Anda di halaman 1dari 37

UJIAN PRAKLINIK BIDAN SEBAGAI CARE PROFIDER KOMUNITAS

KELOMPOK 4

SOAL:

Buatkan tinjauan teori dan asuhan yang berkaitan dengan bidan sebagai care provider di komunitas di
bawah ini. (dikerjakan sesuai dengan pembagian tugas)

a) Melakukan asuhan pada ibu hamil di komunitas


b) Melakukan asuhan pada ibu bersalin di komunitas
c) Melakukan asuhan pada ibu nifas di komunitas
d) Melakukan asuhan pada neonatus di komunitas
e) Melakukan asuhan pada bayi, balita dan anak pra sekolah di komunitas

JAWABAN:

A. MELAKUKAN ASUHAN PADA IBU HAMIL DI KOMUNITAS


DEFINISI
Asuhan pada ibu hamil (ANC) adalah asuhan pada pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga, mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapkan pemberian ASI, dan kehamilan kesehatan reproduksi secara wajar.

TUJUAN ASUHAN ANTENATAL

1. Tujuan Umum

Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga
kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.

2. Tujuan Khusus
 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
 Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
 Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
 Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi.
 Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif.

STANDAR MINIMAL ASUHAN ANTENATAL 14T

Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T”, meliputi :
1) Timbang berat badan (T1)

Ukur berat badan dalam kilogram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil
0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

2) Ukur tekanan darah (T2)

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai
adanya preeklampsia.

3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)


4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5) Pemberian imunisasi TT (T5)
6) Pemeriksaan Hb (T6)
7) Pemeriksaan VDRL (T7)
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil (T9)
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)


12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

MANAJEMEN ASUHAN ANTENATAL

Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah alamiah sistematis yang


dilakukan bidan, dengan tujun untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan
standar yang berlaku. Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan harus melakukan kerja
sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan recana kelahiran, penolong persalinan,
tempat bersalin, tabungan untuk persalinan, dan mempersiapkan recana apabila terjadi komplikasi.

Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemui ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan selama kehamilan atau antenatal care (ANC) diantaranya adalah ibu sakit, tidak
ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau
ke pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
adalah dengan:

1) Melakukan kunjungan rumah;


2) Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan;
3) Apabila ada masalah, coba untuk mendampingi ibu dalam mencari pemecahannya;
4) Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal

care:

1) Dua kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14


2) Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke- 14 sampai minggu ke -28
3) Tiga kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-36 dan setelah
minggu ke-36

Kunjungan ideal selama kehamilan

1) Pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan
2) Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3) Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4) Satu kali setiap minggu samapai usia kehamilan 9 bulan
5) Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan

Pelaksanaan Asuhan Antenatal di Rumah

Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal di rumah.

1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya


2) Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
teratur
3) Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak merasakan kehamilannya
4) Sebelum melakukan asuhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari, dan jam
yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu serta keluarga
5) Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai dengan standar,
6) kemudian identifikasi lingkungan rumah apabila ibu mempunyai rencana melahirkan dirumah

B. MELAKUKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN DI KOMUNITAS


A. Falsafah Ibu Bersalin Di Komunitas
1) Bidan meyakini bahwa setiap individu berhak untuk merasa aman, puas terhadap
pelayanan masyarakat.
2) Yakin bahwa proses kehamilan dan persalinan dapat di tingkatkan kualitasnya
melalui pendidikan, kesehatan dan intervensi berbentuk dukungan.
3) Asuhan bulin yang berfokus pada kebutuhan individu dan keluarganya baik emosi,
fisik dan sosial.
4) Asuhan diberikan secara terus menerus yang menekankan pada aspek keamanan
menajemen klinis yang sesuai standar.
B. Tujuan asuhan INC
1) Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2) Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang
menyenangkan
3) Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan.
C. Pelayanan Kebidanan Komunitas
1) Standar pelayanan kebidanan
a. Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
selama proses persalinan berlangsung.
b. Persalinan yang aman
1) Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
2) Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat terkendali.
3) Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4) Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
5) Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama,
dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum
2) Persiapan
a. Persiapan bidan
Persiapan bidan dalam memberikan asuhan intranatal di komunitas adalah harus
mempersiapkan diri sebaik-baiknya terutama dari segi kompetensi, sehingga dapat
memberikan pelayanan persalinan yang bersih dan aman serta tahu saat yang
dapat untuk merujuk kasus-kasus kegawatdaaruratan. Persiapan bidan meliputi:
a) Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu
selama proses persalinan.
b) Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan
dan kelahiran bayi.
c) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan
pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam
keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
d) Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika
terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan
membahayakan keselamatan ibu dan bayinya. Apabila itu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan.
e) Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, memberikan keleluasaan
untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.
b. Persiapan rumah dan lingkungan
Persiapan rumah dan lingkungan dapat dibedakan menjadi situasi dan kondisi.
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :
1) Rumah cukup aman dan hangat
2) Tersedia ruangan untuk proses persalinan
3) Tersedia air mengalir
4) Terjamin kebersihannya
5) Tersedia sarana media komunikasi
c. Persiapan ibu dan keluarga
Adapun persiapan ibu dan keluarga diantaranya: waskom besar, tempat/ember untuk
penyediaan air, kendil atau kwali untuk ari-ari, tempat untuk cuci tangan (air mengalir)
+ sabun + handuk kering, satu kebaya (daster), dua kain panjang, satu untuk ibu dan
satu untuk ditaruh diatas alas plastik atau karet, BH menyusui, pembalut, satu handuk,
sabun, dua waslap, perlengkapan pakaian bayi, selimut bayi, kain halus atau lunak
untuk mengeringkan dan membungkus bayi.

C. ASUHAN IBU NIFAS DI KOMUNITAS


Definisi:
Masa nifas merupakan masa pemulihan fisik dan psikologis sejak sesaat setelah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu ( fraser dan Cooper 2009:609). Rasional pasti yang menjelaskan
waktu 6 minggu masih belum jelas, tapi tampaknya berkaitan dengan kisaran kebudayaan dan
tradisi selain proses fisiologis masa nifas. Pada 6 minggu tersebut diperkirakan bahwa semua
system ibu telah pulih dari efek kehamilan dan kembali pada kondisi sebelum hamil.
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan
pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu
nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat
disekitarnya.
Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan
pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil bersalin, nifas dan bayi
baru lahir (0- 28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat
dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah
termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan,persalinan, nifas, menyusui dan masa antara
kehamilan (periode interval).

2.1.2 Tujuan
Menurut Bahiyatun (2010), tujuan asuhan nifas adalah sebagai berikut :
1. Memulihkan kesehatan umum ibu nifas
Ibu mengalami persalinan yang sangat melelahkan disertai dengan pengeluran darah.
Disamping itu, ibu masih harus memberikan ASI-nya kepada bayinya. Hal ini perlu dilakukan
upaya pemulihan kesehatan umum ibu, yang akan membawapengaruh positif bagi bayi
juga.
2. Mempertahankan kesehatan psikologinya
Ibu nifas yang mengalami kesakitan saat persalinan maupun masa nifas serta adanya peran
baru sebagai ibu., sangat membutuhkan upaya pemulihan kesehatan psikologisnya. Tidak
sedikit ibu yang merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik bagi banyinya. Bidan
memberikan asuhan untuk menjamin kesehatan psikologis ibu nifas.
3. Mencegah infeksi dan komplikasinya
Ibu nifas mempunyai resiko yang cukup besar untuk mengalami infeksi dan komplikasi.
Bidan memberikan asuham berupa tindakan perawatan serta pemberian pendidikan
kesehatan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
4. Memperlancar pembentukan ASI
Berkaitan dengan peran baru ibu, ibu dituntut untuk dapat memberikan ASInya dengan
baik yang salah satunya harus diimbangi dengan produktivitas ASI yang cukup. Bidan
mempunyai peran besar untuk mendukung pemberian ASI.
5. Mengajarkan cara perawatan mandiri ibu dan bayi sampai nifas selesai
Bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang cara perawatan ibu dan bayi
sehingga komplikasi masa nifas dapat dicegah.
6. Memberikan pelayanan KB (Anggraini 2010:3)
Masa nifas selesai akan bersambung dengan masa subur ibu. Ibu perlu waktu yang cukup
untuk pulih secara fisik dan psikis serta untuk merawat maupun memberikan kasih
sayangkepada bayi.bidan memberikan asuhan agar ibu dapat mengatur kehamilan
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Peran dan tanggung jawab bidan pada ibu post partum


Bidan memberikan perawatan dan dukungan serta melakukan pemantauan terhadap
kesehatan ibu dan bayinya (Fraser dan Cooper 2010).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
1. Mendukung dan memantau kesehatan ibu dan bayi
Bidan memberikan dukungan dan pemantauan sejak masa bayi lahir sampai masa nifas
berakhir melalui kunjungan ke rumah atau melalui telepon. Dengan upaya ini,
diharapkan kesehatan ibu maupun bayi dapat segera pulih dan dapat mencegah
timbulnya komplikasi masa nifas.
2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosional, sosial serta memberikan
semangat pada ibu. Kesehatan ibu secara psikologis memutuhkan perhatian tersendiri
karena ibu dalam sedang dalam masa rawan secara psikologis. Perubahan peran dan
tanggung jawab sebagai ibu menuntut perhatian dan dukungan dari bidan untuk
menumbuhkan kepaercayaan diri ibu dalam merawat diri dan bayinya.
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya
Banyak ibu belum mampu memberikan ASI dengan benar sehingga dapat timbul
masalah-masalah dalam laktasi. Bidan memberikan bantuan kepada ibu agar ibu mampu
menyusui dengan benar sehingga ibu dan bayi puas dan tidak ada masalah laktasi.
4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
Ibu nifas dapat mengalami krisi percaya diri karena peran barunya yang harus dihadapi.
Bidan membangun kepercayaan diri ibu bahwa ibu pasti mampu menjadi ibu yang baik
bagi bayinya.
5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai
orangtua
Seorang ibu akan yakin mampu menjadi seorang ibu yang baik jika ia mampu
melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang ibu. Untuk itu bidan memberikan pendidikan
kesehatan agar ibu mengetahui dan mampu melaksanakan sendiri.
6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
Perasaan canggung menghadapi orang asing yang baru ada mungkin masih dirasakan
beberapa ibu atau keluarga. Bidan memfasilitasi agar hubungan ibu/keluarga dapat
segera terjalin dengan membiarkan bayi dalam ruang yang sama dengan ibu dan
keluarga, memberikan bayi kepada ibu/keluarga agar menyentuhnya, mengajaknya
berkomunikasi atau memperhatikan kekhasan bayi.
7. Mendorong ibu untuk menyusi bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
Ibu akan mengalamai after pain atau ketidaknyamanan lain sehingga sedikit
“melupakan” bayinya. Bidan harus mendorong ibu untuk memberikan bayinya, namun
bidan tetap memperhatikan kenyamanan ibu.
8. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan
anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi,
9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan
yang aman
11. Melakukan menejemen yang aman dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosis dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk memperoleh proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
nifas

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas


Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas, dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan
ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta
memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu
mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang
melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri
tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan
anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan
dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan
untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif
perawatan bersama keluarga.

Perencanaan kunjungan rumah


Sebelum bidan melakukan kunjungan rumah (home visit), ada beberapa hal yang
tentunya harus benar-benar diperhatikan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah
kepulangan klien ke rumah

b) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu

c) kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.

d) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini
dapat meliputi:
a) Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.

b) Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar
lingkungan rumah klien.

c) Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan.


d) Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai.

Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi
karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang
sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.

Jadwal kunjungan rumah


Bidan terjadwal melakukan kunjungan rumah paling sedikit 4 kali, yaitu diantaranya :
1) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)

Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu
melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca persalinan
keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan,
karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca
persalinan. Tujuan dari dilakukannya kunjungan pertama masa nifas adalah ; Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, dan
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Kunjungan pertama meliputi :
a. ASI : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara eksklusif, cara menyatukan
mulut bayi dengan putting susu, merubah-rubah posisi, mengetahui cara memeras ASI
dengan tangan seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri putting
dan perawatan putting susu.
b. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang semestinya, adakah
tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu: nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak
keras dan TFU menaik,kaji pasien apakah bisa memasase uterus dan ajari cara memasase
uterus agar uterus bisa mengeras. Periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah
berlebihan.
c. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan pada pasien
mengenai involusi uterus.
d. Pembahasan tentang kelahiran : kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses
tersebut.
e. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga),
pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
f. Bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi
dan rencana menghadapi keadaan darurat.
2) Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)

Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca persalinan dimana ibu sudah bisa
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Kunjungan kedua meliputi :
a) Diet
Bidan memberikan informasi tentang makanan yang seimbang, seperti :
- Kalori
kalori sepanjang 3 bulan pertama post partum mencapai 750-800 Kkal jika laktasi
berlangsung lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun yang berarti
jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan agar produksi ASI seimbang untuk bayi.
Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalori seperti : daging sapi, ayam,
buah-buahan.
- Protein
Selama menyusui ibu memerlukan tambahan protein diatas kebutuhan normal yaitu
50gram/hari. Dasar ketentuannya adalah setiap 100 ml ASI mengandung 1,2 gram protein,
dengan demikian 830 ml ASI mengandung 10gram protein. Contoh makanan yang
mengandung protein yaitu : Ikan salmon, telur, kentang, daging, kacang-kacangan”produk
kedelai, tahu, tempe, buncis dan lain-lain. Makanan diatas mengandung banyak protein
yang berguna untuk penambahan berat badan bayi melalui ASI yang diminum oleh bayi.
- Asam Lemak
Makanan yang mengandung asam lemak Omega 3 yang terdapat dalam ikan kakap dan
tongkol, Asam ini diubah menjadi DHA yang dikeluarkan melalui ASI berfungsi sebagai
nutrisi pematangan sel otak bayi.
- Kalsium
Banyak terdapat pada susu, keju, teri dan kacang-kacangan yang dikeluarkan melalui ASI
berfungsi membantu perkembangan tulang bayi. Kebutuhan kalsium perhari selama masa
laktasi adalan 0,5-1gram/hari
- Zat Besi
Banyak terkandung pada sayur-sayuran hijau tua seperti bayam, daun ubi kayu, daun katuk
yang berfungsi untuk mencegah anemia pada ibu dimasa menyusui dan memperlancar
produksi ASI, dibutuhkan 20gram zat besi/hari.
- Asam folat
Banyak terkandung pada jeruk, alpukat, asparagus, roti gandum yang berfungsi untuk
membantu perkembangan/pertumbuhan otak bayi melalui ASI yang diminumnya.
- Vit. C
Banyak terdapat pada buah-buahan yang berwarna kuning kemerahan seperti wortel,
tomat, jeruk, mangga,sirsak, apel yang berfungsi sebagai anti oksidan dan dapat membantu
perkembangan otak bayi serta sebagai pembantu absorbsi zat besi didalam tubuh.
- Cairan dan mineral
Kebutuhan cairan yang harus dikonsumsi ibu sebanyak 3 liter/hari dengan asumsi 1 liter
setiap 8jam dalam beberapa kali minum terutama setelah selesai menyusui.
Selama menyusui ibu sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak sayuran dan buahan
yang mengandung serat seperti : papaya, pisang, bayam, kangkung dll agar ibu terhindar
dari konstipasi dan berguna untuk menambah produksi ASI ibu.
b) Kebersihan atau perawatan diri sendiri
Bidan menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama putting susu dan
perineum karena sangat sering terjadi infeksi pada bagian perineum jika hyginie ibu kurang
dan terjadi lecet pada putting sehingga bisa menyebabkan peradangan pada putting susu
jika ibu tidak dapat merawat putting susu nya dengan baik.
Berikut langkah-langkah dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum dirumah :
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, baik bayi maupun ibu dengan
tujuan agar terhindar dari resiko infeksi dan alergi kulit pada bayi.
- Anjurkan ibu untuk membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air bersih,
ajarkan ibu cara membersihkan nya dengan cara dibersihkan dari vulva terlebih dahulu
dari arah depan kebelakang dengan hati-hati.
- Ajarkan ibu untuk mengganti pembalut setiap terasa penuh serta membersihkan
kembali daerah genetalia pada saat mengganti pembalut.
- Ajarkan ibu untuk mencui tangan den gaan sabun sebelum dan sesudah membersihkan
daerah genetalia nya.
- Jika ibu ada luka karena episiotomy maka ingatkan iu untuk tidak menyentuh daerah
luka agar tidak terjadi infeksi sekunder.
c) Senam
Bidan mengajarkan senam kegel serta senam perut yang ringan tergatung pada kondisi
ibu dan tingkat diastasis. Senam ini bertujuan untuk mengembalikan kekencangan otot-
otot abdomen dan otot panggul serta membantu memperlancar peredaran darah ibu
dan lebih menyehatkan ibu selama masa nifas.
d) Kebutuhan akan istirahat
Bidan menganjurkan pasien untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur, meminta
bantuan anggota keluarga untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.
e) Pengkajian adanya tanda-tanda post partum blues
Bidan melakukan pengkajian seperti ; ibu tidak peduli dengan bayinya, ibu menyendiri,
terlihat seperti cemas, menangis tiba-tiba dan ibu kehilangan nafsu makan, status
emosional ibu tidak stabil, perasaan takut dan lelah.
f) Keluarga berencana
Bidan melakukan pembicaran awal kepada ibu mengenai tentang kembalinya masa
subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan
pengendalian kehamilan dan penjelasan mengenai metode kontrasepsi seperti Metode
Amenorea Laktasi selama 6 bulan post partum.
g) Tanda-tanda bahaya
Bidan memberitahu kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda
bahaya seperti ; perdarahan abnormal, sakit kepala berat, pandangan kabur, kaku
kuduk, nyeri abdomen bagian bawah, pengeluaran lochea yang abnormal, oedema
pada kaki/tangan, demam, muntah serta rasa sakit saat BAK & BAB, payudaraa
bengkak, anoreksia dalam waktu yang lama, merasa letih dan nafas sesak, kejang.
misalnya pada ibu dengan riwayat pre-eklampsi atau resiko eklampsia memerlukan
penekanan pada tanda-tanda bahaya dari pre-eklampsi atau eklampsia.

h) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya


Jelaskan kepada ibu bahwa akan ada kunjungan ulang oleh bidan agar terjadi
kesepakatan antara pasien dan bidan.
3) Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)

Pada kunjungan 2 minggu post partum dimana untuk teknis pemeriksaannya sama
persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Pada kunjungan ini fokus yang
dilakukan adalah menilai sejauh mana seorang ibu dapat melewati perubahan dan
tanggung jawab baru sebagai orang tua. Pada kunjungan ini bidan mengobservasi interaksi
ibu dan bayinya dan respoinsivitasnya terhadap kebutuhan bayi. Setiap kontak dengan ibu
merupakan kesempatan untuk berbagi mengenai perkembangan bayi, mendiskusikan
tentang keamanan, stimulasi bayi, dan keterampilan sebagai orang tua serta
mendiskusikan tentang imunisasi pada kunjungan ini merupakan waktu yang efektif untuk
memotivasi ibu menyusui dan mengatasi setiap masalah menyusui.

4) Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan).

Pemeriksaan minggu ke 4 hingga ke 6 post partum meskipun puerperium terakhir pada


minggu ke-6 tetapi para ahli meyakini bahwa untuk mengevaluasi normalitas dilihat pada
minggu ke-4. Pemeriksaan nifas sampai 6 minggu post partum terdiri dari pemeriksaan fisik
lengkap dan pengkajian data meliputi :
 Metode kontrasepsi yang diinginkan.
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut
sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a) Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b) Kelebihan/ keuntungan
c) Kekurangannya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metode ini.
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.
 Payudara,masalah menyusui, perawatan payudara.
 Fungsi perkemihan.
 Tonus abdomen.
 Fungsi bowel.

Manajemen ibu postpartum


Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran,
sampai 6 minggu setelah kelahiran. Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang
adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat
selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar
terlaksananya asuhan segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian,
membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa
dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.
Manajemen ibu postpartum antara lain :
1. Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga objektif. Data subjektif yaitu data yang
didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara.
Sedangkan data objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau
tenaga kesehatan.
1) Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan ibu.
2) Melakukan pemeriksaan awal post partum.
3) Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
- Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
- Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
- Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
- Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
- Catatan obat-obat
- Catatan bidan/ perawat
- Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti : Mobilisasi, BAK dan BAB,
Keadaan Nafsu makan, Ketidaknyamana/ rasa sakit, Kekhawatiran, Makanan bayi,
Reaksi pada bayi.
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan terhadap pasien, meliputi :
- Tekanan Darah, Suhu, nadi
- Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
- Payudara & putting susu
- Abdomen yang di lihat adalah keadaan uterus (TFU dan kontraksinya)
- Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
- Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
- Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan Data.

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan


interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. diagnosa, masalah dan kebutuhan
ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi
berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan merencanakan antisipasi
tindakan.
Contoh :
- Diagnosa : Bendungan Payudara
- Masalah potensial : Mastitis
- Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
4. Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera
berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan
pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila
teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan
curettage.
5. Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan
dari langkah sebelumnya.
Contoh :
1) Manajemen asuhan awal postpartum :
- Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
- Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur.
- Gizi / diet.
- Perawatan perineum
2) Asuhan lanjutan :
- Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
- Perawatan payudara
- Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
- Rencana KB
- Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
6. Implementasi Asuhan

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.


7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi
belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas. Evaluasi secara
terus menerus meliputi:
1) Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2) Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3) Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki

Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas :


1) Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
2) After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada
uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan
wanita menyusui.
3) Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya
vaskularitas dan kongesti
4) Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan
kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5) Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama
kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
6) Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu
meningkatkan pertumbuhan bayi.
7) Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran
genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8) Manajemen cemas
Peran bidan :
a. Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran
bayinya.
b. Bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
c. Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan
Postpartum group
Kelompok post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan
ibu yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan kebutuhan
personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk mengalami
kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden.

Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari
ibu nifas. Bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-
permasalahan yang timbul masa nifas. Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi
wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan
bahwa tak semua menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi
setelah melahirkan.

Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum blues.
Dikomunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam
postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman
melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Lewat
postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologis saat nifas diharapkan bisa diatasi
(Niken Meilani, 2009: 56).

Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa
kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues.
Postpartum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering terjadi
pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).

Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan dukungan untuk menemaninya
melalui masa nifas, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung
seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau
seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari
kelompok dukungan postpartum.
Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan
beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya
dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita
kemungkinan terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling
bila memang diperlukan.

Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan
atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai
atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau holistik dan dukungan dari kelompok


pendukung dari penanganan para ibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis,
konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual
tentang pengalaman dann harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami,
keluarga serta orang-orang terdekatnya.

Bentuk dukungan untuk mencegah terjadinya depresi postpartum pada kelompok


postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan
baik antara bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2) Dapat memahami dirinya
3) Dapat mendukung tindakan konstruktif.

2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
1) Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll
2) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayinya.
3) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya.
4) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir.
5) Memperbanyak dukungan dari suami.
6) Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
7) Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja
melahirkan.
8) Bayi memakai pampers untuk meringankan kerja ibu.
9) Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
10) Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
3. Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
1) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
2) Tidurlah ketika bayi tidur.
3) Berolahraga ringan.
4) Ikhlas dan tulus dengan peran baru ssebagai ibu.
5) Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi,
6) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
7) Bersikap fleksibel.
8) Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
9) Bergabung dengan kelompok ibu.

Selain bentuk-bentuk dukungan yang harus dipenuhi, pemerintah telah mencanangkan


program kegiatan postpartum group yang dimana kegiatan ini dapat dilaksanakan di salah
satu rumah ibu post partum/ posyandu dan polindes.
Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling mengenai :
1. Kebersihan diri
2. Istirahat

3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah,
sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b. Lochea sanguilenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah
dan vernik kaseosa.
c. Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d. Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan
otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala
nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai
hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8. Keluarga berencana
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu ingin mencari
kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala ibu postpartum
yang sudah pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk membentuk
kelompok pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut, ternyata kelompok
pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam membantu seorang wanita
yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan.

D. KONSEP DASAR ASUHAN BAYI BARU LAHIR


1. Definisi

Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus.

2. Ciri-ciri
a. Lahir aterm antara 37-40 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting, (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipidan daerah
mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking dan swallowing, (isap dan menelan) sudah terbentukdengan baik.
q. Refleks morro, (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentukdengan baik.
r. Refleks grapsing, (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia

Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada padaskrotum


dan penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora. Eliminasi baik yang
ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam
kecoklatan.
3. Klasifikasi

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa


kasifikasi menurut, yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : < 2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

4. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

a. Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang
sudahdisiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi
diantarakedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan
kering.Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir.
1. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
2. Apakah bayi bergerak aktif ?
3. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan atau kah ada sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak
aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian tidak ada pada
bayi, bayi tidak dikatakan lahir normal/fisiologis.
b. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah melakukan
penilaian,menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas (jika
perlu),mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya,
memotong tali pusat, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikansuntik
vitamin K1 secara IM (Intramuskular), dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi
baru lahir, memberikan salep mata antibiotic tetrasiklin 1% padakedua mata,
melakukan pemeriksaan fisik memberikan imunisasi Hepatitis B00,5 ml secara IM
(intramuskular) di paha kanan anteroleteral, diberi kira-kira 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1.
c. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi sendiri
karenasetelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan permukaanyang
dingin.
3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya
melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin ruangan).
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
d. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum sempurna.
Olehkarena itu, jika tidak dilakukan pencegahan kehilangan panas maka bayi akan
mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko mengalamikesakitan
berat atau bahkan kematian.
Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dandiselimuti walaupun dalam keadaan basah
atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berasa dalam rungan yang
sangat hangat.
e. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Padasaat
bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1) Beri salep mata segera setelah lahir
2) Beri imunisasi hepatitis B sebelum bayi berumur 7 hari ( 0,5 ml/10 mcg)
3) Jaga agar tali pusat tetap kering dan bersih
4) Jangan bubuhi tali pusat dengan ramuan atau bahan lain
5) Peluk bayi dengan kasih sayang
6) Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
7) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
8) Memastikan satung tangan peralatan, termasuk klem gunting, dan benangtali
pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola
kakret penghisap untuk lebih dari satu bayi.
9) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
10) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali digunakan).
11) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara denganmandi
setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
12) Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,
hangat dan sabun setiap hari.
13) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang-

orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya


E. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN PRA SEKOLAH

1. Tujuan
a Menjelaskan pengertian asuh (Fisis Biomedis)
b Menyebutkan macam-macam kebutuhan dasar asuh Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah 81
 Pemberian pangan / nutrisi
 Perawatan kesehatan dasar
• Pelayanan kesehatan dasar
• Imunisasi
• Sebab morbiditas
 Kebutuhan pangan
 Kebutuhan perumahan
 Kebutuhan higiene diri dan sanitasi lingkungan
 Kebutuhan bermain, aktifitas fisik tidur
 Kebutuhan rekreasi dan waktu luang
c. Menjelaskan kebutuhan dasar asih (Psikologi)
d. Menyebutkan macam-macam kebutuhan asuh
 Kasih sayang orang tua
 Menciptakan rasa aman dan nyaman anak merasa dilindungi c.
Kebutuhan harga diri
 Kebutuhan akan mandiri
 Kebutuhan dibantu, didorong, dimotivasi
 Kebutuhan akan kesuksesan
 Kebutuhan mendapat kesempatan dan pengalaman
 Kebutuhan rasa memiliki
e. Pengertian kebutuhan dasar asah (stimulasi)
f. Menyebutkan dasar perlu stimulasi dini
g. Menyebutkan tempat mendapat asah
h. Menyebutkan macam contoh alat bermain balita
i. Menyebutkan ciri permainan anak usia dibawah 5 tahun
 Usia 12-24 bulan
 Usia 25-36 bulan
 Usia 36-72 bulan

2. Manfaat
a Memahami Kebutuhan dasar dalam proses kehidupan yaitu kebutuhan biologis,
kasih sayang dan rangsanga yang dibutuhkan Bayi, Balita dan anak prasekolah.
b Mengetahui Kebutuhan dasar bagi perkembangan anak sangat menentukan
masa depan.
c Memberi gambaran kebutuhan anak dilihat dari 3 kebutuhan Asah, Asih dan
Asuh.

3. Mengenal Bayi, Balita dan Prasekolah


a. Masa bayi ( 1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat.
Umur 5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x
berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah
satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga
pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh
karena itu perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip
menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata
untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum
naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup
mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup,
anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai
sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke
kirikanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan
badan dari posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih
benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa
lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya
akan cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan
bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa
bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil
berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak
dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan
membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulansampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan
tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang
dipegang bila diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba.
Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang
menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan
memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan
terjadinya kelainan emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang.
Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan
anak.
b. Masa Balita (1-5 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa
bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan
anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian
berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar
berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak
perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya.
Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa
sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih
banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang.
Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian,
membongkar mainan, dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakan
hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman.Anak juga dapat menunjuk
beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul,
dicubit atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-
kadang juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya
(self defense), misalnya menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang
tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya.
c. Prasekolah Pada usia 5 tahun
Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan lebih langsing.
Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga tanpa
bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau
melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara
hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya
yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan
membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang
abstrak dan konkret sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta,
padahal anak tidak bermaksud demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau
perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan interaksi
banyak faktor yang saling mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal
 Faktor dalam (Internal)
a. Genetik Faktor genetik
b. Perbedaan ras, etnik atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan berbeda
dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya
c. Keluarga
d. Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
e. Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu
dibanding laki-laki.
f. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Down’s sindroma
g. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin
berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat.
Hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga
menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisma,
maturasi tulang, gigi dan otak.
 Faktor lingkungan (eksternal)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu pranatal, natal, dan pasca natal.
a. Faktor pra natal (selama kehamilan) Faktor lingkungan pranatal yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per kembangan janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain :
i. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama
trimester akhirkehamilan.
ii. Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot.
iii. Toksin, zat kimia. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi antara lain obat antikanker, rokok, alkohol beserta
logam berat lainnya.
iv. Kelainan endokrin. Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon
plasenta, peptidapeptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila
salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf
pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
v. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat
menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
vi. Infeksi Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi
intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH,
sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada
janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain
vii. Kelainan imunologi
viii. Psikologis ibu
b. Faktor Natal / Persalinan Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps
dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
c. Faktor Pasca natal Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.

4. Kebutuhan Pada Dasar Bayi, Balita dan Prasekolah


Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan
setiaporangtua.Untuk mewujudkannya tentu sajaorang tua harus selalu
memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh
kembang anak dapat berlangsung secara alamiah,tetapi proses tersebut sangat
tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Pada masa inipertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita
ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional,
dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakanlandasan perkembangan
berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk padamasa ini.
Pada masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yangberguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan
sejak bayi masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak
secara maksimal tentu kita perlumengetahui banyak hal yang berkaitan dengan
anakitu sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangatberharga bagi
kita dalam merawat dan membesarkan buah hati kita.
Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai
dengan pembinaan anak masa datang. Masa depan manusia perlu dipersiapkan,
agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang, secara garis besar
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu Topik I : Kebutuhan fisis-biomedis (Asuh),
Topik 2: Kebutuhan akan kasih sayang (Asih), Topik 3: Kebutuhan Latihan /
Rangsangan/ Bermain (Asah). Jadi dalam membesarkan anak ini hendaknya dipakai
falsafah “ asuh, asih, asah” supayaanak bisa tumbuh dan berkembang optimal sesuai
dengan kemampuannya dengan demikian menjadi manusia yang berguna.

5. KEBUTUHAN PERAWATAN KESEHATAN DASAR


Perawatan kesehatan anak merupakan suatu tindakan yang berkesinambungan
dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tindakan pencegahan
primer dilakukan untuk mencegah risiko tinggi terkena penyakit, seperti melakukan
imunisasi dan penyuluhanpada orang tua tentang diare.
a Pelayanan kesehatan Anak
Perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak
minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang) minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi setiap bulan Februari dan Agustus. Tujuan pemantauan yang teratur untuk
mendeteksi secara dini dan menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan
tumbuh kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b Imunisasi
Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG, Polio, DPT, Hb dan
Campak agar terlindung dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sekarang sudah banyak imunisasi tambahan yang sudah beredar di Indonesia
seperti Hib, IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan anak sangat penting
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa
dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka
diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit yang menimbulkan kesakitan
dan kematian.
c. Morbiditas/ kesakitan
Diperlukan uapaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta limitasi
kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu
dengan cara membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat. Jangan sampai penyakit ditunggu menjadi parah, sebab bisa
membahayakan jiwanya. Perlu diajarkan ke orang tua cara membuat larutan
oralit untuk penderita diarhe atau obat panas untuk anak demam. Demikian juga
penyakit ISPA yang sering memberi dampak pada tumbuh kembang anak harus
ditanggulangi sedini mungkin. Anak yang sehat umumnya akan tumbuh dengan
baik, dan berbeda dengan anak yang sering sakit karena pertumbuhan akan
terganggu. Perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah
menderita suatu penyakit.

6. KEBUTUHAN PAKAIAN
Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-
pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing).Kebutuhan rasa
aman dan nyaman yang diberikan pada anak dapatdiberikan melalui pemenuhan
kebutuhan pakaian pada anak. Pakaianmerupakan sebuah bentuk perlindungan dan
kehangatan yang diberikanuntuk mencegah dan melindungi anak dari berbagai
benda yang dapatmembahayakan anak. Pakaian juga dapat meningkatkan percaya
diri anakdalam lingkungan sosialnya.

7. KEBUTUHAN PERUMAHAN
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan
penghuninya. Misalnya, ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak,
cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh
kembang anak. Rumah merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir seseorang.
Rumah dijadikan sebagai tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukan keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
seseorang. Rumah yang sehat akan meningkatkankualitas kesehatan fisik dan
psikologis penghuninya.
8. HIGIENE DIRI DAN SANITASI LINGKUNGAN
Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun lingkungan memegang
peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang
akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran perncernaan
seperti: diarhe, cacingan dll, sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya
dengan penyakit saluran pernafasan, percernaan serta penyakit akibat nyamuk.
Pendidikan kesehatan kepada masayarakat harus ditumjukkan bagaimana membuat
lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa
aman bagi ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk
mengeksplorasi lingkungan.
Kesadaran tentang kebersihan lingkungan yang terdiri dari kebersihan diri
(personal hygiene) dan sanitasi lingkungan yang masih kurang menjadi salah satu
penyebab kekurangan gizi utamanya di negara berkembang seperti Indonesia.
Kebutuhan sanitasi lingkungan yang sehat akan mencegah anak terinfeksi dari
kuman yang masuk melalui lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang bersih akan
membantu mewujudkan hidup sehat, sehingga anak tidak akan mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan erkembangan.

9. HIGIENE DIRI DAN SANITASI LINGKUNGAN


Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun lingkungan memegang
peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang
akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran perncernaan
seperti: diarhe, cacingan dll, sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya
dengan penyakit saluran pernafasan, percernaan serta penyakit akibat nyamuk.
Pendidikan kesehatan kepada masayarakat harus ditumjukkan bagaimana
membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga
meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam menyediakan kesempatan
bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan.
Kesadaran tentang kebersihan lingkungan yang terdiri dari kebersihan diri
(personal hygiene) dan sanitasi lingkungan yang masih kurang menjadi salah satu
penyebab kekurangan gizi utamanya di negara berkembang seperti Indonesia.
Kebutuhan sanitasi lingkungan yang sehat akan mencegah anak terinfeksi dari
kuman yang masuk melalui lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang bersih akan
membantu mewujudkan hidup sehat, sehingga anak tidak akan mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan erkembangan.

Anda mungkin juga menyukai