1. HAKIKAT PERSAINGAN
A. Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang
artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan,
kompetisi. sedangkan dalam kamus manajemen, persaingan adalah
usaha-usaha dari 2 pihak/lebih perusahaan yang masing-masing
bergiat ‚memperoleh pesanan‛ dengan menawarkan harga/syarat
yang paling menguntungkan. Persaingan ini dapat terdiri dari
beberapa bentuk pemotongan harga, iklan/promosi, variasi dan
kualitas, kemasan, desain, dan segmentasi pasar.
Pada saat ini, pentingnya keunggulan bersaing sangat besar. Jadi keunggulan
bersaing adalah tentang bagaimana suatu perusahaan benar-benar dapat
menerapkan strategi generik tersebut kedalam prakteknya. Pada dasarnya
keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang perusahaan mampu ciptakan
untuk pembelinya. Keunggulan bersaing mungkin mengambil bentuk harga
yang lebih rendah dibandingkan harga pesaing untuk manfaat yang sesuai atau
penyediaan manfaat unik yang lebih sekedar mengimbangi harga premi.
Ada 2 (dua) cara dasar untuk mencapai keunggulan bersaing, yang pertama
dengan strategi biaya rendah yang memampukan perusahaan untuk menawarkan
produk dengan harga yang lebih murah dari pesaingnya. Yang kedua, dengan
strategi differensiasi produk, sehingga pelanggan menganggap memperoleh
manfaat unik yang sesuai dengan harga yang cukup. Akan tetapi kedua strategi
tersebut mempunyai pengaruh yang sama yakni meningkatkan anggapan
manfaat yang dinikmati oleh pelanggan.
Strategi Bersaing
Salah satu faktor terpenting bagi keberhasilan dan kegagalan dalam perusahaan
adalah persaingan. Persaingan menentukan juga ketepatan aktivitas perusahaan
yang dapat menyokong kinerjanya, seperti inovasi, budaya kohesif, atau
pelaksanaan yang baik. Strategi bersaing adalah : pencarian akan posisi bersaing
yang menguntungkan didalam suatu industri, arena fundamental tempat
persaingan terjadi. Strategi bersaing bertujuan menegakkan posisi yang
menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang
menentukan persaingan industri, yang mana pada akhirnya adalah untuk
menanggulangi dan mengubah aturan itu demi kepentingan perusahaan.
Strategi bersaing menurut para ahli yaitu menurut Porter (2007), “Inti dari
perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan
lingkungannya walaupun lingkungan yang sangat relevan sangat luas,
mencakup kekuatan-kekuatan sosial dan juga kekuatan-kekuatan ekonomi,
aspek kunci dari lingkungan perusahaan adalah industri-industri dimana
perusahaan tersebut bersaing.”
4. HIRARKI STRATEGI
Strategi adalah istilah yang sering kita dengar untuk berbagai konteks
pembicaraan, yang sering diartikan sebagai cara untuk mencapai keinginan
tertentu atau menyelesaikan sesuatu masalah di masyarakat, mulai dari pemain
catur, olahragawan, guru, pimpinan perusahaan sampai birokrat bicara dengan
menggunakan istilah strategi. Demikian pula di organisasi, mula dari level
pelaksana sampai pimpinan puncak mempergunakan istilah strategi. Namun,
apabila dicermati sungguh-sungguh ternyata strategi yang dibicarakan memiliki
tingkatan yang berbeda.
Pada bab ini akan dijelaskan hirarki strategi yang ada dalam sebuah
organisasi. Dalam arti yang luas strategi dapat diurai mulai dari tingkat
korporasi sampai level pelaksana kegiatan, namun untuk tujuan perencanaan
jangka panjang dalam organisasi umum hanya dikenal Strategi
Korporasi, Strategi Bisnis, dan Strategi Fungsional.
1. Strategi Korporasi
Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi mungkin semuanya ditujukan untuk
mengejar keuntungan (profit oriented) atau mungkin semuanya ditujukan untuk
kegiatan sosial (non profit/social oriented) atau gabungan keduanya, yaitu
sebuah organisasi memiliki beberapa bisnis yang bersifat ‘profit oriented’ dan
beberapa bisnis yang bersifat ‘non profit oriented/social.
Banyak pendapat tentang fokus isi rumusan strategi korporasi yang
akhirnya disimpulkan bahwa strategi korporasi akan menghasilkan rumusan
sebagai berikut :
a. Peran
Menunjukkan maksud berdirinya organisasi (baik induk organisasi maupun
anaknya).
b. Lingkup Bisnis
Ruang lingkup bisnis atau bidanfg kegiatan yang boleh atau harus dimasuki
organisasi induk.
c. Bauran Bisnis
Menjelaskan portopolio unit-unit bisnis yang ingin dicapai pada akhir periode
perencanaan.
d. Organisasi
Rancangan dasar mekanisme kegiatan, struktur organisasi, keungan dan lain-
lain, yang menunjukkan pola mengkoordinasikan unit-unit yang dimiliki
organisasi induk.
2. Strategi Bisnis
Menurut Hover, maksud utama dilakukan analisis strategi bisnis adalah
untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang akan dihadapi
bisnis/SBU di masa depan serta menggali kemampuan sumberdaya dan skill
yang dimiliki organisasi (SBU) yang dapat digunakan untuk menengani
kesempatan dan ancaman dan sehingga tujuan organisasi(SBU) dapat
tercapai. Strategi bisnis fokus pada bagaimana bersaing pada industri, produk
atau pasar tertentu.
Sedangkan menurut strategi bisnis pada umumnya dirancang untuk
meletakkan bisnis pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu
industri tertentu, sedemikian sehingga pada akhir periode perencanaan
dapat diperoleh tujuan (tingkat keuntungan) seperti yang diharapkan.
Strategi bisnis akan membantu membentuk keunggulan tertentu
dibandingkan dengan pesaing. Strategi bisnis akan menghasilkan
rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana memposisikan diri terhadap pesaing (misal, sebagai
leader atau follower).
2. Penentuan target atau kriteria pencapaian yang harus dikejar
SBU/unit kegiatan/organisasi anak pada akhir periode perencanaan.
3. Bagaimana bersaing ( how to compete) untuk mendapatkan
konsumen, sumber daya, keuntungan, maupun suatu posisi yang
diinginkan.
4. Bagaiman fungsi-fungsi organisasi anak akan dikoordinasikan dan
dukungan yang diharapkan dari setiap fungsi.
3. Strategi Fungsioanal
“the principal focus of functional strategy is on maximization of resource
productivity”.
Jadi fokus utama perumusan strategi fungsional adalah untuk
memaksimalkan produktivitas sumber daya yang dimiliki melalui penetapan
tujuan dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat mengarahkan
kegiatan dan perilaku orang sehingga dapat mendukung pencapaian strategi
yang lebih besar. Strategi fungsional dibuat oleh fungsi-fungsi dalam organisasi
misi fungsi pemasaran, keuangan, organisasi / tata laksana, kepegawaian dll.
Strategi Korporasi
Membangun citra merek (brand image) perusahaan akan menjadi peluang bisnis
yang dapat menjadi pendapatan (revenue) bagi perseroan.
Pengembangan usaha melalui kerjasama dengan mitra strategis.
Strategi memperluas jaringan pendanaan melalui penciptaan prospek usaha
yang menarik investor.
Strategi Bisnis
1. Kegiatan Operasional
Pengembangan standarisasi proses produksi secara produktif, efisien dan
efektif.
Perencanaan produksi yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan.
Melakukan pemantauan dan menciptakan stabilitas harga.
Pengembangan teknologi pengolahan secara kualitas dan kuantitas yang
berkesinambungan dan dapat diserap konsumen dengan baik.
Sistem distribusi yang tepat waktu dan efisien.
Perencanaan produksi yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan.
Kualitas dan kuantitas produk yang sesuai kebutuhan konsumen.
Pengembangan komunitas yang loyal dan profesional sesuai dengan fungsi dan
peranannya.
Menjalin kemitraan bersama masyarakat sekitar dalam pengaplikasian CSR
(Corporate Social Responsibility)..
2. Bidang Administrasi dan Keuangan
Memfasilitasi seluruh pendanaan yang diperlukan pada kegiatan perusahaan.
Menggambarkan seluruh aktifitas usaha dengan memberikan informasi Laporan
Keuangan terkini kepada seluruh Stakeholder.
Menciptakan cadangan dana untuk pengembangan usaha.
Sistem administrasi yang efisien dan efektif, murah dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Menciptakan ketersediaan dana yang akan digunakan oleh perusahaan dengan
memperluas sumber pendanaan baik dari Bank dan atau investor.
Sistem keuangan yang efisien, efektif, bersih dan transparan.
Menjaga stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan.
Sistem Administrasi yang tepat sasaran dan transparan.
Menciptakan skema-skema keuangan yang tepat baik itu modal kerja ataupun
investasi yang diperlukan.
Memberikan keuntungan yang optimal bagi setiap Stakeholder.
3. Bidang SDM dan Organisasi
Ketersediaan sumber daya manusia yang professional dan berkualitas.
Menciptakan struktur organisasi yang mampu mendukung seluruh fungsi
kinerja perusahaan dan tidak terbatas dalam pengembangan usahanya.
Melatih, mengembangkan mitra-mitra profesional untuk mendukung setiap
aktifitas perusahaan.
Mengembangkan kemampuan perusahaan melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki dengan melakukan Pendidikan/Pelatihan yang
berkesinambungan.
Menciptakan sistem promosi dan mutasi yang sesuai dengan keahlian dan orang
yang tepat pada bidangnya.
3. Evaluasi Strategi dan Pengawasan
Tahap pengawasan terhadap seluruh aktivitas perusahaan, apakah sudah
berjalan sesuai dengan perencanaan strategi yang dipilih, menggunakan metode
analisa perbandingan kondisi pencapaian aktual yang dibandingkan dengan
perencanaan awal.
Metode Laporan analisa bisa diterapkan dalam periode tahunan, bulanan atau
mingguan, supaya segala penyimpangan dapat dievaluasi dan diperbaiki
kinerjanya dengan harapan, segala sesuatu yang telah direncanakan dapat
berjalan dengan semestinya.
6. Tantangan-Tantangan dalam Manajemen Strategis pada Abad ke-21
Tiga tantangan atau keputusan khusus yang dihadapi semua penyusun strategi
dewasa ini
adalah:
1.Memutuskan apakah proses tersebut harus dianggap lebih sebagai
seni atau ilmu pengetahuan.
2.Merumuskan apakah strategi perlu dibukakan bagi atau ditutup dari
pemangku kepentingan.
3.Memutuskan apakah prosesnya di dalam perusahaan harus lebih dari atas-ke-
bawah atau bawah-ke-atas. Isu Seni atau Ilmu Pengetahuan
Buku ini konsisten dengan kebanyakan literature strategi yang
menganjurkan agar manajemen strategis dilihat lebih dari ilmu pengetahuan
daripada seni. Prespektif ini menyatakanbahwa perusahaan perlu secara
sistematis menilai lingkungan eksternal dan internal mereka,
melakukan riset, secara cermat mengevaluasi pro dan kontra dari berbagai
alternatif, melakukan analisis, dan kemudian memutuskan langkah
tindakan tertentu untuk diambil. Sebaliknya, gagasan Mitzberg tentang
“membentuk” strategi mewujudkan model artistik, yang menyiratkan bahwa
pengambilan keputusan strategis harus terutama didasarkan pada
pemikiran yang, intuisi, kreatifitas, dan imajinasi. Mintzberg dan para
pengikutnya menolak strategi
yang dihasilkan dari analisis objektif, dan lebih memilih imajinasi subjektif.
“Ilmuan Strategi” menolak strategi yang muncul dari emosi, firasat,
kreatifitas, dan alasan politis. Penganjur pandangan artistik sering kali
menganggap latihan perencanaan strategis merupakan penyia-nyiaan
waktu. Filosofi Mintzberg menekankan pada informalitas, sementara para
ilmuan strategi (dan buku ini) lebih menekankan pada formalitas Mintzberg
menyebut perencanaan strategis
sebagai proses “yang tiba tiba”, sedangkan para ilmuan strategi
menggunakan istilah proses “yang disengaja”.Jawaban terhadap persoalan ini
harus diputuskan oleh para penyusun strategi itu sendiridan tentunya kedua
pendekatan tersebut tidak saling “menidakkan”. Namun demikian,
dalammemutuskan pendekatan mana yang lebih efektif, pertimbangkan bahwa
dunia bisnis dewasa ini telah menjadi jauh lebih kompleks dan lebih
kompetitif. Akan tetapi, gagasan tentang memutuskan strategi bagi sebuah
perusahaan tanpa riset dan analisis yang menyeluruh, setidak-
tidaknya dibenak penulis, tidaklah bijak. Tentu saja di perusahaan-perusahaan
kecil ada ruang yang lebih untuk informalitas daripada di berbagai
perusahaan besar, namun bahkan untuk perusahaan kecil sekalipun
tersedia banyak informasi kompetitif yang ada di Internet dan
sumber-sumber lain dan harus dikumpulkan, dipadukan, dan dievaluasi sebelum
memutuskan langkah yang atasnya kelangsungan hidup perusahaan bergantung.
Isu yang Tampak atau Tersembunyi
Tentunya ada alasan untukl membuat proses strategi dan strategi itu sendiri
tampak dan terbuka, alih-alih tersembunyi dan rahasia. Juga, terdapat
alasan yang bagus untuk menyembunyikan dan merahasiakannya dari
semua kecuali kalangan eksekutif puncak. Para
penyusun strategi harus memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi perusahaan
mereka.
Beberapa alasan untuk terbuka penuh dalam proses strategi dan
keputusan yang dihasilkannya adalah:
1.Manajer, karyawan, dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang
lain dapat memberikan kontribusi bagi proses tersebut. Mereka sering
memiliki gagasan yang
sangat bagus. Kerahasiaan akan menyia-nyiakan gagasan-gagasan semacam itu.
2.Investor, kreditor, dan para pemangku kepentingan lain memiliki dasar yang
lebih besar untuk mendukung sebuah perusahaan bila mereka tahu apa yang
dilakukan dan kemana perusahaan menuju.
3.Visibilitas mendorong demokrasi, sementara kerahasiaan menghasilkan
otokrasi. Kebanyakan perusahaan lebih memilih demokrasi daripada
otokrasi sebagai gaya manajemen.
4. Partisipasi dan keterbukaan mendorong kesepahaman, komitmen, dan
komunikasi di dalam perusahaan.
Alasan-alasan yang membuat beberapa perusahaan lebih
memilih untuk menjalankan perencanaan strategis secara diam-diam
dan m erahasiakan strategi dari semua kecuali kalanganeksekutif puncak
adalah:
1.Penyebaran strategi perusahaan secara bebas bias dengan mudah
berubah menjadi intelejensi kompetitif bagi perushaaan pesaing yang
kemudian dapat mengeksploitasinya.
2.Kerahasiaan membatasi kritik, praduga, dan melihat kebelakang hal-
hal yang sudah terjadi (hindsight)
3. Partisipan dalam proses strategi yang terbuka menjadi lebih menarik bagi
perusahaan
pesaing yang mungkin lalu mencoba memikat dan merebut mereka.
4.Kerahasiaan membatasi akses perusahaan pesaing untuk meniru atau
menduplikasistrategi perusahaan. Manfaat-manfaat nyata di atas
menunjukkan bahwa keseimbangan yang baik harus
diupayakan diantara kedua kontradiksi tersebut. Parnell mengatakan idealnya
semua orang-orang penting baik di dalam maupun diluar perusahaan harus
dilibatkan dalam perencanaan strategis, tetapi dalam praktiknya informasi yang
sensitif dan rahasia harus selalu dibuka hanya untuk para manajer puncak.
Keseimbangan ini sulit tetapi penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Pendekatan Atas-ke-Bawah atau Bawah-ke-Atas
Para penganjur pendekatan atas-ke-bawah berpendapat bahwa eksekutif puncak
adalah satu-satunya kelompok di dalam perusahaan yang mengalami
pengalaman kolektif, kejelian, dan tanggung jawab matang untuk membuat
keputusan-keputusan strategi penting. Sebaliknya, para penganut pendekatan
bawah-ke-atas menyatakan bahwa manajer tingkat menengah dan bawah serta
karyawan yang akan menerapkan strategi perlu secara aktif dilibatkan
dalam proses perumusan strategi untuk memastikan dukungan dan komitmen
mereka. Riset strategi terbaru dan buku ini menekankan pendekatan bawah-ke-
atas, tetapi karya sebelumnya oleh Schendel dan Hofer menekankan perlunya
perusahaan untuk mengadakan presepsi manajer puncaknya dalam perencanaan
strategi. Para penyusun strategi harus mengusahakan keseimbangan yang baik
dari kedua pendekatan ini dalam cara yang dipandang terbaik bagi
perusahaan di suatu waktu tertentu, terlepas dari fakta bahwa riset terbaru
mendukung pendekatan bawah-ke-atas, paling tidak di kalangan
perusahaan-perusahaan AS. Meningkatnya tingkat pendidikan dan
keberagaman angkatan kerja di semua tingkatan adalah alasan mengapa para
manajer tingkat menengah dan bawah dan bahkan kelompok nonmanajer
perlu dilibatkan dalam proses perencanaan strategis perusahaan, setidak-
tidaknya sejauh mereka mau dan mampu berkontribusi.
3.ahli strategi organisasi bertanggung jawab untuk merancang proses manajemen yang
strategis dan efektif . manajeryang berhasil adalah yang bekerja keras . bertindak melalui
analisis situasi, jujur, dan menanyakan pertanyaan pasa orang yang tepat dan benar waktunya.
4.ancaman strategi manajemen : ancaman pesrta bisnis baru , kekuatan tawar menawar
pembeli , kekuatan tawar mnawar pemasok , ancaman dari produk pengganti , intensitas
persaingan diantara para pesaing