Anda di halaman 1dari 4

PRAKTEK MANASIK UMROH

DAN KEMUDAHAN BAGI LANSIA


(Miqot, Ihrom, Thowaf, Sa’I, Praktek Umroh Bagi Lansia)
H.M. Sulaiman.

A. MIQOT
1. Miqot Zamani ialah batas waktu untuk melaksanakan Haji yaitu mulai tanggal 1
Syawwal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
2. Miqot makani ialah batas tempat untuk mulai ihrom Haji atau Umroh.
a. Miqot makani jama’ah Haji Indonesia gelombang I yang langsung ke Medinah
adalah di Dzulhulaifah (Bir Ali).
b. Miqot makani jama’ah Haji Indonesia gelombang II yang turun di Bandara KAIA
Jeddah adalah :
1) Pada saat di pesawat mengambil garis sejajar dengan Qornul Manazil atau
Yalamlam.
2) Di Bandara King Abdul Aziz Internasional Airport Jeddah (Sesuai Keputusan
Komisi Fatwa MUI tanggal 28 Maret 1980) yaitu 107 km dari Masjidil
Harom Makkah.
3) Di Asrama Haji Embarka Tanah Air.
4) Apabila seseorang melewati Miqot yang telah ditentukan dan tidak ihrom
maka :
a) Wajib membayar dam, atau
b) Mengambil cara lain yaitu kembali ke miqot haji terdekat sebelum
melakukan salah satu kegiatan ibadah haji atau umroh.
c) Bagi jama’ah haji yang berada di Makkah yang akan berihrom haji maka
miqot makaninya adalah di pemondokan masing-masing, khususnya bagi
yang melaksanakan haji Tamattu’.
c. Miqot umroh pada saat sudah berada di Makkah adalah di tanah halal : Tan’im,
Ji’ronah, Hudaibiyah, dan sebagainya.

B. IHROM
Ihrom ialah niat memulai mengerjakan ibadah Haji/Umroh. Selama dalam keadaan ihrom
seseorang diharamkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dihalalkan. Dengan telah
mengucapkan niat Haji/Umroh, maka seseorang telah memulai melaksanakan
Haji/Umroh.
Adapun niat Umroh adalah :

‫اّلِل تَعَ ٰالى‬ َ َ ‫ن ََو يْت ْالع ْم َرة َ َوا‬


ِ ‫حْر ْمت ِب َه ِ ه‬

Artinya : “ Aku niat Umroh dengan berihrom karena Allah ta’ala.

Atau dengan niat Umroh :

َ ‫لَبَي َْك اللهه َّم ع ْم َرة‬


Artinya : “ Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah untuk berumroh”.
 Tempat berihrom ialah di Miqot yang telah ditentukan. Namun boleh juga dilakukan
sebelum sampai miqot.
 Sebelum berihrom harus sudah berpakaian ihrom :
1. Bagi pria memakai dua helai kain, yang satu disarungkan di bawah, yang satu
diselendangkan di kedua bahu bagian atas
2. Kain ihrom pria disunnahkan berwarna putih
3. Bagi wanita berupa busana muslimah yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka
dan kedua telapak tangan.
4. Disunnahkan sebelum ihrom :
a. Mandi ihrom
b. Memotong/membersihkan rambut, kuku, dan sebagainya yang dikhawatirkan
rusak saat ihrom.
c. Memakai minyak wangi
5. Larangan Ihrom :
a. Bagi Pria
1) Memakai pakaian berjahit
2) Memakai sepatu/alas kaki yang menutupi mata kaki
3) Menutup kepala
b. Bagi Wanita
1) Berkaos tangan (menutup telapak tangan)
2) Menutup muka (cadar)
c. Bagi Pria dan Wanita
1) Memakai wangi wangian, kecuali yang dipakai sebelum berihrom
2) Memotong kuku, dan mencukur/mencabut bulu badan
3) Berburu atau mengganggu/membunuh binatang
4) Nikah, menikahkan, atau meminang wanita untuk dinikahi
5) Bercumbu dan bersetubuh
6) Mencaci, bertengkar, atau mengucapkan kata-kata kotor
7) Memotong pepohonan di tanah haram
 Praktek berpakaian ihrom bagi pria
 Praktek ihrom : Niat Umroh
C. THOWAF
Thowaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran, dan Ka’bah selalu berada di
sebelah kiri, dimulai dan diakhiri pada arah sejajar Hajar Aswad.
1. Syarat sahnya Thowaf :
a. Menutup aurot
b. Suci dari hadats
c. Dimulai dan diakhiri dari arah sejajar Hajar Aswad
d. Menjadikan Baitullah (Ka’bah) di sebelah kiri
e. Dilaksanakan 7 kali putaran.
f. Berada di dalam Masjidil haram
g. Berada di luar keseluruhan Ka’bah dan syadzarwan
h. Tidak ada tujuan lain selain thowaf
 Niat thowaf hanya bagi jama’ah yang mengerjakan thowaf Sunnah dan thowaf
wada’ saja.
2. Sunnah Thowaf
a. Mencium Hajar Aswad atau mengangkat tangan ke arahnya dan mengecupnya
(istilam)
b. Istilam ke arah rukun yamani
c. Berdo’a
d. Berjalan bagi yang mampu
e. Membuka bahu sebelah kanan dan menutup sebelah kiri (idlthiba’)
f. Berlari kecil pada putaran 1-3
g. Dekat dengan Ka’bah
h. Berturut turut dari putaran 1-7
i. Shalat Sunnah 2 rakaat setelah thowaf

D. SA’I
Sa’i ialah berjalan dari bukit Shofa ke bukit Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali
perjalanan, yang dimulai dari bukit Shofa dan berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari
bukit Shofa ke bukit Marwah atau sebaliknya masing masing dihitung 1 kali perjalanan.
1. Syarat sahnya Sa’i :
a. Didahului dengan thowaf
b. Tertib dari Shofa ke Marwah
c. Menyempurnakan 7 kali perjalanan diantara bukit Shofa ke Marwah
d. Dilaksanakan di tempat Sa’i
 Sa’i menurut jumhur ulama’ termasuk salah satu rukun Haji/Umroh. Sedangkan
menurut Ulama’ Hanafiah termasuk wajib.
 Sa’at/ waktu mengerjakan Sa’i ialah setelah melaksanakan thowaf ifadhoh dan
thowaf umroh. Bagi yang melaksanakan Haji Ifrod atau Haji Qiron, setelah thowaf
qudum boleh mengerjakan Sa’i, sehingga ketika melaksanakan thowaf ifadhoh tidak
perlu melakukan Sa’i lagi.
2. Sunnah Sa’i :
a. Suci dari hadats
b. Menutup aurot
c. Bersambung setelah Thowaf
d. Bersambung diantara putaran/perjalanan ke 1-7
e. Berlari kecil bagi pria diantara pilar hijau
f. Berdoa/berdzikir
g. Menaiki puncak bukit Shofa dan Marwah tiap perjalanan
h. Berjalan bagi yang mampu

E. PRAKTEK UMROH BAGI LANSIA


1) Dikawal relawan sesama jama’ah dan melaksanakan ibadah secara bersama dengan
pelan, sabar, dan ikhlas
2) Dengan bantuan kursi roda yang dikawal oleh pekerja upahan yang profesional
dengan didampingi beberapa jama’ah dalam Kloter/Rombongan/Regu.
3) Tidak menforsir tenaga dan energy untuk ibadah yang tidak termasuk Rukun
Umroh/Haji.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai