Anda di halaman 1dari 2

A.

26 Oktober 2022
 Judul Laporan Kegiatan
Deteksi Stunting siswa/i SMP kelas 7

 Identitas Penerima
Siswa/i SMP kelas 7

 Latar Belakang
Kemenkes menggelar Gerakan Aksi Nasional Bergizi dalam rangka menekan kasus
stunting di Indonesia melalui pemberian tablet penambah darah kepada seluruh remaja
putri di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena
kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, hingga kurangnya stimulasi gizi. Pemerintah
telat menetapkan target capaian angka stunting di Indonesia pada 2024 ditekan hingga
14% dari 24% di tahun 2021.

Data Rikesdas tahun 2018 yang dihimpun Direktorat Kesehatan Masyarakat, Kemenkes
RI melaporkan kasus anemia atau kurang darah pada remaja masih cukup tinggi berkisar
diatas 20% dari total populasi usia remaja. Maka dari itu, gerakan ini adalah hal penting
untuk meningkatkan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri sekaligus
memperbaiki perilaku konsumsi gizi seimbang.

 Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan di salah satu SMP daerah Tenjolaya pada hari Rabu, 26 Oktober
2022. Diadakan beberapa kegiatan seperti senam bersama, sarapan bersama dan
pemberian tablet tambah darah yang diminum secara serempak oleh siswi kelas 7 di SMP
tersebut. dilanjut dengan pemaparan materi terkait pentingnya konsumsi tablet tambah
darah di usia remaja serta diadakan proses tanya jawab dan pemberian doorprize bagi
siswi yang mampu menjawab pertanyaan dari pemateri. Kegiatan ini dilakukan dari pukul
08.00 - 10.00 WIB.

B. 28 Oktober 2022
 Judul Laporan Kegiatan
Deteksi Stunting pada Balita

 Identitas Penerima
Anak usia 0-5 tahun dari desa Situ Daun
 Latar Belakang
Stunting adalah kondisi di mana anak gagal tumbuh pada usia di bawah 5 tahun akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Untuk memenuhi kriteria ini, tinggi badan
anak harus di bawah minus dua standar deviasi panjang/tinggi anak seumurannya.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, angka stunting di Indonesia adalah
30,8%. Di Asia Tenggara, prevalensi stunting Indonesia menduduki peringkat kedua
setelah Kamboja. Stunting adalah masalah kesehatan dan juga masalah sosial yang perlu
diperhatikan. Hal ini karena generasi yang mengalami stunting dalam jumlah besar dapat
menjadi generasi yang tidak produktif, sering sakit, dan rentan menjadi miskin, sehingga
bisa menjadi beban negara.

Untuk mengatasi stunting, perlu dilakukan upaya kerjasama dari berbagai stakeholder dan
penanganan secara terpadu. Salah satu komponen dari instrumen penanggulangan
stunting adalah Puskesmas. Puskesmas bertugas untuk menyelenggarakan program KIA,
DOTS, dan Gizi. Melalui program-program tersebut, dilakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan populasi anak setempat dan dari kegiatan tersebut, penjaringan stunting
dapat dilakukan.

 Gambaran Pelaksanaan
Semua anak yang ditemukan mengurangi z score tinggi badan di bawah -2 disalurkan ke
poli gizi untuk diberi penatalaksanaan yang sesuai supaya bisa dilakukan catch-up growth.
Penjaringan dilakukan dari berbagai program, terutama program KIA, MTBS, dan DOTS.

Anda mungkin juga menyukai