Anda di halaman 1dari 5

TATA CARA ‘UMRAH

Arti ‘Umrah ;
Bahasa :
Ziarah atau berkunjung.
Istilah :
Ziarah ke Baitullah al-Haram di luar
Manasik Haji dengan cara-cara ibadah
yang khusus.
Hukum ‘Umrah ;
Wajib : seumur hidup sekali.
Sunnah : berulang kali.

Waktu ‘Umrah ;
Setiap saat kecuali di hari-hari Haji bagi yang
melakukan manasik haji.

Syarat ‘Umrah ;
1. Islam.
2. Aqil Baligh.
3. Medeka.
4. Aman.
5. Mampu.

Rukun ‘Umrah ;
1. Ihram.
2. Thawaf.
3. Sa’I
4. Tahallul
5. Tertib.

Wajib ‘Umrah ;
1. Ihram dari Miqat.
2. Meninggalkan Larangan Ihram.

TATA CARA IHRAM

A. Arti Ihram : adalah niat masuk ke dalam Ibadah Haji /‘Umrah dengan tata cara yang khusus.
B. Wajib memulai Ihram dari Miqat :
1. Miqat ‘Umrah bagi yang baru datang dari Indonesia disepakati sebagai berikut :
a. Yalamlam (±80 Km arah Selatan Mekkah)
b. Qarnul Manazil yang kini dikenal dengan nama As-Sail al-Kabir (±80 Km. Arah Timur Mekkah).
Pertanyaan : Bagaimana dengan MIQAT di JEDDAH (±80 Km arah Barat Daya Mekkah)?
Jawaban : Asy-Syekh Ibnu Hajar dalam kitab At-Tuhfah menfatwakan BOLEH mengambil Miqat dari
JEDDAH. Namun banyak ulama yang menolak pendapat tersebut.
2. Miqat ‘Umrah bagi yang datang dari Indonesia tapi berziarah dahulu ke Madinah adalah Bier ‘Ali yang
disebut juga Dzul Hulaifah (± 430 Km. arah Utara Mekkah).
3. Miqat bagi yang ingin mengulagi ‘Umrah saat masih di Mekkah , maka afdholnya adalah Ji’ronah (±15 Km
dari Mekkah), lalu Tan’im (±6 Km dari Mekkah) lalu Hudaibiyyah (±5 Km dari Mekkah)

C. Wajib Ihram :
1. Menutup Aurat dengan Pakaian Ihram.
Pakaian Ihram Wanita : adalah Pakaian syar’I yang menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak
tangan.
Pakaian Ihram Pria : adalah dua helai / lembar kain tidak berjahit, satu untuk menutup dari pusar hingga lutut
berfungsi sebagai kain, dan satu lagi berfungsi sebagai selendang.
2. Niat Ihram untuk ‘Umrah.
a. Dibolehkan niat ‘Umrah diikat dengan syarat (Isytirath) untuk bertahallul jika terjadi suatu halangan seperti
sakit misalnya.
- Barangsiapa yang mengikat niat dengan Isytirath, maka jka terjadi suatu halangan boleh segera bertahallul,
caranya cukup dengan niat dan mencukur rambut, tanpa denda apapun.
- Jika tanpa Isytirath, maka jika terjadi suatu halangan saat ber’Umrah, maka boleh segera bertahallul dengan
niat dan bercukur, tapi terkena denda menyembelih seekor kambing.
b. Disunnahkan niat disambung dengan memperbanyak Talbiyyah ketika berangkat menuju Mekkah.
c. Berikut lafadz niat Isytirath dan Talbiyyah

َ ‫سنَّةً ) ِهللِ ت َ َع‬


‫الى‬ ُ / ‫ضا‬ ً ‫ن ََو ْيتُ ْالعُ ْم َرة َ َوأ َ ْح َر ْمتُ ِب َها ( فَ ْر‬
ُ ‫لَبَّي َْك اللَّ ُه َّم‬
ً ‫ع ْم َرة‬
‫ْث َح َب ْستَنِ ْي‬ ُ ‫اَللّ ُه َّم َم ِح ِلّ ْي َحي‬
Artinya : Aku berniat melaksanakan ‘Umrah dan berihram dengannya (Wajib / Sunnah) karena Allah Ta’ala.
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah dengan ber’Umrah. Ya Allah, tempat tahallulku adalah di tempat mana
yang Kau tahan / tetapkan.
.‫ الَش َِري َْك لَ َك‬, ُ‫ لَ َك َو ْال ُم ْلك‬,َ‫ ِإ َّن اْل َح ْمدَ َوالنِّ ْع َمة‬,‫ لَبَّي َْك الَش َِري َْك لَ َك لَبَّي َْك‬,‫لَبَّي َْك اَللّ ُه َّم لَبَّي َْك‬
Labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wanni’mata, laka wal mulk, laa
syariika lak.
“Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku : Artinya
penuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kekuasaan hanyalah
untuk-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”
D. Sunnah Ihram :
1. Menggunting Kuku
2. Mencukur bulu Kemaluan
3. Mencukur buu Ketiak.
4. Memakai
5. Mandi sunnah
6. Memakai pakaian Ihram serba putih.
7. Sholat dua raka’at sunnah Ihram.
- Dibolehkan memakai wewangian di pakaian ihram sebelum niat ihram di tancapkan, hanya saja konsekwensi
hukumnya adalah apabila di tengah ihram kita membuka pakaian ihram karena sesuatu hajat seperti buang air
misalnya, maka pakaian ihram yang diberi wewangian tersebut tidak boleh dipakai kembali sebelum dicuci
untuk dihilangkan wanginya.

E. Sunnah sesudah Ihram :


1. Membaca dan memperbanyak talbiyah, bagi pria sunnah dikeraskan / dinyaringkan, sedang bagi wanita jangan
dinyaringkan.
2. Memakai sendal / sepatu bagi wanita sepanjang perjalanan, kecuali di dalam masjid.
3. Memakai sendal yang tidak menutup mata kaki bagi pria sepanjang perjalanan, kecuali di dalam masjid.

F. Larangan Ihram :
1.Berpakaian diluar ketentuan :
a. Memakai pakaian berjahit bagi pria.
b. Memakai kaus kaki dan sepatu bagi pria.
c. Menutup kepala bagi pria dengan penutup yang melekat / menempel di kepala walau sebagian dengan sesuatu,
seperti peci / sorban / imamah dsb.
d. Mengikat kain ihram pria yang sebelah atas (selendang) atau mengaitkannya dengan peniti dan yang
sejenisnya.
e. Memakai sarung tangan bagi pria dan wanita.
f. Menutup wajah wanita dengan cadar atau sejenisnya.
Tidak dilarang bagi pria maupun wanita untuk memakai paying, kaca mata, cincin, jam tangan atau gesper untuk
mencegah kedodoran.
2.Memakai wewangian :
a. Memakai wewangian baik dibadanmaupun di pakaian ihram.
b. Menggunakan sabun wangi, crean, bedak, lotion, deodorant, lipstik, minyak rambut, minyak kayu putih,
minyak tawon, balsem, obat gosok dan yang sejenisnya.
c. Memakai odol / pasta gigi atau menggunakan pewangi mulut.
3.Menghilangkan rambut atau kuku dari badannya maupun badan orang lain :
a. Menggunting / mencabur semua jenis rambut / bulu di seluruh badan walau sehelai.
b. Memotong / mencabut kuku tangan / kaki walau sedikit.
c. Menyisir rambut bila dikhawatirkan rontok walau sehelai.
4.Bercumbuan :
a. Bersetubuh
b. Semua pengantar persetubuhan dengan istri / suami seperti peluk cium dll.
c. Semua perbuatan yang menimbulkan syahwat.
5.Aqad Nikah : menikah ataupun menikahkan.
6.Berburu / membunuh / melukai / menakut-nakuti binatang di tanah Haram.
7.Menebang / memotong / mencabut / merusak tanaman, tumbuhan dan pepohonan di tanah haram.

TATA CARA THAWWAF

A. Arti Thawwaf ; adalah mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran dengan tata cara yang khusus.

B. Syarat Thawwaf ;
1. Suci dari Hadats besar dan kecil.
2. Bersih dari najis baik di badan maupun di pakaian.
3. Menutup aurat.
4. Dimulai dengan niat bermaksud Thawwaf.
5. Pelaksanaan Tawwaf di dalam Masjidil Haram.
6. Memulai Thawwaf dari batas Hajar Aswad.
7. Hajar Aswad di kiri badan, boleh menghadapnya dengan badan dan kepala tapi arah kaki tetap ke depan.
8. Ka’bah selalu di sebelah kiri badan selama Thawwaf.
9. Berjalan menuju ke depan tidak mundur ke belakang atau jalan menyamping.
10. Seluruh badan di luar Ka’bah (tidak dalam Hijir Ismail atu Syadzarwan).
11. Mengakhiri setiap putaran di batas Hajar Aswad dan melebihkannya / melewatinya pada putaran terakhir.
12. Mengelilingi Ka’bah 7 kali putaran..
Barangsiapa ragu tentang jumlah putarn Thawwafnya maka diambil hitungan yang lebih sedikit.

C. Sunnah Thawwaf ;
1. Masuk ke Masjidil Haram dari Babus Salam.
2. Membaca do’a di Babussalam sebelum memulai thawaf.
3. Berjalan kaki saat Thawwaf.
4. Wajah selalu menghadap dan memandang Qiblat (Ka’bah).
5. Semakin dekat dengan Ka’bah semakin baik.
6. Tujuh putaran dilakukan secara berkesinambungan.
7. Thawwaf dilakukan dengan tenang tidak terburu-buru.
8. Tidak bercakap-cakap selama Thawwaf kecuali untuk keperluan yang baik.
9. Tidak mengejar atau mencari-cari seseorang / sesuatu saat Thawwaf.
10. Menyalami Hajar Aswad dan menciumnya serta meletakkan kening / jidat di dalamnya pada awal Thawwaf jika
memungkinkan. Jika tidak, maka cukup mengangkat tangan memberi isyarat ke Hajar Aswad sambil bertakbir.
11. Menyalami Hajar Aswad dan menciumnya setiap mengawali / mengakhiri putaran jika memungkinkan. Jika
tidak, maka cukup mengangkat tangan memberi isyarat ke Hajar Aswad sambil bertakbir.
12. Raml (berlari kecil) di tiga putaran pertama sambil bertakbir.
13. Idhtiba’ bagi pria (yaitu meletakkan tengah kain ihram bagian atas yang menjadi selendang di bawah ketiak
kanan, dan kedua ujungnya di atas pundak kiri).
14. Menyalami Rukun Yamani setiap putaran jika memungkinkan. Jika tidak, maka cukup mengangkat tangan
memberi Isyarat ke Rukun Yamani sambil bertakbir.
15. Membaca Do’a Ma’tsur ;
a. Di awal Thawaf
b. Di Rukun ‘Iraqi
c. Di bawah Al-Mizaab (pancuran) di luar Hijr.
d. Di antara Rukun Syami dan Yamani.
e. Di Rukun Yamani dan Hajar Aswad.
f. Di setiap putaran.
Saat menyalami atau mencium Hajar Aswad ketika Thawwaf, maka kedua kaki jangan bergerak dari tempatnya,
hingga badan dan tangan di angkat dari Hajar Aswad, Ka’bah dan Syadzarwan. Begitu pula saat menyalami
Rukun Yamani.
Selama Thawwaf jangan menyentuh K’bah atau meletakkan tangan di atas Hajar Aswad. Rukun Yamani , Hijr
Ismail atau Sadzarwan. Jika ingin menyenuhnya maka berdiri diam jangan begerak sebelum tangan ersebut
diangkat dari Ka’bah, Hirk atau Syadzarwan.

D. Makruh Tawwaf ;
1. Meletakkan tangan di belakang tulang punggung.
2. Meletakkan tangan di mulut kecuali saat menguap.
3. Memasukkan / menyilangkan jari jemari tangan kanan dan kiri.
4. Makan dan minum serta tertawaatau mengobrol yang tak berarti.
5. Menahan angin atau hajat baik besar maupun kecil.

E. Berbagai Sunnah seusai Thawwaf ;

1. Seusai sholat dua raka’at sunnah Thawwaf di belakang Maqam Ibrahim, semakin dekat dengan maqam
semakin baik.
2. Berdo’a di bawah Multazam (antara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah).
3. Shalat dan berdo’a di Hijr Ismail dan di bawah Mizab (Pancuran Emas).
4. Minum zam-zam dilokasi sumurnya.
5. Bersiap untuk Sa’i.

TATA CARA SA’I

A. Arti Sa’i : adalah berjalan dari Shofa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7 kali dengan tata vara yang
khusus.
B. Syarat Sa’I :
1. Dilaksanakan setelah Thawwaf.
2. Harus terdiri dari 7 kali perjalanan dari Shofa ke Marwah dan sebaliknya.
3. Perjalanan ganjil (ke- 1,3,5,7) di mulai dari Shofa, sedangkan perjalanan genap (ke- 2,4,6) dimulai dari
Marwah.
4. Awal Sa’I dimulai dari Shofa dan akhir Sa’I ditamatkan di Marwah.
5. Dilaksanakan di Mas’a (yaitu tempat Sa’I antara Shofa dan Marwah).
6. harus mencakup seluruh ruang melintang antara Shofa dan Marwah, karenanya saat di Shofa maupun Marwah
harus menyentuh / meletakkan jari jemari dan telapak kaki di batu bukit Shofa maupun Marwah.
7. Tujuh Perjalanan Shofa – Marwah harus berkesinambungan.
8. Tujuh perjalanan Shofa – Marwah harus yakin.
Barangsiapa ragu terhadap jumlah perjalanan Sa’Inya maka diambil hitungan yang lebih sedikit.

C. Sunnah Sa’I :
1. Suci dari hadats besar dan kecil
2. Bersih dari Najis baik di badan maupun di pakaian.
3. Menutup Aurat.

D. Makruh Sa’I :
1. Berhenti di tengah Sa’I tanpa ‘udzur.
2. Duduk di Shafa atau Marwah saat Sa’i.
TATA CARA TAHALLUL

A. Arti Tahallul :
Adalah perbuatan yang jika dilaksanakan, maka orang yang sedang ihram Haji / ‘Umrah menjadi terbebas dari
larangan ihramnya.
Tahallul dalam ‘Umrah adalah akhir dari ibadah ‘Umrah

B. Syarat Tahallul ;
1.Sekurang-kurangnya memotong / mencukur tiga helai rambut.
2.Saat pencukuran dilakukan, seluruh rukun ‘Umrah berupa Ihram, Thawwaf dan Sa’I telah dilaksanakan dengan
tertib.

Bagi yang tidak memiliki rambut maka cukup menjalankan Pisau Cukur di kepalanya.
Tidak memadai jika yang dicukur kumis atau jenggot.
Jika orang yang halal (yaitu orang yang tidak sedang ihram atau telah selesai ihram) memerintahkan orang
halal lain untuk mencukur rambut orang Muhrim (yaitu orang yang sedang dalam ihram) maka denda atas
yang memerintah jika yang diperintah tidak tahu keadaan si Muhrim, tapi jika ia tahu maka denda atas yang
mengerjakan perintah.
Ihtiyathan (menjaga kehati-hatian); sebaiknya yang mencukur rambut Si Muhrim adalah Si Halal, karena ;
a. Jika si Muhrim mencukur rambutnya sendiri dengan tujuan Tahallul bagi dirinya, maka dikhawatirkan
terkesan melakukan pelanggaran Ihram.
b. Jika Si Muhrim mencukur rambut Muhrim lain dengan tujuan membantunya bertahallul, maka dikhawatirkan
terkesan melakukan pelanggaran ihram.

C. Sunnah Tahallul ;
1. Afdhol bagi lelaki digunduli (botak)
2. Bagi wanita cukup memotong rambut sekedarnya.
3. Saat mencukur rambut menghadap Qiblat.
4. Mencukur rambut mulai dari yang kanan lalu kiri.
5. Rambut yang dicukur dikubur.

D. Tahallul Karena terhalang ;


1. Barangsiap a mengikat niat Ihram ‘Umrahnya dengan Isytirat, maka jika terjadi suatu halangan boleh segera
bertahallul, caranya cukup dengan niat dan mencukur rambut tanpa denda apapun.
2. Jika tanpa Isytirath, maka jika terjadi suatu halangan saat berumrah, maka boleh segera bertahallul dengan niat
dan bercukur, tapi terkena denda menembelih seekor kambing.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Anda mungkin juga menyukai