Anda di halaman 1dari 11

Syarat Umroh

Syarat mengerjakan umrah pada dasarnya sama dengan syarat mengerjakan haji,
yaitu:

 Beragama Islam
 Baligh, dan berakal sehat
 Merdeka (Bukan budak)
 MAMPU, Tercukupi kesehatan, bekal, kendaraan, dan biaya
 Ada mahram (khusus untuk wanita)

Rukun Umroh
Tata Cara Berikutnya membahas tentang Rukun umrah, urutannya adalah :

 Ihram
 Thawaf
 Sai
 Tahallul
 Tertib

Wajib Umroh
Berikut beberapa hal wajib dalam ibadah umroh adalah:

 Melakukan ihram saat hendak memasuki miqat


 Bertahallul dengan menggundul atau mencukur sebagian rambut

Keterangan:

 Barangsiapa meninggalkan rukun, maka ibadah umrohnya tidak sempurna dan wajib
diulangi
 Meninggalkan salah satu kewajiban, umrah dapat tetap sah dan kesalahan tersebut
(meninggalkan kewajiban) bisa
 ditutup menggunakan DAM
 Jika melakukan hubungan suami-istri sebelum tahallul, maka wajib membayar setara
seekor kambing

Jenis-Jenis Umroh yang Banyak Dikenal:


Pada dasarnya Terdapat beberapa tipe umrah, umumnya umrah yang digabungkan
bersama pelaksanaan haji seperti pada haji tamattu, selain itu ada juga umrah yang
tidak terkait haji. Selaiin tata cara umroh, berikut jenis-jenisnya:

 Umrah Mufradah, adalah umrah yang dikerjakan dengan cara terpisah atau tidak ada
kaitannya dengan haji, waktu yang tidak terikat sepanjang tahun dan dapat dikerjakan
secara fleksibel selama ada kemauan dan kemampuan.
 Umrah Tamattu’, Tamattu artinya bersenang-senang. Maksudnya adalah pelaksanaan
Ibadah Umrah dilakukan lebih dulu, kemudian melakukan Ibadah Haji.
 Umrah Sunah, Niat yang Ikhlas karena Allah SWT dan menggunakan cara-cara
sesuai dan sering dilakukan oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Tata cara Umroh


Untuk pelaksanaan tata cara umrah, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Disunnahkan mandi besar (janabah) sebelum ihram untuk umrah.


2. Menggunakan pakaian ihram. Untuk pria, 2 kain yang (sarung & selendang), untuk
wanita pakaian bebas asal menutup aurat dan tanpa ada hiasan. Tidak memakai
cadar atau sarung tangan.
3. Niat umrah dilakukan dalam hati, ketika sampai miqot ( batas daerah tanah suci )
shalat sunah dua rokaat dan mengucapkan Labbaika Allahumma ‘umrotan atau
Labbaika Allahumma bi’umrotin. Kemudian bertalbiyah dengan dikeraskan suaranya
bagi laki-laki dan cukup dengan suara yang didengar orang yang ada di sampingnya
bagi wanita, yaitu mengucapkan Labbaikallahumma labbaik labbaika laa syarika laka
labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika laka.
4. Jika sudah sampai kota Makkah, disunnahkan mandi terlebih dahulu sebelum
memasukinya.
5. Sesampai di ka’bah, talbiyah berhenti sebelum thawaf. Kemudian menuju hajar aswad
sambil menyentuhnya dengan tangan kanan dan menciumnya jika mampu dan
mengucapkan Bismillahi wallahu akbar. Jika tidak bisa menyentuh dan menciumya,
maka cukup memberi isyarat dan berkata Allahu akbar.
6. Thawaf sebanyak 7 kali putaran. 3 putaran pertama jalan cepat dan sisanya jalan
biasa. Thowaf diawali dan diakhiri di hajar aswad dan ka’bah dijadikan berada di
sebelah kiri.
7. Salat 2 raka’at di belakang maqam Ibrahim jika bisa atau di tempat lainnya di masjidil
haram dengan membaca surah Al-Kafirun pada raka’at pertama dan Al-Ikhlas pada
raka’at kedua.
8. Sa’i dengan naik ke bukit Shofa dan menghadap kiblat sambil mengangkat kedua
tangan dan mengucapkan Innash shofa wal marwata min sya’aairillah. Abda’u bima
bada’allahu bihi (Aku memulai dengan apa yang Allah memulainya).
9. Kemudian bertakbir 3 kali tanpa memberi isyarat dan mengucapkan Laa ilaha illallahu
wahdahu laa syarika lahu. Lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai’in
qodiir. Laa ilaha illallahu wahdahu anjaza wa’dahu wa nasoro ‘abdahu wa hazamal
ahzaaba wahdahu 3x. Kemudian berdoa sekehendaknya.
10. Amalan pada poin 8 diulangi setiap putaran di sisi bukit Shofa dan Marwah disertai
dengan doa.
11. Sa’i dilakukan sebanyak 7 kali dengan hitungan berangkat satu kali dan kembalinya
dihitung satu kali, diawali di bukit Shofa dan diakhiri di bukit Marwah.
12. Mencukur seluruh atau sebagian rambut kepala bagi lelaki dan memotongnya sebatas
ujung jari bagi wanita.

Ihram dalam Bahasa Arab: ‫ إحرام‬Ihrām berasal dari kata ‫ إحراما يحرم أحرم‬yaitu terlarang
atau tercegah. Dinamakan seperti itu karena dengan berniat masuk ke dalam
pelaksanaan ibadah haji atau umroh, seseorang dilarang berkata dan beramal
dengan hal-hal tertentu, seperti jima’, menikah, melontarkan ucapan kotor, dan lain-
sebagainya.

Menurut istilah diartikan sebagai Niat untuk mengerjakan haji atau umroh bagi kaum
muslimin yang hendak menunaikan “Ibadah Haji ataupun Umroh” ke Tanah suci
Mekah. Dengan menggunakan pakaian Ihram yaitu pakaian putih yang disebut juga
pakaian suci. Ihram bagi pria adalah pakaian yang bersifat unik dan spesifik karena
tidak boleh dijahit. Cara memakainya dililitkan ke sekeliling tubuh. Mengenkan
pakaian ihram merupakan pertanda ibadah haji mulai dilakukan.

Jamaah haji dan umroh harus melaksanakan ihram sebelum di miqat dan diakhiri
dengan tahallul. Mereka yang melakukannya disebut dengan istilah tunggal
“muhrim” dan jamak “muhrimun”.

Tentu ini bukan hanya sekedar pakaian. Sebab boleh jadi seorang memakai kain
dan selendang ketika berada di daerahnya dan dengan tanpa niat namun dia tidak
disebut orang yang sedang berihram.

Adapun yang disunahkan adalah mandi jika badannya tidak bersih dan ihromnya
dalam waktu panjang, tapi jika telah mandi dalam hari itu maka tidak perlu
memperbarui mandinya.

Disunnahkan juga bagi orang yang sedang berihram yaitu membersihkan dari
kotoran, memotong kumis jika telah panjang karena takut semakin memanjang
setelah ihram dan terganggu karenanya, memakai minyak wangi sebelum niat -
karena ketika telah ihram dilarang memakai farfum- agar tidak terganggu oleh
keringat dan kotorannya.

Tata Cara Umrah

1. Jika anda telah sampai di miqat (tempat memulai ihram), mandilah sebagaimana anda mandi junub (jika
sanggup dikerjakan).

Setelah itu, pakailah wangi-wangian yang paling baik (ke tubuh anda). Kemudian, pakailah kain ihram: (Bagi laki-
laki) dua helai kain putih, salah satunya digunakan sebagai sarung. Sedangkan bagi wanita, boleh menggunakan
pakaian apapun dengan syarat tidak memper-tontonkan hiasannya kepada orang lain atau menyerupai (pakaian)
laki-laki.

Kemudian, berihramlah dengan mengucapkan (niat): “ََ‫ع ْم َرةَ لَبَّيْك‬


ُ ” (jika anda hendak melakukan umrah), kemudian
lanjutkan dengan talbiah seperti yang diajarkan (Nabi Shallallahu `alaihi wasallam) kepada kita:

.)) َ‫ الَ ش َِريْكَ لَك‬، َ‫ إِ َّن ْال َح ْمدَ َوالنِِّ ْع َمةَ لَكَ َو ْال ُم ْلك‬، َ‫ لَبَّيْك‬، َ‫ لَبَّيْكَ الَ ش َِريْكَ لَك‬، َ‫(( لَبَّيْكَ اللَّ ُه َّم لَبَّيْك‬

“Kupenuhi panggilanMu ya Allah, kupenuhipanggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, kupenuhi
panggilanMu. Se-sungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanya milikMu semata, tiada sekutu bagiMu”.

Berihram dari miqat hukumnya adalah wajib. Jika anda hendak berhaji atau umrah, maka anda tidak boleh melewati
miqat tanpa berihram.

1. Jika anda telah berniat melaksanakan ibadah haji atau umrah (berihram), maka ketahuilah bahwa anda
dilarang melakukan perbuatan-perbuatan berikut ini:
1. Memotong rambut/ bulu dari semua anggota tubuh, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa
Ta`ala:

ُ ‫س ُك ْم َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال َه ْد‬


ُ‫ي َمحِ لَّه‬ َ ‫َو َال تَحْ ِلقُوا ُر ُءو‬

“Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum (binatang) korban sampai di tempat penyembelihannya”. (QS. Al
Baqarah: 196)

1. Menggunakan wangi-wangian di badan, pakaian dan makanan, berdasarkan hadits yang mengisahkan
tentang seorang yang terjatuh dari ontanya (pada saat menunaikan ibadah haji) lalu meninggal dunia
karena diinjak oleh ontanya itu.Kisah tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut: “Ketika seorang yang
wukuf di Arafah terjatuh dari ontanya, kemudian meninggal karena diinjak oleh ontanya tersebut,
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kemudian
kafanilah dia dengan dua helai kain ihramnya, jangan kalian memberikan wangi-wangian kepadanya dan
jangan menutupi kepalanya, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam
keadaan bertalbiah (ihram)”. (Muttafaqun `alaihi).

Seorang yang berihram tidak boleh mengenakan pakaian yang sudah dicelup dengan za`faran dan wars (jenis
tumbuhan yang berbau harum).

1. Bersetubuh. Ini adalah larangan yang paling besar (berat), sebab akan merusak haji, jika dilakukan sebelum
tahallul awal, dan orang yang melakukannya diwajibkan menyempurnakan (meneruskan) ibadah haji
tersebut, mengulang haji lagi tahun berikutnya serta diwajibkan menyembelih unta.

Orang yang sedang berihram juga tidak boleh melangsungkan pernikahan atau menikahkan (orang lain),
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:

ُ ‫(( الَ َي ْن ِك ُح ْال ُمحْ ِر ُم َوالَ يُ ْن ِك ُح َوالَ َي ْخ‬


.)) ُ‫طب‬

“Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikah, menikahkan dan meminang”. (HR. Muslim: no. 1409).

1. Khusus bagi laki-laki, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit. Yaitu pakaian yang dijahit menutupi
badan, seperti baju, atau menutupi sebagian anggota badan, seperti kaos dan celana dalam. Demikian pula,
tidak boleh menutupi kepalanya dengan sesuatu yang menempel, seperti sorban, topi dan sebagainya.
2. Seorang yang sedang berihram, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh membunuh binatang buruan
darat (yang liar), atau membantu orang lain berburu dan mengusik hewan tersebut dari tempatnya.
3. Khusus bagi wanita yang berihram, tidak boleh menggunakan niqab (penutup wajah), yaitu menutup
wajahnya dengan kain yang terbuka pada bagian matanya. Dan tidak dibolehkan pula mengenakan kaos
(sarung) tangan yang meliputi kedua tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam:

.)) ‫س ْالقُفَّازَ ي ِْن‬


ُ ‫ َوالَ ت َْل َب‬،ُ‫حْر َمة‬
ِ ‫(( الَ تَ ْنتَقِبُ ْال َمرْ أَة ُ ْال ُم‬

“Seorang wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup wajah) dan sarung tangan”. (HR. Bukhary:
no. 1838).

Tetapi, ia boleh menutup wajahnya jika ada laki-laki ajnabi (bukan mahramnya), sebagaimana dikatakan oleh
`Aisyah radhiyallahu `anha: “Dahulu (pada masa Nabi), apabila sekelompok orang yang berkenderaan melewati kami,
sedang pada waktu itu kami bersama Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, jika mereka berada sejajar dengan
kami, seseorang yang ihram di antara kami menurunkan jilbab-nya dari atas kepala untuk menutupi wajahnya. Dan
jika mereka telah berlalu, kami membukanya kembali. HR. Abu Daud: no. 1562, Ibnu Majah: no. 2926 dan Ahmad: no.
22894.

1. Kemudian memperbanyak talbiyah hingga tiba di kota Mekkah dan memulai thawaf di Ka`bah.

Jika anda sudah tiba di kota Mekkah, thawaf-lah di Ka`bah sebanyak tujuh putaran, bermula dan berakhir di Hajarul
Aswad. Kemudian dianjurkan shalat dua raka`at di belakang Maqam Ibrahim, baik dari jarak yang dekat –jika
mampu- ataupun jauh.

1. Jika anda telah selesai shalat dua raka`at, pergilah menuju bukit Shafa dan lakukanlah sa`i antara Shafa dan
Marwah sebanyak tujuh kali, dengan niat sa`i untuk umrah, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Dari
Shafa ke Marwah dihitung satu putaran, demikian seterusnya sampai berakhir di Marwah.
2. Jika anda telah menyempurnakan sa`i, cukur-lah dengan rata semua rambut kepala anda. Dengan demikian,
berarti selesailah sudah rangkaian ibadah umrah anda, dan anda boleh melepas pakaian ihram serta
memakai baju (pakaian biasa).
3. Jika anda ingin mengerjakan haji saja, maka ucapkanlah ketika anda ihram dari miqat: “Labbaika hajjan”.
Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah sampai melempar Jumrah `Aqabah (pada hari Nahar). Jika anda
telah sampai di Baitullah (Ka`bah), thawaflah tujuh putaran sebagai thawaf Qudum. Dan setelah anda
melakukan sa`i antara Shafa dan Marwah, maka sa`i tersebut sudah cukup (dan berfungsi sebagai) sa`i
untuk haji, dan janganlah anda mencukur rambut; karena anda tetap dalam keadaan ihram sampai anda
bertahallul pada hari `Id (`Idul Adha).
4. Dan jika anda melaksanakan haji Qiran (menggabungkan haji dan umrah), maka ucapkanlah ketika anda
berihram di miqat: “Labbaika `umratan wahajjan”. Kemudian perbanyak-lah membaca talbiyah sampai anda
melontar Jumrah `Aqabah. Dan anda melakukan peker-jaan (manasik) seperti yang dilakukan oleh orang
yang melaksanakan haji Ifrad (mengerjakan haji saja, sebagaimana pada poin enam di atas).

 Kajian
 Khutbah
PREVIOUS POST

Zionis Bakar Masjid dan Al-Qur’an di Galilee

SHARE

Tata Cara Haji dan Umrah

 BERITA

 PILIHAN

 RESENSI BU KU
Ka’bah di bulan Ramadan (AP Photo)

Tata Cara Umrah

 Jika anda telah sampai di miqat (tempat memulai ihram), mandilah sebagaimana anda mandi junub (jika
sanggup dikerjakan).

Setelah itu, pakailah wangi-wangian yang paling baik (ke tubuh anda). Kemudian, pakailah kain ihram: (Bagi laki-
laki) dua helai kain putih, salah satunya digunakan sebagai sarung. Sedangkan bagi wanita, boleh menggunakan
pakaian apapun dengan syarat tidak memper-tontonkan hiasannya kepada orang lain atau menyerupai (pakaian)
laki-laki.

Kemudian, berihramlah dengan mengucapkan (niat): “ََ‫ع ْم َرةَ لَبَّيْك‬


ُ ” (jika anda hendak melakukan umrah), kemudian
lanjutkan dengan talbiah seperti yang diajarkan (Nabi Shallallahu `alaihi wasallam) kepada kita:

.)) َ‫ الَ ش َِريْكَ لَك‬، َ‫ إِ َّن ْال َح ْمدَ َوالنِِّ ْع َمةَ لَكَ َو ْال ُم ْلك‬، َ‫ لَبَّيْك‬، َ‫ لَبَّيْكَ الَ ش َِريْكَ لَك‬، َ‫(( لَبَّ ْيكَ اللَّ ُه َّم لَبَّيْك‬

“Kupenuhi panggilanMu ya Allah, kupenuhipanggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, kupenuhi
panggilanMu. Se-sungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanya milikMu semata, tiada sekutu bagiMu”.

Berihram dari miqat hukumnya adalah wajib. Jika anda hendak berhaji atau umrah, maka anda tidak boleh melewati
miqat tanpa berihram.

 Jika anda telah berniat melaksanakan ibadah haji atau umrah (berihram), maka ketahuilah bahwa anda
dilarang melakukan perbuatan-perbuatan berikut ini:
o Memotong rambut/ bulu dari semua anggota tubuh, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa
Ta`ala:

ُ ‫س ُك ْم َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال َه ْد‬


ُ‫ي َمحِ لَّه‬ َ ‫َو َال تَحْ ِلقُوا ُر ُءو‬

“Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum (binatang) korban sampai di tempat penyembelihannya”. (QS. Al
Baqarah: 196)

 Menggunakan wangi-wangian di badan, pakaian dan makanan, berdasarkan hadits yang mengisahkan
tentang seorang yang terjatuh dari ontanya (pada saat menunaikan ibadah haji) lalu meninggal dunia
karena diinjak oleh ontanya itu.Kisah tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut: “Ketika seorang yang
wukuf di Arafah terjatuh dari ontanya, kemudian meninggal karena diinjak oleh ontanya tersebut,
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kemudian
kafanilah dia dengan dua helai kain ihramnya, jangan kalian memberikan wangi-wangian kepadanya dan
jangan menutupi kepalanya, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam
keadaan bertalbiah (ihram)”. (Muttafaqun `alaihi).

Seorang yang berihram tidak boleh mengenakan pakaian yang sudah dicelup dengan za`faran dan wars (jenis
tumbuhan yang berbau harum).

13. Bersetubuh. Ini adalah larangan yang paling besar (berat), sebab akan merusak haji, jika dilakukan sebelum
tahallul awal, dan orang yang melakukannya diwajibkan menyempurnakan (meneruskan) ibadah haji
tersebut, mengulang haji lagi tahun berikutnya serta diwajibkan menyembelih unta.

Orang yang sedang berihram juga tidak boleh melangsungkan pernikahan atau menikahkan (orang lain),
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:

.)) ُ‫(( الَ يَ ْن ِك ُح ْال ُمحْ ِر ُم َوالَ يُ ْن ِك ُح َوالَ يَ ْخطُب‬

“Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikah, menikahkan dan meminang”. (HR. Muslim: no. 1409).

 Khusus bagi laki-laki, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit. Yaitu pakaian yang dijahit menutupi
badan, seperti baju, atau menutupi sebagian anggota badan, seperti kaos dan celana dalam. Demikian pula,
tidak boleh menutupi kepalanya dengan sesuatu yang menempel, seperti sorban, topi dan sebagainya.
 Seorang yang sedang berihram, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh membunuh binatang buruan
darat (yang liar), atau membantu orang lain berburu dan mengusik hewan tersebut dari tempatnya.
 Khusus bagi wanita yang berihram, tidak boleh menggunakan niqab (penutup wajah), yaitu menutup
wajahnya dengan kain yang terbuka pada bagian matanya. Dan tidak dibolehkan pula mengenakan kaos
(sarung) tangan yang meliputi kedua tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam:

.)) ‫س ْالقُفَّازَ ي ِْن‬


ُ ‫ َوالَ ت َْل َب‬،ُ‫حْر َمة‬
ِ ‫(( الَ تَ ْنتَقِبُ ْال َمرْ أَة ُ ْال ُم‬

“Seorang wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup wajah) dan sarung tangan”. (HR. Bukhary:
no. 1838).

Tetapi, ia boleh menutup wajahnya jika ada laki-laki ajnabi (bukan mahramnya), sebagaimana dikatakan oleh
`Aisyah radhiyallahu `anha: “Dahulu (pada masa Nabi), apabila sekelompok orang yang berkenderaan melewati kami,
sedang pada waktu itu kami bersama Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, jika mereka berada sejajar dengan
kami, seseorang yang ihram di antara kami menurunkan jilbab-nya dari atas kepala untuk menutupi wajahnya. Dan
jika mereka telah berlalu, kami membukanya kembali. HR. Abu Daud: no. 1562, Ibnu Majah: no. 2926 dan Ahmad: no.
22894.

 Kemudian memperbanyak talbiyah hingga tiba di kota Mekkah dan memulai thawaf di Ka`bah.

Jika anda sudah tiba di kota Mekkah, thawaf-lah di Ka`bah sebanyak tujuh putaran, bermula dan berakhir di Hajarul
Aswad. Kemudian dianjurkan shalat dua raka`at di belakang Maqam Ibrahim, baik dari jarak yang dekat –jika
mampu- ataupun jauh.

2. Jika anda telah selesai shalat dua raka`at, pergilah menuju bukit Shafa dan lakukanlah sa`i antara Shafa dan
Marwah sebanyak tujuh kali, dengan niat sa`i untuk umrah, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Dari
Shafa ke Marwah dihitung satu putaran, demikian seterusnya sampai berakhir di Marwah.
3. Jika anda telah menyempurnakan sa`i, cukur-lah dengan rata semua rambut kepala anda. Dengan demikian,
berarti selesailah sudah rangkaian ibadah umrah anda, dan anda boleh melepas pakaian ihram serta
memakai baju (pakaian biasa).
4. Jika anda ingin mengerjakan haji saja, maka ucapkanlah ketika anda ihram dari miqat: “Labbaika hajjan”.
Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah sampai melempar Jumrah `Aqabah (pada hari Nahar). Jika anda
telah sampai di Baitullah (Ka`bah), thawaflah tujuh putaran sebagai thawaf Qudum. Dan setelah anda
melakukan sa`i antara Shafa dan Marwah, maka sa`i tersebut sudah cukup (dan berfungsi sebagai) sa`i
untuk haji, dan janganlah anda mencukur rambut; karena anda tetap dalam keadaan ihram sampai anda
bertahallul pada hari `Id (`Idul Adha).
5. Dan jika anda melaksanakan haji Qiran (menggabungkan haji dan umrah), maka ucapkanlah ketika anda
berihram di miqat: “Labbaika `umratan wahajjan”. Kemudian perbanyak-lah membaca talbiyah sampai anda
melontar Jumrah `Aqabah. Dan anda melakukan peker-jaan (manasik) seperti yang dilakukan oleh orang
yang melaksanakan haji Ifrad (mengerjakan haji saja, sebagaimana pada poin enam di atas).
6. Tata Cara Umrah
7.
8. Jika anda telah sampai di miqat (tempat memulai ihram), mandilah sebagaimana anda
mandi junub (jika sanggup dikerjakan).
9.
10. Setelah itu, pakailah wangi-wangian yang paling baik (ke tubuh anda). Kemudian, pakailah
kain ihram: (Bagi laki-laki) dua helai kain putih, salah satunya digunakan sebagai sarung.
Sedangkan bagi wanita, boleh menggunakan pakaian apapun dengan syarat tidak memper-
tontonkan hiasannya kepada orang lain atau menyerupai (pakaian) laki-laki.
11.
ُ ” (jika anda hendak melakukan
12. Kemudian, berihramlah dengan mengucapkan (niat): “ َ‫ع ْم َرة لَبَّيْك‬
umrah), kemudian lanjutkan dengan talbiah seperti yang diajarkan (Nabi Shallallahu
`alaihi wasallam) kepada kita:
13.
14. (( َ‫لَبَّيْكَ اللَّ ُه َّم لَبَّيْك‬، َ‫لَكَ ش َِريْكَ لَ لَبَّيْك‬، َ‫لَبَّيْك‬، ‫و ْال ُم ْلكَ لَكَ َوالنِِّ ْع َمةَ ْال َح ْم َد إِ َّن‬،
َ َ‫)) لَكَ ش َِريْكَ ل‬.
15.
16. “Kupenuhi panggilanMu ya Allah, kupenuhipanggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada
sekutu bagiMu, kupenuhi panggilanMu. Se-sungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan
hanya milikMu semata, tiada sekutu bagiMu”.
17.
18. Berihram dari miqat hukumnya adalah wajib. Jika anda hendak berhaji atau umrah, maka
anda tidak boleh melewati miqat tanpa berihram.
19.
20. Jika anda telah berniat melaksanakan ibadah haji atau umrah (berihram), maka ketahuilah
bahwa anda dilarang melakukan perbuatan-perbuatan berikut ini:
21.
22. Memotong rambut/ bulu dari semua anggota tubuh, berdasarkan firman Allah Subhanahu
wa Ta`ala:
23.
ُ ‫َمحِ لَّه ُ ْال َه ْد‬
َ ‫ي يَ ْبلُ َغ َحتَّى ُر ُءو‬
24. ‫س ُك ْم تَحْ ِلقُوا َو َل‬
25.
26. “Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum (binatang) korban sampai di tempat
penyembelihannya”. (QS. Al Baqarah: 196)
27.
28. Menggunakan wangi-wangian di badan, pakaian dan makanan, berdasarkan hadits yang
mengisahkan tentang seorang yang terjatuh dari ontanya (pada saat menunaikan ibadah
haji) lalu meninggal dunia karena diinjak oleh ontanya itu.Kisah tersebut selengkapnya
adalah sebagai berikut: “Ketika seorang yang wukuf di Arafah terjatuh dari ontanya,
kemudian meninggal karena diinjak oleh ontanya tersebut, Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam bersabda: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kemudian kafanilah dia
dengan dua helai kain ihramnya, jangan kalian memberikan wangi-wangian kepadanya dan
jangan menutupi kepalanya, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari
kiamat dalam keadaan bertalbiah (ihram)”. (Muttafaqun `alaihi).
29.
30. Seorang yang berihram tidak boleh mengenakan pakaian yang sudah dicelup
dengan za`faran dan wars (jenis tumbuhan yang berbau harum).
31.
32. Bersetubuh. Ini adalah larangan yang paling besar (berat), sebab akan merusak haji, jika
dilakukan sebelum tahallul awal, dan orang yang melakukannya diwajibkan
menyempurnakan (meneruskan) ibadah haji tersebut, mengulang haji lagi tahun berikutnya
serta diwajibkan menyembelih unta.
33.
34. Orang yang sedang berihram juga tidak boleh melangsungkan pernikahan atau menikahkan
(orang lain), berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
35.
36. (( َ‫)) َي ْخطُبُ َولَ يُ ْن ِك ُح َولَ ْال ُمحْ ِر ُم َي ْن ِك ُح ل‬.
37.
38. “Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikah, menikahkan dan meminang”. (HR.
Muslim: no. 1409).
39.
40. Khusus bagi laki-laki, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit. Yaitu pakaian yang dijahit
menutupi badan, seperti baju, atau menutupi sebagian anggota badan, seperti kaos dan
celana dalam. Demikian pula, tidak boleh menutupi kepalanya dengan sesuatu yang
menempel, seperti sorban, topi dan sebagainya.
41.
42. Seorang yang sedang berihram, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh membunuh
binatang buruan darat (yang liar), atau membantu orang lain berburu dan mengusik hewan
tersebut dari tempatnya.
43.
44. Khusus bagi wanita yang berihram, tidak boleh menggunakan niqab (penutup wajah), yaitu
menutup wajahnya dengan kain yang terbuka pada bagian matanya. Dan tidak dibolehkan
pula mengenakan kaos (sarung) tangan yang meliputi kedua tangan. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
45.
46. (( َ‫ال ُمحْ ِر َمةُ ْال َم ْرأَة ُ ت َ ْنتَقِبُ ل‬،
ْ َ‫س َول‬
ُ َ‫)) ْالقُفَّازَ ي ِْن ت َْلب‬.
47.
48. “Seorang wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup wajah) dan sarung
tangan”. (HR. Bukhary: no. 1838).
49.
50. Tetapi, ia boleh menutup wajahnya jika ada laki-laki ajnabi (bukan mahramnya),
sebagaimana dikatakan oleh `Aisyah radhiyallahu `anha: “Dahulu (pada masa Nabi), apabila
sekelompok orang yang berkenderaan melewati kami, sedang pada waktu itu kami
bersama Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, jika mereka berada sejajar dengan kami,
seseorang yang ihram di antara kami menurunkan jilbab-nya dari atas kepala untuk
menutupi wajahnya. Dan jika mereka telah berlalu, kami membukanya kembali. HR. Abu
Daud: no. 1562, Ibnu Majah: no. 2926 dan Ahmad: no. 22894.
51.
52. Kemudian memperbanyak talbiyah hingga tiba di kota Mekkah dan memulai thawaf di
Ka`bah.
53.
54. Jika anda sudah tiba di kota Mekkah, thawaf-lah di Ka`bah sebanyak tujuh putaran, bermula
dan berakhir di Hajarul Aswad. Kemudian dianjurkan shalat dua raka`at di belakang Maqam
Ibrahim, baik dari jarak yang dekat –jika mampu- ataupun jauh.
55.
56. Jika anda telah selesai shalat dua raka`at, pergilah menuju bukit Shafa dan lakukanlah sa`i
antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dengan niat sa`i untuk umrah, dimulai dari
Shafa dan berakhir di Marwah. Dari Shafa ke Marwah dihitung satu putaran, demikian
seterusnya sampai berakhir di Marwah.
57.
58. Jika anda telah menyempurnakan sa`i, cukur-lah dengan rata semua rambut kepala anda.
Dengan demikian, berarti selesailah sudah rangkaian ibadah umrah anda, dan anda boleh
melepas pakaian ihram serta memakai baju (pakaian biasa).
59.
60. Jika anda ingin mengerjakan haji saja, maka ucapkanlah ketika anda ihram dari miqat:
“Labbaika hajjan”. Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah sampai melempar Jumrah
`Aqabah (pada hari Nahar). Jika anda telah sampai di Baitullah (Ka`bah), thawaflah tujuh
putaran sebagai thawaf Qudum. Dan setelah anda melakukan sa`i antara Shafa dan Marwah,
maka sa`i tersebut sudah cukup (dan berfungsi sebagai) sa`i untuk haji, dan janganlah anda
mencukur rambut; karena anda tetap dalam keadaan ihram sampai anda bertahallul pada
hari `Id (`Idul Adha).
61.
62. Dan jika anda melaksanakan haji Qiran (menggabungkan haji dan umrah), maka ucapkanlah
ketika anda berihram di miqat: “Labbaika `umratan wahajjan”. Kemudian perbanyak-lah
membaca talbiyah sampai anda melontar Jumrah `Aqabah. Dan anda melakukan peker-jaan
(manasik) seperti yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji Ifrad (mengerjakan haji
saja, sebagaimana pada poin enam di atas).

Anda mungkin juga menyukai