Anda di halaman 1dari 125

MANASIK HAJI BAGI PETUGAS

Drs. H. SYUKRIANSYAH, MA

Disajikan pada :
Pembekalan Petugas Haji Kloter
Embarkasi Banjarmasin
1438 H/2017 M
PETUGAS HAJI KLOTER
Ilmu manasik haji bagi petugas haji
merupakan modal dasar dan utama untuk
memberikan pelayanan kepada jamaah calon
haji, khususnya pelayanan ibadah. Disamping
itu petugas kloter yang menyertai jamaah
selalu melekat dengan jamaah. Dimana
jamaah berada disitu ada petugas, karena itu
jamaah yang melakukan ibadah haji, petugas
pun berhaji, terutama petugas yang belum
pernah haji, karena mereka itu wajib berhaji.
PROSES PERJALANAN HAJI
Perjalanan Haji Indonesia dibagi menjadi 2 (dua)
gelombang, yaitu gelombang 1 dan gelombang 2.
Gelombang I
Dari Tanah Air – Madinah – Mekkah – ‘Arafah –
Muzdalifah – Mina – Mekkah – Air port Jeddah
– Tanah Air.

Gelombang 2
Dari Tanah Air – Air Port Jeddah – Mekkah –
‘Arafah – Muzdalifah – Mina – Mekkah – Madinah –
Tanah Air.
PROSES PERJALANAN HAJI
Gelombang 1

21 KM
ARFH
MKH 9 KM
498 KM

MZDFH
7 KM
MDNH
107 KM
MINA 5 KM

AIR
PORT TANAH
JDH AIR
Gelombang 2

21 KM ARFH
MKH
498 KM 9 KM
7 KM
107
MDNH MZDLFH
KM
MINA 5 KM

AIR
PORT TNH AIR
JDH
AIR BUS 330 AIR BUS BOENG 777
330

BOENG 747 BOENG 747


PRAMUGARI HAJI
‫ض فَ َمن‬
َ ‫ا ْل َح َّج فِي ِه َّن فَ َر‬ َ‫َرفَ َث فَال‬ َ‫ق َوال‬ ُ ُ‫ف‬
َ ‫سو‬
َ‫ا ْل َح ِّج ِ ف ِج َدا َل َوال‬

Barang siapa menetapkan niatnya bulan


itu untuk menetapkan haji, maka tidak
boleh rafas, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan didalam masa
mengerjakan haji.
QS. Albaqarah : 197
PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH

HAJI adalah :
Berkunjung ke Baitullah (Ka’bah)
untuk melakukan beberapa
amalan, antara lain : Thawaf,
Sa’i, Wukuf, dan amalan lainnya
pada masa tertentu, demi
memenuhi panggilan Allah SWT,
dan mengharap ridhonya.
HUKUM IBADAH HAJI

WAJIB :
1. BAGI YANG PERTAMA KALI DAN
2. BAGI YANG BERNAZAR;
SUNNAH :
BAGI YANG KEDUA DST.
WAKTU :
SEJAK TANGGAL 1 SYAWAL HINGGA
MENJELANG TERBIT PAJAR MALAM TANGGAL
10 DZULHIJJAH.
Firman Allah :

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia


terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah”
(S. Ali Imran : 97)
PENGERTIAN SANGGUP/MAMPU

1. Finansial :
a. Mampu membayar Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH);
b. Mampu biaya keluarga dan tanggungan
lainnya yang ditinggalkan;

2. Mental :
Berakal sehat bukan orang gila dan atau mabuk
3. Fisik :
Sehat jasmani;

4. Manasik :
Memahami seluk beluk tentang ilmu manasik haji.
Kewajiban melaksanakan ibadah haji hanya
sekali dalam seumur hidup.
Rasulullah SAW bersabda :

“Haji itu satu kali, siapa yang (mengerjakan)


lebih dari satu kali, ia telah mengerjakan
sunnah” (HR. Ahmad dan Nasa’i)
UMRAH adalah :
Berkunjung ke Baitullah
melakukan Tawaf, Sa’i, dan
bercukur/menggunting
rambut demi memenuhi
panggilan Allah SWT, dan
mengharap ridho-Nya
Syarat Haji adalah : Syarat Umrah
adalah:

1. Islam;
1. Islam;
2. Baligh (dewasa); 2. Balig (dewasa )
3. Aqil (berakal); 3. Aqil (berakal);
4. Merdeka; 4. Merdeka;
5. Istitha’ah. 5. Istitha’ah.
RUKUN HAJI DAN UMRAH
Rukun haji/umrah adalah
rangkaian amalan yang harus
dilakukan dalam ibadah
haji/umrah dan tidak dapat
diganti dengan yang lain
walaupun dengan dam (denda),
jika ditinggalkan maka tidak sah
haji/umrahnya.
RUKUN HAJI
RUKUN UMRAH

1. Ihram ( Niat )
1. Ihram ( Niat );
2. Thawaf;
2. Wukuf di Arafah;
3. Sa’i;
3. Thawaf Ifadah; 4. Bercukur/menggun
4. Sa’i; ting rambut
5. Bercukur/menggun (Tahallul);
ting rambut (tahallul); 5. Tertib.
6. Tertib.
WAJIB HAJI DAN UMRAH

WAJIB HAJI : WAJIB UMRAH :

 Rangkaian amalan  Rangkaian amalan


yang harus yang harus
dikerjakan dalam dikerjakan dalam
ibadah haji, bila ibadah umrah, bila
tidak dikerjakan tidak dikerjakan
maka harus maka harus
membayar dam membayar dam
(denda) (denda)
WAJIB HAJI meliputi : WAJIB UMRAH meliputi :

1. Ihram (niat) dari Miqat 1. Ihram (niat) dari


2. Mabit di Muzdalifah; Miqat;
3. Mabit di Mina; 2. Menghindari dari
4. Melontar Jumrah Ula, perbuatan yang
Wustha dan Aqabah; terlarang dalam
5. Menghindari dari keadaan Ihram.
perbuatan yang
terlarang dalam Ihram;
6. Thawaf Wada’ bagi yang
akan meninggalkan
Mekah
HAJI TAMATTU, IFRAD, DAN QIRAN

1. HAJI TAMATTU adalah :


Mengerjakan umrah terlebih dahulu, baru
mengerjakan haji. Cara ini wajib membayar dam
nusuk. Tahapan mengerjakan haji Tamattu : Ihram
Umrah (niat umrah) dari miqat, thawaf, sa’i,
bercukur/menggunting rambut (tahallul). Selanjutnya
melaksanakan haji, yaitu : Ihram Haji (niat haji) di
pemondokan, Wukuf, Mabit di Muzdalifah, Mabit di
Mina, Melontar Jumrah, Mencukur/menggunting
rambut (Tahallul Awal), Thawaf ifadah dan sa’I
(tahallul tsani), dan thawaf wada’ pada saat menjelang
kepulangan ke tanah air.
2. HAJI IFRAD adalah :
Mengerjakan haji saja, cara ini tidak wajib
membayar dam. Tahapan pelaksanaannya, Ihram
Haji dari Miqat, Thawaf Qudum, boleh diteruskan
dengan Sa’I, Wukuf,Mabiz di Muzdalifah, Mabit di
Mina, Melontar jumrah, dan Mencukur/menggunting
rambut (Tahallul Awal), Thawaf Ifadah, Sa’i. Bagi
yang belum melaksanakannya pada Thawaf Qudum
(Tahallul Tsani). Bagi yang sudah melaksanakan Sa’i
pada waktu Thawaf Qudum tidak perlu lagi
melaksanakan Sa’i setelah Thawaf Ifadah. Apabila
ingin melaksanakan umrah, maka dikerjakan setelah
ibadah hajinya selesai dan thawaf wada’ pada saat
menjelang kepulangan ke Tanah Air.
3. HAJI QIRAN adalah :
Melaksanakan haji dan umrah di dalam satu
niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara ini
wajib membayar dam nusuk. Tahapan
pelaksanaannya adalah niat Ihram Haji dan
Umrah sekaligus dari Miqat, Thawaf Qudum,
Sa’I, Wukuf, Mabit di Muzdalifah, Mabit di Mina,
Melontar Jumrah, Mencukur/menggunting
rambut (Tahallul Awal), Thawaf ifadah, Sa’I,
bagi yang belum melaksanakannya pada waktu
Thawaf Qudum dan Thawaf Wada’ pada saat
menjelang kepulangan ke Tanah Air.
MIQAT
Miqat menurut bahasa ialah “batas”. Menurut istilah ialah batas memulai
melaksanakan ihram haji/umrah.
Miqat dibagi 2 yaitu Miqat Zamani dan Miqat Makani :
1. Miqat Zamani adalah batas waktu untuk melaksanakan ibadah haji,
mulai tgl 1 Syawal sampai terbit fajar tgl 10 Zulhijjah.
2. Miqat Makani adalah batas tempat untuk memulai ihram haji/umrah.
Miqat Makani jamaah haji dari :
a. Madinah adalah di Zulhulaifah ( Bir Ali )
b. Syam, Mesir dan Maroko adalah di Zuhfah
c. Arah Tihamatil Yaman, adalah di bukit Yalamlam
d. Arah Nadjil Yaman dan Hijaz, adalah di Qarnul Manazil
e. Arah Masyriq (Timur) termasuk Irak, adalah di Zatu Irqin
Bagi jamaah haji Indonesia gelombang II, Miqat Makani di Airport Jeddah
berdasarkan :
1. Fatwa MUI 1980 dan dikukuhkan kembali tahun 1981;
2. Fatwa Ibnu Hajar Al Haitami, bahwa jeddah boleh menjadi miqat karena
ada miqat lain sejajar dengannya maka sah mengambil miqat di Jeddah
sebab sudah lebih dari dua marhalah.
IHRAM
Ihram adalah niat melaksanakan
ibadah haji atau umrah :

1. Cara berpakaian ihram


a. Bagi pria, memakai dua helai kain yang tidak
berjahit, satu disarungkan dan satu lagi
diselendangkan (disandangkan) di bahu.
Disunahkan berwarna putih, tidak boleh
memakai baju, celana, atau pakaian biasa.

b. Bagi wanita, memakai pakaian yang


menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan.
2. Larangan selama Ihram
a. Bagi pria dilarang :
1. Memakai pakaian biasa;
2. Memakai sepatu yang menutupi mata kaki;
3. Menutupi kepala yang melekat dengan kepala seperti
topi/peci.
b. Bagi wanita dilarang :
1. Berkaos tangan;
2. Menutup muka (memakai cadar);
c. Bagi pria dan wanita dilarang :
1. Memakai wangi-wangian kecuali yang sudah dipakai
sebelum ihram;
2. Memotong kuku dan mencukur/mencabut rambut
badan;
3. Memburu dan menganiaya binatang;
4. Kawin/mengawinkan/meminang wanita utk dinikahi;
5. Bercumbu atau bersetubuh;
6. Mencaci bertengkar dan mengucapkan kata-kata kutur.
PAKAIAN IHRAM LAKI - LAKI
PAKAIAN IHRAM PREMPUAN
UMRAH

Pelaksanaan Umrah
1. Bersuci;
2. Berpakaian Ihram;
3. Shalat Sunat 2 (dua) rakaat;
4. Niat umrah dari Miqat dengan membaca :

“Aku panuhi panggilan-Mu ya Allah untuk


berumrah”
atau mengucapkan :

“Aku niat umrah dengan berihram karena Allah ta’ala”

1. Membaca talbiyah,shalawat, dan do’a sejak setelah


niat umrah sampai menjelang thawaf;
2. Masuk kota Mekkah dengan berdo’a;
3. Masuk Masjidil Haram dengan berdo’a;
4. Melihat Ka’bah dengan berdo’a;
5. Melaksanakan Thawaf;
6. Melaksanakan Sa’I;
7. Mencukur/menggunting rambut (tahallul).
TALBIYAH
Talbiyah adalah bacaan sesorang yang telah
niat haji/umrah. Hukum membaca talbiyah
sunat. Namun sebagian ulama ada yang
mengatakan wajib.
Setelah membaca talbiyah sebaiknya diikuti
mambaca shalawat dan do’a.

Waktu membaca talbiyah


1. Pada waktu umrah dibaca setelah niat umrah
sampai hendak memulai thawaf;
2. Pada waktu haji dibaca setelah niat haji sampai
melontar jumrah aqabah tanggal 10 Zulhijjah.
◦ Membaca Talbiyah

◦ Membaca Sholawat Nabi 3 x


◦ Membaca Doa

◦ Menaiki Bus menuju Arafah sesuai regu/romb.


BACAAN TALBIAYAH
THAWAF
Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran, Ka’bah
berada disebelah kiri, dimulai dan diakhiri di arah sejajar Hajar Aswad.
Tata Cara Melaksanakan Thawaf :
1. Menutup aurat;
2. Suci dari hadats;
3. Dimulai dari arah sejajar dengan hajar aswad;
4. Pada saat memulai thawaf putaran pertama mengangkat tangan
kearah hajar aswad dengan mengucapkan :
disunatkan menghadap Ka’bah dengan segenap badan, apabila tidak
mungkin, cukup menghadapkan sedikit badan ke Ka’bah. Pada thawaf
putaran kedua, dan seterusnya cukup menolehkan muka ke Hajar
Aswad dengan mengangkat tangan sambil membaca :
5. Mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali;
6. Setiap sampai di rukun yamani mengangkat tangan tanpa mengecup
dan dilanjutkan dengan do’a thawaf;
7. Setelah selesai thawaf bila keadaan
memungkinkan hendaknya :
a. Munajat di Multazam, yaitu tempat
antara hajar aswad dan pintu Ka’bah;
b. Shalat sunat thawaf di makam Ibrahim;
c. Mencium hajar aswad;
d. Shalat sunat mutlak dalam Hijir Ismail;
e. Minum air zamzam.
Macam – Macam Thawaf
1. Thawaf Qudum merupakan penghormatan
kepada Baitullah. Thawaf Qudum tidak
termasuk rukun atau wajib haji. Dilakukan pada
hari pertama kedatangan di Mekah. Hukumnya
sunat bagi jamaah haji yang melakukan haji
Ifrad atau haji Qiran. Sedangkan bagi jamaah
haji Tamattu, thawaf qudumnya sudah
termasuk didalam thawaf umrah.
2. Thawaf umrah adalah salah satu rukun umrah,
dilaksanakan pada waktu umrah. Bagi jamaah
haji tamattu, thawaf umrah disebut juga thawaf
qudum.
Sambungan :
3. Thawaf Ifadah adalah salah satu rukun
haji. Disebut juga thawaf rukun atau thawaf
ziarah. Dilaksanakan mulai lewat tengah
malam tanggal 10 Zulhijjah;
4. Thawaf wada’ adalah thawaf yang
dilaksanakan sebagai penghormatan
terakhir kepada Baitullah menjelang
meninggalkan Kota Mekah (tanpa sa’i)
5. Thawaf sunat adalah thawaf yang dapat
dikerjakan pada setiap kesempatan.
Thawaf sunat tidak diikuti sa’i.
DENAH THAWAF
KA’BAH
KA’BAH
KA’BAH
KA’BAH
KETIKA MALAM, DI DALAM MASJIDIL HARAM
Perluasan Mas`a

Perluasan mas`a atau tempat pelaksanaan


sa`i yang sekarang disebut sebagai mas`a
jadid (mas`a baru) sudah dipergunakan pada
musim haji 1429 H ini. Berarti jamaah haji
melakukan sa’i dari Shofa ke Marwah melalui
tempat hasil tausi’ah (perluasan) dan dari
Marwah ke Shofa melalui mas`a yang lama.
Pemerintah Saudi menambah lebar mas`a
dari sekitar 20 meter menjadi 40 meter.
Dengan demikian, perluasan ini
menambah luas keseluruhan lokasi sa`i
menjadi sekitar 72.000 m2, dari yang
sebelumnya hanya 29.400 m2. Proyek
perluasan mas`a ini telah dimulai tahun
2007, setelah musim haji usai. Perluasan
ini adalah yang terbesar sepanjang
sejarah.

Apakah mas`a setelah mengalami


perluasan itu dipandang sebagai mas`a
untuk melakukan sa`i antara Shofa dan
Marwah? Apakah sah sa`i yang dilakukan
di mas`a jadid itu?
Para ulama memberikan
ketentuan bahwa panjang mas`a
adalah jarak antara bukit Shafa
dan Marwa, sedangkan lebarnya
berdasarkan fakta dan praktik
yang dilakukan dari masa ke
masa sejak zaman Rasulullah
hingga kini.
Rapat pleno Syuriyah PBNU memilih pendapat
bahwa sa’i pada mas`a setelah mengalami
perluasan hukumnya sah karena memang tidak
adanya nash yang sharih mengenai batas lebar
mas`a pada zaman Nabi sehingga dinding mas`a
yang ada sebenarnya bukanlah batas mas`a. Tidak
ditemukan keterangan yang pasti mengenai batas
lebar mas`a, yang jelas ketentuannya hanyalah
panjang mas`a antara Shafa dan Marwah.
Sementara berdirinya bangunan atau tembok di
sekitar mas`a yang berubah-ubah; kadang
menyempit dan kadang meluas, membuktikan
bahwa agama tidak membatasi lebar mas`a.
Berikut ini adalah penjelasan dalam
kitab Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj:

“Kami tidak menemukan perkataan ulama


ukuran lebarnya mas`a. Diamnya mereka
dalam hal ini karena tidak diperlukan.
Karena yang wajib (bagi seorang yang
bersa’i) adalah menjelajahi area antara
bukit Shafa dan Marwah untuk setiap kali
putaran. Jika melenceng sedikit dari jalur
sa’inya, tidak mengapa sebagaimana
dijelaskan Imam Syafi’i.” (Nihayatul Muhtaj
ila Syarhil Minhaj 10/359).
Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil
Minhaj juga dijelaskan:

"Perkiraan mas`a selebar 35 hasta atau


sekitar itu adalah perkiraan saja, karena tidak
ada nash dari hadits nabi yang kita ketahui.
Oleh karena itu melenceng sedikit (pada
waktu sa’i dari mas`a yang ada tidak menjadi
masalah, berbeda dengan melenceng yang
melebar terlalu banyak, bisa keluar dari
hitungan lebar mas`a, walaupun hal itu masih
diperkirakan juga.
SA’I
Sa’i adalah berjalan dari Bukit Safa ke Bukit
Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali
dengan syarat dan cara – cara tertentu.
Ketentuan melaksanakan Sa’i :
1. Dimulai dari Bukit Safa dan berakhir di Bukit
Marwah;
2. Perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwah dan
sebaliknya sebanyak 7 kali. Setiap perjalanan
dari Bukit Safa ke Bukit Marwah atau
sebaliknya masing-masing dihitung 1 kali;
3. Berdo’a ketika hendak mendaki Bukit Safa
sebelum memulai Sa’i;
Sambungan :
4. Memulai perjalanan Sa’i dengan
membaca do’a disunatkan menghadap
Ka’bah.
5. Setiap melintas antara dua pilar (lampu
hijau) bagi pria disunatkan lari-lari
kecil sambil berdo’a;
6. Setiap mendaki Bukit Safa dan
Marwah dari ke 7 perjalanan Sa’i
tersebut hendaklah membaca do’a;
7. Perjalanan Sa’i terakhir (ke 7) berakhir
di Bukit Marwah diakhiri dengan do’a.
Syarat Syahnya Sa’i
1. Didahului dengan thawaf;
2. Menyempurnakan sampai perjalanan
ke 7 antara Bukit Safa dan Marwah;
3. Tertib;
4. Dilaksanakan di tempat Sa’i ( antara
Bukit Safa dan Bukit Marwah )
DENAH SA’I
SA’I
SA’I
SA’I
Pelaksanaan
mencukur/menggunting rambut
1. Dalam ibadah haji, dilaksanakan pada
hari Nahar setelah melontar Jumrah
Aqabah. Bagi yang mendahulukan
Thawaf Ifadah, dilakukan setelah thawaf
ifadah dan sa’i, boleh diundur setelah
hari-hari Tasyriq.
2. Dalam ibadah umrah, mencukur
/menggunting rambut dilaksanakan
setelah sa’i.
CUKUR
TAHALLUL UMRAH

Tahallul adalah keadaan seseorang yang


telah dihalalkan (dibolehkan) melakukan
perbuatan yang sebelumnya dilarang
selama berihram

Tahallul Umrah adalah ditandai dengan


mencukur/menggunting rambut paling
sedikit 3 helai. Ini merupakan salah satu
amalan ibadah dalam manasik
haji/umrah
DAM
Dam artinya darah, menurut istilah mengalirkan darah
(menyembelih ternak) yaitu kambing atau sapi ditanah
haram untuk memenuhi ketentuan manasik haji.

DAM ada 2 macam :


1. Dam Nusuk (sesuai ketentuan ibadah) adalah Dam yang
dikenakan bagi orang yang mengerjakan haji Tamattu’
atau haji Qiran dengan menyembelih se ekor kambing atau
berpuasa 10 hari, 3 hari di tanah suci, 7 hari di tanah air.
2. Dam Isa’ah adalah denda karena melakukan kesalahan
berupa :
a. Tidak niat dari miqat;
b. Tidak mabit di Muzdalifah;
c. Tidak mabit di Mina selama hari tasyrik;
d. Tidak melontar jumrah selama 3 hari;
e. Tidak thawaf wada’.
KAMBING DAM
3. Fidyah/Kifarat
Ketentuan bagi yang melanggar
larangan Ihram:
a. Mencukur rambut, memotong kuku,
berpakain biasa (laki-laki) menutup
muka, bersarung tangan,
bagi wanita, memakai minyak
wangi bagi laki-laki dan wanita,
dengan memilih fidyah,
menyembelih se ekor kambing,
memberikan 6 orang pakir miskin ,
setiap orang 1.5 kg makanan pokok
atau puasa selama 3 hari
b. Membunuh hewan halal dimakan, bersedekah
senilai hewan yang dibunuh atau puasa
sejumlah hari menurut banyaknya
makanan/hari ¾ kg.
C. Berhubungan suami isteri sebelum tahallul
awal, membayar kifarat menyembelih 1 ekor
unta atau sapi dan hajinya batal. Apabila sudah
tahallul awal, menyembeli se ekor kambing,
haji sah.
d. Mengadakan akad nikah di waktu ihram,
nikahnya batal.
f. Melakukan rafats, fusuk dan jidal, pahala
hajinya gugur.
KETENTUAN KHUSUS HAJI BAGI WANITA

1. Menutup aurat seluruh tubuh kecuali muka


dan telapak tangan;
2. Tidak mengeraskan suara ketika baca do’a
dan talbiyah;
3. Tidak lari-lari kecil ketika thawaf dan sa’i;
4. Tidak disunatkan mengecup hajar aswad,
cukup isyarat mengangkat tangan dan
mengecupnya;
5. Mengecup hajar aswad bagi wanita
hukumnya mubah tidak berpahala.
HAJAR ASWAD
Pelaksanaan Rukun atau Wajib haji bagi
Wanita
Semua rukun dan wajib haji bagi wanita
harus dilakukan kecuali thawaf ketika
haid/nifas menunggu suci.
Apabila haid setelah thawaf boleh
dilanjutkan sa’i.
Ihram bagi wanita haid/nifas
Melaksanakan haji tamattu pada waktu ihram
umrah :
1. Menunda umrahnya sampai suci;
2. Apabila menjelang ke Arafah belum suci,
merubah niat dengan haji qiran.
Thawaf ifadah bagi wanita haid atau nifas :

1. Menunda sampai suci;

2. Apabila sudah mendesak segera mandi dan


berwudu dan menyumpal jalan darah,
lakukan thawaf ifadah. Apabila disela-sela
keluar darah thawafnya tetap sah, namun
membayar dam 1 ekor unta/7 ekor
kambing. ( Imam Hanafi ). Tidak membayar
dam ( Imam Hambali )
BADAL HAJI
1. Menghajikan orang lain hukumnya boleh
dengan ketentuan, orang yang
menjadi wakil harus sudah pernah haji;
2. Orang yang dibadalkan dianggap mampu
berhaji, tetapi karena uzur, atau meninggal
dunia setelah berniat haji;
3. Laki-laki atau perempuan boleh
membadalkan haji;
4. Diutamakan orang yang membadalkan haji
dari lingkungan keluarga.
PELAKSANAAN HAJI
Ibadah haji dilaksanakan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut :
1. Bersuci, mandi, berwudhu;
2. Berpakaian Ihram;
3. Shalat sunat 2 rakaat;
4. Niat haji dengan mengucapkan :

Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah


untuk berhaji “
Atau mengucapkan :

Artinya : Aku niat haji dengan berihram karena


Allah Ta’ala”

5. Pada tanggal 8 Zulhijjah berangkat ke Arafah dan


berdo’a;
6. Sepanjang perjalanan membaca talbiyah, shalawat
dan do’a;
7. Di Arafah pada tanggal 8 Zulhijjah:
a. Berdo’a ketika memasuki wilayah Arafah;
b. Menunggu waktu wukuf dengan selalu berzikir,
membaca tasbih, istigfar, talbiyah dan berdo’a serta
istirahat secukupnya.
8. Pada tanggal 9 Zulhijjah setelah tergelincir
mataharimelaksanakan wukuf di Arafah
9. Pada malam harinya sebelum terbit pajar,meninggalkan
Arafah berangkat ke Muzdalifah untuk mabit sambil mencari
kerikil untuk melontar jumrahdisunatkan banyak membaca
talbiyah dan berzikir;
10.Dari Muzdalifah menuju ke Mina untuk melontar jumrah
dan mabit di Mina, pada tanggal 10 Zulhijjah melontar
jumrah Aqabah kemudian mencukur rambut dan ini berarti
sudah Tahallul awal. Pada hari-hari berikutnya dilanjutkan
dengan Mabit dan melontar 3 jumrah. Selama di Mina bagi
jamaah yang belum membayar dam hendaknya segera
diselesaikan dan melaksanakan kewajiban mebayar dam.
11.Kembali ke Mekkah melaksanakan Thawaf Ifadah dan Sa’i.
12.Bagi yang melaksanakan Haji Ifrad atau Qiran, apabila
Thawaf Qudumnya disertai Sa’i maka pada waktu Thawaf
Ifadah tidak dengan Sa’i.
WUKUF
Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang
paling utama. Ibadah haji tidak sah tanpa
wukuf. Nabi Muhammad SAW Bersabda :

Artinya :
“ Haji itu hadir di Arafah, barang siapa
yang mendapatkan (wukuf) di Arafah,
sesungguhnya ia mendapatkan haji”.
(diriwayatkan oleh 5 orang ahli hadits)
Di Arafah tanggal 8 Zulhijjah:
1. Berdo’a ketika memasuki wilayah arafah;
2. Menunggu waktu wukuf, selalu berzikir, tasbih,
istigfar, talbiyah dan berdo’a serta istirahat
secukupnya.
Wukuf dilaksanakan tanggal 9 Zulhijjah setelah
tergelincir matahari, setelah shalat jama’
taqdim zuhur dan ashar, berjamaah/sendiri-
sendiri memperbanyak zikir, istigfar, berdo’a dan
membaca Al- Qur’an sesuai dengan sunah Rasul.

Bagi jamaah haji sakit yang sedang dirawat


dilakukandengan pelayanan khusus.
DIDALAM KEMAH WUKUF
DIDALAM KEMAH WUKUF
JABAL RAHMAH ARAFAH
MABIT DI MUZDALIFAH
Berhenti sampai lewat tengah malam,ketika
melaksanakan perjalanan dari Arafah ke
Mina
malam hari tanggal 10 Zulhijjah. Pada saat
mabit, membaca talbiyah, berzikir, berdo’a,
istigfar atau membaca Qur’an.
Disunahkan mencari batu kerikil untuk
melontar jumrah sebanyak 7 / 49 / 70 butir.
Bagi petugas haji, jamaah sakit, boleh tidak
mabit dan tidak membayar dam.
Sambungan...

Para imam madzhab sependapat bahwa mabit


di Muzdalifah hukumnya wajib, kecuali bagi
seseorang yang mendapat udzur, misalnya:
bertugas melayani jamaah, sakit, merawat
orang sakit, menjaga harta, dan lain-lain. Hal
ini didasarkan pada firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 198, yang artinya: “Setelah
kamu meninggalkan Arafah maka berdzikirlah
mengingat Allah di Masy’aril Haram.”
MALAM HARI DI MUZDALIFAH
DI SAMPING MESJID MUZDALIFAH
ISTIRAHAT DI MUZDALIFAH
SHALAT BERJAMAAH DI MUZDALIFAH
MEMILIH BATU KERIKIL DI MUZDALIFAH
MELONTAR JUMRAH DAN TAHALLUL
1. Melontar jumrah Aqabah dilaksanakan pada
tanggal 10 Zulhijjah setelah tiba di Mina
dilanjutkan mencukur rambut (tahallul awal);
2. Tahallul dalam ibadah haji ada 2 macam :
a. Tahallul awal, keadaan seseorang yang
telah melakukan dua dari tiga perbuatan :
1) Melontar jumrah aqabah dan mencukur
rambut;
2) Thawaf ifadah dan sa’I serta mencukur
rambut.
Bagi jamaah haji yang telah tahallul awal sudah
dibolehkan mengerjakan semua larangan ihram
kecuali hubungan suami/isteri.
b. Tahallul Tsani adalah keadaan
seseorang yang telah melakukan
ketiga perbuatan, yaitu melontar
jamrah aqabah, thawaf ifadah, sa’I
dan menggunting rambut.

Bagi yang sudah melakukan tahallul


tsani diperbolehkan melakukan seluruh
perbuatan yang dilarang selama
berihram
TEMPAT MELONTAR JUMRAH
MELONTAR JUMRAH
MARMA DAN PENAMPUNGAN BATU KERIKIL
MABIT DI MINA
Mabit di Mina salah satu wajib haji,
artinya bermalam di Mina pada hari-hari
Tasyriq guna memnuhi ketentuan
manasik haji. Waktu mabit, pada malam
tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah.
Bagi jamaah mengambil nafar awal mabit
sampai tanggal 12 Zulhijjah,
meninggalkan Mina setelah melontar
jumrah sebelum Magrib. Bagi jamaah
mengambil nafar tsani meninggalkan
Mina tanggal 13 Zulhijjah seteleh
melontar sebelum Magrib.
PERKEMAHAN DI MINA
POSKO HAJI DI MINA
TROWONGAN DI MINA
SUASANA BERANGKAT/PULANG LONTAR JUMRAH
MABID MINA JADID
Ada fatwa Ulama Saudi Arabia yang menyatakan
bahwa Mabit di Mina Jadid syah :
‫ إذا لم يجدوا‬: ‫ وقد افتى محمد بن صالح العثمين وعبد العزيز بن عبد اللهبن باز‬
‫مكانا فى منى نزلوا عند آخر خيمة من خيام الحجاج ولو خارج حدود منى‬
‫ فاتقوا هللا ما استطعتم – فان لم تجدوا مكانا منهم المبيت و ال شيئ‬: ‫لقوله تعالى‬
.‫عليها‬

“Apabila tidak mendapatkan di Mina, maka turun


mengambil tempat diakhir kemah dari kemah-
kemah jemaah haji sekalipun diluar batas Mina.
Bertaqwalah kepada Allah semampu engkau,
kalau tidak mendapatkan tempat mabit, maka
tidak menjadi masalah”
MUI juga memfatwakan demikian, dengan
dasar :

a. Al-Qur`an :
‫ يريد هللا بكم اليسر وال يريد بكم العسر‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”
(Al Baqarah : 185)
‫‪b. Hadist Nabi :‬‬
‫‪ ‬بعثت بالحنفية السمحة‬
‫‪ ‬يسروا وال تعسروا‬
‫‪Aku diutus permudahlah, jangan“ ‬‬
‫‪”dipersulit‬‬
‫‪c. Kaidah-kaidah Fiqhiyah :‬‬
‫‪ ‬المشقة تجلبالتيسير‬
‫‪ ‬الحاجة تنزل منزلة الضرورة‬
‫‪ ‬الضرر يزال‬
‫‪ ‬إذا ضاق األمر اتسع‬
 Perluasan Wilayah Mabit di Mina
diqiyaskan dengan perluasan Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi ;
 Perkemahan di Mina bisa juga
diqiyaskan dengan shaf shalat
berjamaah, sekalipun di luar masjid,
selama shafnya masih nyambung,
maka syah shalat berjamaahnya.
Perluasan Mina

Mina adalah sebuah lembah di padang pasir


yang terletak sekitar 5 kilometer dari kota
Mekkah, Arab Saudi, dan masih dalam
kawasan tanah haram. Mina digunakan
sebagai tempat mabit pada hari tasyrik
(tanggal 11, 12, 13 Dzulhuijjah). Mina
mempunyai batas-batas tertentu, sehingga
kawasan di luar batas mina tidak dipandang
sebagai Mina, sehingga berada di tempat itu
bukanlah mabit.
Panjangnya Mina sekitar 2 mil atau sekitar 3
km.

‫اـعقَ َب ِة ّ َا ْ ِتلـي َ لي ِـْص َقُ اهـ‬ َُّ ‫سَـو‬


َ ‫أول ْ ل‬ َ ْ ‫ن اوـ ِدي َم‬
‫حٍ ر‬ َ ْ‫عل َْم َّأن ِمنَى ُ ْطوـلًاـ َ امـ َ ي‬
َ ‫بــ‬ ‫َ ْاـوـ‬
‫الـ ُْج َ ْم َرـة‬

Yaitu jarak lembah yang ada di lembah


Muhassir sampai Jumrah Aqabah. (I'anatut
Thalibin II/304)
Sedangkan lebarnya adalah kawasan di
antara dua bukit. Pada saat ini bukit yang
mengapit Mina telah diratakan sehingga
kawasan yang ada di antara dua bukit
menjadi luas. Dengan demikian batasan
Mina yang ditetapkan sejak masa
Rasulullah telah demikian jelas.
Pemerintah Arab Saudi pun membuat
papan petunjuk bertuliskan “Nihayat
Mina” (batas akhir Mina). 
Yang terjadi sekarang sesungguhnya bukanlah
perluasan Mina (tawsi’atul mina), sehingga seolah-
olah menghasilkan sebutan mina jadid (Mina yang
baru), tetapi adalah penempatan perkemahan di
luar kawasan Mina yang digunakan sebagai
tempat mabit, dalam rangkaian melaksanakan
wajib haji, yaitu melempar jumrah di Mina (jumrah
’ula, wustha’ dan aqabah). Perkemahan yang
ditempatkan di luar Mina itu, beberapa tahun
terakhir ini, digunakan untuk mabit para jamaah
haji dari Indonesia dan dari Turki. Dengan kata lain,
ratusan tenda tersebut berdiri di kawasan luar
Mina dan masuk kawasan Muzdalifah.
Pertanyaan yang muncul adalah sahkah mabit
di luar kawasan Mina tersebut?

Persoalan ini dianggap sudah jelas. Bahwa


jamaah haji yang tinggal di luar Mina
diharuskan beranjak menuju Mina dan mabit di
sana selama mu’jam al-lail (separuh malam
lebih) dari malam hari tasyrik. Sementara
jamaah haji yang tidak bisa mabit di Mina
diharuskan membayar dam (denda) karena
meninggalkan manasik haji.
Dasar hukum disarikan dari hasil
Bahtsul Masail Diniyah Waqiyyah
dalam Rapat Pleno Syuriyah PBNU
pada 29 Oktober 2008 M / 29
Syawal 1429 H di Jakarta, dan
beberapa hal penting terkait
dengan persoalan ini masih dalam
pembahasan. (A Khoirul Anam)
SUASANA THAWAF IFADAH
THAWAF WADA’
1. Thawaf Wada’ adalah thawaf famitan karena
akan meninggalkan Baitullah, dilaksanakan
ketika jamaah haji akan berangkat ke Jeddah
(Hotel Transito) bagi jamaah haji gelombang
I atau berangkat ke Madinah bagi jamaah
haji gelombang II.
2. Tata cara Thawaf Wada’ sama seperti Thawaf
Ifadah hanya tidak diikuti dengan Sa’i.
3. Dengan demikian selesailah pelaksanaan
ibadah haji.
SHALAT ARBAIN

1. Hukum sholat Arbain itu sunat dan bersifat


anjuran ibadah Afdoliyah
2. Bagi yang tidak melaksanakan sholat Arbain
tidak akan mengurangi pahala haji dan
kemabrurannya dan hajinya tetap sah
3. Bagi yang sholat Arbain tidak selesai 40 waktu
karena sesuatu hal yang menghalangi, maka
tetap dapat pahala sholat, yang bersangkutan
tetap dapat pahala sholat berjemaah dan tidak
mengurangi pahala haji
 Pada umumnya, para jamaah haji dijadwalkan
untuk mengunjungi kota Madinah sebelum
atau sesudah penyelenggaraan ibadah haji .
Diantara motifasi para jama'ah adalah adanya
fadhilah Kota Madinah yang diterangkan oleh
Rasulullah dalam hadits-haditsnya.
 Shalat di Masjid Nabawi tidaklah seperti shalat
di masjid lain, Allah telah menyematkan
padanya keutamaan yang besar, sebagaimana
Allah telah melebihkan sebagian amalan di atas
sebagian yang lain. Sebagaimana sabda Nabi
SAW dalam hadits riwayat dari Sahabat Abu
Hurairah,
‫صالَ ٍة‬ ِ ‫أَ ْل‬
َ ‫ف‬ ْ‫س ِج ِدي َه َذا َخ ْي ٌر ِمن‬ْ ‫صالَةٌ فِي َم‬
َ
‫الح َرا َم‬ ْ ‫ إِالَّ ال َم‬،ُ‫س َواه‬
َ ‫س ِج َد‬ ِ ‫فِي َما‬
 Satu kali shalat di masjidku ini
lebih baik dari seribu shalat di
masjid lain, kecuali Masjidil
Haram. (HR. al-Bukhari).
 Sungguh keutamaan yang besar! Ini berarti satu kali shalat
fardhu di Masjid Nabawi lebih baik dari shalat fardhu yang
kita lakukan dalam dua ratus hari di Masjid yang lain, kecuali
Masjidil Haram. Maka sungguhmerugi orang yang sudah
sampai di Madinah tapi tidak sungguh-sungguh
memanfaatkan kesempatan besar ini. Karena ada tiga Masjid
di dunia ini yang memiliki keutamaan lebih dari pada Masjid-
masjid yang lain, Pertamaadalah Masjidil Haram di kota
Mekah. KeduaMasjid Nabawi di kota Madinah. KetigaMasjidil
Aqsha di Palestina.
 Arba'in atau arba'un dalam Bahasa Arab berarti empat puluh.
Yang dimaksud dengan shalat arba'in adalah melakukan
shalat empat puluh waktu di Masjid Nabawi secara berturut-
turut dan tidak ketinggalan takbiratul ihram bersama imam.
Para jamaah haji meyakini bahwa amalan ini akan membuat
mereka terbebas dari neraka dan kemunafikan. Karenanya
jamaah haji Indonesia dan banyak negara lain diprogramkan
untuk menginap di Madinah selama minimal 8 hari agar bisa
menjalankan shalat arba'in.
 Dasar keyakinan ini adalah sebuah hadits
dari Anas bin Malik bahwa
Nabi �Shallallahu 'Aalaihi
wasallam- bersabda:
ُ‫ ُكتِبَتْ لَه‬،ٌ‫صالة‬ َ ُ‫ الَ يَفُوتُه‬،ً‫صالة‬ َ ‫ين‬َ ‫س ِج ِدي أَ ْربَ ِع‬ ْ ‫صلَّى فِي َم‬
َ ْ‫ َمن‬
ِ َ‫ئ ِم َن النِّف‬
‫اق‬ ِ ‫ َونَ َجاةٌ ِم َن ا ْل َع َذا‬،‫بَ َرا َءةٌ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫ َوبَ ِر‬،‫ب‬
 Barang siapa shalat di masjidku

empatpuluh shalat tanpa ketinggalan


sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan
dari neraka, keselamatan dari siksaan dan
ia bebas dari kemunafikan. (HR. Ahmad)
Dengan demikian, melaksanakan Jama'ah
Shalat Arba'in di Masjid Nabawi bagi orang
yang telah selesai menunaikan rangkaian
amalah ibadah haji, atau sebelum
melaksanakan ibadah haji adalah termasuk
ibadah yang sangat mulia, pahalanya
sebagaimana disebutkan, di jauhkan dari api
neraka dan sifat kemunafikan, akan tetapi ini
bukanlah sebagai syarat maupun rukun haji,
melainkan menjadi rentetan kegiatan dari
jama'ah haji semisal dari Indonesia atapun
dari Negara lain.
SHALAT DIPERJALANAN
Shalat diperjalanan mendapat rukhshah
(keringanan) dilaksanakan dengan cara jama’
dan Qashar, sejak meninggalkan rumah
sampai kembali ketanah air.
1. Qashar : memindekkan shalat yang 4
rakaat menjadi 2 rakaat;
2. Jama’ : mengumpulkan 2 shalat wajib
dikerjakan satu waktu;
3. Jama’ Qashar : 2 shalat wajib dikerjakan
bersamaan dengan memindekkan rakaat
shalat yang empat menjadi 2 rakaat, Zuhur
dengan Ashar, Magrib dengan Isya.
SHALAT JAMA’ TERBAGI 2 CARA

1. Jama’ Taqdim : Mengumpulkan 2


shalat yang dilaksanakan pada waktu
shalat yang pertama;

2. Jama’ Ta’khir : Mengumpulkan 2 shalat


yang dilaksanakan pada waktu yang
dibelakang.
SHALAT DIDALAM PESAWAT
1. Imam Hanafi, Imam Malik berpendapat tidak sah
shalat didalam pesawat dengan alasan :
a. Sulit mendapatkan air dan debu yang memenuhi
syarat;
b. Shalatnya tidak menapak bumi.
c. Harus di qadha dilain waktu, setibanya di darat.
2. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i mengatakan, sah
shalat di Pesawat dengan alasan :
a. Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan
ketentuan waktu dan dimana saja berada. Firman
Allah,

b. Keadaan darurat tidak menghilangkan shalat


sesuai kemampuan.
HIKMAH IBADAH HAJI
1. Pakaian Ihram : Melepaskan diri dari sifat-sifat buruk
seperti bangga, suka pamer kemewahan dan sombong;
2. Thawaf : Berputar pada poros bumi yang paling awal dan
paling dasar. Perputaran hari yang mengelilingi dalam
seminggu. Lingkaran pelataran Ka’bah arena pertemuan
hamba dengan Allah yang dikumandangkan dengan zikir
dan do’aselama mengelilingi Ka’bah;
3. Mencium Hajar Aswad : Sikap kepatuhan seorang Muslim
mengikuti tuntunan Rasulullah SAW;
4. Sa’i : Berusaha dalam hidup, baik pribadi, keluarga dan
masyarakat. Pengalaman Siti Hajar mondar mandir
mencari air untuk dirinya dan puteranya Ismail yang
kehausan ditengah panas yang tandus;
5. Berjalan Cepat (setengah lari) : Luapan ombak
ditengah laut yang luas dan gerombolan tentara yang
banyak berkorban diantara gunung serta menunjukan
kebesaran dan kekuatan kaum Muslimin;
6. Bercukur : Membersihkan kotoran rambut yang
melekat dikepala berfungsi menjaga otak dari
berbagai penyakit;
7. Hikmah Wukuf : Gambaran di Padang Mahsyar, nafsi-
nafsi tidak ada pertolongan dari siapapun. Dikaitkan
dengan Thawaf perputaran hidup lalu berhenti, diam
tidak bergerak (mati) Tempat berkumpulnya
mengenal sesama makhluk dan sang penciptanya;
8. Mabit di Muzdalifah : Berhenti istirahat bermalam
persiapan senjata dan do’a untuk perang dengan
syaitan;
9. Mabit di Mina : Pada hari biasa tampak sempit dan
menjadi luas ketika jamaah berkumpul;
10. Melontar Jumrah : Melempar sifat syaitan yang ada
dalam diri yang selalu menggoda untuk tidak taat
sang Pencipta Allah SWT;
11. Penyembelihan hewan Qurban : Ketaatan yang luar
biasa terhadap Allah SWT yang dilaksanakan Nabi
Iberahim AS;
12. Hikmah Nafar : Memberikan pilihan bagi jamaah
yang ada keperluan lain;
13. Thawaf Wada’ : Kesyukuran kepada sang pencipta
atas selesainya seluruh rangkaian ibadah haji
dengan harapan menjadi haji mabrur ( haji yang
diterima )
MAKNA HAJI MABRUR
Haji Mabrur adalah haji yang diterima oleh
Allah SWT dan balasannya adalah surga
sebagaimana hadits Nabi SAW :

Artinya : “Haji mabrur tiada balasan lain baginya kecuali


surga”
Tanda-tanda Haji Mabrur:
1. Amal perbuatannya lebih baik sebelum haji;
2. Selalu menebarkan salam dan kedamaian;
3. Lemah lembut dalam berbicara, tidak menyakiti orang lain;
4. Senang menolong orang lain;
5. Shalat tepat pada waktunya;
6. Menghormati dan menghargai orang;
7. Tabah dan tawakkal terhadap musibah dan mohon perlindungan
kepada Allah;
8. Murah hati dan tidak takabbur;
9. Berkepribadian muslim/muslimah dalam bertindak;
10. Berupaya mewujudkan kebahagiaan dalam keluarga.
AKHLAKUL KARIMAH DAN ADAT ISTIADAT
BANGSA ARAB
A. Ahklakul Karimah
1. Tidak berbuat syirik;
2. Ikhlas;
3. Sabar;
4. Rukun;
5. Sopan santun;
6. Adab berpakaian;
7. Pergaulan antar bangsa;
8. Akhlak dalam Ibadah.
B. Adat Istiadat Bangsa Arab
1. Berbicara keras padahal tidak marah;
2. Memanggil dan memaki orang lain dengan sebutan seenaknya;
3. Sikap terhadap pendatang kadang acuh tak acuh;
4. Tidak marah dipegang kepalanya, sangat marah dipegang
pantatnya;
5. Jika memberikan atau menrima sesuatu terhadap
orang lain dengan menggunakan tangan kiri;
6. Jika bertemu dengan orang lain selalu memberi
salam meski tidak kenal;
7. Jika bertemu teman yang sudah akrab saling
berpelukan;
8. Kebiasaan pakaian pria warna putih, wanita warna
hitam dan bercadar;
9. Sering melangkahi orang pada waktu lewat
didalam mesjid;
10.Jika terjadi perselisihan yang menimbulkan
pertengkaran, berusaha mendamaikan dengan
mengfucapkan “Shallu ‘alan Nabi” berulang-
ulang.
PROSES PERJALANAN HAJI
Perjalanan Haji Indonesia dibagi menjadi 2 (dua)
gelombang, yaitu gelombang 1 dan gelombang 2.
Gelombang I
Dari Tanah Air – Madinah – Mekkah – ‘Arafah –
Muzdalifah – Mina – Mekkah – Air port Jeddah
– Tanah Air.

Gelombang 2
Dari Tanah Air – Air Port Jeddah – Mekkah –
‘Arafah – Muzdalifah – Mina – Mekkah – Madinah –
Tanah Air.
PROSES PERJALANAN HAJI
Gelombang 1

21 KM
ARFH
MKH 9 KM
498 KM

MZDFH
7 KM
MDNH
107 KM
MINA 5 KM

AIR
PORT TANAH
JDH AIR
Gelombang 2

21 KM ARFH
MKH
498 KM 9 KM
7 KM
107
MDNH MZDLFH
KM
MINA 5 KM

AIR
PORT TNH AIR
JDH
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

SEMOGA ADA MANFAATNYA, MOHON MAAF


ATAS SEGALA KEKURANGAN DAN
KEKHILAFAN

SELAMAT BERTUGAS SAMBIL IBADAH


SEMOGA MENJADI HAJI MABRUR

WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai