Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRATIKUM KIMIA FARMASI II

PENETAPAN KADAR VITAMIN C

METODE IODIMETRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 (SESI 1)

KELAS :

REGULER A21

AKADEMI FARMASI YAMASI

MAKASSAR

2022/2023

i
LAPORAN PRATIKUM KIMIA FARMASI II
PENETAPAN KADAR VITAMIN C

METODE IODIMETRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :2
ANGGOTA : 1. DIAN FITRIA H. ( 21.009.AF )
2. DIAN KUSUMA WARDANI ( 21.010.AF )
3. HUSAIN ( 21.011.AF )
4. JUSRIANI ( 21.012.AF )
5. KEVA ANGEL RERUNG RAMBA ( 21.013.AF )
6. MUH. ALFAJRI SYAMSUDDIN ( 21.014.AF )
7. NUR ANISA ASDAR ( 21.015.AF )
8. NUR ASDANI ALBANDJARI ( 21.016.AF )
KELAS : REGULER A21

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis volumetri adalah teknik analisis kuantitatif berdasarkan jumlah,
yaitu volume suatu larutan yang diketahui konsentrasinya supaya bereaksi
sempurna dengan sejumlah tertentu komponen cuplikan. Analisis volumetri biasa
dikenal dengan nama titrasi atau dengan kata lain analisis volumetri disebut juga
analisis titrimetri. Analisis ini pertama kali dikenal pada awal abad ke18.
Perkembangan dan pemahaman metode titrimetri ini sangat memerlukan ilmu
tentang stoikiometri, kesetimbangan kimia serta termodinamika kimia. (Yayuk
Mundriyastutik, 2021)
Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya, yaitu dengan cara
mencampurkan keduanya agak terjadi reaksi antara kedua zat tersebut. Zat yang
dalam metode umumnya telah diketahui secara pasti konsentrasinya (standar)
disebut dengan titran/titer dan diisikan pada buret, sedangkan zat yang akan
dianalisis konsentrasinya disebut dengan titrat dan diisikan dalam erlenmeyer.
Titer dan titrat pada analisis volumetri harus berupa larutan agar dapat dianalisis
dengan mudah volumenya. (Yayuk Mundriyastutik, 2021)
Penamaan metode volumetri (titrasi) umumnya dikenal berdasarkan reaksi kimia
yang terjadi antara kedua reagennya, yaitu digolongkan menjadi 4 kelompok
besar jenis titrasi; titrasi reaksi asam basa, reaksi reduksi oksidasi (redoks), reaksi
pengendapan (presipitasi), dan reaksi pembentukan kompleks. Namun demikian
selain dari reaksi yang terjadi, titrasi juga digolongkan berdasarkan prosesnya,
yaitu titrasi secara langsung dan titrasi kembali. Jumlah sampel juga menjadi
dasar penamaan teknik titrasi, yaitu titrasi makro (100-1000 mg), titrasi semi semi
mikro (10-100 mg) dan titrasi mikro (1-10 mg). (Yayuk Mundriyastutik, 2021)
Jenis titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks yang melibatkan larutan
baku iodium dan iodida. Iodimetri merupakan titrasi redoks secara langsung

1
menggunakan larutan baku iodium yang bersifat oksidator, sehingga yitrasi ini
digunakan untuk penentuan bahan yang besifat reduktor. (Hermin Sulistyarti,
2021)

1.2 Prinsip Percobaan


Berdasarkan reaksi redoks.
1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

Manfaat dan tujuan dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui dan
menghitung kadar vitamin C dalam sediaan tablet dengan menggunakan metode
iodimetri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Titrasi redoks merupakan salah satu metode volumetric yang didasarkan pada

reaksi reduksi-oksidasi antara analit adan titrant. Bila analit/sampel berupa reduktor,

maka titran harus berupa oksidator, dan sebaliknya apabila analit berupa oksidator

maka titran harun berupa reduktor. (Hermin Sulistyarti, 2021). Kedua proses ini

selalu terjadi secara bersamaan. Dalam titrasi redoks biasanya menggunakan

potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. (Gandjar, 2007) Metoda penentuan atau

penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi

dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.

Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai peniter (Indayatmi, 2021)

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial

oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut akan

teroksidasi oleh iodium. Dalam titrasi iodimetri, iodin digunakan sebagai

pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup

kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah

dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang

cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu

zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah. (Indayatmi, 2021)

Metode titrasi iodimetri terdiri dari :

1. Iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan

larutan baku iodium dalam jumlah berlebih dan kelebihan iod akan dititrasi

3
dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cintohnya pada penetapa kadar

Batrium Bisulfit.

2. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan

larutan baku iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.

(Indayatmi, 2021)

Untuk mengetahui kadar vitamin C metode titrasi redoks yang

digunakan adalah titrasi langsung yang menggunakan iodium. Iodium akan

mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang

lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang

lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan

iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan

dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru

pada saat tercapainya titik akhir (Gandjar, 2007)

Iodimetri adalah metode titrasi atau volumetri yang pada penentuannya

berdasarkan pada jumlah I2 (Iodium) yang bereaksi dengan sampel (asam

askorbat) atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide.

Indikator yang digunakan dalam iodimetri yaitu larutan kanji 5%. Titik

ekivalen ditandai dari perubahan warna dari biru menjadi bening (Geleta,

2015)

Vitamin merupakan senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme

tubuh. Salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh adalah vitamin C.

Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen interseluler. Vitamin C atau

4
asam askorbat adalah salah satu vitamin yang terbuat dari turunan heksosa

yang larut dalam air dan mudah teroksidasi. Proses tersebut dipercepat oleh

panas, sinar, alkali, enzim serta oleh katalis tembaga dan besi. Disamping itu,

asam askorbat memiliki gugus kromofor yang peka terhadap rangsangan

cahaya (Lailatul Badriyah, 2015)

2.2 Uraian Bahan


1. Vitamin C (Kemenkes, 2020)
Nama Resmi : ASAM ASKORBAT
Nama Lain : Vitamin C, Ascorbic Acid
Rumus Molekul : C6H8O6

Rumus Bangun :
BM : 176,12
Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Warna
menjadi gelap karena pengaruh cahaya. Dalam
kedaaan kering, stabil diudara. Dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suuhu lebih kurang 190̊

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam


etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzene.

Wadah dan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

2. Natrium Tiosulfat (Kemenkes, 2020)

5
Nama Resmi : NATRIUM TIOSULFAT
Nama Lain : Sodium Thiosulfate
Rumus Molekul : Na2S2O3
Rumus Bangun :-
BM : 158, 11
Pemerian : Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk hablur
kasar. Mengkilap dalam udara lembab dan mekar
dalam udara kering pada suhu 33̊. Larutan netral
batau basa lemah terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; tidak larut dalam
etanol.
Wadah dan
penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Asam Sulfat (Kemenkes, 2020)
Nama Resmi : ASAM SULFAT
Nama Lain : Sulfuric Acid
Rumus Molekul : H2SO4
Rumus Bangun :-
BM : 98,07
Pemerian : Cairan sernih seperti minyak; tidak berwarna; bau
sangat tajam dan korosif, bobot jenis kuran 1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
menimbulkan panas.
Wadah dan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4. Air Murni (Kemenkes, 2020)
Nama Resmi : Air Murni
Nama Lain : Purified Water
Rumus Molekul : H2O
Rumus Bangun :-
BM : 18,02

6
Pemerian : Cairan jernih; tidak berbau; tidak berwarna;tidak
mempunyai rasa
Kelarutan :-
Wadah
Dan Penyimpanan : Jika dikemas, gunakan kemasan wadah non reaktif
yang dirancang untuk mencegah masuknya
mikroba.

7
BAB III
METODE KERJA

3.1. Alat dan bahan


3.1.1 Alat
Buret, bantalan, erlenmeyer, gelas ukur 100 ml, gelas kimia 250
ml, korek, labu ukur 100 ml, lumpang & stamper, sendok tanduk, statif,
korek, pipet tetes, timbangan analitik.
3.1.2 Bahan
Aquadest, asam askorbat, asam sulfat, kertas perkamen, larutan
baku standar iodium, larutan baku standar natrium tiosulfat, larutan kanji
tissue,
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Pembakuan
a. Pembakuan I2 menggunakan Na2S2O3
1. Diukur Na2S2O3 menggunakan pipet volume sebanyak 15ml dan
masukkan dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan dengan larutan kanji 2 ml, lalu dititrasi dengan larutan
titer baku standar iodium hingga warnanya berubah dari jernih
menjadi biru mantap.
3. Dilakukan kembali pengukuran 15 ml dengan pipet volume untuk 2
erlenmeyer berbeda dan dilakukan lagi titrasi
3.2.2. Penetapan Kadar
1. Ditimbang 10 tablet vitamin c, lalu hitung berat rata rata (berat
pertabletnya) lalu lakukan perhitungan penimbangan
2. Gerus 10 tablet vitamin c dan timbang sampel sesuai hasil
perhitungan. Penimbangan dilakukan sebannyak 3x
3. Masing-masing hasil timbangan dimasukkan dalam Erlenmeyer
berbeda.
4. Ditambahkan 25ml air bebas CO2 pada setiap Erlenmeyer.
5. Lalu ditambahkan 5 ml asam sulfat
6. Ditambahkan 2 ml larutan kanji ke setiap Erlenmeyer
7. Disiapkan buret dan isi buret dengan larutan baku standar I2
8. Dititrasi dengan larutan I2 sampai larutan sampel berubah dari jernih
menjadi biru mantap.
9. Dicatat titik awal dan titik akhir titrasi
10. Lakukan titrasi pada dua erlemeyer selanjutnya, dan lakukan langkah
berikut untuk dua erlemeyer tersebut.
11. Dihitung kadar dari larutan titer dengan rumus.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


4.1.1. Perhitungan penimbangan dan BE
4.1.1.1. Berat Penimbangan Vitamin C
Berat 10 tablet asetosal = 0,8056 g
2,2563
Berat rata-rata tablet = =0,08056 g
10
= 80,56 mg
50 mg
Penimbangan setara 150 mg = ×80,56 mg=80,56 mg
50 mg
4.1.1.2. BE Vitamin C
1 ml Iodium 0,1 N setara dengan 8,82 mg vitamin c
mg
=V × N
BE
8,82 mg
=1 ×0,1 N
BE
8,82
BE= =88,2
0,1
4.1.2. Data Pengamatan Titrasi
4.1.2.1. Data Hasil Titrasi Pembakuan Sekunder
Pembacaan Skala Buret
No. Volume Zat Volume Titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1. 15 ml 0 19,2 ml 19,2 ml
2. 15 ml 19,2 ml 32 ml 12,8 ml
3. 15 ml 32 ml 49,5 ml 17,5 ml

19,2+12,8+ 17,5
Rata-rata volume titrasi =
3
= 16,5

4.1.2.2. Data Hasil Titrasi Penetapan Kadar Vitamin C I


Pembacaan Skala Buret
No. Berat Zat Volume Titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1. 81,3 mg 0 8,5 ml 8,5 ml
2. 80,7 mg 8,5 ml 14,1 ml 5,6 ml
3. 80,5 mg 14,1 ml 21,5 ml 7,4 ml

9
4.1.2.3. Hasil Titrasi Penetapan Kadar Vitamin C II
Pembacaan Skala Buret
No. Berat zat (g) Volume Titrasi
Titik Awal Titik Akhir
1. 82,3 0 1,6 1,6
2. 82,6 1,6 8,6 7
3. 84,1 8,6 15,5 6,9

4.2. Perhitungan
4.2.1. Perhitungan Normalitas Pembakuan Iodium
V 1 × N1 = V 2 × N2
15 ×0,1 = 16,5 × N 2
1,5 = 16,5 × N 2
1,5
N2 =
16,5
=0,0909 N
4.2.2. Perhitungan Kadar
4.2.2.1. Kadar Vitamin C I
Penimbangan I
mg
= V ×N
BE
mg
= 8,5 ×0,0909
88,2
mg = 8,5 ×0,0909 × 88,2
mg = 68,14
68,14 mg
= × 80,56=67,51
81,3 mg
67,51mg
% = × 100 %
50 mg
=133,02 %
Penimbangan II
mg
=V × N
BE
mg
= 5,6 ×0,0909
88,2
mg = 5,6 ×0,0909 × 88,2
10
mg = 44,89
44,81 mg
= ×80,56=44,81
80,7 mg
44,81 mg
% = ×100 %
50 mg
= 89,62 %

Penimbangan III
mg
= V ×N
BE
mg
= 7,4 × 80,56
88,2
mg = 7,4 × 80,56 ×88,2
mg = 59,32
59,32mg
= × 80,56=59,36
80,5 mg
59,36 mg
% = ×100 %
50 mg
= 118%
113,02% +89,62 %+118 %
Rata-rata % =
3
= 114%
4.2.2.2. Kadar Vitamin C II
Penimbangan I
mg
= V ×N
BE
mg
= 1,6 ×0,0909
88,2
mg = 1,6 ×0,0909 × 88,2
mg = 12,82
12,82
mg = ×80,56=12,54
82,3
12,54
% = × 100 %=25,08 %
50

11
Penimbangan II
mg
= V ×N
BE
mg
= 7 ×0,0909
88,2
mg = 7 ×0,0909 × 88,2
mg = 56,12
56,12
mg = ×80,56=54,73
87,6
54,73
% = ×100 %=109,46 %
50
Penimbangan III
mg
= V ×N
BE
mg
= 6,9 ×0,0909
88,2
mg = 6,9 ×0,0909 × 882
mg = 55,31
55,331
mg = ×80,56=52,98
84,1
52,98
% = ×100 %=105,96 %
50
25,08 %+109,46 % +105,96 %
Rata-rata % =
3
= 80,16%
4.3. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar vitamin c menggunakan metode
iodimetri. Prosedur penetapan kadar vitamin C yang tertera dalam Farmakope Indonesia,
menunjukkan bahwa asetosal dapat ditentukan kadarnya dengan metode iodimetri. Metode
analisis ini merupakan metode titrasi langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi
dengan larutan baku iodium.
Penetapan kadar vitamin C dalam tablet diawali dengan menggerus/menghaluskan 10
tablet vit. C kemudian ditimbang dan dihitung rata-rata dari 10 tablet, tujuan penimbangan
adalah untuk menentukan jumlah serbuk dari tablet Vit. C yang akan ditetapkan kadarnya,
diperoleh bahwa bobot rata-rata tablet yang diperoleh adalah 80,56 mg. Serbuk dari tablet
yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer lalu ditambahkan

12
larutan air bebas CO2 dan ml H2SO4 atau asam sulfat dan dihomogenkan. Setelah itu
ditambahkan larutan kanji (amylum).
Titrasi dilakukan dengan larutan baku standar I2 sebagai larutan titer. Titrasi dilakukan
sebanyak tiga kali dengan tujuan sebagai kontrol, pembanding, dan pengoreksi sehingga
mendapatkan data yang akurat dan pertimbangan nilai presisi sebagai salah satu validasi
metode.
Berdasarkan titrasi dalam praktikum ini didapatkan volume I2 yang digunakan pada
titasi vitamin C I berturut-turut adalah 8,5 ml; 5,6 ml; 7,4 ml. Lalu dari volume tersebut
ditetapkan kadar vitamin C I adalah 114%. Sedangkan pada penetapan kadar vitamin C II,
volume I2 berturut-turut adalah 1 ,6 ml; 7 ml; dan 6,9 ml. Berdasarkan data tersebut dapat
ditetapkan kadar Vitamin C II adalah 80,16%.
Menurut Depkes RI (2020) menyatakan bahwa dalam tablet Vitamin C mengandung
Asam Askorbat, tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 110,5% dari jumlah yang
tertera pada etiket. Kadar yang diperoleh dari pengamatan tidak sesuai dengan pustaka.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kadar asam askorbat
dalam tablet vitamin C I yang diperoleh sebesar 114% dan Vitamin C II 80,16%. Maka
dinyatakan Vitamin C I tidak sesuai dengan ketetapan farmakope yaitu kadar asam askorbat
tidak lebih dari 100,5%. Sedangkan pada Vitamin C II hanya 80,16%, hal ini tidak sesuai karena
kurang dari kadar 99,0% menurut Farmakope.

5.2. Saran

Pada saat praktikum, praktikan harus memerhatikan dan memastikan bahwa alat –
alat yang digunakan pada praktikum bersih dan bebas dari kontaminasi zat lain agar dapat
dipastikan bahwa pengujian yang dilakukan menunjukkan hasil yang benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. d. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Geleta, G. &. (2015). Iodometric Determination of the. Journal of Chemical, 5(1): 60-63.

Hermin Sulistyarti, A. M. (2021). Kimia Analisis Kuantitatif Dasar. Universitas Brawijaya Press.

Indayatmi, S. (2021). Analisis Titrimetri dan Gravimetri. AG Publishing.

Kemenkes, R. (2020). FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

Lailatul Badriyah, A. B. (2015). PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI MERAH (Capsicum. Jurnal
Wiyata, 26.

Yayuk Mundriyastutik, S. I. (2021). Analisis Volumetri (Titrimetri). Kudus: Penerbit MU Pres.

14
LAMPIRAN
LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM
Hasil Titrasi Pembakuan I2

Hasil Titrasi Penetapan Kadar Vitamin C

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai