Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ORGANISASI PERUSAHAAN YANG BUKAN BERBADAN HUKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Hukum Perusahaan
Dosen: Dr. Hj.Solihah Sari Rahayu. M.H

Disusun Oleh:
Nama : Dani Ramdani
Nim : 2111007

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES)


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
SURYALAYA TASIKMALAYA
2023KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur terhadap kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kedua kalinya shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang yakni addinul Islam.
Ketiga kalinya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada
mahasiswa/i dan dosen pengampu kami karena sesungguhnya makalah ini telah
kami buat dan tentunya tak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Terakhir kalinya kami mengucapakan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam meyelesaikan makalah
ini sehingga makalah ini dapat terkumpulkan pada waktunya. Semoga Allah SWT
senantiasa melindungi mereka. Aamiin.

Tasikmalaya , 27 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perusahaan Perseorangan...................................................................2
B. Persekutuan Perdata...........................................................................4
C. Firma (Fa)..........................................................................................6
D. Persekutuan Komanditer .................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Badan usaha yang bukan berbadan hukum yaitu : Subjek hukumnya adalah
orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi bukan badan hukum itu sendiri
karena ia bukanlah hukum sehingga tidak dapat menjadi subjek hukum.
 Badan usaha yang tidak termasuk dalam kelompok badan hukum, yaitu :
Perusahaan Perseorangan, Firma dan CV di atur dalam kitab Undang-undang
hukum dagang (KUHD) pasal 15 sampai dengan pasal 35. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, pemerintah menyiapkan suatu rancangan undang-
undang yang meliputi pengaturan mengenai usaha perseorangan, persekutuan
perdata, persekutuan firma dan persekutuan komanditer.
Oleh karena itu, saya rasa sangat penting untuk mengetahui apa itu badan
usaha tidak berbadan hukum dan apa saja jenis badan usaha tidak berbadan
hukum serta perbedaan antara badan usaha bebadan hukum dengan badan
usaha tidak berbadan hukum dan mengetahui tentang keunggulan dan
kekurangannya, maka saya pun membuat makalah yang sederhana ini yang
diberi judul “Badan usaha tidak berbadan hukum”. Dengan makalah ini
hendaknya memberikan gambaran kepada para pembaca tentang badan usaha
tidak berbadan hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dimaksud Perusahaan Dagang ?
2. Apa saja yang dimaksud Persekutuan Perdata?
3. Apa saja yang dimaksud Firma (Fa)?
4. Apa saja yang dimaksud Commanditaire Vennootschap (CV)
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Perusahaan Dagang.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud Persekutuan Perdata.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud Firma (Fa).
4. Untuk mengetahui yang dimaksud Commanditaire Vennootschap (CV).

1
2
BABA II
PEMBAHASAN

A. Perusahaan Dagang

Perusahaan dagang adalah perusahaan yang melakukan aktivitas


pembelian dan penjualan barang dengan harga di atas harga pokok agar bisa
mendapatkan keuntungan. Pada perusahaan dagang, keuntungan atau laba
kotor didapatkan dengan mencari selisih antara harga jual dengan harga pokok
penjualan. Sementara itu, untuk mendapatkan laba bersih, laba kotor dikurangi
dengan beban operasional dari barang tersebut. 

Banyak contoh dari perusahaan dagang, salah satunya yaitu minimarket


atau toko kelontong yang sering Anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Awalnya, perusahaan dagang terlebih dahulu membeli beragam produk,
kemudian memelihara persediaannya, dan akhirnya mendistribusikan produk
tersebut ke pelanggan melalui transaksi.

Perusahaan cukup menjualnya kembali dengan mematok harga yang lebih


tinggi dari harga pembelian. Dari situlah perusahaan tersebut memperoleh
keuntungan, yaitu dari selisih antara harga jual dan harga beli dari produk
yang berhasil terjual. 

1. Karakteristik Perusahaan Dagang


Sama seperti jenis perusahaan pada umumnya, perusahaan dagang
memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas tersendiri, di antaranya:
a. Kegiatan utama
Seperti yang diketahui, kegiatan utama dari perusahaan ini
biasanya berupa pembelian, pengelolaan dan pemeliharaan stok,
pengeluaran biaya operasional, dan penjualan produk tersebut. Dengan
begitu, ciri khas dari perusahaan dagang yaitu tidak mengolah atau
mengubah produk yang akan dijual kepada konsumen. 

3
b. Modal
Modal untuk jenis perusahaan ini biasanya didapatkan dari harga
pokok barang atau produk yang sudah terjual. Oleh karena itu, jika
produk tidak segera terjual, maka kemungkinan besar tidak ada modal
lagi untuk membeli produk selanjutnya atau istilahnya modal ‘mandek’
sehingga harus mencari alternatif untuk menutupi kredit maupun kas
perusahaan yang berkurang.
c. Pendapatan
Karakteristik selanjutnya yaitu pendapatan utama dari perusahaan
dagang yaitu murni hasil dari penjualan. Ini karena perusahaan tersebut
tidak perlu mempersiapkan mesin operasional dan bahan baku lain,
sehingga tidak sama dengan perusahaan manufaktur yang bisa menjadi
tambahan pendapatan terhadap perusahaan. 
Maka dari itu, apabila penjualannya menurun, maka otomatis
pendapatannya pun akan berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika
penjualannya meningkat, maka keuntungan atau laba yang didapatkan
pun bisa jauh lebih besar. 
Itulah mengapa penjualan merupakan hal penting yang harus terus
diupayakan oleh perusahaan agar pendapatan meningkat. Artinya,
segala manajemen penjualan harus diarahkan dengan tepat agar bisa
meningkatkan omset penjualan dan ada perputaran modal yang baik. 
d. Perhitungan laba
Karakteristik lainnya dari perusahaan dagang yaitu laba atau
keuntungan didapatkan dengan cara menjual produk dengan harga
yang lebih tinggi dari harga beli. Dalam hal ini, perhitungan total laba
biasanya berupa selisih antara total hasil penjualan dengan total harga
pembelian dan biaya operasional.

4
B. Persekutuan Perdata
Persekutuan atau partnerhip adalah perserikatan perdata yang
menjalankan usaha. dalam Pasal 1618 KUH perdata, perserikatan perdata
adalah sebuah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan dan manfaat yang diperoleh.
Dijelaskan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan
persekutuan perdata adalah:
1. Suatu perjanjian dua orang atau lebih
2. Memasukan sesuatu
3. Bertujuan membagi keuntungan atau kemanfaatan.
1. Ciri-ciri persekutuan perdata sebagai berikut :
1. Pendirian
a. Berdasarkan perjanjian para pihak (Pasal 1320 KUH perdata)
b. Dapat dilakukan sepakat dengan para sekuta atau dengan lisan.
(Pasal 1624 KUH perdata)
c. Tiap sekutu wajib menyertakan modal dalam kas persekutuan
berupa uang, benda, atau menajemen. (Pasal 1619 KUH perdata)
2. Pembagian keuntungan
a. Sesuai dengan Modal
b. Asas keseimbangan pemasukan
3. Pengelola
Biasanya pengelolaan persekutuan dijalankan oleh pengurus
yang ditetapkan persekutuan.
4. Berakhirnya persekutuan
a. Lampaunya waktu.
b. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang di sekutukan.
c. Kehendak dari orang seorang atau beberapa orang sekutu.
d. Salah seorang sekutu meningal dunia, dibawah pengampuan atau
dinyatakan pailit ( Pasal 1646 KUH Perdata)
e. Berdasarkan suara bulat atau kesepakatan para sekutu.

5
f. Berlakunya syarat bubar.
2. Unsur- unsur Pesekutuan perdata

Dari ketentuanPasal 1618 KUHPerdatatersebut, dapatbeberapaunsur


yang terdapat di dalampersekutuanperdata, yaitu :
1. adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih;
2. masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam
persekutuan (inbreng);
3. bermaksud membagi keuntungan antara bersama anggota;
4. bertindak secara terang-terangan;
5. kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan
kepada umum;
6. harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan
dan diizinkan; dan
7. diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya.

Jika dilihat dari sudut pandang islam perusahaan jenis persekutuan


perdata ini lebih mirip dengan akad musyarakah atau syirkah yang
memiliki arti etimologis penggabungan, percampuran atau sertifikat.
Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam bahasa inggris
disebut partnership.1
Secara terminologis Musyarakah adalah kerja sama usaha antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditangggun bersama sesuai dengan kesepkatan
Menurut undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, Musyarakah yaitu akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai porsi dana masing-
masing.

1
DR. Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (jakart : Prenadamedia group) hlm.142

6
C. Firma (Fa)
Firma berarti nama bersama, dalam bahasa belanada vennootschap onder
eene firma yang berarti nama orang atau sekutu yang digunakan menjadi nama
perusahaa. Menurut pasal 16 KUH dagang, Persekutuan firma adalah setiap
persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan
nama bersama, kongsi, kerjasama.2
Firma adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang
dengan menggunakan nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama-
sama. Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya, baik
sendiri-sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada
pihak lain . Bila perusahaan mengalami kerugian maka akan ditanggung
bersama, kalau perlu dengan kekayaan pribadi mereka. Ketentuan mengenai
persekutuan perdata yang diatur dalam RUU mutatis dan mutandis berlaku
terhadap persekutuan firma, kecuali ditentukan lain dalam bab persekutuan
firma. 3
1. Ciri-ciri Khusus
Firma dalam dikatakan sebagai perusahaan persekutuan khusus,
dimana letak kekhususan tersenut terletak pada tiga unsur mutlak :
1. Menjalankan perusahaan yang merupakan syarat formal ( Pasal 16
KHU dagang )
2. Dengan nama bersama atau firma ( Pasal 16 KUH Dagang )
3. Pertanggung jawaban sekutu atau Firmayangbersifat pribadi yang
bersifat keseluruhan, yang merupakan syarata material, maksudnya
pertanggung jawaban sekutu firma tidak terbatas pada pemasukan yang
dimasukkanya, melainkan juga bertanggung jawab secara pribadi atas
harta kekayaan milik pribadi terhadap persekutuan firmanya ( Pasal 18
KUH dagang )

2
Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan, (Jakarta: PT
Pradnya Paramita),Hlm. 11
3
Kansil, Pokok –Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika),2013,
hlm.66

7
4. Disamping tigal hl tersebut, firma bukanlah perusahaan badan hukum
dengan alasan :
a. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh hukum dan
Ham; dan
b. Tidak ada keharusan pemisahan harta kekayaan antara persekutuan
dan pribadi sekutu-sekutu. 4
2. Ketentuan untuk mengatur firma antara lain:
a. Persekutuan firma memakai satu nama yang telah disepakati bersama
untuk menjalankan suatu usaha.
b. Nama persekutuan firma harus didahului dengan perkataan “Firma”
atau “Fa”.
c. Nama persekutuan firma yang telah bubar dapat dipakai oleh sekutu
yang akan melanjutkan usaha persekutuan jika:
1) Ditentukan dalam akta perjanjian persekutuan firma
2) Atau disetujui oleh seluruh anggota sekutu dari persekutuan firma
yang telah bubar atau ahli waris dari sekutu yang telah meninggal
dunia.
3. Hak dan kewajiban sekutu Firma:
a. Setaip sekutu firma berhak untuk mengurusi, mewakili dan melakukan
tindakan untuk dan atas nama persekutuan firma sesuai dengan
maksud dan tujuan persekutuan firma , kecuali ditentukan lain
b. Setiap sekutu firma bertanggung jawab secara penuh dengan
persekutuan firma untuk semua perikatan persekutuan firma terhadap
pihak ke tiga.
c. Setiap sekutu baru yang akan masuk dalam persekutuan firma harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari seluruh anggota, kecuali
ada:
1) Kuasa
2) Ditentukan dalam perjanjian persekutuan bahwa kewenangan
tersebut telah diberikan kebeberapa sekutu.

4
Ibid, Abdul R. Saliman, 92-93

8
d. Tanggung jawab sekutu baru terhadap semua perikatan persekutuan
adalah secara tanggung jawab penuh dengan sekutu firma yang lainya
dan persekutuan firma.
e. Sekutu firma yang keluar dari persekutuan firma, jika persekutuan
firma dilanjutkan maka sekutu yang keluar tetap bertanggung jawab
atas kewajiban-kewajiban persekutuan firma sebelum sekutu yang
bersangkutan keluar.
4. Keunggulan Firma:
a. Prosedur pendirian relatif mudah.
b. Mempunyai kemampuan finacial yang lebih besar, karena gabungan
modal yang dimilki oleh beberapa orang.
c. Keputusan bersama dengan pertimbangan seluruh anggota firma,
sehingga keputusan-keputusan yang diambil lebih baik.
5. Kelemahan Firma:
a. Utang-utang perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para
anggota firma.
b. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah satu
anggota keluar, maka firma pun bubar.
6. Jenis- jenis Firma (Fa) :
1. Firma Dagang dan Non dagang

Firma yang kegiatan utamanya adalah membeli dan menjual barang


dagangan disebut dengan Firma Dagang. Sedangkan firma yang didirikan
dengan tujuan untuk memberikan berbagai jasa kepada masyarakat disebut
dengan Firma Non dagang, seperti : Firma Hukum (kantor pengacara,
konsultan hukum, dll), Firma Akuntansi (kantor akuntan publik), konsultan
manajemen, dsb.

2. Firma Umum dan Firma Terbatas

Firma umum adalah firma di mana semua sekutu boleh bertindak secara
umum atas nama perusahaan dan masing-masing sekutu dapat bertanggung
jawab atas kewajiban-kewajiban perusahaan. Sekutu yang demikian disebut

9
dengan sekutu umum (general partners). Sedangkan Firma Terbatas adalah
suatu firma di mana kegiatan dan tanggungjawab anggota tertentu dibatasi
pada hal-hal tertentu saja. Sekutu yang demikian disebut dengan sekutu
terbatas (limited partners).

Contoh :

Firma Pangudi Luhur, Firma Sumber Rejeki, Firma Multi Marketing, Firma
Indo Eternity, Firma Bangun Jaya

D. Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan Komanditer dalam bahasa belanda adalah persekutuan firma


yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerakan uang, barang atau tenaga
sebagai pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun dia tidak ikut
campur dalam pengurusan atau penguasaaan persekutuan. Dan tanggung
jawabnya terbatas sampai sejumlah uang yang dimasukkannya. Artinya
sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komplomentarlah yang diserahi
tugas untuk mengadakan hubungan hokum dengan pihak ketiga. (Pasal 19
KUH Dagang)
Dari pengertian diatas, dalam persekutuan komanditer ada dua macam
sekutu yaitu :
1. Sekutu keraja/ sekutu komanditer/ sekutu aktif, yaitu sekutu yang
menjadi pengurus persekutuan.
2. Sekutu tidak kerja /sekutu komanditer/ sekutu pasif, yaitu a sekutu
yang tidak kerja. Walaupun diberi kuasa untuk itu (Pasal 20 KUH
Dagang), sekutu komanditer berhak untuk mengawasi pengurusan
persekutuan komanditer secara intern. Apabi lalarangan tersebut
dilanggar, maka para sekutu bertanggung jawab secara pribadi (Pasal
21 KUH dagang).

10
Pada dasarnya persekutuan komanditer (Commanditaire
Vennootschap, disingkat CV) adalah persekutuan firma, tetapi didalam
komanditer terdapat satu atau lebih sekutu komanditer atau sekutu pasif
(stille vennoten). Sekutu komanditer sendiri adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang atau barang sebagai pemasukan (inbreng) pada
persekutuan dan ia tidak turut serta dalam pengurusan atau penguasaan
dalam persekutuan.
Pasal 19 KUHD menyebutkan sebagai persekutuan dengan jalan
peminjaman uang (geldscheiter) atau disebut juga persekutuan komanditer
yang diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab
secara pribadi untuk seluruhnya dan seorang atau lebih sebagai sekutu
yang meminjamkan uang. Banyak ahli hukum yang menilai bahwa definisi
persekutuan komanditer diatas merupakan definisi yang tidak sempurna.
Dinegara-negara common law, persekutuan komanditer dikenal
dengan istilah limited partnership, limited Partnership adalah suatu
persekutuan yang terdiri atas satu orang atau lebih sekutu menjalankan
bisnis dan bertanggung jawab secara pribadi atas utang persekutuan
(disebut general partners) dan satu orang atau lebih sekutu yang
memasukkan modal, tidak mengelola bisnis, dan hanya bertanggung jawab
sejumlah pemasukannya (disebut limited partners).
Pada dasarnya, persekutuan komanditer ini adalah persekutuan
juga hanya saja didalam persekutuan komanditer terdapat satu orang atau
lebih sekutu komanditer yang memasukkan modal dan hanya bertanggung
sebesar modalm yang dimasukkan saja.5
Persekutuan Komanditer dalam bahasa belanda adalah persekutuan firma
yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerakan uang, barang atau
tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun dia
tidak ikut campur dalam pengurusan atau penguasaaan persekutuan. Dan

5
Ridwan Khairandy, Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII press, 2013),
Hlm 57

11
tanggung jawabnya terbatas sampai sejumlah uang yang dimasukkannya.
Artinya sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi
terhadapa persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komplomentarlah
yang diserahi tugas untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ke
tiga. (Pasal 19 KUH Dagang)
Dari pengertian diatas, dalam persekutuan komanditer ada dua
macam sekutu yaitu :
a) Sekutu kerj/ sekutu komanditer/ sekutu aktif, yaitu sekutu yang menjadi
pengurus persekutuan.
b) Sekutu tidak kerja/sekutu komanditer/ sekutu pasif, yaitu a sekutu yang tidak
kerja. Walaupun diberi kuasa untuk itu (Pasal 20 KUH Dagang), sekutu
komanditer berhak untuk mengawasi pengurusan persekutuan komanditer
secara intern. Apabila larangan tersebut dilanggar, maka para sekutu
bertanggung jawab secara pribadi (Pasal 21 KUH dagang).
1. Macam-macam persekutuan komanditer.
a) Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komanditer yang
belum menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan
komanditer.
b) Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan yang sudah
menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer.
c) Persekutuan komanditer dengan saham, yaitu persekutuan komanditer
terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-saham.
2. Prosedur pendirian persekutuan komanditer.

Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian,


pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan
komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau
sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik di
Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan
akta pendirian berdasarkan akta notaries, didaftarkan kepanitraan
Pengadilan Negri yang Berwenang dan diumumkan dalam tambahan
berita Negara RI, sama sengan prosedur mendirikan persekutuan firma
seperti dijelaskan sebelumnya.

12
3. Tanggung jawab keluar

Sekutu bertanggung jawab keluar adalah sekutu kerja atau


sekutu komplamenter (Pasal 19 KUH Dagang).
4. Berahirnya Persekutuan.

Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah


persekutuan perdata (Pasal 16 KUH Dagang), Maka mengenai berakhirnya
persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata dan
persekutuan firma, seperti yang telah diterangkan diatas (Pasal 1646 s/d
1652 KUH Perdata).6
Dapat dipahami dari pengertian perusahaan komonditer atau Cv
diatas yang apabila kita kaitkan dengan dagang dalam islam maka dapat
disimpulkan atau kita samakan perusaan Cv ini dengan akad mudharabah
yang ada dalam konsep dagang dalam islam.
Mudharabah sendiri adalah kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama sebagai Shohibul maal yang menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Dan
keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituagkan dalam kontrak.
Sedangkan kerugian yang timbul disebbkan kecurangan atau kelalaian
pihak pengelola, maka hal itu tanggung jawab si pengelola.

6
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan dan Contoh Kasus, (Jakarta : Kencana),
2014, hlm. 93-95

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Semua jenis badan usaha yang tidak berbadan hukum yaitu Perusahaan
Perseorangan, Persekutuan Perdata, Firma (Fa) dan Perseroan Komanditer
(CV) ternyata semuanya telah diatur dalam undang-undang. Mulai dari
pendiriannya, sistem kerjanya sampai dengan pembubaranya. Walaupun
tergolong badan usaha tidak berbadan hukum bukan berarti tidak ada hukum
yang mengatur atau terlepas begitu saja dari unsur-unsur hukum. Semua badan
usaha tadi harus mematuhi segala peraturan dan perudang-undangan yang
berlaku. Setiap badan usaha ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-
masing. Ini akan memudahkan kita untuk memilih jenis badan usaha apakah
yang akan kita dirikan sesuai dengan kriteria dan kemampuan masing-masing.

B. Saran

Penulismenyadarimasihbanyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,


untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan sarannya demi kemajuan penulisan makalah selanjutnya.     

14
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, Pokok –Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar


Grafika),2013.
R. Saliman,Abdul, HukumBisnisUntuk Perusahaan danContohKasus, (Jakarta :
Kencana), 2014.
KhairandyRidwan, Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta: FH UII
press), 2013.
Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Kepailitan,
(Jakarta: PT Pradnya Paramita).
Sumber Lain :
http://pahriadinata.blogspot.co.id
https://nurulsazwaniblog.wordpress.com/2016/12/21/pengerian-jenis-dan-
contoh-dari-pt-cv-firma-ud-bumn-koperasi-yayasan/

15

Anda mungkin juga menyukai