Anda di halaman 1dari 37

Masalah Operasi

Pada Pusat – Pusat Listrik


Disusun Oleh : Muhammad Alfian
Npm : 0541 10 005
Teknik Elektro
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
Pendahuluan
Kendala yang dalam bahasa Inggrisnya
disebut constraint, sesungguhnya merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi agar
suatu proses dapat dilaksanakan . Dalam
proses optimisasi operasi pada umumnya,
khususnya optimasi operasi sistem tenaga
listrik, selalu ada kendala-kendala (constraints).
Pada operasi pembangkitan yang ada di PLN
juga terdapat kendala-kendala yang harus
diketahui misalnya :
Kendala Operasi Pada
Pusat -Pusat Listrik
1. Kendala Operasi PLTA
2. Kendala Operasi PLTU
3. Kendala Operasi PLTG
4. Kendala Operasi PLTGU
5. Kendala Operasi PLTD
6. Kendala Operasi PLTPB
1. Pusat Listrik Tenaga Air
(PLTA)
1. Pintu Pengambil
Air atau Saringan.
2. Pusat Pengendali
Bendungan.
3. Terowongan
Tekan.
4. Pipa Pesat.
5. Tanki Pendatar.
6. Rumah Keong.
7. Turbin.
8. Katup Utama.
9. Pipa Lepas.
10. Saluran
Pembuangan.
11. Poros Generator.
12. Trafo Utama.
13. Serandang
Hubung.
14. Saluran Tegangan
Ekstra Tinggi.
1.1 Prinsip Kerja PLTA
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit
yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air
untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang
dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pada
prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah
menjadi energi kinetis dengan adanya head, lalu energi
kinetis ini berubah menjadi energi mekanis dengan
adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu energi
mekanis ini berubah menjadi energi listrik melalui
perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik
yang bisa dibangkitkan dengan sumber daya air
tergantung pada dua hal, yaitu jarak tinggi air (head) dan
berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).
1.2 Tahapan Perubahan Energi PLTA

Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda


potensial, yaitu akibat adanya perbedaan ketinggian.
Besarnya energi potensial yaitu:
Ep = m . g . H Dimana: Ep : Energi Potensial
m : massa (kg)
g : gravitasi (9.8 kg/m2)
h : head (m)
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran
air sehingga timbul air dengan kecepatan tertentu, yang
dirumuskan
Ek = 0,5 m . v . v Dimana:Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
v : kecepatan (m/s)
Energi mekanis yaitu energi yang timbul akibat adanya pergerakan
turbin. Besarnya energi mekanis tergantung dari besarnya energi
potensial dan energi kinetis. Besarnya energi mekanis
dirumuskan:
Em = T . ω . T Dimana: Em : Energi mekanis
T : torsi
ω : sudut putar
t : waktu (s)
Ketika turbin berputar maka rotor juga berputar sehingga menghasilkan
energi listrik sesuai persamaan:
El = V . I . T Dimana: El : Energi Listrik
V : tegangan (Volt)
I : Arus (Ampere)
t : waktu (s)
1.3 Kendala Operasi Pada PLTA
Kendala operasi dalam keadaan statis dan
kebanyakan menyangkut koordinasi dengan
keperluan irigasi dan pengendalian banjir.
Kendala ini tidak ada apabila PLTA air yang
hanya diperuntukan untuk pembangkitan
tenaga listrik saja. Apabila diperlukan
koordinasi dengan keperluan irigasi dan
pengendalian banjir maka umumnya PLTA
yang bersangkutan mempunyai kolam tando
Secara garis besar pola pengusahaan suatu waduk yang juga
menjadi kolam tahunan dari suatu PLTA didasarkan atas
pemikiran-pemikiran sebagai berikut:
a. Waduk harus dapat menyediakan air untuk keperluan
irigasi dimusim kemarau.
b. Waduk harus dapat mengendalikan banjir dimusim
hujan.
c. Diwaktu musim hujan pengisian waduk harus terkendali,
dalam arti jangan sampai terjadi pelimpasan air yang
berlebihan sehingga membahayakan waduk.
d. Di akhir musim kemarau atau permulaan musim hujan
tinggi air dalam waduk masih harus cukup rendah agar
dapat menampung air dimusim hujan yang akan datang.
2. Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU)
1. Circulating Water Pump.
2. Desalination Evaporator.
3. Distillate Pump.
4. Make-up Water Tank.
5. Demin Water Tank.
6. Condenser.
7. L.P Heater.
8. Deaerator.
9. Boiler Feed Pump.
10. H.P Heater.
11. Economiser.
12. Steam Drum.
13. Boiler.
14. Superheater.
15. Steam Turbine.
16. Kapal/Tongkang.
17. Pumping House.
18. F.O Tank.
19. F.O Heater.
20. Burner.
21. F.D Fan.
22. Air Heater.
23. Stack.
2.1 PRINSIP KERJA PLTU
Pada pembangkit listrik ini, bahan baker minyak, gas alam, atau
batubara dipakai untuk membangkitakan panas dan uap pada
boiler. Uap tersebut kemudian dipakai untuk memutar turbin yang
dikopelkan langsung dengan sebuah generator sinkron. Setelah
melewai turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
tadi muncul menjadi uap bertekanan dan bertempratur rendah.
Panas yang disadap oleh kondensor menyebabkan uap berubah
menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler
sisa panas yang dibuang oleh kondensor mencapai setengah
jumlah panas semula yang masuk. Hal ini mengakibatkan efisien
termodinamika suatu turbin uap bernilai kecil dari 50%. Turbin uap
yang modern mempunyai temperatur boiler sekitar 500 sampai
600 derajat celcius dan temperatur kondensor antara 20 sampai
30 derajat celcius.
2.2 Kendala Operasi PLTU
PLTU dalam sistem pembangkitan yang relatif
besar ( > 1.000 MW) pada umumnya
merupakan Pusat Listrik yang dominan baik
secara teknis operasionil maupun ditinjau dari
segi biaya operasi.
Dari segi operasionil PLTU paling banyak
kendalanya khususnya dalam kondisi dinamis.
Hal ini disebabkan banyaknya componen dalam
PLTU yang harus diatur.
Kendala operasi yang terdapat pada PLTU adalah :

Starting Time (waktu yang diperlukan untuk men-start) yang


relatif lama, bisa mencapai 6 sampai 8 jam apabila Stara
dilakukan dalam keadaan dingin.
Perubahan daya per satuan waktu (ΔMW per menit) yang
terbatas, Kira-kira 5% per menit.
Hali ini disebabkan karena proses Stara maupun perubahan
daya dalam PLTU menyangkut pula berbagai perubahan suhu
yang selanjutnya menyebabkan pemuaian atau pengkerutan.
Pemuaian-pemuaian atau pengerutan-pengerutan sedapat
mungkin harus berlangsung merata dan tidak terlalu cepat
untuk menghindarkan tegangan
3. Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
1. ARCO Gas Station.
2. Combustion Chamber.
3. Gas Turbine.
4. Main Compressor.
5. Air Filter.
6. Generator Gas Turbine.
7. Penghantar.
8. Katup.
9. Katup.
10. Heat Recovery Steam
Generator.
11. Deaerator.
12. H.P Flow Meter.
13. L.P Flow Meter.
14. Katup Uap Utama.
15. H.P Turbine.
16. L.P Turbine.
17. Generator Steam Turbine.
18. Penghantar.
19. Condenser.
20. Condensate Pump.
21. H.P Bypass.
22. Katup Uap Tekanan Tinggi.
23. L.P Bypass.
24. Katup Uap Tekanan Rendah.
25. Katup Uap Utama Tekanan
Tinggi.
26. Katup Utama.
3.1 Prinsip Kerja PLTG
PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses pembakaran
dalam (internal combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas
alam dibakar di dalam ruang pembakar (combustor). Udara yang
memasuki kompresor setelah mengalami tekanan bersama-sama
dengan bahan baker disemprotkan ke ruang pembakar untuk
melakukan proses pembakaran. Gas panas hasil pembakaran ini
berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda turbin bersudu
yang terkopel dengan generator sinkron. Generator sinkron
kemudian mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Berbeda
dengan pada PLTD, pada PLTG tidak terdapat bagian mesin yang
bergerak Translasi (bolak-balik) karena itu ia merupakan mesin yang
bebas dari getaran. meskipun temperatur turbin gas (1000 derajat
celcius) jauh lebih tinggi daripada temperatur turbin uap (530 derajat
celcius), namun efisien konversi termalnya hanya mencapai 20% -
30%. karena biaya modal yang rendah, serta biaya bahan bakar
yang tinggi, maka PLTG berfungsi memikul beban puncak
3.2 Kendala Operasi PLTG
Unit PLTG adalah unit pembangkit yang termahal
biaya operasi khususnya termahal bahan bakarnya,
maka diinginkan agar unit PLTG beroperasi dalam
waktu yang sependek mungkin, misalnya pada
waktu beban puncak atau pada waktu ada
kerusakan/gangguan unit pembangkit lain (sebagai
cadangan). Tetapi di lain pihak men-start dan men-
stop unit PLTG Sangay menambah keausan unit
tersebut sehingga merupakan kendala operasi
yang harus diperhitungkan
Kendala Operasi Pada PLTG Antara Lain :

a. Beban maksimum.
Dalam spesifikasi teknisnya unit PLTG
umumnya disebut dua macam rating
kemampuan yaitu:
1. Base load rating, yang menggambarkan
kemampuan unit untuk melayani beban
secara terus menerus.
2. Peak load rating, yang menggambarkan
kemampuan unit untuk melayani beban
selama dua jam. Peak load rating besarnya
kurang dari 10% diatas base load rating.
b. Beban Minimum
Batas beban minimum untuk unit PLTG tidak
disebabkan karena alasan teknis melainkan lebih
disebabkan oleh alasan ekonomis yaitu efisiensi
yang rendah pada beban rendah.
Pada beban 100% pemakaian bahan bakar
minyak adalah Kira-kira 0,346 cc/kWh, sedangkan
pada beban 25% bisa mencapai Kira-kira 0,645
cc/kWh.
c. Kecepatan perubahan beban
Unit PLTG umumnya dapat dirubah bebanya
dari 0% sampai 100% dalam waktu kurang dari
15 menit, sehingga bagi unit termis termasuk
unit yang dapat dirubah bebanya secara cepat.
Tetapi jira diingat bahwa unit PLTG beroperasi
dengan suhu gas pembakaran yang tinggi maka
perubahan beban berarti pula perubahan suhu
yang tidak kecil pada berbagai bagian turbin gas
dan menambah keausan bagian-bagian
tersebut.
d. Perhitungan Cadangan Berputar
Karena kemampuannya untuk merubah
beban yang relatif cepat seperti telah diuraikan
diatas, maka cadangan berputar yang dapat
diperhitungkan pada unit PLTG adalah sama
dengan kemampuan maksimum dikurangi
dengan beban saat itu. Namur seperti telah
diuraikan di batir c sebaiknya tidak terlalu
banyak dipasang cadangan berputar pada unit
PLTG.
4. Pusat Listrik Tenaga
Gas Dan Uap (PLTGU)
1. ARCO Gas Station.
2. Combustion Chamber.
3. Gas Turbine.
4. Main Compressor.
5. Air Filter.
6. Generator Gas Turbine.
7. Penghantar.
8. Katup.
9. Katup.
10. Heat Recovery Steam Generator.
11. Deaerator.
12. H.P Flow Meter.
13. L.P Flow Meter.
14. Katup Uap Utama.
15. H.P Turbine.
16. L.P Turbine.
17. Generator Steam Turbine.
18. Penghantar.
19. Condenser.
20. Condensate Pump.
21. H.P Bypass.
22. Katup Uap Tekanan Tinggi.
23. L.P Bypass.
24. Katup Uap Tekanan Rendah.
25. Katup Uap Utama Tekanan
Tinggi.
26. Katup Utama.
4.1 Diagram Blok PLTGU
Gas

Dapur Tenaga
Pembakaran
Gas PLTG
Listrik
Mekanik Tenaga Listrik

Gas Buang

Uap Mekanik Tenaga Listrik


Boiler Turbin Generator PLTU
4.2 Prinsip Kerja PLTGU
Proses pada Turbin Gas
Bahan gas alam (natural gas) yang disupply dari ARCO
Station (1) langsung dimasukkan ke dalam ruang
bakar/Combustion Chamber (2), bersama-sama dengan
udara yang disupply dari Main Compressor (4) setelah
terlebih dahulu melalui saringan udara/Air Filter (5).
Maka akan menghasilkan gas panas yang selanjutnya
akan dimasukkan langsung ke dalam Turbin Gas (3)
.Sedangkan gas bekas yang telah melalui turbin gas
tadi, apabila tidak dipakai (open cycle) akan langsung
dibuang keluar melalui katup (8). Bila dipakai lagi (closed
cycle) akan dimasukkan kembali melalui katup (9) ke
dalam Heat Recovery Steam Generator HRSG (10).
Proses pada Turbin Uap (PLTU)
Air pengisi yang berada di dalam deaerator (11) akan dibagi dua yaitu
melalui Low Pressure Flow Water/LPFW (13) dan High Pressure
FW/HPFW (12). Air pengisi yang dari HPFW akan dimasukkan ke
dalam HRSG setelah melalui pipa/saluran uap HP Admission Steam
diteruskan ke Turbin Uap High Pressure Turbine/HPT (15) yang
sebelumnya terlebih dahulu melalui Katup Uap Utama (14) dan setelah
itu diteruskan lagi ke Low Pressure Turbine/LPT (16) yang selanjutnya
dikopling dengan Generator (17) untuk menghasilkan tenaga listrik
melalui Penghantar (18).
Uap bekas yang keluar dari LPT tadi akan dialirkan kembali ke dalam
Condenser (19) untuk diubah kembali menjadi air kondensat setelah
dikondensasi oleh air pendingin/air laut. Air kondensat selanjutnya
akan dipompakan oleh Condensate Pump (20) untuk selanjutnya terus
dimasukkan ke dalam Feed Water Tank yang berada pada deaerator.
4.3 Kendala Operasi PLTGU
Kendala operasi yang terjadi pada PLTGU merupakan
gabungan dari kendala yang terdapat Pada PLTG dan PLTU
yaitu Karena daya yang dihasilkan turbin uap tergantung
kepada banyaknya gas buang
yang dihasilkan unit yaitu kira-kira menghasilkan 50% daya
unit PLTG, maka dalam
mengoperasikan PLTGU ini, pengaturan daya PLTGU
dilakukan dengan mengatur daya
unit PLTG, sedangkan unit PLTU mengikuti saja,
menyesuaikan gan gas buang yang
diterima dari unit PLTG-nya
5. Pusat Listrik Tenaga Diesel
PLTD
PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kW
sampai puluhan MW. Untuk menyalakan listrik di
daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN.
Di lain pihak, jika perkembangan pemakaian tenaga
listrik telah melebihi 100 MW, penyediaan tenaga
listrik yang menggunakan PLTD tidak ekonomis lagi
sehingga harus dibangun Pusat Listrik lain, seperti
PLTU atau PLTA. Untuk melayani beban PLTD
dengan kapasitas di atas 100
5.1 Diagram Blok PLTD
5.2 Prinsip Kerja PLTD
Hasil kompresi udara dan bahan bakar
(terjadi pembakaran dalam dalam ruang
bakar akibat adanya bahan bakar , udara
dan panas tinggi) sehingga menghasilkan
tenaga untuk menggerakkan poros engkol
yang dikopel dengan poros / rotor Generator
dan Generator bereksitasi membangkitkan
listrik .
5.3 Kendala Operasi PLTD
a. Beban Maksimum
Unit PLTD seringkali tidak bisa mencapai nilai yang tertulis dalam
spesifikasi pabrik karena ada bagian-bagian dari mesin diesel
yang tidak bekerja dengan sempurna. Misalnya pada beban 90%
suhu gas buang sudah mencapai suhu maksimum yang
diperbolehkan sehingga beban tidak boleh dinaikan lagi.

b. Beban minimum
Tidak ada hal yang membatasi beban minimum pada unit PLTD.
Hanya saja apa bila unit PLTD sering dibebani rendah, misalnya
kurang dari 50%, maka mesin diesel menjadi lekas kotor sebagai
akibat pembakaran yang kurang sempurna dari mesin diesel
pada beban rendah.
c. Kecepatan Perubahan Beban
Unit PLTD umumnya dapat berubah bebannya dari 0%
menjadi 100% dalam waktu kurang dari 10 menit. Oleh
karena itu kemampuanya yang cepat dalam mengikuti
perubahan beban, unit PLTD baik dipakai untuk turut
mengatur frekwensi sistem.

d. Perhitungan Cadangan Berputar


Mengingat kemampuanya dalam mengikuti perubahan
beban seperti diatas, maka cadangan berputar yang
dapat diperhitungkan adalah sama dengan kemampuan
maksimum dikurangi dengan beban sexta
6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB)
1. Steam Receiving
Header.
2. Flow Meter.
3. Separator.
4. Demister.
5. Main Steam Valve.
6. Turbine.
7. Generator.
8. Step-up
Transformer.
9. Sistim Penyaluran
Jawa-Bali.
10. Condenser.
11. Cooling Water
Pump.
12. Cooling Water.
13. First-stage dan
second-stage.
14. Sumur Reinjeksi.
15. Reservoir.
16. Primary Pump.
17. Inter Condenser.
6.1 Prinsip Kerja PLTPB
Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header
(1), yang berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami
gangguan meskipun terjadi perubahan pasokan dari sumur produksi.
Selanjutnya melalui flow meter (2) dialirkan ke separator (3) dan
demister (4) untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air
yang terbawa didalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
vibrasi, erosi, dan pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbine.
Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui main steam valve/electric
control valve/governor valve (5) menuju ke turbine (6). Di dalam turbine,
uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow condensing yang
dikopel dengan generator (7), pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini
menghasilkan energi listrik dengan arus 3 phase, frekuensi 50 Hz, dan
tegangan 11,8 kV. Melalui step-up transformer (8), arus listrik dinaikkan
tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara paralel
dengan sistem penyaluran Jawa-Bali (9).
Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam yang keluar
dari turbin harus dalam kondisi vakum (0,10 bar). Dengan
mengkondensasikan uap dalam condenser (10) kontak langsung
yang dipasang di bawah turbine. Exhaust steam dari turbin masuk
dari sisi atas condenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat
penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray-
nozzle. Level kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal oleh dua
buah cooling water pump (11), lalu didinginkan dalam cooling water
(12) sebelum disirkulasikan kembali.Untuk menjaga kevakuman
condenser, gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan secara
kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-gas ini mengandung: CO2
85-90% wt; H2S 3,5% wt; sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di
Kamojang dan Gunung Salak, sistem ekstraksi gas terdiri atas first-
stage dan second-stage (13) sedangkan di Darajat terdiri dari ejector
dan liquid ring vacuum pump.
Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan
sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana kelebihan
kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur reinjeksi (14).
Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah
dengan mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah
aliran tegak lurus, menggunakan 5 forced draft fan. Proses ini terjadi
di dalam cooling water.
Sekitar 70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan
dalam cooling water, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke
dalam reservoir (15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi
pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi ground subsidence,
menjaga tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari
reservoir disirkulasikan lagi oleh primary pump (16). Kemudian
melalui after condenser dan intercondenser (17) dimasukkan kembali
ke dalam reservoir.
6.2 Kendala Operasi PLTPB
Secara teknis PLTP sesungguhnya sama dengan PLTU
hanya ketel uapnya ada dalam perut bumi. Pengusahaan
uap dilakukan oleh PERTAMINA dan PLN hanya membeli
uap dari PERTAMINA atas dasar kWh yang dihasilkan
PLTP. Karena perubahan beban akan menyangkut
perubahan penyediaan uap dari perut bumi maka PLTP
praktis hanya dapat ikut mengambil beban dasar dalam
sistem, dalam arti harus berbeban constan.
Mengenai masalah beban maksimum dan beban minimum
pada PLTP kendala-kendala nya yang menyangkut turbin
uap adalah sama dengan ketel tidak ada pada PLTP.

Anda mungkin juga menyukai