang memiliki
beragam suku etnis, salah satunya Indonesia yang memiliki 1340 suku etnis, 652 bahasa
daerah, 187 kepercayaan dan agama, dan 6 agama resmi. Dengan demikian, kita bisa
menyimpulkan bahwa politik identitas merupakan senjata yang sangat berbahaya untuk
masyarakat multikultural Indonesia. Hal ini dapat tercermin dalam kasus Lurah Susan.
Dalam kasus ini politik identitas digunakan oleh mayoritas agar terus berkuasa di atas
minoritas sehingga dapat berujung pada tirani mayoritas.

Kontroversi yang terjadi pada tahun 2013 tersebut disebabkan warga yang menilai
beliau tidak layak untuk memimpin wilayah mereka, Lenteng Agung, dengan alasan
berbeda keyakinan dengan mayoritas, alias Ibu Susan merupakan non-Muslim. Hal
tersebut berujung pada penolakan oleh puluhan warga Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta
Selatan dengan berunjuk rasa di depan Kantor Kelurahan Lenteng Agung.

Padahal, selama dua bulan menjabat sebagai Lurah Lenteng Agung kinerja Lurah
Susan dianggap cukup baik dan dikenal gemar blusukan. Menanggapi unjuk rasa tersebut,
Pemprov DKI menyatakan harus ada aturan dan prosedur dalam pencopotan jabatan,
salah satunya adalah evaluasi atas kinerjanya selama enam bulan tetapi dikarenakan masa
lama jabatan belum memenuhi maka proses pencopotan jabatan tidak dapat dilaksanakan.
Pemprov DKI juga beranggapan bahwa mereka tidak menempatkan seseorang pada satu
jabatan berdasarkan selera melainkan dari kemampuan, kapabilitas, dan integritas yang
dihasilkan.

II. Problematika
Kasus Lurah Susan diatas menampilkan wajah demokrasi Indonesia sebenarnya, yang
sangat bertolak belakang pada Demokrasi Pancasila sesuai dengan sila ke-4. Di zaman
modern ini, tanpa kita sadari kehidupan berbangsa dan bernegara kita lebih condong
kepada politik identitas.

Kasus Lurah Susan merupakan satu dari begitu banyak praktik politik identitas yang
terjadi belakangan ini. Salah satu kasus politik identitas yang berhasil menggemparkan
Indonesia adalah pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 kemarin. Anies Baswedan
berhasil mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama. Posisi Anies saat itu didukung oleh
sebagian besar kelompok Islam, seperti Front Pembela Islam dan Majelis Ulama
Indonesia. BTP yang beragama Kristen dan berasal dari etnis Tionghoa-Indonesia berada
dalam posisi tidak menguntungkan. Selain karena tudingan penistaan agama, kelompok
pendukung Anies turut memakai isu bahwa umat Islam harus memilih pemimpin dari
agama yang sama.

Dosen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin,
Endang Sari dalam Jurnal Krisis yang berjudul Kebangkitan Politik Identitas Islam Pada
Arena Pemilihan Gubernur Jakarta menyatakan “Politik identitas, khususnya agama,
memang tidak pernah mati dalam arena politik di negeri ini. Momentum pemilihan
Gubernur Jakarta yang baru saja usai adalah contoh nyata bagi pembenaran argumentasi
tersebut, ketika identitas agama muncul menjadi sebuah kekuatan politik.”

Munculnya narasi-narasi seperti ‘putra daerah’ sebenarnya juga merupakan bagian


dari politik identitas yang mengandung unsur SARA. Di Aceh, misalnya, kemenangan
kepala daerah bahkan sudah bisa ditentukan dengan merujuk rumus: “Rakyat Aceh hanya
mendukung pejuang asli dan bukan pejuang nasional”. Bukan hanya di tingkat nasional,
konsep ini terbukti pula menjajah perebutan kekuasaan lokal. Dengan masyarakat
Indonesia yang majemuk, politik identitas memang menjadi tawaran menarik bagi
politikus di negara dengan sistem demokrasi.

Menurut Direktur Eksekutif CISS (Center Institute of Strategic Studies), M.D.La Ode,
“Kekuatan-kekuatan primordial di tingkat lokal telah menjelma menjadi kekuatan politik
yang terus direproduksi dan dimainkan oleh elite sehingga mampu mempengaruhi
aktivitas politik di tingkat lokal”.

Walaupun ada begitu banyak kasus politik identitas seperti yang sudah disebutkan,
tetap saja banyak rakyat Indonesia yang tidak memandang sebagai masalah, tetapi bahkan
membenarkan perbuatan tersebut.

III. Rumusan Masalah


Berdasarkan problematika mengenai krisis demokrasi pancasila di Indonesia dengan
tingginya kasus politik identitas di negara kita yang sudah dipaparkan di atas, kami
menyadari bahwa diperlukannya inisiatif untuk menyadarkan masyarakat Indonesia
bahwa adanya masalah bersama dalam sistem dan pelaksanaan sistem demokrasi
Indonesia. Melalui kampanye yang kami buat, kami ingin membuat audiens yang melihat
unggahan kami mempertanyakan apa peran mereka dalam politik identitas dan
bagaimana mereka bisa membantu menyelesaikan masalah politik identitas yang ada di
Indonesia, khususnya melalui gambaran dari contoh kasus Lurah Susan.

IV. Penjabaran Kegiatan


Berhubungan dengan adanya pandemi ini, maka semua kegiatan pembelajaran
dilakukan secara daring. Oleh karena itu, kami mahasiswa dari Universitas Atma Jaya,
mengadakan kegiatan kampanye secara online dengan tujuan menyadarkan masyarakat
mengenai masalah politik identitas di negara Indonesia dengan judul Politik Identitas:
Sekilas Kenyataan Demokrasi Rumpang Indonesia. Kami mengampanyekan aksi ini
dengan tujuan menyadarkan masyarakat yang melihat agar sejenak memperhatikan
kondisi demokrasi Indonesia yang tidak sesuai dengan sila ke-4, dalam kata lain
rumpang, melalui media sosial Instagram.
Kami menggunakan media sosial Instagram dikarenakan alasan tidak memungkinkan
untuk melakukan kegiatan diluar rumah disebabkan dengan adanya pandemi yang terjadi
di Indonesia saat ini. Selain hal itu, media sosial Instagram merupakan platform yang
populer serta banyak diakses oleh masyarakat saat ini sehingga kampanye ini akan mudah
diakses dan pesan yang ingin kami sampaikan mudah diterima oleh masyarakat.
Kampanye yang kami adakan bertujuan untuk menyadarkan masyarakat adanya
masalah politik identitas dalam berdemokrasi. Dalam penyelenggaraannya, kami
melakukan dengan cara mengunggah sebuah unggahan instagram dari akun kami masing-
masing yang berisi penjelasan mengenai politik identitas yang turut mengangkat kasus
nyata dari bentuk politik identitas yang terjadi di Indonesia. Kami mengajak masyarakat
agar masyarakat yang melihat dapat berefleksi atau setidaknya menyadari bahwa ada
masalah bersama dalam sistem dan pelaksanaan demokrasi Indonesia. Harapan kami
dengan pengunggahan poster ini masyarakat menjadi sadar mengenai masalah ini dan
yang paling kami harapkan tidak akan ada lagi kasus politik identitas.

V. Rancangan Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan cara berdiskusi untuk menentukan bagaimana konsep
kampanye ini dilakukan, baik berupa materi maupun cara penyampaian kepada
masyarakat. Setelah konsep kampanye ini terbentuk, kami melakukan pembagian tugas
dalam pengerjaan seperti menyusun proposal kegiatan dan membuat design unggahan
Instagram. Setelah proposal dan design unggahan Instagram sudah terbentuk, kami
menentukan caption yang akan kami unggah di sosial media Instagram sebagai penjelas
yang lebih rinci. Setelah semua persiapan sudah selesai, kami akan mengunggah
kampanye ini melalui akun Instagram kami masing-masing sehingga bisa segera dilihat
oleh para pengikut kami di Instagram.

VI. Personil
Adapun pembagian tugas dalam kelompok kami adalah sebagai berikut:

NO NAMA PEMBAGIAN TUGAS


1. Jerica Putri Gunawan Konsep dan Koordinasi
202005000028
2. Mirnawati Design Post Instagram
202005000045
3. Maria Angelin Situmorang
202005000120
4. Ariawan Parsada Rohansyah Susunan Proposal
202005000024
5. Dimas Aditya
202005000035

*Anggota keenam kami, Rachel, sangat sulit dihubungi dan selalu memiliki alasan untuk
tidak berbagian dalam diskusi dan pelaksanaan tugas kelompok itu. Oleh karena itu,
kelompok kami telah sepakat untuk tidak memasukkan nama dia ke dalam tugas ini.

VII.Dana
Berhubung dengan kenyataan bahwa seluruh kegiatan ini dilakukan secara daring,
maka kami tidak mengeluarkan dana apa pun untuk mempersiapkan kegiatan ini.
VIII. Penutup

Demikianlah proposal ini kami buat. Semoga proposal kami dapat diterima dan
bermanfaat sehingga rancangan kegiatan kami bisa dimengerti. Tidak lupa kami ucapkan
syukur kepada Tuhan YME. Karena penyertaan-Nya, kami dapat mengerjakan tugas ini mulai
dari proposal sampai penyelesaiannya dengan baik. Kami berharap kampanye yang akan kami
laksanakan dapat berjalan dengan baik seperti halnya yang telah kami rencanakan.

Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah kami harapkan dari semua pihak
karena kami menyadari bahwa proposal kami masih jauh dari kata sempurna. segala saran dan
kritik tersebut akan menjadi acuan atau pelajaran bagi kami semua agar kami agar kami dapat
lebih lagi menyempurnakan kampanye kami ini. Kami ucapkan terima kasih atas waktu,
kesempatan, dan pertimbangan yang telah diberikan pembaca kepada kami.

Anda mungkin juga menyukai