Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Jangan


Berbangga dengan Dosa
Amien Nurhakim 
Kamis, 8 September 2022 | 11:00 WIB

Khutbah Jumat kali ini mengingatkan kita untuk menyesali dosa


yang telah kita perbuat. Kita diingatkan agar kita tidak berbangga
dengan dosa yang pernah kita lakukan karena itu mengundang
murka Allah swt.

Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat:


Jangan Berbangga dengan Dosa.” Untuk mencetak naskah khutbah
Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau
bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I
‫ َوَعَلى آِلِه َوَص ْحِبِه‬،‫ َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعَلى ُم َّمَح ٍد َس ِّيِد َوَلِد َعْدَناَن‬،‫الَحْمُد للِه اْلَمِلِك الَّد َّي اِن‬

‫ َوَأ ْشَهُد َأ ْن َّل ا ِإ لَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه اْلُم ـَنَّز ُه َعِن‬،‫َوَتاِبِعْيِه َعَلى َمِّر الَّز َماِن‬
‫ َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه اَّلِذْي َكاَن‬،‫اْلِجْس ِمَّي ِة َواْل ِجَهِة َوالَّز َماِن َواْلَمَكاِن‬
‫ َفإِّني ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسي ِبَتْقَوى اللِه َّن‬، ‫ ِعَباَد الَّر ْحٰمِن‬،‫ َأ َّم ا َبْعُد‬  ‫ُخُلُقُه اْلُقْرآَن‬
‫ اْلَقاِئِل‬،‫الَماِن‬
‫ َفَمْن َتاَب ِمْن َبْعِد ُظ ْلِمِه َوَأ ْص َلَح ِإَف َّن الَّل َه َيُتوُب َعَلْيِه ۗ ِإ َّن الَّل َه َغُفوٌر‬:‫ِفي ِك اَتِبِه اْلُقْرآِن‬

‫َرِحيٌم‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.


Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini,
khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan
ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah
melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala
larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang
usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah
subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak, sungguh Allah Maha
menutup aib hamba-hamba-Nya.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Baca Juga:

Dosa-dosa yang Tak Diampuni di Malam Nisfu Sya’ban


Sudah maklum bagi kita semua sebagai hamba Allah, bahwa Tuhan
kita memiliki sifat maha baik, maha pengampun, maha penyayang
dan juga Allah menutupi aib para hamba-Nya, baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Sudah jelas bagi kita semua, bahwa dalam
kitab suci Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menyebut sifat-
sifat Allah tadi. Misalnya jamaah sekalian, sifat Allah maha
pengampun dan maha penyayang dapat kita temukan dalam surah
al-Maidah ayat 39:

‫َفَمْن َتاَب ِمْن َبْعِد ُظ ْلِمِه َوَأ ْص َلَح ِإَف َّن الَّل َه َيُتوُب َعَلْيِه ۗ ِإ َّن الَّل َه َغُفوٌر َرِحيٌم‬

Maka siapa pun yang bertobat sesudah melakukan kejahatan dan


memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-
Quran surah al-Maidah ayat 39)

Terkait kemurahan Allah dalam mengampuni dan menyayangi para


hamba-Nya bahkan lebih besar daripada siksaan yang ditimpakan
apabila berbuat dosa. Itulah kemurahan ampunan Allah. Luas dan
tidak memiliki batas. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah disebutkan mengenai ampunan Allah, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َفَيْس َتْغِفُروَن الَّل َه‬،‫ َوَل اَجَء ِبَقْوٍم ُيْذِنُبوَن‬،‫َواَّلِذي َنْفِسي ِبَيِدِه َلْو َلْم ُتْذِنُبوا َلَذَهَب الَّل ُه ِبُكْم‬
‫َفَيْغِفُر َلُهْم‬

Artinya,“Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, jika kalian


tidak berbuat dosa, Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan
datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun
kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (Hadits riwayat
Imam Muslim)

Jamaah sekalian, maksud hadits yang barusan disebutkan ialah


menegaskan bahwa ampunan Allah begitu luas dan besar, sehingga
perumpamaannya dibuat sedemikian rupa sebagaimana hadits tadi.
Namun jangan sekali-kali kita maknai hadits di atas menjadi
sebuah tanda legalitas untuk kita melakukan suatu dosa. Itu
tidaklah benar.

Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala...


Seorang hamba yang berbuat dosa sebagaimana ayat dan hadits di
atas akan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Lagi-lagi hal
ini karena merupakan keluasan rahmat Allah ta’ala atas hamba-
hamba-Nya. Akan tetapi, Allah tidak mentoleransi seorang hamba
yang berbuat dosa kemudian ia memamerkan dosa yang ia lakukan
kepada orang lain atau khalayak umum. 
Bagaimana tidak membuat Allah murka, ia telah berbuat dosa,
kemudian Allah tutupi aibnya itu di dunia, bahkan di akhirat kelak
rahmat Allah pun masih dilimpahkan kepadanya, namun apa yang
ia perbuat? Alih-alih menyesal ia malah bangga dengan perbuatan
dosanya. Tidak hanya bangga, ia memamerkan dosa yang ia
lakukan dengan menceritakannya kepada orang lain. Bahkan di era
media sosial, perbuatan dosanya pun ia unggah di akunnya supaya
orang-orang tahu. Herannya ia melakukan hal itu dengan
bangganya, di saat Allah memberinya kesempatan untuk bertobat.

Terkait hal ini terdapat suatu riwayat hadits yang disampaikan oleh
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ ِإَو َّن ِمْن اْلُمَجاَهَرِة َأ ْن َيْعَمَل الَّر ُجُل ِبالَّل ْيِل َعَمًلا ُثَّم‬،‫ُكُّل ُأ َّم ِتي ُمَعاًفى ِإ َّل ا اْلُمَجاِهِريَن‬

‫ َوَقْد َباَت َيْس ُتُرُه‬،‫ َيا ُفَلاُن َعِمْلُت اْلَباِرَحَة َكَذا َوَكَذا‬: ‫ُيْص ِبَح َوَقْد َس َتَرُه الَّل ُه َعَلْيِه َفَيُقوَل‬

‫ َو ُيْص ِبُح َيْكِشُف ِسْتَر الَّل ِه َعْنُه‬،‫َرُّب ُه‬

Artinya, “Seluruh umatku diampuni kecuali al-mujaahirun (orang


yang melakukan al-mujaaharah). Dan termasuk bentuk al-
mujaaharah adalah seseorang berbuat dosa pada malam hari,
kemudian di pagi hari Allah telah menutupi dosanya namun dia
berkata, “Wahai fulan semalam aku telah melakukan dosa ini dan
itu.” Allah telah menutupi dosanya di malam hari, akan tetapi di
pagi hari dia membuka kembali dosa yang telah ditutup oleh Allah
tersebut.” (Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala

Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nashaihul’Ibad pernah


menyinggung terkait hal ini. Beliau menyebut dalam maqalah
kesepuluh:

‫ بل‬،‫َو (المقالة العاشرة) َعْن َبْعِض الُزَّه اِد (وهم الذين احتقروا الدنيا ولم يبالوا بها‬

‫أخذوا منها قدر ضرورتهم) َمْن َأ ْذَنَب َذْنًبا (أي تحّمله) َوُهَو َيْض َحُك (أي والحال أنه‬

‫يفرح بتحّمله) ِإَف َّن اللَه ُيْدِخ ُلُه الَناَر َوُهَو َيْبِكى (لأن حقه أن يندم ويستغفر الله تعالى‬

‫لذلك) َوَمْن َأ َطاَع َوُهَو َيْبِكى (حياًء من الله تعالى وخوفا منه تعالى على تقصيره في‬
‫تلك الطاعة) ِإَف َّن اللَه ُيْدِخ ُلُه َّن‬
‫الَجَة َوُهَو َيْض َحُك (أي يفرح غاية الفرح لحصول مطلوبه‬

‫وهو عفو الله تعالى‬.

Artinya: “Maqalah yang kesepuluh, diambil dari sebagian ahli


zuhud, yakni orang yang tidak begitu memedulikan kehidupan
dunia dan hanya mengambil cukup pada apa yang sangat mereka
‫‪butuh kan, mereka berkata: “Siapa pun yang berbuat dosa‬‬
‫‪sementara dia tertawa atau merasa senang dan bangga dengan dosa‬‬
‫‪yang dia tanggung, maka kelak Allah akan memasukkannya ke‬‬
‫‪neraka dalam keadaan menangis. Karena seharusnya dia menyesal‬‬
‫‪dan beristigfar pada Allah subhanahu wa ta’ala karena dosanya itu.‬‬
‫‪Dan siapa pun yang taat kepada Allah dan menangis karena malu‬‬
‫‪dan takut karena kelalaiannya dalam ketaatan, maka Allah akan‬‬
‫‪memasukkannya ke surga sedang ia tertawa sebab mendapatkan‬‬
‫”‪tujuannya yaitu pengampunan Allah ta’ala.‬‬
‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.‬‬
‫‪Semoga kita semua menjadi seorang hamba yang istiqamah dalam‬‬
‫‪menapaki jalan ketakwaan kepada Allah. Tidak ada kuasa untuk‬‬
‫‪kita menjaga ketakwaan selain karena adanya hidayah Allah kepada‬‬
‫‪kita. Selain itu mari kita berdoa supaya dihindari dari sifat bangga‬‬
‫‪terhadap kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan, sehingga akan‬‬
‫‪menimbulkan kemurkaan Allah atas kita semua.‬‬

‫َباَرَك الله ِلي َوَلُكْم ِفي ْالُقْرآِن ْالَعِظْيِم َوَنَفَعِني ِإَو َّي اُكْم ِبَما ِفْيِه ِمْن آَيِة َوِذْكِر اْل َحِكْيِم‪َ .‬أ ُقْوُل‬

‫‪َ ‬قْوِلي َهَذا َفأْس َتْغِفُر اللَه الَعِظْيَم ِإ َّن ُه ُهَو الَغُفْوُر الَّر ِحْيم‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫اْل َحْمُد َّلِلِه َواْل َحْمُد َّلِلِه ُثَّم اْل َحْمُد َّلِلِه‪َ .‬أ ْشَهُد أْن لآ إَلَه ِإ َّل ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِريَك َلُه‪َ ،‬وَأ ْشَهُد أَّن‬

‫َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه اَّلِذْي َلا َنِبّي بعَدُه‪ .‬لَاَّل ُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َنِبِّيَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى َأ ِلِه‬

‫َوَأ ْص َحاِبِه َوَمْن َتِبَعُهْم ِإِب ْح َساٍن ِإ َلى َيْوِم الِقَياَمِة‬

‫َأ َّم ا َبْعُد‪َ ،‬فَيا َأ ُّي َها الَّن اُس ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‪َ .‬فَقاَل اللُه َتَعاَلى‪:‬‬
‫ِإ َّن اللَه َوَمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل ْوَن َعَلى الَّن ِبِّي ‪ٰ ،‬يَأ ُّي ها اَّلِذْيَن آَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه َوَس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما‪ .‬لَاَّل ُهَّم‬

‫َص ِّل َعَلى َسِّيَدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعَلى َأ ِل َسِّيَدَنا ُم َّمَح ٍد‪ .‬اللُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْؤِمِنْيَن َوْالُمْؤِمَناِت َوْالُمْس ِلِمْيَن‬

‫َوْالُمْس ِلَماِت ‪َ ،‬اْلَأ ْح ياِء ِمْنُهْم َوْالَاْمَواِت ‪ .‬اللُهَّم اْدَفْع َعَّن ا ْالَبلَاَء َوْالَوَباَء والُقُرْوَن َوالَّز لَاِزَل‬

‫َوْالِمَحَن َوُسْوَء ْالِفَتِن َوْالِمَحَن َما َظَهَر ِمْنَها َوَما َبَطَن َعْن َبَلِدَنا ِإ ْنُدوِنْيِس َّي ا خآَّص ًة َوَساِئِر‬
‫ْالُبْلَداِن ْالُمْس ِلِمْيَن عاَّم ًة َيا َرَّب ْالَعاَلِمْيَن‬

‫الَّل ُهَّم َأ ِرَنا اْلَحَّق َحًّق ا َواْرُزْقَنا اِّتَباَعُه َوَأ ِرَنا اْلَباِطَل َباِطًلا َواْرُزْقَنا اْج ِتَناَبُه‪َ .‬رَّب َنا آِتنَا ِفى‬

‫الُّد ْنَيا َحَسَنًة َوِفى ْالآِخَرِة َحَسَنًة َوِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‪َ .‬وَاْل َحْمُد ِلّٰلِه َرِّب اْلٰعَلِمْيَن‬
‫‪ ‬‬
‫ٍعَباَد اللِه‪ِ ،‬إ َّن الل َيْأ ُم ِبْالَعْدِل َوْال ْح َساِن َو ْيتاِء ِذي ْالُقْربَى َوَيْنَه ى َعِن ْالَفْح شاِء‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫َه ُر‬
‫َوْالُمْنَكِر َوْالَبْغِي َيِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم َتَذَّك ُرْوَن‪َ ،‬واْذُكُروا اللَه ْالَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم‪َ ،‬واْش ُكُرْوُه َعلَى ِنَعِمِه‬

‫َيِزْدُكْم‪َ ،‬وَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبْر‬


Ustadz Amien Nurhakim (Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits
Darus-Sunnah dan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)

TAGS:
Dosa

Anda mungkin juga menyukai