Anda di halaman 1dari 2

Tugas Filsafat

Fauziah Meyliawati
102202100010

1. Metode pembuktian dalam ontologi, menurut Laurens Bagus, dibedakan menjadi dua, yaitu
pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian A Priori: Pembuktian a priori menggunakan pengetahuan dan prinsip-prinsip yang
sudah diketahui sebelumnya untuk mencapai kesimpulan tanpa bergantung pada pengalaman
empiris. Metode ini lebih teoretis dan berfokus pada penalaran rasional.
Contoh:
Aksioma dalam matematika: Misalnya, aksioma bahwa dua garis sejajar tidak akan pernah saling
berpotongan. Hal ini dapat dibuktikan secara a priori berdasarkan definisi garis sejajar dan sifat-
sifat geometris yang sudah diterima secara umum.
Prinsip identitas dalam logika: Misalnya, prinsip identitas menyatakan bahwa suatu objek adalah
identik dengan dirinya sendiri. Hal ini merupakan pembuktian a priori karena berdasarkan aturan
logika dasar yang sudah diketahui.
Pembuktian A Posteriori: Pembuktian a posteriori bergantung pada pengalaman empiris dan
observasi terhadap dunia nyata. Metode ini menggunakan fakta-fakta yang ditemukan melalui
pengamatan dan penelitian untuk mencapai kesimpulan.
Contoh:
Teori evolusi oleh seleksi alam: Konsep evolusi dan seleksi alam didasarkan pada pengamatan
dan penelitian tentang variasi genetik dan adaptasi organisme dalam lingkungan. Bukti-bukti
empiris, seperti fosil-fosil dan penelitian genetika, mendukung pembuktian a posteriori tentang
evolusi dan seleksi alam.
Hukum termodinamika: Hukum-hukum termodinamika didasarkan pada pengamatan dan
percobaan dalam bidang fisika. Misalnya, hukum pertama termodinamika, yang menyatakan
bahwa energi dalam sistem terisolasi tetap konstan, dapat dibuktikan dengan eksperimen dan
observasi yang dilakukan dalam berbagai kondisi.
Dengan demikian, pembuktian a priori dan a posteriori membedakan metode pembuktian dalam
ontologi berdasarkan penggunaan pengetahuan sebelumnya dan pengalaman empiris.

2. Saat ini, empirisme adalah metode yang dominan untuk memperoleh pengetahuan. Empirisme
adalah pendekatan yang menekankan pentingnya pengalaman empiris dan observasi terhadap
dunia nyata sebagai sumber pengetahuan yang paling dapat diandalkan.
Penjelasan/Alasan:
Keberhasilan ilmiah: Metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ilmiah
didasarkan pada pendekatan empiris. Melalui observasi, pengukuran, eksperimen, dan pengujian
hipotesis, ilmuwan mengumpulkan data empiris yang mendukung atau menolak klaim atau teori
tertentu. Karena keberhasilan dan keandalan ilmiah, empirisme menjadi metode dominan dalam
pengetahuan saat ini.
Perkembangan teknologi dan pengamatan: Kemajuan teknologi dan sarana pengamatan modern
telah memungkinkan kita untuk mengumpulkan data empiris dengan lebih akurat dan rinci.
Misalnya, melalui pengamatan melalui teleskop, mikroskop, instrumen pengukuran yang
canggih, serta eksperimen yang terkontrol, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang fenomena alam dan proses yang terjadi di dalamnya.
Metode ilmiah yang terbuka dan teruji: Metode empiris dalam ilmu pengetahuan menekankan
pentingnya pengujian, replikasi, dan kritisisme terhadap klaim dan teori. Pendekatan ini
memungkinkan pengujian ulang dan penelitian independen oleh para ilmuwan lain, yang
berkontribusi pada validitas dan keandalan pengetahuan yang diperoleh. Prinsip ini juga berlaku
di luar ilmu pengetahuan formal, termasuk dalam bidang-bidang seperti kedokteran, psikologi,
dan ekonomi, di mana pendekatan empiris digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik.
Meskipun metode lain seperti rasionalisme, fenomenalisme, dan intuisi tetap memiliki peran
dalam pemikiran dan pendekatan filosofis, empirisme saat ini lebih dominan dalam ilmu
pengetahuan dan penelitian yang berlandaskan pada pengalaman empiris dan observasi terhadap
dunia nyata.

3. Landasan berfikir dalam aspek ontologi dan epistemologi adalah kebenaran (benar-salah) karena
keduanya berkaitan dengan hakikat pengetahuan dan eksistensi.
Ontologi: Ontologi membahas tentang hakikat realitas atau eksistensi. Landasan berfikir dalam
ontologi adalah kebenaran karena ontologi mencoba memahami apa yang benar-benar ada di
dunia ini. Pertanyaan seperti "Apa yang ada?" dan "Apa yang nyata?" melibatkan penelusuran
kebenaran tentang eksistensi entitas atau fenomena dalam dunia nyata.
Epistemologi: Epistemologi membahas tentang sifat, sumber, dan batasan pengetahuan. Landasan
berfikir dalam epistemologi adalah kebenaran karena epistemologi berusaha untuk memahami
apa yang dapat dianggap sebagai pengetahuan yang benar. Epistemologi mengeksplorasi
pertanyaan seperti "Bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan yang sahih?" dan "Apa yang
membedakan pengetahuan yang benar dari yang salah?" dengan fokus pada validitas, justifikasi,
dan metode-metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan.
Sementara itu, pada tahap aksiologi, yang melibatkan aspek moral atau nilai, landasan berfikir
adalah baik-buruk. Aksiologi membahas tentang nilai-nilai dan etika yang terkait dengan
perbuatan manusia. Pada tingkat aksiologi, pertanyaan yang diajukan adalah "Apa yang dianggap
baik atau buruk?" dan "Bagaimana kita harus bertindak berdasarkan nilai-nilai moral?". Dalam
konteks ini, penilaian berfokus pada aspek moral dan keadilan, bukan pada kebenaran objektif.
Dengan demikian, kebenaran menjadi landasan berfikir dalam aspek ontologi dan epistemologi
karena keduanya berhubungan dengan eksistensi dan pengetahuan yang benar. Sedangkan pada
tahap aksiologi, landasan berfikir adalah moral karena ini berkaitan dengan nilai-nilai dan
evaluasi etis terkait dengan tindakan manusia.

Anda mungkin juga menyukai