Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia melakukan proses hubungan timbal balik. Proses timbal balik inilah yang
dipergunakan untuk pengembangan perasaan, pemikiran, perbuatan, dan tingkah laku. Dasar
dari sebuah hubungan timbal balik ini adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi
untuk berhubungan dengan orang lain atau melaksanakan hubungan sosial. Setiap Negara
memiliki bahasa yang berbeda, dan aturan sendiri tentang bahasa mereka. Di Indonesia,
negara yang tersusun atas beribu pulau, terdiri atas berbagai daerah, suku, budaya dan bahasa
pun memiliki aturan atau kaedah sendiri mengenai bahasanya. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun terdapat beragam
bahasa daerah , namun bahasa Indonesia tetap dianggap dan merupakan bahasa persatuan
NKRI. Dalam kaedahnya sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia memiliki suatu tatanan
dan aturan dalam penggunaan bahasa formal dan dalam tata cara penulisan. Bahasa Indonesia
merupakan salah satu materi wajib dalam kurikulum pendidikan.
Dalam pembelajaran di sekolah, pendidikan bahasa Indonesia telah diberikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan universitas. Sejak dini bahkan telah diajarkan bagaimana
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun pada kenyataannya masih banyak
ditemukan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia, terutama pada pengucapan dan
penulisan seperti pada ceramah ilmiah dan karya tulis. Dari segi kalimat yang tidak sepadan
dan padu hingga menghasilkan kalimat yang tidak efektif. Oleh karena itu dibutuhkan
pembelajaran mengenai kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat efektif, agar mahasiswa
dapat menguasai kemampuan dasar ini sehingga mahasiswa mampu mengembangkan
bermacam-macam gagasan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak salah lagi
dalam pengucapan dan penulisan. Setiap gagasan yang dimiliki seseorang pada prakteknya
harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan
gramatikal. Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan
tepat.
Dengan demikian kalimat menjadi jelas maknanya. Kalimat yang benar dan jelas akan
dengan mudah dipahami secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Salah
satu syarat dalam membangun kalimat efektif adalah kesepadanan dan kesatuan.
Kesepadanan dan kesatuan dua komponen yang saling terkait dan merupakan salah satu
materi dalam bahasa Indonesia dasar yang menjadi syarat dalam penulisan kalimat efektif.
Namun, masih banyak orang khususnya mahasiswa yang belum mengetahui kesepadanan dan
kesatuan dalam kalimat efektif. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis menjelaskan
tentang kesepadanan dan kesatuan yang merupakan salah satu syarat pada kalimat efektif.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian kesepadanan dan kesatuan.
1.3.2 Mengetahui hubungan kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat.
1.3.3 Mengetahui cara membangun kalimat efektif yang memenuhi syarat kesepadanan dan
kesatuan.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Kesepadanan dan Kesatuan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kesepadanan adalah kelengkapan yang
maksimal dalam penggunaan struktur bahasa untuk mendukung ide atau gagasan yang
terdapat dalam suatu kalimat.
Zubeirsyah dan Lubis (2007:86-87) mengatakan:
Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara subjek dan
predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya berfungsi menjelaskan
unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk kesepadanan, kalimat efektif harus pula
mengandung kesatuan ide pokok/ kesatuan pikiran.
Berbicara mengenai kesatuan biasanya dikaitkan dengan rasa nasionalisme untuk
mempersatukan bangsa. Makna kata kesatuan dalam bahasan ini tidak jauh berbeda dengan
makna kesatuan nasionalisme. Kesatuan berasal dari dasar kata satu yang berarti tunggal.
Kesatuan merupakan suatu penunggalan antara kata yang satu dengan yang lain agar menjadi
satu kalimat yang utuh dan benar (efektif).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat
efektif merupakan kemampuan struktur/bentuk suatu bahasa untuk mendukung gagasan
pikiran yang terdapat dalam kalimat itu.
2.2 Hubungan Kesepadanan dan Kesatuan dalam Kalimat
Kesepadanan dan kesatuan memiliki hubungan yang erat dalam sistematika penulisan
sebuah kalimat agar menjadi kalimat efektif. Kata yang tidak sepadan tidak dapat
membangun suatu kalimat yang efektif. Dengan kata lain suatu kalimat harus sepadan
sehingga dapat menjadi satu kalimat efektif.
Contoh :
Ade akan membangun tembok, dua hari kemudian dibangun tembok.
Kalimat diatas bukan kalimat yang efektif, karena terdapat penggunaan kata yang tidak
sepadan sehingga kalimat diatas tidak menjadi satu kesatuan yang utuh.
Perbaikan:
Ade akan membangun tembok, dua hari kemudian ia membangun tembok.
Kesepadanan dan kesatuan erat kaitannya dengan struktur sistematis yang merupakan
salah satu syarat dari sebuah kalimat efektif. Zubeirsyah (2007:89) menyatakan kalimat
efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan
dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah
kesatuan, kehematan, penekanan, dan kevariasian. Untuk mencapai kesepadanan dan
kesatuan dalam lingkup kebahasaan yaitu kalimat efektif, perlu diperhatikan beberapa hal ,
karena kesepadanan dan kesatuan ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
1. Memiliki fungsi Subjek dan predikat.
2. Kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat.
3. Memiliki gagasan pokok.
4. Penggabungan kalimat dengan “yang” , “dan”.
5. Penggabungan menyatakan “sebab” dan “waktu”.
6. Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan.
Misalnya: Arni menonton flim Korea tadi siang. Kalimat ini jelas maknanya. Hubungan
antara unsur yaitu subjek (Arni) dengan predikat (menonton) dan antara predikat dengan
objek (flim korea) beserta keterangan (tadi siang) merupakan kesatuan bentuk yang
membentuk kepaduan makna. Kata-kata itu akan menjadi lain bila diubah susunannya
menjadi:
Sebuah kalimat efektif sekurang - kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat.
Subjek dan predikat harus jelas, jika tidak maka akan terbentuk kalimat yang tidak efektif.
Subjek : unsur kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. Subjek di dalam
sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan.
Misalnya dalam kalimat Bahasa Indonesia sulit. Jawaban atas pertanyaan apa yang sulit
adalah Bahasa Indonesia. Jadi, Bahasa Indonesia adalah pokok pembicaraan dalam kalimat
tersebut.
Predikat : unsur kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek itu.
Misalnya, jawaban atas pertanyaan bagaimana bahasa Indonesia adalah sulit. Jadi, sulit
adalah predikat yang menjelaskan mengenai Bahasa Indonesia dalam kalimat tersebut.
Kata penghubung atau konjungsi atau kata sambung merupakan kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat yaitu antara kata dengan kata, frasa
dengan frasa, dan klausa dengan klausa.
Kata penghubung atau konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur – unsur
kalimat. Konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat
berikutnya.
Contoh konjungsi intrakalimat :
Kami datang agak terlambat sehingga tidak mengikuti kuliah Bahasa.
Sehingga merupakan konjungsi intrakalimat yang menghubungkan unsur subjek dan predikat
1 dengan predikat 2 dan objek.
Contoh konjungsi antarkalimat :
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak mengikuti kuliah Bahasa.
Oleh karena itu merupakan konjungsi yang menghubungkan kalimat satu dengna kalimat
berikutnya.
3. Gagasan Pokok
Setiap kalimat memiliki inti, ide, atau gagasan pokok. Gagasan pokok biasanya terdapat
pada awal kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis
harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk
kalimat.
Contoh:
1. Simon mengalami kecelakaan ketika mengendarai motor.
2. Simon mengendarai motor ketika mengalami kecelakaan.
Gagasan atau ide pokok pada contoh pertama adalah Simon mengalami kecelakaan dan
menjadi induk kalimat pada kalimat tersebut. Gagasan atau ide pokok pada contoh kalimat
kedua adalah Simon mengendarai motor dan menjadi induk kalimat pada kalimat tersebut.
4. Penggabungan dengan “yang” , “dan”
Dalam karya tulis penulis sering menggabungkan kalimat. Jika dua kalimat digabungkan
menjadi satu dengan konjungsi “dan” , maka akan menghasilkan kalimat majemuk setara.
Jika digabungkan dengan konjungsi “yang”, maka akan menghasilkan kalimat majemuk
bertingkat. Contoh:
1. Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidian kita masih rendah.
2. Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas utama perguruan tinggi.
Kalimat pertama dan kedua mengandung gagasan pokok yang sama penting.
Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan
partikel dan, sehingga menjadi:
Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidian kita masih rendah dan perbaikannya adalah
tugas utama perguruan tinggi.
Contoh:
1. Kongres global warning diadakan di Jakarta.
2. Kongres itu membicarakan beberapa masalah di dunia.
Penggabungan yang efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan
partikel yang, sehingga menjadi:
Kongres global warning yang diadakan di Jakarta membicarakan beberapa masalah di
dunia.
Konjungsi yang menyatakan sebab menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi dikarenakan
oleh suatu sebab tertentu. Hubungan sebab dinyatakan dengan konjungsi karena. Konjungsi
yang menyatakan waktu menurut Keraf (1999: 117) menjelaskan hubungan waktu antara dua
hal atau peristiwa. Hubungan waktu dinyatakan dengan konjungsi ketika. Contoh:
1. Karena sakit, Andre tidak datang ke kantor.
2. Ketika sakit , Andre tidak datang ke kantor.
Kalimat di atas keduanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran penulis apakah
ia mementingkan hubungan waktu atau hubungan sebab. Yang perlu diperhatikan adalah
pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
1. Karena usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
2. Ketika usianya sudah mendekati 30 tahun, ia memutuskan untuk mengikuti wajib militer.
Konjungsi akibat (konsekutif) menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal
yang lain. Konjungsi ini disebut juga konjungsi sebab-akibat, dimana dua hal berkorelasi
sebagai sebab atau akibat bagi salah satu unsurnya. Konjungsi yang menyatakan akibat
adalah sehingga.
Konjungsi yang menyatakan tujuan, konjungsi ini semacam adverbia modalitas yang
menjelaskan maksud dan tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Adverbia modalitas yaitu kata
tugas yang menjelaskan cara mana suatu perbuatan terjadi menurut penafsiran subjektif
(Keraf, 1999: 113). Contoh konjungsi yang menyatakan tujuan adalah agar.
Contoh kalimat:
- Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas wilayah.
- Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan tidak memicu ketegangan regional.
Kedua kalimat dapat digabungkan dengan menggunakan konjungsi sehingga dan agar,
sehingga menjadi:
1. Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas
wilayah sehingga tidak memicu ketegangan regional.
2. Semua negara di kawasan ASEAN diharapkan saling menghargai batas wilayah agar tidak
memicu ketegangan regional.
Penggunaan kata “agar” dan “sehingga” dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
efektif. Perbedaannya tergantung pada jalan pikiran penulis pada kalimat yang diinginkan.
Pada kalimat 1 yang diinginkan adalah hubungan akibat. Pada kalimat 2 yang diinginkan
adalah hubungan tujuan.
Bab III
Penutup
3.1 Simpulan
Kesepadanan dan kesatuan dalam kalimat efektif merupakan kemampuan
struktur/bentuk suatu bahasa untuk mendukung gagasan pikiran yang terdapat dalam suatu
kalimat. Kesepadanan dan kesatuan erat kaitannya dalam membangun kalimat efektif. Untuk
membangun kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu subjek dan
predikat, kojungsi intrakalimat dan antarkalimat, gagasan pokok, penggabungan kalimat
dengan “yang”, “dan”, penggabungan menyatakan sebab dan waktu serta penggabungan
kalimat yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan tujuan .
3.2 Saran
Membuat kalimat efektif yang sepadan perlu diperhatikan makna secara utuh dalam
suatu kalimat, jangan mengundang makna ambigu atau makna ganda pada kalimat.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Keraf, Gorys.1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana.
Kridalaksana, Harimurti. 1990. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia 2. Jakarta: Yudistira.
Zubeirsyah. 2007. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.