Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MATA KULIAH FINTECH

“PERAN & PERKEMBANGANNYA FINTECH PADA ERA COVID-19”

Dosen pengampu:

Dr. Drs. Ec. Sentot Imam Wahjono, M.Si

Oleh:

Riani Yulianti 20201221002

PRODI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2023
PERAN & PERKEMBANGANNYA FINTECH PADA ERA COVID-19

TUJUAN 3

MINDMAP 4

LITERATUR 5

A. PENGERTIAN FINTECH 6
B. DEFINISI FINTECH MENURUT PARA AHLI 6
C. PERAN FINTECH DI INDONESIA PASCA PANDEMI 7
D. JENIS DAN KLASIFIKASI FINTECH 8
• CROWDFUNDING DAN PEER TO PEER (P2P) LENDING 8
• PAYMENT GATEWAY 8
• MANAJEMEN RISIKO DAN INVESTASI 8
• MARKET AGGREGATOR 8
E. TUJUAN FINTECH 9
• MEMBERIKAN KEMUDAHAN LAYANAN FINANSIAL 9
• MEMBANTU UMKM/UKM MENDAPATKAN MODAL 9
• MENINGKATKAN PERTUMBUHAN STARTUP 9
• MENDUKUNG INKLUSI KEUANGAN 9
• MEMBERIKAN REFERENSI PINJAMAN RENDAH BUNGA 9
F. KELEBIHAN FINTECH 10
G. KEKURANGAN FINTECH 12
H. RESIKO FINTECH 13
I. TANTANGAN FINTECH 14
J. STRATEGI MENCEGAH DAMPAK NEGATIF FINTECH 15
K. DASAR HUKUM FINTECH DI INDONESIA 16
L. CONTOH FINTECH DI INDONESIA 17
M. PERKEMBANGAN FINTECH 19
• FINTECH GENERATION 1.0 19
• FINTECH GENERATION 2.0 19
• FINTECH GENERATION 3.0 19
N. PERKEMBANGAN FINTECH ERA PANDEMI COVID-19 21

KESIMPULAN & SARAN 22

• KESIMPULAN 22
• SARAN 22
TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah melihat dan memahami pengertian, jenis, kelebihan dan
kelemahannya, resiko, tantangan serta strategi pencegahan nya dan juga menjelaskan
peran Fintech pada era covid-19 serta perkembangan Fintek di Indonesia pasca pandemi.
Makalah ini didasarkan atas studi literature dari sumber-sumber yang tersedia termasuk di
dalamnya dari search engine seperti google, dan juga berasal dari akun-akun google
scholar para dosen.

https://news.unair.ac.id/2021/04/27/perkembangan-fintech-indonesia-di-era-new-normal-
berpengaruhkah-modal-intelektual/?lang=id
MINDMAP
LITERATUR

Berisi literature yang relevan tentang Pengertian Fintek, Peran Fintek, Fungsi Fintek, Jenis
Fintech, Kelebihan serta Kekurangan Fintech,Resiko, Tantangan serta Strategi Fintech dan
Peran serta perkembagan nya di Era Covid-19 dalam perekonomian di Indonesia. Kajian
pustaka dilihat dan dikembangkan dalam Daftar Pustaka.
A. PENGERTIAN FINTECH
Fintech atau financial technology merupakan inovasi di bidang jasa keuangan yang sedang
naik daun di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, karena masyarakat sudah
dimudahkan oleh teknologi digital dengan segala fitur dan kemudahan pemakaianya.
Fintech ini bisa memberikan layanan secara praktis, efisien dan juga ekonomis. Pengertian
Fintech itu sendiri adalah sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan
penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem yang dibangun guna
menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik. Fintech hadir untuk mengakses
layanan jasa keuangan secara praktis, efisien, nyaman, dan ekonomis.

B. DEFINISI FINTECH MENURUT PARA AHLI


Menurut OJK : Fintech adalah sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang
memanfaatkan penggunaan teknologi. Produk fintech biasanya berupa suatu sistem yang
dibangun guna menjalankan mekanisme transaksi keuangan yang spesifik.

Berdasarkan Pribadiono, Hukum, Esa, & Barat (2016), Financial Technology (FinTech)
merupakan perpaduan antara teknologi dan fitur keuangan atau dapat juga diartikan
inovasi pada sektor finansial dengan sentuhan teknologi moderen.

Berdasarkan Dorfleitner, Hornuf, Schmitt, & Weber (2017), FinTech merupakan industri
yang bergerak dengan sangat cepat dan dinamis dimana terdapat banyak model bisnis
yang berbeda.

Berdasarkan Hsueh (2017), Teknologi Keuangan juga disebut sebagai FinTech,


merupakan model layanan keuangan baru yang dikembangkan melalui inovasi teknologi
informasi.

Bank Indonesia juga memberikan definisi mengenai Financial Technology (Teknologi


Finansial). Fintech diatur pada Pasal 1 Angka 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor
19/12/PBI/2017 Tentang penyelenggaraan Teknologi Finansial bahwa Teknologi Finansial
adalh pengguna teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk layanan,
teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter,
stabilitas sistem keuangan dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan
sistem pembayaran.

Menurut Pricewaterhouse Coopers atau PwC fintech adalah segmen dinamis pada sektor
jasa keuangan dan teknologi yang berfokus pada start-ups yang berinovasi dalam industri
produk dan jasa.
C. PERAN FINTECH DI ERA COVID-19
Fintech berperan dalam memulihkan ekonomi di Indonesia. Peran teknologi keuangan
(fintech) dan kolaborasi dengan bank mendorong ekonomi Indonesia untuk segera bangkit.

Menurut Mirza Adityaswara, ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) yang juga pernah
menjabat deputi gubernur senior Bank Indonesia 2013-2019, menjelaskan bahwa
kolaborasi antara bank dan fintech telah terjadi dalam penyaluran bansos digital, yaitu
melalui Kartu Prakerja. Dalam penyaluran bansos ini, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian RI bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia dan sejumlah fintech
seperti Linkaja, OVO, Dana dan Gopay untuk menyalurkan Kartu Prakerja.

Fintech membantu pelaku UMKM dalam memberikan kemudahan dan efisiensi dalam hal
pengelolaan keuangan berbasis teknologi meliputi digitalisasi laporan keuangan, teknologi
pembayaran maupun pinjaman berbasis online. Fintech telah melakukan berbagai inisiatif
untuk mengurangi dampak ekonomi terutama bagi usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM). Inisiatif tersebut melengkapi kebijakan khusus yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia di masa pandemi.

Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara fintech yang merupakan mitra distribusi
pemerintah berperan penting dalam penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel.
Sehingga pertumbuhan jumlah investor dari midis fintech menjadi indikator positif atas
upaya meningkatkan inklusi keuangan.

Namun dibutuhkan edukasi bagi masyarakat agar semakin kenal dengan jasa keuangan di
Indonesia dan fintech juga perlu diatur agar menghasilkan inovasi keuangan digital yang
bertanggung jawab, aman, mengedepankan perlindungan konsumen dan memiliki risiko
yang terkelola dengan baik.

Menurut Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida peran
fintech dalam transformasi dan pemulihan ekonomi nasional mendorong inklusi keuangan
dan literasi keuangan & meningkatkan efisiensi dan memberikan layanan yang cepat dan
tepat serta rendah biaya kepada masyarakat.
D. JENIS DAN KLASIFIKASI FINTECH
Menurut Yudha (2020), beberapa jenis financial technology atau fintech yang cukup
berkembang di Indonesia antara lain yaitu:
• Crowdfunding dan Peer to Peer (P2P) Lending
Crowdfunding adalah jenis teknologi keuangan di mana konsep atau produk (seperti
desain, program, konten, dan karya kreatif) dirilis ke publik, dan dukungan keuangan dapat
diberikan kepada orang-orang yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau produk
tersebut. Crowdfunding dapat digunakan untuk mengurangi kebutuhan keuangan
perusahaan dan memperkirakan permintaan pasar. Contoh crowdfunding yang ada di
Indonesia yakni kitabisa, Santara dan Bizhare.
Peer to peer lending (P2PL) adalah platform yang mempertemukan pemberi pinjaman atau
lender dengan peminjam atau borrower melalui internet. Pinjaman peer to peer
menyediakan mekanisme manajemen kredit dan risiko. Platform ini membantu pemberi
pinjaman dan peminjam memenuhi kebutuhan pribadi mereka dan menggunakan dana
secara efektif. Beberapa contoh P2PL yang terdaftar resmi di OJK adalah Kredivo,
Investree, Cicil, Modalku dan lain-lain.
• Payment Gateway
Payment gateway merupakan platform fintech yang memberikan layanan keuangan berupa
metode pembayaran atau transfer antar pengguna. Payment gateway pada fintech
menghubungkan bisnis e-commerce dengan berbagai bank sehingga pembeli dan penjual
dapat melakukan transaksi. Bentuk lain dari layanan financial technology dalam kategori ini
adalah e-wallet atau dompet digital. Dompet digital memungkinkan pengguna menghemat
uang di aplikasi dan dapat digunakan untuk transaksi kapan saja, dimana saja. Selain
mudah digunakan, pengguna e-wallet tidak perlu repot dengan perubahan. Contoh e-wallet
yang sering kita temui yaitu OVO, GOPAY, DANA, Shopeepay dan LinkAja.
• Manajemen Risiko dan Investasi
Manajemen risiko dan investasi fintech dapat membantu Anda membuat keputusan terkait
langkah-langkah keuangan tertentu, seperti memantau kondisi keuangan dan membuat
rencana keuangan menjadi lebih mudah dan praktis. Beberapa perusahaan fintech
investasi dan manajemen risiko yang populer di Indonesia antara lain Bibit, Bareksa,
Cekpremi, dan Pasarpolis. Melalui beberapa teknologi keuangan ini, dapat membantu kita
menempatkan dana yang kita miliki ke dalam alat investasi atau asuransi yang tepat.
• Market Aggregator
Aggregator atau e-aggregator adalah layanan mengumpulkan dan menganalisis informasi
keuangan dengan transparan dari berbagai sumber. Dalam layanan ini pihak aggregator
mendefinisikan informasi dengan berbagai cara dari semua berdasarkan makna dan
konteks dari informasi yang telah di kumpulkan. E-aggregator dapat dijadikan sebuah
platform yang menggabungkan berbagai informasi mengenai perusahaan untuk investor
seperti, risiko imbal hasil dan dampak kelayakan kredit dari populasi target.
E. TUJUAN FINTECH
Tujuan utama Fintech adalah mengurangi biaya infrastruktur lembaga keuangan. Selain itu
juga untuk menghindari memiliki banyak karyawan dan kantor cabang dalam melayani
pelanggan. FinTech telah mengubah sistem pembayaran di masyarakat dan telah
membantu UMKM/UKM dan perusahaan-perusahaan start-up dalam menekan biaya modal
dan biaya operasional yang tinggi di awal. Tujuan fintech adalah sarana inklusi keuangan di
Indonesia. Awalnya inovasi fintech terfokus dalam hal teknologi yang digunakan di back-
end atau di balik sistem lembaga-lembaga finansial. Namun, seiring berjalannya waktu,
inovasi fintech pun merambah ke pelanggan lembaga-lembaga finansial tersebut. Jadi,
semua industri yang terjamah oleh lembaga finansial pun merasakan inovasi dari fintech,
baik itu pelanggan Business to Business (B2B) maupun Business to Consumer (B2C) atau
retail. Fintech sekaligus membantu mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat untuk
menjadi lebih praktis dan efektif. Fintech juga akan memudahkan akses terhadap produk
keuangan dan meningkatkan literasi keuangan.Tujuan fintech adalah :
• Memberikan kemudahan layanan finansial
Layanan yang diberikan oleh fintech membuat masyarakat bisa mengakses layanan
finansial, seperti pembayaran, transfer uang, mengajukan pinjaman dan kegiatan ekonomi
lainnya.

• Membantu UMKM/UKM mendapatkan modal


Jika sebelumnya para pelaku UMKM harus mengajukan pinjaman kepada bank sebagai
modal dan notabene, memiliki persayaratan yang rumit dengan tahapan yang panjang.
Dengan fintech pelaku UMKM bisa mengajukan pinjaman sebagai modal dengan mudah
dan cepat.

• Meningkatkan pertumbuhan startup


Setiap stratup yang lahir berusaha untuk tumbuh, berkembang, dan tentu saja dipercaya
oleh masyarakat agar layanannya digunakan. Bukan hanya itu, setiap startup fintech juga
berlomba untuk mengikuti setiap peraturan pemerintah (dalam hal ini OJK) agar dapat
beroperasi secara legal.

• Mendukung inklusi keuangan


Inklusi keuangan merupakan kondisi di mana masyarakat dapat mengakses produk
keuangan secara langsung, seperti perbankan, investasi, asuransi, pinjaman, teknologi,
dan lainnya. Inklusi keuangan sendiri juga bisa ditingkatkan dengan sering melakukan
promosi dan edukasi terkait keuangan kepada masyarakat secara lebih luas lagi. Ini
terbukti efektif di Indonesia karena terjadi peningkatan inkulsi keuangan setiap tahunnya.

• Memberikan Referensi Pinjaman Rendah Bunga


Dengan berkembangnya banyak fintech saat ini, setiap perusahaan fintech bersaing untuk
memberikan layanan pinjaman bunga yang rendah agar bisa menggunakan layanan dan
jasanya. Dengan begitu, banyak referensi masyarakat yang membutuhkan pinjaman
dengan bunga rendah.
F. KELEBIHAN FINTECH
Pemanfaatan teknologi untuk mempermudah layanan keuangan sangat membantu
perusahaan dan konsumen. Proses pelayanan yang ditawarkan sangat murah, cepat dan
efisien. Hanya butuh tablet, komputer atau smartphone yang sudah terhubung dengan
internet untuk mengakses fintech ini. kita tidak perlu mengantre atau datang langsung ke
kantor yang bersangkutan untuk mengurus keuangan. Fintech merupakan salah satu
inovasi teknologi yang dikembangkan oleh lembaga finansial dengan tujuan mempermudah
transaksi keuangan, terutama untuk kepentingan bisnis. Fintech juga juga memiliki tingkat
keamanannya sangat tinggi, jadi konsumen tidak perlu khawatir menggunakan aplikasi
fintech ini.
Sistem transaksi keuangan yang dibangun dalam fintech cenderung spesifik dan memiliki
mekanisme khusus serta diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keberadaan fintech
sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat ekonomi. Perpaduan antara efektivitas dan
teknologi memiliki dampak positif bagi masyarakat pada umumnya. Perkembangan fintech
di Indonesia membawa banyak manfaat bagi para penggunanya.
Manfaat fintech bagi para pengusaha, adalah untuk membantu mendapatkan modal usaha.
Berkat adanya fintech, para pengusaha mendapatkan pendanaan dengan jauh lebih efektif
dan efisien, sehingga menemukan calon investor yang dibutuhkan dapat dilakukan lebih
mudah.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016), terdapat beberapa manfaat yang ditimbulkan
dengan financial technology atau fintech di tengah-tengah masyarakat, antara lain yaitu:

1) Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat dilayani oleh industri keuangan
tradisional dikarenakan ketatnya peraturan perbankan dan adanya keterbatasan
industri perbankan tradisional dalam melayani masyarakat di daerah tertentu.
2) Menjadi alternatif pendanaan selain jasa industri keuangan tradisional dimana
masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang lebih demokratis dan
transparan.
3) Proses cepat dan akurat. Dimana fintech memberikan proses pelayanan keuangan
yang sangat cepat. Seperti proses pembayaran transaksi dan transfer lewat platform
OVO atau Gopay. Selain itu, Proses pengajuan kredit seperti validitas dokumen dan
pencairan dana lewat platform Investree, Modalku, Amartha dll juga berlangsung
cepat.

Menurut Bank Indonesia, Perkembangan Fintech yang sangat pesat di Indonesia dapat
membawa banyak manfaat, manfaat tersebut dapat bagi peminjam, investor maupun
perbankan di Indonesia :

• Bagi peminjam, manfaat yang dapat dirasakan seperti mendorong inklusi keuangan,
memberikan alternatif pinjaman bagi debitur yang belum layak kredit, prosesnya mudah
dan cepat, dan persaingan yang ditimbulkan mendorong penurunan suku bunga
pinjaman.

• Bagi investor FinTech, manfaat yang dapat dirasakan seperti alternatif investasi
dengan return yang lebih tinggi dengan risiko default yang tersebar di banyak investor
dengan nominal masing - masing cukup rendah dan investor dapat memilih peminjam
yang didanai sesuai preferensinya.

• Bagi perbankan, kerjasama dengan FinTech dapat mengurangi biaya seperti


penggunaan non-traditional credit scoring untuk filtering awal aplikasi kredit, menambah
Dana Pihak Ketiga (DPK), menambah channel penyaluran kredit dan merupakan
alternatif investasi bagi perbankan.

Berikut adalah kelebihan-kelebihan fintech yang bisa diperoleh oleh perusahaan maupun
konsumen sebagai berikut:
• Mudah dalam Melayani Konsumen
Bagi perusahaan yang ikut dalam memanfaatkan teknologi keuangan ini akan memperoleh
kemudahan dalam melayani konsumen.Perusahaan cukup memberikan konektivitas seluler
untuk mengakses semua jenis layanan ke konsumen. Sementara bagi konsumen dengan
adanya fintech ini akan memperoleh kemudahan dalam memperoleh layanan keuangan.
• Informasi Cepat dan Murah
Dengan adanya fintech sangat membantu mendapatkan informasi dengan cepat dan
murah.Serta fintech ini menjamin keamanan uang Anda, karena Fintech membatasi
paparan informasi untuk orang lain. Informasi ini berhubungan dengan investasi.
• Proses Cepat
Fintech memberikan proses pelayanan keuangan yang sangat cepat. Seperti proses
dokumentasi keuangan, proses pinjaman, atau validasi skor kredit. Proses-proses ini lebih
cepat dan sangat efisien.
• Mudai Disetujui dalam 24 Jam
Tingkat persetujuan peminjaman uang dengan fintech sangat cepat, proses persetujuan
hanya menunggu paling lama 24 jam. Peminjaman uang ini dapat berupa peminjaman
modal untuk buka usaha.
• Pelayanan Efisien
Dengan adanya fintech Konsumen bisa menikmati pelayanan keuangan yang lebih nyaman
dan efisien. Aplikasi fintech sangat membantu Anda dalam mengontrol keuangan Anda.
• Notifikasi Pembayaran dan Nominal Akurat
Sistem pembayaran tagihan dengan fintech sangat akurat dan efisien. Tidak perlu khawatir
atau ragu menentukan jumlah uang yang sudah Anda bayarkan. Karena setiap Anda
melakukan pembayaran tagihan akan ada info atau jadwal pemberitahuan pembayaran
seperti yang sudah dijelaskan pada poin di atas.
G. KEKURANGAN FINTECH

Setiap teknologi pasti memiliki kekurangan atau celah nya, berikut adalah kekurangan
fintech :
• Wajib Terkoneksi Internet
Bagi pengusaha yang baru mulai merintis, memerlukan biaya yang besar untuk memulai
usahanya karena untuk mendapatkan pelayanan teknologi keuangan ini, pengusaha harus
menyediakan fasilitas komputer, tablet atau smartphone yang sudah terhubung dengan
internet.
• Hanya Menjangkau Pebisnis yang Melek Internet
Layanan teknologi keuangan belum bisa dinikmati semua kalangan, terutama bagi
masyarakat yang belum mendapatkan akses internet, dan belum menerima informasi
tentang teknologi keuangan ini.
• Rawan Penipuan
Meskipun salah satu kelebihan layanan fintech ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi,
tetapi masih rawan terhadap penipuan.Masih banyak iming-iming yang menawarkan
kepada konsumen dengan keuntungan yang lebih besar. Tetapi dibalik semua itu hanya
modus penipuan, jadi kita harus berhati-hati dalam memilih layanan teknologi keuangan ini.
• Biaya Tinggi
Biaya bunga pinjaman yang ditawarkan fintech lebih tinggi dibandingkan dengan biaya
bunga keuangan tradisional. Ini bisa Anda jadikan pertimbangan sebelum memilih layanan
keuangan ini.Apalagi bagi yang baru mulai merintis usaha, perlu perhitungan bunga
dengan untung rugi nya.
• Dana yang ditawarkan terbatas.
Karena tidak sebesar bank dan dana yang dimiliki juga terbatas. Kemungkinan besar
pinjaman yang diberikan pun terbatas. Tidak bisa sampai puluhan juta dalam sekali
transaksi.
• Menyembunyikan biaya layanan.
Kebanyakan iklan yang dirilis hanya memperlihatkan bunga yang sedikit padahal
pinjamannya besar. Padahal, biaya layanan yang diterapkan cukup besar.
• Waktu pinjaman yang singkat.
Beberapa fintech hanya menyediakan waktu pinjaman sekitar 15 hari saja. Padahal ada
yang butuh waktu panjang agar bisa melunasi dengan baik..
• Berisiko saat melakukan investasi.
Karena secara umum kekuatan fintech masih di bawah bank, risiko mengalami masalah
atau mungkin tutup cukup besar. Kalau hal ini terjadi, keamanan uang Anda masih
dipertanyakan.
H. RESIKO FINTECH
Menurut Muliaman Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, risiko pertama bisnis fintech
adalah risiko diserang peretas. Kedua, risiko gagal bayar bagi fintech yang bisnisnya
menjadi perantara pembiayaan atau kredit. Ketiga, lanjutnya, risiko penipuan. Risiko
terakhir adalah rentan penyalahgunaan data klien. Berikut adalah risiko – risiko dalam
fintech yang dijabarkan oleh OJK yang tidak hanya berpusat bagi pengguna fintech, namun
juga pemilik fintech bahkan negara yaitu:

• Risiko atas cybercrime


Risiko atas cybercrime merupakan risiko paling potensial dan perlu diberi atensi. Risiko
ini ada karena keamanan data yang rentan terhadap beragam kejahatan didunia maya,
seperti: penipuan, penyalahgunaan data klien, tanda tangan digital yang dapat
dipalsukan.
• Risiko gagal bayar
Risiko gagal bayar merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan bagi pengguna
fintech yang menjalankan bisnis sebagai pembiayaan atau kredit.
• Risiko pencucian dana dan aksi terorisme
Dengan kehadiran fintech, pihak yang tidak bertanggungjawab lebih mudah dan caepat
dalam melakukan transaksi keuangan untuk pencucian dana aksi pendanaan untuk
terorisme.
Dengan perkembangan sistem keuangan berbasis digital di Indonesia saat ini,
menginvestasikan uangnya di bidang ini memiliki peluang meraih keuntungan besar.
Investasi Fintech sebagai sistem penanaman uang atau modal dengan memanfaatkan
teknologi finansial khususnya yang berbasis digital dengan menginvestasikan uangnya ke
dalam bentuk reksa dana, saham, deposito, emas, hingga menjadi pendana di peer to peer
lending secara digital. Semua proses investasi tersebut dilakukan dan dikontrol oleh
seluruh pihak yang terlibat dengan hanya berbekal smartphone dan internet.
Tapi tentu tidak semudah yang dibayangkan, investasi fintech di Indonesia atau di negara
manapun tetap memiliki risiko yang cukup besar jika tidak berhati-hati.
Berikut ini beberapa risiko fintech investment yang perlu diperhatikan dan dipelajari:
• Kualitas Pengelola Masih Terbatas
Salah satu risiko yang kemungkinan dihadapi oleh perusahaan financial technology,
khususnya bidang P2P lending di Indonesia, adalah usia yang terbilang masih baru
sehingga sulit untuk menentukan pengelola yang memiliki kualitas dengan pengelola
yang belum berkualitas.
• Investor Menanggung Sepenuhnya Jika Kreditur Menunggak
Dalam p2p lending, investor harus siap menanggung berbagai risiko, termasuk ketika
kreditur menunggak bahkan gagal bayar kredit. Dalam kondisi tersebut, investor harus
siap kehilangan seluruh dana yang dipinjamkannya tanpa ganti rugi sepeser pun dari
pihak pengelola.
• Investor Menanggung Risiko Operasional
Selain menanggung risiko kreditur gagal bayar pinjaman, investor startup fintech pun
harus dihadapkan dengan risiko operasional dari pihak pengelola. Risiko pertama,
pengelola yang tidak bertanggungjawab bisa saja melarikan diri atau menyalahgunakan
dana investasi. Risiko kedua, pengelola bisa saja bangkrut. Itu sebabnya, mengecek
kredibilitas dan kinerja pengelola menjadi langkah awal yang sangat penting.
• Investor Tidak Bisa Menarik Investasi di Tengah Jalan
Risiko lain yang perlu dipertimbangkan baik-baik saat hendak berinvestasi di bidang
p2p lending adalah dana yang telah ditanam tidak bisa diambil begitu saja “di tengah
jalan”. Uang baru bisa kembali ke tangan investor ketika kreditur berhasil melunasi
kreditnya.

I. TANTANGAN FINTECH
Berkembangnya industri jual beli dan jasa online tentu saja tidak lepas dari keberadaan
financial technology (teknologi keuangan) atau yang biasa dikenal sebagai fintech.
Perkembangan fintech di Indonesia memang tidak main-main. Hal ini membuktikan bahwa
peluang perusahaan fintech untuk berkembang di Indonesia cukup menjanjikan. Meskipun
potensi bisnis ini luar biasa, bukan berarti fintech tidak akan mengalami kesulitan. Di
Indonesia saja, ada banyak aspek yang dianggap mampu menghambat perkembangan
industri fintech, yaitu :
▪ Kurangnya kesadaran masyarakat
Meskipun hampir semua orang di Indonesia menggunakan smartphone dan merupakan
pengguna internet aktif, tapi ternyata tidak semua memanfaatkan keberadaan fintech.
Bahkan banyak dari pengguna smartphone yang tidak memiliki rekening di bank. Karena
tanpa konsumen, inovasi produk teknologi keuangan pun akan sia-sia saja.
▪ Kurangnya infrastruktur pendukung dari pemerintah
Salah satu infrastruktur yang diharapkan dapat mendukung financial technology adalah E-
KTP. Tetapi kurangnya dukungan pemerintah untuk segera memusatkan seluruh data
penduduknya membuat keamanan dan kesolidan produk fintech tidak begitu terjamin.
Risiko penipuan dan penyalahgunaan pun masih rentan terjadi. Karena itulah, agar fintech
bisa berkembang dengan baik, pemerintah wajid mengeluarkan regulasi khusus untuk
menjamin keamanan dua belah pihak. Yaitu konsumen sebagai pengguna fintech dan
pemilik perusahaan sebagai penyedia teknologi keuangan.
▪ Fintech di Indonesia masih eksklusif
Beberapa perusahaan fintech di Indonesia masih ada yang menciptakan produk mereka
agar berfungsi di smartphone tertentu. Padahal jika ingin berkembang pesat, sebuah
fintech seharusnya mampu berfungsi di segala macam jenis gadget dan berafiliasi dengan
berbagai bank atau lembaga keuangan untuk memperluas jangkauan konsumen.
Keeksklusifan memang akan membuat keuntungan yang didapat berlipat..
J. STRATEGI MENCEGAH DAMPAK NEGATIF FINTECH
Strategi OJK (Otoritas Jasa keuangan) dan BI (Bank Indonesia) untuk menghindari resiko
membuat regulasi dan solusi agar fintech tetap dapat berjalan dengan aman. Bank
Indonesia juga telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat melakukan
transaksi. Syarat-syarat tersebut adalah
1. Harus memiliki institusi yang berada di Indonesia.
2. Segala jenis transaksi harus dilakukan dalam mata uang rupiah.
3. Segala dana harus ditempatkan di perbankan.
Sementara itu, OJK juga telah menerbitkan aturan melalui POJK No. 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Langsung Berbasis Teknologi Informasi, membentuk
Fintech Innovation Hub, bekerja sama dengan berbagai instansi dan aparat penegak
hukum, dan lain-lain.
Untuk resiko terhadap pengguna, strategi-strategi yang perlu diterapkan untuk mencegah
terjadinya hal-hal negatif dari penggunaan financial technology atau fintech dapat dilakukan
dengan perlindungan dana pengguna. Potensi kehilangan maupun penurunan kemampuan
finansial, baik yang diakibatkan oleh penyalahgunaan, penipuan, maupun force majeur dari
kegiatan Fintech. Isu privasi pengguna Fintech yang rawan terhadap penyalahgunaan data
baik yang disengaja maupun tidak sengaja (serangan hacker atau malware).
Sedangkan untuk mencegah resiko Investasi Fintech beberapa hal ini perlu di perhatikan :
• Sebarkan Investasi ke Beragam Pinjaman
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan risiko kerugian yang terjadi dalam
fintech investment adalah menyebar investasi.
• Jangan Gunakan Tabungan untuk Berinvestasi
Memisahkan uang tabungan dan uang investasi menjadi salah satu upaya untuk menekan
risiko yang mungkin terjadi dalam fintech. Dalam investasi peer to peer landing misalnya,
dana yang telah ditanamkan tidak bisa diambil kembali hingga kreditur mengembalikan
atau mencicil pinjamannya.
• Jangan Bertaruh dengan Pendanaan Fintech Lending
Investasi fintech adalah proses penanaman dana untuk mendapat keuntungan yang
berlipat ganda, jadi terlalu berisiko jika menjadikan investasi hanya sebagai perjudian.
• Berinvestasilah dengan Keyakinan Penuh
Setelah memahami setiap risiko yang mungkin terjadi dan menyiapkan strategi untuk
mengantisipasinya, maka yang terakhir perlu dilakukan adalah meyakinkan diri.
K. DASAR HUKUM FINTECH DI INDONESIA
Dasar atau payung hukum penyelenggaraan financial technology atau fintech di Indonesia,
antara lain adalah sebagai berikut:

– Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016. Peraturan OJK (POJK) ini tentang layanan
berbasis teknologi informasi untuk kegiatan pinjam meminjam uang. Peraturan ini
menjelaskan secara umum bagaimana tata pelaksana fintech peer to peer serta
pembagian-pembagian pelaksana hak dan tanggung jawab masing-masing.
– Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU
No. 11 tahun 2008 mengenai informasi dan transaksi elektronik, memaparkan bahwa
kegiatan yang dilakukan menggunakan jaringan komputer atau media elektronik lainnya
oleh subjek hukum disebut sebagai transaksi elektronik.
– Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012. Peraturan ini diterbitkan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan transaksi elektronik sesuai dengan UU no. 11 tahun
2008. Di dalamnya mencakup aturan-aturan mengenai jalannya transaksi elektronik
beserta hak dan kewajiban masing-masing pelaku subjek hukum.
– Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017. Peraturan bank Indonesia mengenai
penyelenggaraan teknologi finansial ini ditetapkan sebagai acuan mengenai kewajiban
bagi penyelenggara teknologi finansial untuk mendaftarkan di Bank Indonesia,
khususnya yang melakukan layanan sistem pembayan.
– Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016. Peraturan Bank Indonesia ini
mengenai Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Cakupan peraturan
ini terkait penyelenggara dalam pemrosesan transaksi pembayaran, perizinan dan
persetujuan dalam penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran, dan
kewajiban dalam penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran.
– Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016. tentang Uang Elektronik. Peraturan
Bank Indonesia ini mengenai penyelenggaraan layanan keuangan digital, meningkatkan
penggunaan uang elektronik sekaligus mendukung keuangan inklusif.
L. CONTOH FINTECH DI INDONESIA
Perusahaan FinTech Indonesia yang paling populer dan mengalami pertumbuhan cepat
menurut IDC financial highlights. Perusahaan-perusahaan ini juga sudah terdaftar di
Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), sehingga kredibilitas dari perusahaan tidak perlu
diragukan lagi antara lain :
• Ajaib
Contoh perusahaan fintech Indonesia yang pertama adalah Modalku, platform peer-to-peer
lending yang memungkinkan para pemilik (UKM) mampu mengajukan pinjaman sebesar 50
juta hingga 500 juta rupiah dalam kurun waktu tiga sampai dua belas bulan. Apabila
permohonan peminjaman tersebut di ACC, maka pengajuan tersebut akan ditampilkan di
situs Modalku. Hal ini bertujuan agar para calon pemberi pinjaman atau investor dapat
melihat kebutuhan para pelaku UKM.
• Kredivo
Kredivo adalah contoh fintech di Indonesia dengan konsep pinjaman tanpa kartu kredit
dengan proses pendaftaran serta pencairan dana yang cepat. Startup pinjaman online ini
menawarkan kemudahan dalam berbelanja tanpa kartu kredit di beberapa situs e-
commerce dan gerai populer seperti gerai gadget dan elektronik, fashion, perlengkapan
rumah hingga gerai yang menawarkan jasa. Kredivo juga menawarkan kemudahan dalam
pinjaman tunai dengan bunga terendah dibandingkan perusahaan sejenis.
• Modalku
Contoh perusahaan fintech Indonesia berikutnya adalah Modalku, platform peer-to-peer
lending yang memungkinkan para pemilik (UKM) mampu mengajukan pinjaman sebesar 50
juta hingga 500 juta rupiah dalam kurun waktu tiga sampai dua belas bulan. Apabila
permohonan peminjaman tersebut di ACC, maka pengajuan tersebut akan ditampilkan di
situs Modalku. Hal ini bertujuan agar para calon pemberi pinjaman atau investor dapat
melihat kebutuhan para pelaku UKM.

• OnlinePajak
OnlinePajak adalah fintech berbentuk aplikasi yang memudahkan pebisnis dalam
melakukan transaksi, mengelola payroll, hingga melakukan kewajiban pajak seperti hitung,
setor, dan lapor pajak perusahaan.

• OVO
Contoh fintech di Indonesia berikutnya adalah OVO, yang bisa dikatakan menjadi
kompetitor kuat bagi GO-PAY. Bagaimana tidak, saat ini banyak “perang cashback” antara
OVO dan GO-PAY di beberapa merchant di Indonesia. OVO sama halnya seperti GO-PAY
adalah aplikasi dompet digital yang memudahkan penggunanya melakukan transaksi
secara non-tunai. Dengan promo yang memikat pelanggan, salah satu perusahaan fintech
terbesar di Indonesia ini juga bekerjasama dengan banyak merchant bahkan sudah bekerja
sama dengan lebih dari 200.000 UKM yang tersebar di Indonesia.
• GO-PAY
Untuk mendukung berbagai layanan yang dimiliki oleh aplikasi on demand GO-JEK, pihak
GO-JEK akhirnya membuat sebuah layanan bernama GO-PAY untuk mendukung layanan
pembayaran nontunai. Awalnya, GO-PAY sendiri memilki nama GO-JEK credit dan baru
berubah nama setelah satu tahun kemudian. Saat ini, GO-PAY juga telah mengakuisisi
PonselPay yang merupakan sebuah perusahaan pemilik lisensi e-money untuk mendukung
operasionalnya.
• DANA
Contoh perusahaan fintech berikutnya adalah Dana. Perusahaan ini merupakan layanan
keuangan digital yang berbasis di Jakarta, Indonesia, dan didirikan sejak tahun 2018.
DANA telah terdaftar di Bank Indonesia dengan memiliki empat lisensi, di antaranya
sebagai uang elektronik, dompet digital, dan Likuiditas Keuangan Digital (LKD), dan untuk
kirim uang.
• Spenmo
Spenmo adalah software manajemen biaya yang membantu dalam mengelola keuangan.
Produk dari perusahaan fintech yang satu ini menggabungkan fitur dasbor dengan
bermacam mata uang, kartu korporat, pembayaran tagihan otomatis, pembayaran payroll
gratis, hingga klaim pengeluaran karyawan.

• Pace
Startup fintech Pace berasal dari Singapura. Perusahaan ini menyediakan platform
pembayaran online yang memungkinkan pengguna membayar pembelian mereka dalam
tiga kali cicilan tanpa bunga.

• Whiz
Whiz merupakan contoh financial technology berupa gabungan dari celengan, alat
pencatatan keuangan, dan dompet digital yang memudahkan edukasi keuangan melalui
kegiatan sehari-hari. Startup fintech Indonesia ini menargetkan literasi keuangan di tingkat
keluarga.
M. PERKEMBANGAN FINTECH
Perkembangan Fintech Global
Secara global, industri Fintech terus berkembang dengan pesat. Terbukti dari
bermunculannya perusahaan startup di bidang ini serta besarnya investasi global di
dalamnya. Dengan demikian, sejarah perkembangan fintech dapat dibagi dalam beberapa
fase sebagai berikut.
• Fintech Generation 1.0
Perkembangan fintech fase ini memiliki ciri perpindahan dari ekosistem analog ke
ekosistem digital. Periodenya bermula dari tahun 1866-1987 dengan beberapa contoh
inovasi berupa kehadiran kabel telepon dan trans-Atlantik. Pada periode ini, validasi
pencatatan keuangan sudah dapat berlaku lintas benua untuk memberikan layanan yang
melintasi jarak. Layanan transfer elektronik secara luas mulai digunakan oleh Western
Union pada 1872 dan mencapai US$ 2,5 juta per tahun di 1877. Dengan demikian,
terbangun jaringan perbankan dan finansial yang kuat dan menjadi dasar perkembangan
selanjutnya.
• Fintech Generation 2.0
Perkembangan fintech fase selanjutnya memanfaatkan internet sebagai tulang punggung
utama pertumbuhannya. Bank-bank besar menggunakan komputer mainframe untuk
melayani berbagai transaksi dari seluruh penjuru dunia. Periode fase ini bertumbuh dari
tahun 1988-2007 dengan inovasi layanan mulai dari ATM, kartu kredit, hingga electronic
forex and stock trading. Pada periode ini, bank dan lembaga keuangan besar menjadi
pemain kunci dengan menyediakan pencatatan transaksi secara terpusat.
• Fintech Generation 3.0
Perkembangan fintech fase ini ditandai dengan demokratisasi dan desentralisasi di bidang
layanan keuangan digital. Bank-bank tak lagi menjadi satu-satunya pemain yang
mendominasi dengan tumbuhnya startup di bidang finansial ini.Periode fase ini
berlangsung sejak tahun 2008 hingga saat ini dengan inovasi layanan mobile
wallet, payment apps, hingga blockchain dan cryptocurrency. Hasilnya, masyarakat jadi
memiliki lebih banyak opsi untuk mendapatkan layanan keuangan.

Saat ini, perkembangan fintech sedang berada di fase 3.5 dan sedang menuju titik 4.0.
Seperti apa Fintech Generation 4.0 ini ke depannya tidak ada yang dapat memastikan,
namun beberapa prediksi dapat dibuat sebagai peta ke depannya.

Sementara itu Fintech di Indonesia meski memulai dengan agak lambat, inovasi layanan
bidang finansial di Indonesia berkembang dengan sangat pesat.
Perkembangan Fintech Di Indonesia
• Fintech Generation 1.0
Perjalanan Fintech Generation 1.0 di Indonesia sendiri baru mulai tampak di akhir tahun
80-an. Saat itu, penggunaan ATM pertama kali oleh Bank Niaga (1987) dan Bank BCA
(1988) menjadi penanda era baru. Butuh waktu 10 tahun agar masyarakat terbiasa
menggunakan layanan tanpa kasir ini.

• Fintech Generation 2.0


Kemudian, bank-bank di Indonesia mulai bermigrasi dari menggunakan sistem kliring lokal
manual, menjadi sistem kliring otomatis lokal pada 1990. Migrasi kemudian berlanjut ke
sistem kliring elektronik sejak 1998 yang tercapai penuh pada 2001 dan menandai
perkembangan fintech generation 2.0.

• Fintech Generation 3.0


Startup layanan di bidang finansial (yang dikenal dengan perusahaan fintech) di Indonesia
sendiri mulai tumbuh di tahun 2006. Ini sekaligus menjadi penanda masuknya Indonesia
pada Fintech Generation 3.0.

Butuh waktu sosialisasi lebih dari 1 dekade agar masyarakat siap menerima inovasi baru
ini dengan terbuka. Selanjutnya, kepercayaan masyarakat pada startup fintech ini semakin
tinggi dengan berdirinya Asosiasi Fintech Indonesia pada September 2015.

Otoritas Jasa Keuangan kemudian menerbitkan peraturan OJK nomor 77 tahun 2016 yang
mengatur tentang jasa fintech. Tentunya ini membuat keberadaan fintech semakin diterima
oleh masyarakat.

Tahun 2020, OJK merevisi peraturan tersebut dan membuat fintech perlu memiliki syarat
tertentu agar dapat memiliki izin. Hingga Juli 2021, jumlah fintech yang resmi berizin dan
terdaftar di OJK berjumlah 121 perusahaan.
N. PERKEMBANGAN FINTECH ERA PANDEMI COVID-19
Penggunaan fintech meningkat pada masa pandemi virus corona (Covid-19), sehingga
membantu memberikan solusi keuangan digital yang bisa mendorong pemulihan ekonomi
Indonesia. Menurut Sekretaris Jendral Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) Karaniya
Dharmasaputra menjelaskan industri fintech telah membantu transaksi keuangan,
khususnya pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tidak hanya individu,
pebisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat terbantu dengan kehadiran
fintech payment yang mendukung transaksi pembayaran.

Menurut data Bank Indonesia, instrumen e-money telah mencapai rekor tertinggi 412 juta
pada April 2020, yang saat itu sedang dilakukan PSBB nasional. Menurut data Asia Pacific
E-commerce and Payment Guide 2020, transaksi menggunakan ATM dan kartu debit turun
menjadi sekitar 450 juta per April dibandingkan 550 juta pada Maret 2020.

Selain transaksi pembayaran digital, fintech pembiayaan (lending) telah berkembang dan
membantu para individu serta UMKM mendapatkan pendanaan semasa pandemi. "Jumlah
pinjaman yang disalurkan terus meningkat. Pada Juni 2020, jumlahnya mencapai Rp113,5
triliun, setara US$7,6 miliar, atau naik 152 persen dibandingkan setahun lalu (year on
year)," kata Karaniya yang mengutip data OJK.

Selanjutnya, fintech investasi online (e-investment), tumbuh secara signifikan selama


pandemi, sehingga menawarkan peluang baru bagi pembiayaan nasional. Karaniya
mengutip data dari Bareksa, yang merupakan marketplace reksadana dan mitra distribusi
untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) secara online.

Dalam periode sembilan bulan (Oktober 2019-Juni 2020), jumlah dana kelolaan Bareksa
telah meningkat 31 persen sementara dana kelolaan industri reksadana justru turun 13
persen. Dalam periode pandemi, Maret-Juni 2020, terdapat peningkatan signifikan pada
dana kelolaan Bareksa, sementara industri hanya bergerak mendatar saja.

Terakhir, fintech juga memainkan peran penting dalam penyaluran bantuan sosial dari
pemerintah yang bertujuan mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Karaniya memberikan contoh kehadiran Kartu Pra-Kerja yang bekerja sama dengan fintech
payment penyedia uang electronik untuk menyalurkan bantuan kepada para pengangguran
dalam bentuk pelatihan online. Di samping itu, fintech payment juga telah aktif dalam
kampanye Bangga Buatan Indonesia dengan menyediakan solusi yang seamless, aman
dan berdampak bagi UMKM. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah untuk meluncurkan
stimulus nasional demi mendorong penggunaan produk-produk UMKM.
KESIMPULAN & SARAN

• Kesimpulan

Mempelajari dari pengertian, definisi dari pada ahli, manfaat, resiko, serta strategi dari
ancaman fintek, serta peran nya dalam perekonomian Indonesia terutama dalam
membantu perekonomian bangkit pasca pandemic, berikut kesimpulan dari saya :

- Fintek adalah sebuah teknologi digital dalam perekonomian dan bisnis yang sangat
membantu semua pihak, dari mulai masyarakat, pembeli, penjual, UMKM, investor,
perbankan, maupun pemerintah.
- Berperan penting pada masa pandemi, dengan menjembatani bantuan sosial dari
pemerintah dapat di terima dengan baik ke tangan masyarakat dengan teknologi
yang lebih akurat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
- Dengan Fintek maka mempermudah transaksi dan laporan keuangan digital
sehingga membuat indikator positif investor sehingga membantu pertumbuhan
ekonomi.
- Maka dalam masa pandemi, fintek menjembatani dari mulai bantuan sosial
pemerintah ke masyarakat, membantu UMKM, mempermudah transaksi jual-
beli,membuat indikator positif investor sehingga membuat perekonomian bangkit
dengan baik.
- Selain kelebihan nya, fintech juga memikirkan ancaman nya. Karena setiap
teknologi selalu ada celah nya, strategi untuk melindungi data harus di perkuat.
- Pemerintah juga melindungi perkembangan fintech ini dengan dasar hukum serta
OJK pada setiap pelaku dan transaksi nya.
- Perkembangan investasi fintech di Indonesia cukup menjanjikan dan terjadi
peningkatan jumlah investor yang signifikan.
- Dengan peran fintech yang begitu penting pada masa pandemi bahkan membantu
perekonomian bangkit, maka sudah jelas perkembangan fintech di era pandemic
sangat pesat.

• Saran
Dalam dunia digital maka privasi seolah sudah tidak ada, karena semua terkoneksi dan
terpublis maka sebaiknya perusahaan fintech memperhatikan betul keamanan data
pengguna nya sehingga selain kenyamanan nya maka harus dipikirkan juga keamannya.
Pada segi investasi juga sangat penting perbaikan sistem, teknis, dan regulasi yang terus
berlanjut agar membantu investasi di bidang fintech menjadi lebih baik dan
menguntungkan. Sehingga semakin cepat pulih dari pandemi bahkan meningkatkan
perkenomian di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

• https://www.bareksa.com/berita/berita-ekonomi-terkini/2020-08-24/aftech-transaksi-fintech-melonjak-
semasa-pandemi-covid-19
• https://bobo.grid.id/read/083686735/10-keunggulan-dan-kelemahan-fintech-atau-teknologi-finansial-
materi-ips?page=all
• https://bisnisindonesia.id/article/kelebihan-dan-kekurangan-fintech-yang-perlu-dipertimbangkan
• https://bisnisindonesia.id/article/kelebihan-dan-kekurangan-fintech-yang-perlu-dipertimbangkan
• https://www.akseleran.co.id/blog/bank-vs-fintech/
• https://www.digination.id/read/0149/3-tantangan-ini-merupakan-penghambat-berkembangnya-fintech-
di-indonesia
• https://sis.binus.ac.id/2019/10/19/risiko-penggunaan-fintech/
• https://www.alphajwc.com/id/investasi-fintech-pengertian-tips-dan-
risiko/#:~:text=Selain%20menanggung%20risiko%20kreditur%20gagal,kedua%2C%20pengelola%20
bisa%20saja%20bangkrut.
• https://store.sirclo.com/blog/manfaat-fintech/
• https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160419134722-78-125007/ojk-waspadai-empat-risiko-
bisnis-
fintech#:~:text=Muliaman%20Hadad%2C%20Ketua%20Dewan%20Komisioner,adalah%20rentan%2
0penyalahgunaan%20data%20klien.
• https://feb.ugm.ac.id/id/berita/3995-digitalisasi-bisnis-dan-peran-fintech-di-era-pasca-covid-19
• https://www.finpay.id/blog/posts/perkembangan-fintech-di-indonesia-dan-
manfaatnya#:~:text=Perkembangan%20financial%20technology%20(fintech)%20di,80%20miliar%20
di%202020%20lalu.
• https://www.alphajwc.com/id/contoh-fintech-indonesia/
• https://finance.detik.com/fintech/d-6504245/fintech-menjamur-ancaman-atau-peluang-bagi-perbankan
• https://unusa.ac.id/2022/10/12/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-dalam-financial-technology-industry/
• https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-fintech/
• https://www.bareksa.com/berita/berita-ekonomi-terkini/2020-11-09/begini-peran-fintech-dalam-
pemulihan-ekonomi-nasional
• http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/SNH/article/view/11834#:~:text=Fintech%20dapat%20mem
bantu%20pelaku%20UMKM,pembayaran%20maupun%20pinjaman%20berbasis%20online.

• Ahmad, Abdulla Obaid. Fam, Soo-Fen. Chuan, Zun Liang. Wahjono, Sentot Imam.
Nusa, Najwa Mohd. Hussein, Saleh Ali. 2022. Integration of TQM practices and ERP
to enhance innovation culture and innovative work behavior: A proposed framework.
Journal of Positive School Psychology. Vol. 6, No. 3, 4668-4676.
https://journalppw.com/index.php/jpsp/issue/view/30
• Danarti, Tri. Wahjono, Sentot Imam. Salbiyah, Siti. 2021. Theory of Planned
Behavior terhadap Kinerja Mahasiswa dengan Mind Mapping sebagai mediasi.
Balance: Economic, Business, Management and Accounting Journal. Vol. 18, No.01,
Januari 2021, Pp.211-218. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/balance/article/view/7221/pdf.
• Fam, Soo-Fen Fam. Zun-Liang Chuan. Wahjono, Sentot Imam Wahjono. Nur Dalila
Zaini. 2022. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) Method in Evaluating E-
Wallet Payment System in Malaysia. Mathematical Statistian Engineering Aplication.
Vol 71 No 3. 742-749. https://www.philstat.org.ph/index.php/MSEA/article/view/211
• Fidiana. Kautsar, Irwan Alnarus. Maika, M Ruslianor. 2021. Ekonomi Digital.
Penerbit: UMSIDA Press Nugroho, Lucky. (2021) Perkembangan Finansial
Teknologi di Indonesia. Banda Aceh: Penerbit FEB IAIN Lhokseumawe.
• Marina, Anna. Warsidi. Wahjono, Sentot Imam. Balafif, Sabri. Kurniawati, Tri. 2021.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Rumah Sakit Islam di Jawa Timur memilih
Software Aplikasi “Si Aisyah” PLJSIAS UMSurabaya. Ekspansi: Jurnal Ekonomi,
Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi. Vol. 13 Issue 2. Pp 178-191
• Marina, Anna & Wahjono, Sentot Imam. 2017. Business Ethics for Business
Sustainability in Muhammadiyah Hospital: Evidence from Ponorogo, Indonesia.
Journal of Indonesian Economy and Business. Vol 32 No. 3 pp178-189. DOI:
https://doi.org/10.22146/jieb.17146.
• Marina, Anna & Wahjono, Sentot Imam. 2017. Business Ethics for Business
Sustainability in Muhammadiyah Hospital: Evidence from Ponorogo, Indonesia.
Journal of Indonesian Economy and Business. Vol 32 No. 3 September pp178-189.
DOI: https://doi.org/10.22146/jieb.17146. Link: https://jurnal.ugm.ac.id/
jieb/article/view/17146
• Marina, Anna. Wahjono, Sentot Imam. Fahmi, Ezif M. 2014. Tantangan dan Peluang
pembentukan bank BUMN Syariah dalam menyambut Asean Economic Community
2015. Jurnal Balance. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Vol. 11, No. 02. pp.
83-91. Link: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/ balance/article/view/630/454
• Ningrum, Anis Rahmawati. Wahjono, Sentot Imam. Wardhana, Andi. Choidah, Noer.
2021. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan PT. Siantar Top, Tbk di Sidoarjo. Isoquant: Jurnal Ekonomi, Manajemen
dan Akuntansi. Pp.255-264. DOI (PDF):
http://dx.doi.org/10.24269/iso.v5i2.791.g548..
• Pakkanna, Mukhaer. Rasulong, Ismail. Akhmad. Wahjono, Sentot Imam. 2020.
Microfinance Institutions and Women Empowerement: Evidence In The Rural Areas
of Tangera Indonesia. International Journal of Scientific & Technology Research
(IJSTR) ISSN: 2277- 8616, Volume-9 Issue-02. pp. 3994-3999.
• Rayyani, Wa Ode; Ahmad Abbas, Ahmad; Ayaz; Mohammad; Indrawahyuni;
Wahjono, Sentot Imam. 2022. The Magnitude of Market Power between SCBs and
SBUs: the Root Cause of Stagnancy of the Growth in Islamic Banking Industry and
Spin-off Policy as its Solution. IKONOMIKA: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. 7(1).
97 – 120.
• Rahayu, Titis, Aufi Nur Masita, Sentot Imam Wahjono, dan Syamsul Hidayat. 2017.
Pengendalian Manajemen sebagai Alat Penilaian Kinerja di Unit Pembiayaan Mikro
di Surabaya. Jurnal Balance Vol. XIV No. 1 pp. 87-102.
• Saleh, Hasan. Wahjono, Sentot Imam. Ismail, Albert Feisal. Aman Othman. Muthu,
Kaliamah Marie. 2015. Work-Life Balance (WLB) Relationship with Employee
Satisfaction: An Evidence from Malaysia Higher Education Institution. International
Journal of Science Commerce and Humanities, Vol. 3 No. 2, pp: 50-60.
• Wahjono, Sentot Imam, Soo-Fen Fam, Mukhaer Pakkanna, Ismail Rasulong, Anna
Marina. 2021. Promoting Creators Intentions: Measuring of Crowdfunding
Performance. International Journal of Business and Society. Vol. 22 No. 3. Pp.
1084-1101. https://doi.org/10.33736/ijbs.4285.2021.
• Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Soo Fen, Fam. Hasan, Asriani. 2020.
Equity-Based Crowdfunding Project: Affect on Social Capital. Advances in
Business Research International Journal (ABRIJ). 6(1). 5058. ISSN: 2462-1838.
Publisher: Universiti Teknologi MARA, Malaysia.
• Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Rasulong, Ismail. Soo Fen, Fam. 2020.
Leave management information system using Inside DPS software for efficiency of
human resources management. Kinetik: Game Technology, Information System,
Computer Network, Computing, Electronics, and Control. Vol. 5, No.3, Pp.211-218.
Publisher: Universitas Muhammadiyah Malang.
• Wahjono, Sentot Imam. Anna Marina, Tri Kurniawati. (2020). Crowdfunding untuk
Danai UKM Fam, Soo-Fen. Soo, Jia Hui. Wahjono, Sentot Imam. 2017. Online Job
Search Among Millennial Student in Malaysia. Jurnal Dinamika Manajemen (JDM).
8(1). 1-10. DOI: 10.15294/jdm. https://journal.unnes.ac.id/
artikel_nju/jdm/10406dan Bisnis Start-Up. Banda Aceh: Unsyiah Press.
• Wahjono, Sentot Imam. Anna Marina, (2016) Crowdfunding, Penerbit: Lambert
Publisher, Germany.
• Wahjono, S.I., Marina, A., Bachok, M.Y.K., & Mochklas, M. 2017. The Importance
of MPIS on RK for further ITS implementation in Malaysia. International Journal of
Advanced and Applied Sciences (IJAAS), Volume 4, Issue 9, pp. 53 – 60.
• Wahjono, Sentot Imam. 2017. Crowdfunding and a better world. The World
Financial Review.
• EBR Media Ltd. https://worldfinancialreview.com/crowdfunding-and-a-betterworld/
• Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Widayat. 2016. Critical Analysis of
Crowdfunding to Finance SMEs in Muslim Countries. Jurnal Balance Vol. XIII No. 2
pp. 1-13.
• Wahjono, S.I., Marina, A., Perumal, S. D. A/P., & Wardhana, A. 2016. The Impact
of Performance Appraisal on Job Satisfaction with Quality of Supervisor-Employee
as a Moderating variable at State Owned Company. International Journal of
Advanced Scientific Research & Development (IJASRD), 03 (04/III), pp. 224 –
237.
• Wahjono, S.I., Marina, Oceano, PM. Fen, Soo Fam. 2018. Readiness of
Crowdfunding to Finance Small and Medium-Sized Enterprises in ASEAN. The
Social Sciences, Volume 13, Issue 3, pp. 657 – 663. ISSN: 1818-5800 (print),
1993-6125 (online). DOI:
• 10.3923/sscience.2018.657.663. URL: http://medwelljournals.com/abstract/?
doi=sscience.2018.657.663
• Wahjono, S.I., Marina, A., Bachok, M.Y.K., & Mochklas, M. 2017. The Importance
of MPIS on RK for further ITS implementation in Malaysia. International Journal of
Advanced and Applied Sciences (IJAAS), Volume 4, Issue 9, pp. 53 – 60. E-ISSN:
2313-3724; DOI: 10.21833/ijaas.2017.09.007. ISI/WOS.
http://sciencegate.com/IJAAS/Articles/2017-4- 9/07%202017-4-9-pp.53-60.pdf
• Wahjono, Sentot Imam. 2017. Crowdfunding and a better world. The World
Financial Review. EBR Media Ltd. https://worldfinancialreview.com/crowdfunding-
and-a-betterworld/
• Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Widayat. 2016. Critical Analysis of
Crowdfunding to Finance SMEs in Muslim Countries. Jurnal Balance Vol. XIII No.
2 pp. 1-13. Link: http://journal.umsurabaya.ac.id/ index.php/balance/article/
view/1471/1201
• Wahjono, Sentot Imam, Fikry, M., Marina, Anna and Anggraeni. 2015. Innovative
Funding Solution for Special Projects: Crowdfunding. Journal of Economics,
Business and Accounting Ventura. Vol 18, No 2. Pp 65-74. DOI:
10.14414/jebav.15.1801006. Link: https://journal.perbanas.ac.id/index.
php/jebav/article/view/383
• Wahjono, Sentot Imam. Wahjoedi. Idrus, Syafei. Nirbito, JG. 2014. Succession
Planning as an Economic Education to Improve Family Business Performance in
East Java Province of Indonesia. Journal of Asian Scientific Research, Vol. 4 No.
11, pp: 649-663. e-ISSN: 22231331, p-ISSN: 2226-5724. DOI:
10.13140/RG.2.1.2036.9449. http://www.aessweb.com/pdf-files/JASR-20-
2014-4(11)-649-663.pdf
BUKTI UPLOAD RESEARCH GATE

Anda mungkin juga menyukai