Laporan Kimfar 2 Penetapan Kadar Vit C
Laporan Kimfar 2 Penetapan Kadar Vit C
METODE IODIMETRI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 (SESI 1)
KELAS :
REGULER A21
MAKASSAR
2022/2023
i
LAPORAN PRATIKUM KIMIA FARMASI II
PENETAPAN KADAR VITAMIN C
METODE IODIMETRI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :2
ANGGOTA : 1. DIAN FITRIA H. ( 21.009.AF )
2. DIAN KUSUMA WARDANI ( 21.010.AF )
3. HUSAIN ( 21.011.AF )
4. JUSRIANI ( 21.012.AF )
5. KEVA ANGEL RERUNG RAMBA ( 21.013.AF )
6. MUH. ALFAJRI SYAMSUDDIN ( 21.014.AF )
7. NUR ANISA ASDAR ( 21.015.AF )
8. NUR ASDANI ALBANDJARI ( 21.016.AF )
KELAS : REGULER A21
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
menggunakan larutan baku iodium yang bersifat oksidator, sehingga yitrasi ini
digunakan untuk penentuan bahan yang besifat reduktor. (Hermin Sulistyarti,
2021)
Manfaat dan tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui dan
menghitung kadar vitamin C dalam sediaan tablet dengan menggunakan metode
iodimetri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
reaksi reduksi-oksidasi antara analit adan titrant. Bila analit/sampel berupa reduktor,
maka titran harus berupa oksidator, dan sebaliknya apabila analit berupa oksidator
maka titran harun berupa reduktor. (Hermin Sulistyarti, 2021). Kedua proses ini
potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. (Gandjar, 2007) Metoda penentuan atau
penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi
dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.
oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan
pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup
kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah
cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu
zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah. (Indayatmi, 2021)
larutan baku iodium dalam jumlah berlebih dan kelebihan iod akan dititrasi
3
dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cintohnya pada penetapa kadar
Batrium Bisulfit.
(Indayatmi, 2021)
lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan
iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
askorbat) atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.
Indikator yang digunakan dalam iodimetri yaitu larutan kanji 5%. Titik
ekivalen ditandai dari perubahan warna dari biru menjadi bening (Geleta,
2015)
tubuh. Salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh adalah vitamin C.
4
asam askorbat adalah salah satu vitamin yang terbuat dari turunan heksosa
yang larut dalam air dan mudah teroksidasi. Proses tersebut dipercepat oleh
panas, sinar, alkali, enzim serta oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu,
Rumus Bangun :
BM : 176,12
Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Warna
menjadi gelap karena pengaruh cahaya. Dalam
kedaaan kering, stabil diudara. Dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suuhu lebih kurang 190̊
Wadah dan
5
Nama Resmi : NATRIUM TIOSULFAT
Nama Lain : Sodium Thiosulfate
Rumus Molekul : Na2S2O3
Rumus Bangun :-
BM : 158, 11
Pemerian : Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk hablur
kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar
dalam udara kering pada suhu 33̊. Larutan netral
batau basa lemah terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; tidak larut dalam
etanol.
Wadah dan
penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Asam Sulfat (Kemenkes, 2020)
Nama Resmi : ASAM SULFAT
Nama Lain : Sulfuric Acid
Rumus Molekul : H2SO4
Rumus Bangun :-
BM : 98,07
Pemerian : Cairan sernih seperti minyak; tidak berwarna; bau
sangat tajam dan korosif, bobot jenis kuran 1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Wadah dan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4. Air Murni (Kemenkes, 2020)
Nama Resmi : Air Murni
Nama Lain : Purified Water
Rumus Molekul : H2O
Rumus Bangun :-
BM : 18,02
6
Pemerian : Cairan jernih; tidak berbau; tidak berwarna;tidak
mempunyai rasa
Kelarutan :-
Wadah
Dan Penyimpanan : Jika dikemas, gunakan kemasan wadah non reaktif
yang dirancang untuk mencegah masuknya
mikroba.
7
BAB III
METODE KERJA
19,2+12,8+ 17,5
Rata-rata volume titrasi =
3
= 16,5
9
4.1.2.3. Hasil Titrasi Penetapan Kadar Vitamin C II
Pembacaan Skala Buret
No. Berat zat (g) Volume Titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1. 82,3 0 1,6 1,6
2. 82,6 1,6 8,6 7
3. 84,1 8,6 15,5 6,9
4.2. Perhitungan
4.2.1. Perhitungan Normalitas Pembakuan Iodium
V 1 × N1 = V 2 × N2
15 ×0,1 = 16,5 × N 2
1,5 = 16,5 × N 2
1,5
N2 =
16,5
=0,0909 N
4.2.2. Perhitungan Kadar
4.2.2.1. Kadar Vitamin C I
Penimbangan I
mg
= V ×N
BE
mg
= 8,5 ×0,0909
88,2
mg = 8,5 ×0,0909 × 88,2
mg = 68,14
68,14 mg
= × 80,56=67,51
81,3 mg
67,51mg
% = × 100 %
50 mg
=133,02 %
Penimbangan II
mg
=V × N
BE
mg
= 5,6 ×0,0909
88,2
mg = 5,6 ×0,0909 × 88,2
10
mg = 44,89
44,81 mg
= ×80,56=44,81
80,7 mg
44,81 mg
% = ×100 %
50 mg
= 89,62 %
Penimbangan III
mg
= V ×N
BE
mg
= 7,4 × 80,56
88,2
mg = 7,4 × 80,56 ×88,2
mg = 59,32
59,32mg
= × 80,56=59,36
80,5 mg
59,36 mg
% = ×100 %
50 mg
= 118%
113,02% +89,62 %+118 %
Rata-rata % =
3
= 114%
4.2.2.2. Kadar Vitamin C II
Penimbangan I
mg
= V ×N
BE
mg
= 1,6 ×0,0909
88,2
mg = 1,6 ×0,0909 × 88,2
mg = 12,82
12,82
mg = ×80,56=12,54
82,3
12,54
% = × 100 %=25,08 %
50
11
Penimbangan II
mg
= V ×N
BE
mg
= 7 ×0,0909
88,2
mg = 7 ×0,0909 × 88,2
mg = 56,12
56,12
mg = ×80,56=54,73
87,6
54,73
% = ×100 %=109,46 %
50
Penimbangan III
mg
= V ×N
BE
mg
= 6,9 ×0,0909
88,2
mg = 6,9 ×0,0909 × 882
mg = 55,31
55,331
mg = ×80,56=52,98
84,1
52,98
% = ×100 %=105,96 %
50
25,08 %+109,46 % +105,96 %
Rata-rata % =
3
= 80,16%
4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar vitamin c menggunakan metode
iodimetri. Prosedur penetapan kadar vitamin C yang tertera dalam Farmakope Indonesia,
menunjukkan bahwa asetosal dapat ditentukan kadarnya dengan metode iodimetri. Metode
analisis ini merupakan metode titrasi langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi
dengan larutan baku iodium.
Penetapan kadar vitamin C dalam tablet diawali dengan menggerus/menghaluskan 10
tablet vit. C kemudian ditimbang dan dihitung rata-rata dari 10 tablet, tujuan penimbangan
adalah untuk menentukan jumlah serbuk dari tablet Vit. C yang akan ditetapkan kadarnya,
diperoleh bahwa bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 80,56 mg. Serbuk dari tablet
yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer lalu ditambahkan
12
larutan air bebas CO2 dan ml H2SO4 atau asam sulfat dan dihomogenkan. Setelah itu
ditambahkan larutan kanji (amylum).
Titrasi dilakukan dengan larutan baku standar I2 sebagai larutan titer. Titrasi dilakukan
sebanyak tiga kali dengan tujuan sebagai kontrol, pembanding, dan pengoreksi sehingga
mendapatkan data yang akurat dan pertimbangan nilai presisi sebagai salah satu validasi
metode.
Berdasarkan titrasi dalam praktikum ini didapatkan volume I2 yang digunakan pada
titasi vitamin C I berturut-turut adalah 8,5 ml; 5,6 ml; 7,4 ml. Lalu dari volume tersebut
ditetapkan kadar vitamin C I adalah 114%. Sedangkan pada penetapan kadar vitamin C II,
volume I2 berturut-turut adalah 1 ,6 ml; 7 ml; dan 6,9 ml. Berdasarkan data tersebut dapat
ditetapkan kadar Vitamin C II adalah 80,16%.
Menurut Depkes RI (2020) menyatakan bahwa dalam tablet Vitamin C mengandung
Asam Askorbat, tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 110,5% dari jumlah yang
tertera pada etiket. Kadar yang diperoleh dari pengamatan tidak sesuai dengan pustaka.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kadar asam askorbat
dalam tablet vitamin C I yang diperoleh sebesar 114% dan Vitamin C II 80,16%. Maka
dinyatakan Vitamin C I tidak sesuai dengan ketetapan farmakope yaitu kadar asam askorbat
tidak lebih dari 100,5%. Sedangkan pada Vitamin C II hanya 80,16%, hal ini tidak sesuai karena
kurang dari kadar 99,0% menurut Farmakope.
5.2. Saran
Pada saat praktikum, praktikan harus memerhatikan dan memastikan bahwa alat –
alat yang digunakan pada praktikum bersih dan bebas dari kontaminasi zat lain agar dapat
dipastikan bahwa pengujian yang dilakukan menunjukkan hasil yang benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Geleta, G. &. (2015). Iodometric Determination of the. Journal of Chemical, 5(1): 60-63.
Hermin Sulistyarti, A. M. (2021). Kimia Analisis Kuantitatif Dasar. Universitas Brawijaya Press.
Kemenkes, R. (2020). FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Lailatul Badriyah, A. B. (2015). PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI MERAH (Capsicum. Jurnal
Wiyata, 26.
14
LAMPIRAN
LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM
Hasil Titrasi Pembakuan I2
15
16
17
18