Anda di halaman 1dari 324

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

MUHAMMAD ATJEMAIN, AMK, ST, M.K.K.K


PRAKTISI

PEMBEKALAN SERTIFIKASI BNSP TANGGAL 26 - 27 September 2022


PROFILE

Experience :

- Manager Health Safety Environment Sahid Group ( Jakarta Pusat )


- Manager Health Safety Environment PT ABB ( Coal Mining / Astra Group )
- Dept Head Health Safety Environment PT JMI ( Yogyakarta / Iron Sand Mining )
- PJ Emergency Nurse Sahid Sahirman Hospital ( Jakarta Pusat )
- PJ Emergency Nurse Gading Pluit Hospital ( Jakarta Utara )
- Trainer ( BNSP ) Muhammad Atjemain, AMK, ST
- Asesor ( BNSP ) ( Praktisi )
- Owner PT Teraputik Ekselensa Medika ( Transporter LB3 ) 081315314278
- Consultant Safety & Environment Some Companies ( Jabodetabek )
- Document Drafting Group AMDAL, UKL-UPL, RKL – RPL ( National )
- SHE Asesor ( Astra Group Coal Mining )
- Designer IPAL ( Instalasi Pengelolaan Air Limbah )
- Member of PTALI ( Perhimpunan Tenaga Ahli Lingkungan Indonesia )
PERATURAN PEMERINTAH
YANG SUDAH TIDAK BERLAKU
KARAKTERISTIK AIR LIMBAH DOMESTIK
Air
Limbah
Air sisa dari suatu hasil
usaha/kegiatan

Definisi
Air Limbah Domestik
Air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari
manusia yang berhubungan
dengan pemakaian air
Sumber Air Limbah Domestik

Permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen


dan asrama
Jenis Air Limbah Domestik

Grey Water Black Water


air limbah domestik yang berasal dari dapur air limbah yang mengandung kotoran
(tempat cuci piring), air bekas cuci pakaian manusia
(air dari saluran pembuangan mesin cuci
misalnya), dan air mandi (bukan dari toilet)
Dampak Air Limbah Domestik

• Pencemaran badan air


• Kualitas air baku menurun sehingga biaya
pengolahan air meningkat
• Meningkatkan kejadian penyakit berbasis
air (water-borne disease)
• Menjadi tempat berkembang biak
serangga dan binatang pengganggu
• Dampak ekonomi
• Merusak estetika sehingga menurunkan
potensi wisata berbasis air (pantai, muara
dsb)

Karakteristik
Limbah Air 26
Karakteristik Air Limbah Domestik
Baku Mutu

Permen LH No. 5 Tahun 2014 Permen LHK No. 68 Tahun 2016

Karakteristik Air Limbah Domestik


pH

• Jika air limbah tidak ditreatment dengan


baik, maka pH air limbah akan merusak
air tanah, air sungai, atau tempat-tempat
lain yang dijadikan sebagai pembuangan
air limbah.

• Derajat keasaman atau pH adalah ukuran


untuk menentukan sifat asam dan basa
suatu larutan. pH air < 5 atau bersifat
asam dapat menyebabkan korosi pada
logam
BOD - Biological Oxygen Demand
• BOD jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengurai hampir
semua zat organik yang terlarut dan
tersuspensi dalam air limbah.

• Besaran BOD biasa dinyatakan dengan BOD 5


hari pada suhu 20°C dalam mg/l yang berarti
kebutuhan oksigen dalam milligram yang
digunakan untuk menguraikan zat pencemar
dalam satu liter air limbah.

• Laju pengeluaran BOD sangat tergantung pada


suhu dan bahan organiknya.

• Pengukuran BOD diperlukan untuk


menentukan beban pencemaran akibat air
limbah dan mendesain sistem pengolahan
biologis bagi air limbah tersebut.
COD - Chemical Oxygen Demand

• COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan


untuk mengoksidasi zat organic secara kimia
dan biologis.

• Hasil analisis COD menunjukkan kandungan


senyawa organik yang terdapat dalam limbah.

• Uji COD biasanya menghasilkan nilai oksigen


yang lebih tinggi daripada uji BOD5 karena
bahan yang relatif stabil terhadap reaksi
biologis dapat ikut teroksidasi dalam uji COD.
TSS – Total Suspended Solid
• TSS adalah salah satu material penyebab
kekeruhan (turbidity) pada perairan berupa
residu dari padatan total yang dengan ukuran
partikel maksimal 2 μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid seperti bahan-bahan
organik tertentu, tanah liat dan sebagainya.
• Mempunyai sifat tidak larut
dalam air. Banyak terdapat pada
makanan, hewan, manusia dan
dalam tumbuhan (minyak nabati).

• Relatif stabil dan tidak mudah


terdekomposisi oleh bakteri.
Minyak
& • Sebagian emulsi minyak dan
lemak akan mengalami degradasi
melalui fotooksidasi spontan dan
Lemak oksidasi oleh mikroorganisme.
Penguraian lemak dan minyak
dalam kondisi kurang oksigen
akan menyebabkan penguraian
yang tidak sempurna sehingga
menimbulkan bau tengik.
Amoniak
• Amoniak (NH3) merupakan senyawa
nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH
rendah yang disebut dengan ammonium.
• Amoniak berasal dari air seni, tinja dan
penguraian zat organik secara
mikrobiologis.
• Amoniak tergantung pada beberapa
faktor antara lain sumber asal, tanaman
air yang menyerap amoniak, konsentrasi
oksigen, dan suhu.
• Senyawa amoniak dapat ditemukan
dimana-mana baik pada air permukaan
dan maupun air tanah (hingga mencapai
30 mg/l).
• Amoniak dapat menyebabkan kondisi
toksik bagi kehidupan perairan.
Coliform
• Bakteri Coliform merupakan organisme
nonspora yang motil atau nonmotil,
berbentuk batang, dan mampu
memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada
temperatur 37oC dalam waktu inkubasi 48
jam.

• Total Coliform melebihi batas standar baku


mutu air limbah merupakan indikator
adanya cemaran patogen infeksius yang
menimbulkan penyebaran penyakit melalui
perantara media air (water-borne diseases).

• Total Coliform yang tinggi dapat


mempengaruhi kehidupan organisme
biota pada suatu perairan dan
mempengaruhi kelayakan air tersebut
layak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Karakteristik Air Limbah Lainnya
FISIKA KIMIA
• Warna : Umumnya berwarna hitam, • Zat organic : senyawa yang tersusun
coklat, abu-abu atas karbon (C), hydrogen (H) dan
oksigen (O)
• Bau (odor) : Bau yang tidak sedap dan
busuk dan kadang-kadang menyengat. • Zat anorganik : pH, klorida, alkalinitas,
Bau terjadi karena adanya gas hasil asiditas, mineral (Fe, N, P, S, Ca, Na dll)
dekomposisi bahan organic maupun
dari bau asli bahan buangan. Senyawa
yang menimbulkan bau pada air limbah BIOLOGI
antara lain: amoniak, H2S dan sulfida
organic. • Mikroorganisme : bakteri, virus, jamur,
protozoa, algae
• Suhu : Umumya suhu air limbah lebih
tinggi dari air baku karena telah melalui
proses/kegiatan rumah tangga. Bila
suhu terlalu tinggi akan mematikan
kehidupan akuatik dan mengurangi
oksigen terlarut (DO)
Mapping Sumber Air Limbah

Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi


sumber air karakteristik kapasitas air kemungkinan bahan kimia
limbah air limbah limbah dan adanya yang
fluktuasinya material digunakan
inhibitor
Identifikasi Material Inhibitor

Oil &
Grease
tinggi
Amoniak Deterjen/Sabun
tinggi

Material PRE
Panas
disinfektan TREATME
NT
Manfaat Mapping

• Memudahkan identifikasi air limbah yang dihasilkan

• Memudahkan penentuan jenis pengolahan air limbah yang sesuai


dengan karakteristiknya

• Antisipasi dan mencegah material toksik yang masuk ke dalam


sistem pengolahan

• Memudahkan operasional STP (Sewage Treatment Plant)

• Memudahkan troubleshooting
Mapping Air Limbah Domestik
Debit Air Limbah
Penghitungan Baku Mutu Air
Limbah Domestik Terintegrasi
Untuk Kadar Parameter Yang Berbeda
1. Parameter dari salah satu kegiatan lain yang tidak diatur di dalam baku
mutu air limbah domestik dalam lampiran I PermenLH No. 68 Tahun 2016,
maka parameter tersebut wajib ditambahkan dalam baku mutu air limbah
yang ditetapkan dalam izin

2. Dalam hal terdapat parameter yang sama dari beberapa kegiatan lain yang
tidak diatur di dalam baku mutu air limbah domestik dalam lampiran
peraturan menteri ini maka parameter tersebut wajib ditambahkan dalam
baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam izin dengan kadar yang
paling ketat.
Septic Tank
STP
Terima Kasih
Prinsip Prinsip Pemilihan
Teknologi dalam Perancangan
Air Limbah Industri
• Pengantar
• Prinsip Pengolahan Air
limbah
• Pemilihan Proses
Isi Bahasan Pengolahan Air Limbah
• Garis Besar
• Pengolahan Awal dan
Primer
• Pengolah Sekunder
(Biologi)
2
Pengantar

• PP no. 82 tahun 2001  perlu dilakukan upaya-upaya


perlindungan dan pengelolaan sumber daya air
• Air limbah industri  jika tidak diolah dengan benar akan mencemari
lingkungan sekitar
• Adanya baku mutu air limbah  kualitas efluen air limbah industri
harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan

Penerapan teknologi pengolahan air limbah yang


tepat
Parameter Keterangan
Bulk Organic Parameter
TOC Dapat beracun ; mengurangi oksigen terlarut
COD Dapat beracun ; mengurangi oksigen terlarut
BOD Mengurangi oksigen terlarut badan air penerima
Minyak dan Lemak / TPH Merusak vegetasi dan kehidupan akuatik
Parameter Fisik
TSS Mempengaruhi turbiditas ; meracuni kehidupan akuatik
pH Asam dan basa dapat meracuni kehidupan akuatik
Temperatur Mempengaruhi kehidupan akuatik
Parameter Kualitas Warna Mempengaruhi aestetik dan merusak algae
Bau Mempengaruhi kehidupan akutik dan manusia ; aestetik
Potensial redoks Meracuni kehidupan akuatik
Parameter Kontaminan
Spesifik
NH3 / NO3 Meracuni kehidupan akuatik ; eutrofikasi
Fosfat Eutrofikasi
Logam berat Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
Surfaktan Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Sulfida Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Fenol Meracuni kehidupan akuatik dan manusia ; aestetik
Toxic Organics Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
Sianida Meracuni kehidupan akuatik dan manusia
Baku Mutu Air Limbah

Sumber :
Lampiran XLVII PerMen LH No. 5/2014
Pengolahan Air Limbah
Ditujukan untuk mengurangi kandungan bahan
pencemar, seperti :

 senyawa organik
 senyawa organik yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme yang ada di alam
 Senyawa anorganik
 padatan tersuspensi (TSS)
 mikroba patogen
Pengolahan Air Limbah
Dapat dibagi menjadi 5 tahap pengolahan :
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Memudahkan dalam mengkategorikan dan


melaksanakan pengolahan sesuai dengan beban
dan kandungan suatu air limbah.
General Treatment Process (Flow Diagram)

Pre-treatment Secondary Treatment Tertiary


Primary Secondary
Raw From
collect. tank Grit treatment
Oil & Clarifier
Aerobic Reactor
Clarifier Sand/Media Effluent
(i.e. Activated Sludge Disinfectio
chamber Grease Tank Tank Filtration (discharge)
Bar Process) n
Separator
scree
n

Returned
Activated Sludge

Waste
Activated
Sludge
Sludge Sludge
Thickener

Sludge
Incinerator/landfill Decanter

Sludge treatment
BEBERAPA PROSES PENGOLAHAN
LIMBAH INDUSTRI
Primary treatment Secondary treatment Liqu
Pretreatment Suspended Tertiary Sludge treatment
Chemical Pysical Dissolved id
solids treatment
organics removal disp
Dilute wastewater osal

Scren and grit Activated Coagulation& Receiving


Neutralization Flotation Sedimentation
removal sludge Sedimentation waters

Equalization Chemical Controlled or


Anaerobic
and addition & Sedimentation Filtration transportated
lagoons
storage coagulation discharge

Trickling Carbon
Oil seperation Filtration Ocean
filter adsorption

Digestion Surface
Aerated applications or
Ion exchange or wet groudwater
lagoons
combustion seepage

Stabilization Deep well


Membrane Incineration
basin injection

Rotating Thickening
Pressure Evaporation
biological gravity or Landfill
filtration inceneration
contactor flotation
Anaerobic
Vacuu Ocean
contactors &
m disposal
filter
filtration
Centrifugatio Deep well
Sedimentation injection
n
Neutralization
Equalization Lagooning or Incineration
Filtration
&storage drying bed

Concetrated Organics wastewater


Metoda Lain dalam Penggolongan

• Adalah melihat pada proses yang terjadi,


yaitu:
• Proses Fisika
• Proses Kimia
• Proses Biologi (secondary treatment)
dan
• Proses Termal
Pemilihan Proses Pengolahan Air
Limbah
 Pengelompokkan karakteristik kontaminan
dalam air limbah  membuat cheklist
karakteristik air limbah
 Penentuan proses pengolahan air limbah yang
tepat dengan mempertimbangkan aspek ekonomis,
teknis, operasi, dan lingkungan
 Melakukan studi kelayakan dan percobaan skala
lab atau pilot jika perlu
‘Checklist’ Karakteristik Air
limbah
No. Pertanyaan Analisis
Yang
Diperlu
kan
1a. Apakah proses manufaktur melibatkan • Logam
zat inorganik sebagai bahan baku, • Total Alkalinitas
produk samping, atau produk akhir ?
• COD
• TDS
•Kontaminan
spesifik lainnya
1b. Apakah proses manufaktur melibatkan • TOC
zat organik sebagai bahan baku, • BOD (COD optional)
produk samping, atau produk akhir ?
• Minyak dan lemak / TPH
•Kontaminan
spesifik lainnya
2. Apakah proses menghasilkan aliran pH
limbah yang bersifat asam atau basa ?
‘Checklist’ Karakteristik Air limbah
(Lanjutan)

No. Pertanyaan Analisis Yang


Diperlukan
3. Apakah proses menghasilkan aliran Temperatur
limbah bertemperatur tinggi ?
4. Apakah aliran limbah mengandung • TS
padatan • TSS
?
• TDS
• Turbiditas

5. Apakah aliran limbah • NH3


mengandung senyawa • NO3
nitrogen ?
• Total nitrogen

6. Apakah aliran limbah • Total sianida


mengandung senyawa • Sianida reaktif
sianida ?
‘Checklist’ Karakteristik Air limbah
(Lanjutan)

No. Pertanyaan Analisis Yang


Diperlukan

7. Apakah aliran limbah • Sulfida


mengandung senyawa sulfur • Sulfat
?
• Sulfit

8. Apakah aliran limbah • Fosfat


mengandung senyawa fosfor
?
9. Apakah aliran limbah mengandung • Surfaktan
surfaktan atau buih dalam jumlah
besar ?
10. Apakah aliran limbah • Total Organics Toxic
mengandung senyawa toksik • Logam berat / toksik
?
Diagram Garis Besar Penentuan
Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri
Aliran air limbah

Anorganik Organik
Inorganik O rganik Of f -gas tr eatment

Perlunya ya tidak M engandung ya


D apat Air / S tea m
Pretreatm ent Pretreatm ent kontaminan yang
terbiodegrada si Stripping
u n tu k netralisasi dapat di-stripping
minyak
tidak Of f -gas tr eatment ya tidak
M engandung P erlunya
kontaminan yang ya Air / Steam pretreatment ya P emisahan min yak M e n ga n d u n
dapat di-stripping Stripping penghilangan / air g ko n t a m in a n Filtrasi atau
ya
mis. amo n ia minyak dan lemak ya n g Adsorpsi karbon
aktif
dapat disaring
tidak tidak Filter atau
atau
regenerasi me d ia
diadsorb adsorpsi
M engandung ya Koagulas i, Trickling filter
T ersedia r u a n g tida k
ko n tamin an yang flokulasi, dan atau Fixed-film
dapat dipresipitasi sedimentasi lahan ya n g luas Biotreatment
tidak
M e n ga n d u n g
tidak L imb a h P adat y ko n t a m in a n ya n g ya Oksidasi / reduksi
a dapat dioksida s i kimia
M engandung
ya Filtrasi atau ya atau direduksi
kontaminan yang Lumpur aktif atau
Adsorpsi karbon Perlunya aerasi secara kim ia
dapat disarin g atau aerated lagoon
aktif
diadsorb
Filter atau
regenerasi me d ia tidak
tidak tidak L im b a h dapat
adsorpsi
Limbah dapat d im a n f a a t ka n ya Evaporasi atau
dimanfaatkan
ya Evaporasi atau Perlunya solids ya Anaerobic ke m b a li atau ekstraksi
kembali atau
ekstraksi recovery treatment direduksi
direduksi
volumenya vo lu m e n ya
Solid / Concentr ated Phas e Solid / Concentr ated Phas e
tidak tidak
Limbah harus Insinerasi atau wet tidak harus
Limbah Insinerasi atau wet
K olam ekualisasi
dihancurkan air oxidation dihancurkan air oxidation
Pra pengolahan (pre-treatment)
1. Penyaringan (screening)
• Memisahkan padatan berukuran besar.
• Mengurangi beban organik air limbah
2. Penangkapan minyak dan lemak
• Menghindari terganggunya aktivitas bakteri dalam pengolahan biologis
• Menghindari penyumbatan aliran
3. Bak ekualisasi
• Menyamakan debit dan konsentrasi air limbah sehingga pengolahan
biologis dapat berjalan efektif
• Mengatur pH dan penambahan nutrisi bagi aktivitas mikroba dalam
pengolahan
biologis

• Secara umum, tahap pra pengolahan dapa mengurangi konsentrasi parameter BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) hingga 35 %, serta
parameter minyak-lemak sebesar 65 %
Pengolahan primer (primary treatment)

Pengolahan primer merupakan pengolahan air limbah dengan menggunakan


prinsip fisika dan kimia.
Teknologi pengolahan primer yang digunakan adalah pengendapan (primary
sedimentation). Pengendapan diperlukan untuk memperlambat aliran air limbah
sehingga dapat mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring seperti pasir,
kerikil, sisik ikan, serpihan daging ikan, dll.
Padatan-padatan tersebut dipisahkan agar tidak mengganggu tahap selanjutnya
seperti menyumbat pipa dan merusak peralatan.
Tahap pengendapan juga dapat dibantu dengan menggunakan bahan kimia
berupa koagulan dan/atau flokulan, bila kandungan total padatan tersuspensi (total
suspended solid, TSS) dari air limbah sangat tinggi.
Dengan menggunakan teknologi pengolahan primer, kandungan TSS dapat
diturunkan hingga 60%.
Pengolahan sekunder (secondary treatment)
• Teknologi pengolahan sekunder yang dapat digunakan adalah proses biologis, baik secara anaerobik maupun aerobik.
• Untuk air limbah dengan kandungan bahan organik (BOD atau COD) yang tinggi seperti industri perikanan (dari data
primer, karakteristik inlet IPAL industri perikanan memiliki BOD dan COD yang tinggi), disarankan untuk terlebih dahulu
menggunakan proses biologis secara anaerobik sebelum proses aerobik.
• Penggunaan proses anaerobik dapat menurunkan kebutuhan lahan IPAL, mengurangi beban pengolahan air limbah secara
biologis aerobik, dan mengurangi biaya penanganan lumpur.
• Penggunaan proses biologis secara anaerobik dapat menurunkan konsentrasi parameter TSS hingga 55 % dan konsentrasi
parameter BOD dan COD sebesar 65 %. Sedangkan penggunakan proses biologis secara aerobik dapat menurunkan konsentrasi
parameter TSS hingga 80 % dan konsentrasi parameter BOD dan COD sebesar 90 % (untuk konsentrasi COD di bawah 1000
mg/l).
• Dengan menggunakan proses pengolahan air limbah sekunder, kandungan parameter minyak-lemak dalam air limbah juga
dapat diturunkan hingga 90 %.
Penguraian senyawa organik dalam air limbah menggunakan lumpur
Proses lumpur aktif yang kaya akan bakteri. Dalam prosesnya, dilakukan aerasi.
Endapan yang terbentuk sebagian dibuang, sebagian digunakan
kembali

Menyemprotkan air limbah dari unggun ke suatu permukaan yang telah


Proses trickling dilapisi biofilm aerobik. Pada permukaan tersebut terjadi penguraian zat
filter organik oleh mikroba

Teknologi Proses
Proses Biofilm
Proses rotating
biological contactor
Bakteri aerobik tumbuh pada disk/piringan yang sekitar 40% bagiannya
terendam dalam air limbah. Piringan tersebut berputar agar mikroba
Aerobik memperoleh oksigen dari udara untuk mengurai senyawa organik
(RBC)

Pengolahan Air
Limbah
Proses aerasi Penguraian senyawa organik dalam air limbah dengan cara melekatkan
kontak mikroorganisme pada media filter terendam

Dikenal juga dengan sistem kolam dalam (deep pond), di mana kondisi
Anaerobic lagoon lagun bebas dari oksigen; dilakukan pada kolam yang dalam

Pengolahan limbah menggunakan tangki yang ditutup rapat sehingga


Tangki digester tidak ada oksigen dalam tangki; terjadi penguraian senyawa organik
secara anaerobik

Proses
Anaerobik

Pengolahan limbah menggunakan reaktor dengan baffle yang diisi


Proses anaerobic baffled reactor (ABR) lumpur mikroorganisme.

Pengolahan air limbah dengan cara mengalirkan air limbah secara


Proses upflow anaerobic sludge blanket upflow ke dalam reaktor anaerobik yang mengandung granular sludge
2 (UASB) tersuspensi.
0
TERIMA KASIH
PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
UNTUK AIR LIMBAH
• Pengantar
• Prinsip Pengolahan Air
limbah
• Pemilihan Proses
Isi Bahasan Pengolahan Air Limbah
• Garis Besar
• Pengolahan Awal dan
Primer
• Pengolah Sekunder
(Biologi)
Pengolahan sekunder (secondary
treatment)
• Teknologi pengolahan sekunder yang dapat digunakan adalah proses biologis, baik secara
anaerobik maupun aerobik.
• Untuk air limbah dengan kandungan bahan organik (BOD atau COD) yang tinggi seperti industri
perikanan (dari data primer, karakteristik inlet IPAL industri perikanan memiliki BOD dan COD yang
tinggi), disarankan untuk terlebih dahulu menggunakan proses biologis secara anaerobik
sebelum proses aerobik.
• Penggunaan proses anaerobik dapat menurunkan kebutuhan lahan IPAL, mengurangi beban pengolahan
air limbah secara biologis aerobik, dan mengurangi biaya penanganan lumpur.
• Penggunaan proses biologis secara anaerobik dapat menurunkan konsentrasi parameter TSS hingga 55
% dan konsentrasi parameter BOD dan COD sebesar 65 %. Sedangkan penggunakan proses biologis
secara aerobik dapat menurunkan konsentrasi parameter TSS hingga 80 % dan konsentrasi parameter
BOD dan COD sebesar 90 % (untuk konsentrasi COD di bawah 1000 mg/l).
• Dengan menggunakan proses pengolahan air limbah sekunder, kandungan parameter minyak-lemak
dalam air limbah juga dapat diturunkan hingga 90 %.
• Berdasarkan hubungan dengan
oksigen
• Obligat aerob : harus hidup
Klasifikasi dalam lingkungan yang
mengandung oksigen
Mikroorganisme • Fakultatif anaerob : dapat
(2) hidup dalam lingkungan
dengan/tanpa adanya
oksigen
• Obligat anaerob : tidak dapat
bertahan dalam lingkungan
yang mengandung oksigen
Klasifikasi
• Berdasarkan temperatur
Mikroorganis • Psikrofil : suhu lingkungan di bawah 20 OC
me (3) • Mesofil : suhu lingkungan di antara 25-40 OC
• Termofil: suhu lingkungan di antara 45-60 OC
• Hipertermofilik : suhu lingkungan di atas 65
OC

• Pengolahan limbah pada umumnya


dilakukan pada temperatur sekitar 20-
35 OC
→ mesofil
Mikroba
dalam
Pengolahan
Limbah (1) • Bakteri
• Kelompok terbesar dalam
unit pengolahan limbah
• Menggunakan senyawa terlarut
sebagai makanan
• Dalam pengolahan limbah, bakteri
yang dominan adalah bakteri
kemoheterotrof
Mikroba • Fungi
dalam • Tumbuh pada pH asam
• Akan dominan pada limbah yang memiliki
Pengolahan kadar nitrogen yang rendah

Limbah (2) • Algae


• Merupakan mikroba fotoautotrof
• Tidak terlibat dalam stabilisasi limbah
karena menggunakan CO2 atau
bikarbonat sebagai sumber karbon
(bukan karbon organik)
• Tidak dapat membentuk flok → melayang di air
• Biasa digunakan sebagai tertiary treatment
(bukan secondary)
• Metabolisme = keseluruhan reaksi kimia
dalam sel makhluk hidup
• Katabolisme : menghasilkan energi
Metabolisme • Anabolisme : memerlukan energi
(sintesis
Mikroba komponen seluler)
• Beberapa faktor yang
memengaruhi pertumbuhan
mikroba :
• Akseptor elektron terminal
• Makronutrien (karbon, nitrogen, fosfor)
• Mikronutrien (Co, Cu, Fe, Mn, vitamin)
• Kondisi lingkungan yang sesuai
(pH, temperatur, cahaya,
kelembaban)
Pemilihan
Proses Biologi
Perbandingan beberapa teknologi pengolahan limbah

Removal rate (%)


Jenis Teknologi Biaya pembangunan Biaya maintenance Kesulitan
COD SS T-N NH4-N O&G
Screening 20 40 20 20 Rendah Rendah Mudah
Pretreatment
DAF 40 75 30 30 80 Tinggi Sedang Sulit
Sedimentasi 20 40 20 20 Rendah Rendah Mudah
Pengolahan Primer
Koagulas flokulasi 30 60 30 30 Sedang Tinggi Sedang
Lumpur aktif 90 80 30 90 90 Sedang Sedang Sedang
RBC 80 20 60 Sedang Sedang Mudah
Aerobik Trickling filter 90 10 80 Tinggi Tinggi Mudah
Aerated lagoon 80 20 60 Tinggi Sedang Mudah
Pengolahan
sekunder DHS 80 20 80 Tinggi Tinggi Mudah
Digester 65 55 0 0 Rendah Rendah Mudah
Anaerobik ABR 65 55 0 0 Sedang Rendah Sedang
UASB 65 55 0 0 Tinggi Tinggi Sulit
Stripping 80 80 Sedang Tinggi Sulit
Ion exchange 90 90 Tinggi Tinggi Sulit
Pengolahan nitrogen Klorinasi 95 95 Sedang Tinggi Sedang
Anaerobik 70 90 Sedang Sedang Sedang
Membran 95 30 90 Tinggi Tinggi Sulit

1
5
PROSES AEROBIK
energ
limbah organik i CO2 + H2O

mikroorganis
ma
sintesis respirasi
baru
endogenous
nonbiodegradable
residu

Oksidasi biologis (aerobik) sempurna dari buangan


organik
78
Berdasarkan sistem pertumbuhannya, proses
pengolahan biologis terbagi atas :
 sistem pertumbuhan tersuspensi
 sistem pertumbuhan yang menempel pada
media inert yang diam
 atau kombinasi keduanya.

79
Proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar
proses operasinya. Ada tiga macam proses yang
termasuk dalam cara pengelompokan ini, yaitu :
 proses kontinyu dengan atau tanpa daur ulang
 proses batch
 proses semi batch
Proses kontinyu biasa digunakan untuk pengolahan
aerobik air limbah kota dan industri, sedangkan
proses batch atau semi batch lebih banyak digunakan
untuk sistem anaerobik.
80
 Lumpur Aktif

influent aeration effluent


settler
tank

waste
sludge

• mikroorganisme hidup berkoloni menyerupai


lumpur
• dapat menyerap dan mereduksi substrat
 Activated Sludge
81
Lumpur aktif
Endapan di Bak
Sedimentasi
Perbandingan air sebelum dan sesudah
diolah
Ciri-ciri sistem lumpur aktif :

1. Menggunakan lumpur mikroorganisma yang dapat


mengkonversi zat organik terlarut dalam air buangan menjadi
biomassa baru dan zat anorganik
2. Memungkinkan terjadinya pengendapan mikroba, sehingga
keluaran hanya sedikit mengandung padatan mikroba
• Mendaur ulang sebagian lumpur
mikroorganisma dari tangki pengendap ke
reaktor aerasi, kecuali pada reaktor aliran
yang teraduk baik (continuous stirred tank),
kadang-kadang mikroorganisma tidak perlu
didaur ulang
• Kinerja pengolahan dengan lumpur aktif
bergantung pada waktu tinggal sel rata-rata di
dalam reaktor (mean cell residence time).
Diagram Alir Proses Lumpur Aktif

AIRBLOWER

CHLORINE
CONTACT TANK

AERATIONTANK
SETTLINGTANK
COMMUNITOR
BARSCREEN MACRATOR
PUMP

ActivatedSludge

AIRLIFTPUMP Sludge

SLUDGEDISPOSALPIT
Pengolahan dengan Lumpur
Aktif

88
Bak aerasi
89
Sistem Aerasi: Diffuser System
Contoh Diffuser bentuk selinder
Contoh:
Diffuser
bentuk Disc
Sistem Aerasi:
Surface
Aeration
Bak Aerasi di Singapura
Udara dari Bak Aerasi: Diolah

3
4
Berbentuk kolam dengan kedalaman
2,5 ~ 5 meter dan luas hingga

Laguna
beberapa hektar

Teraerasi Penambahan oksigen dilakukan


dengan pengadukan atau difusi
(Aerated udara

Lagoons) Kebutuhan energi antara 14 ~ 20


hp/sejuta gallon

96
Aerated
Lagoon
Laguna Hanya bagian permukaan yang diaduk

Fakultatif Sebagian padatan mengendap dan


terdekom- posisi oleh mikroorganisme

(Facultative anaerobik di dasar


kolam, produknya dioksidasi oleh
Lagoons) mikroorganisme yang tumbuh di
atasnya
Kebutuhan energi antara 4 ~ 10 hp/sejuta
gallon
AEROBIK FAKULTATIF PENGENDAPAN

air limbah effluent

endapan lumpur
pencampuran
terdekomposisi
sempurna sisa lumpur
secara anaerobik

• Laguna aerobik mendegadrasi organik terlarut, tetapi menambah


konsentrasi biomassa/mikroorganisma. Waktu tinggal hidraulik dalam
laguna aerobik sekitar 1-3 hari.
• Laguna fakultatif mengurangi BOD yang tersisa dan sebagian
besar dari padatan tersuspensi dengan waktu tinggal sekitar 3-6
hari.
• Bila padatan tersuspensi dari aliran keluar harus lebih kecil dari
50 mg/l, maka diperlukan sebuah laguna pengendapan.
99
Sistem laguna mempunyai efisiensi
pengurangan zat organik yang tidak kalah bila
dibandingkan dengan proses lumpur aktif.

Sistem laguna mempunyai kelebihan yaitu


tidak diperlukan pengeluaran lumpur dari
sistem.

Tetapi kelemahan yang nyata adalah memerlukan


tanah yang relatif luas.
10
0
Diagram Alir Aerated Lagoon

3 3

1 6
2 4 5

3 3

Keterangan :
1. Outfall sewer
2. Preliminary treatment (bar screen communitor)
3. Area-fac lagoon series
4. Maturing lagoon
5. Chlorination chamber
6. Effluent to Outfall
Saringan Percik
(Trickling Filters)
• Merupakan sistem biologis unggun-
terjejal (packed bed). Terdiri dari
tumpukan batu atau bahan plastik
sebagai medium penunjang (support
medium) pertumbuhan lapisan
mikroorganisma aerobik (biofilm) di
permukaannya.
• Tinggi media batu adalah 1 hingga
3 m, dengan ukuran media antara 6
-10 cm.
• Media plastik dapat ditumpukkan
hingga ketinggian 13 m dan dapat
beroperasi dengan laju 4
gal/ft2.minute. Hal ini disebabkan
hilang-tekan (pressure drop) dari
bahan plastik lebih rendah
• Saringan percik tidak dapat
mengurangi kandungan BOD lebih
dari 85% secara ekonomis.
• Sistem ini lebih mudah dan murah
untuk dioperasi-kan dibandingkan
dengan proses lumpur aktif.
waste
recycle effluent
water

Trickling
Filter

effluent
Clarifier

rock or
plastic
packing sludge

Sebagian dari aliran dapat disirkulasikan balik ke dalam sistem


untuk mendapatkan aliran keluar dengan kualitas yang baik
4
4
air
limbah
biofilm
organik
udara

oksigen
medium

karbon dioksida

produk akhir

4
5
Skema sederhana proses saringan percik
Kontaktor Biologis Putar • Terdiri dari sejumlah piringan (discs)
(Rotary Biological Contactors) yang dipasang pada poros yang
berputar.
• Sekitar 40% dari volumenya terendam
dalam tangki yang berisi air limbah.
• Piringan adalah tempat
pertumbuhan mikroorganisma
(bio-film), dengan ketebalan 1 ~ 4
mm.
• Piringan-piringan umumnya terbuat
dari high density polyethylene
dengan luas permukaan sekitar 37
ft2/ft3.
Suatu unit dapat berukuran hingga diameter 4 m
dan panjang 8 m dengan luas permukaan 10.000
m2 dengan jumlah piringan mencapai ratusan.
Kinetika pengurangan BOD akan lebih baik bila
dilaksanakan secara bertahap.
rotating
biological
contactor plastic-disc media

treated
waste water effluent

• Suatu sistem kontaktor biologis biasanya terdiri dari 2-4


unit dipasang seri.
• Kelebihan utama dari sistem ini dibandingkan dengan
proses lumpur aktif adalah energi yang diperlukan relatif
rendah, sehingga ongkos operasinya lebih murah.
4
8
Unit Rotary Biodisk
CHLORINE

RECHARGE

EFFLUENT

INFLUENT

RECYCLING
SLUDGE
REMOVAL

PRIMARY CLARIFIER ROTORDISK MODULE FINAL CLARIFIER


Diagram Alir Unit Rotary Biodisk

1% Sodium Hipoklorit
CHLORINE
Solution in Water
INJECTION
TANK

AIR BLOWER

PRIMARY
SEDIMEN CHLORINE
FINAL CONTACT
TATION CLARI TANK
AERATED FLOW TANK FIER
EQUALIZATION PUMP ROTATING
SLUDGE
COMMUNITOR DIGESTION BIODISK
TANK
RECIRCULATING
PUMP

Sludge Water Return Sludge Drying


Bed

Sludge Cake to
Landfill

Gravity Drain Secondary Sludge


Perkembangan Baru: MBR
5
4
Contoh MBR tipe Submerged
MBR: Konsentrasi
mikroba tinggi
>>>> space kecil

11
5
MBR tipe Side Stream
PROSES ANAEROBIK
Aerobic vs Anaerobic Processes

Aerobic
Anaerobic
•Faster process and
more stable • Slower process and
• Need higher energy more complicated
• Low energy needed
• Higher OPEX
• Higher CAPEX
• Sludge Production : • Lower OPEX
High
• Lower sludge
production
• Produce energy (by
product)
Introduction
Anaerobic Treatment

• the core-method of Environmental Protection and Resources Reservation (EPRP) technology


• sustainable technology
https://images.app.goo.gl/eQj1QmJ1K8fMJ1q18
Anaerobic Digesters
Reactor configurations

CSTR UASB

Covered
lagoon
https://images.app.goo.gl/agHAogh9Uw5xmMg
m6
https://images.app.goo.gl/mdpLjdSVTK59YN
bZ6
 Anaerobic Filter Reactor

Offgas

Effluent

Packed
Bed
Effluent
recycle

Wastewater
 Anaerobic Contact Reactor

Offgas

Degasifier
Wastewater

Effluent

Clarifier
Solid recycle
 Fluidized-Bed Reactor

Offgas

Effluent

Fluidized bed
(sand)
Effluent
recycle

Wastewater
 Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)

Offgas

Effluent

Sludge
blanket

Wastewater
Application of Anaerobic Process in
Industrial Scale
Wastewater Contact UASB FB/EB AF DSFF

Alcohol distillery + + + + +
Beet sugar +
Brewery + +
Cellulose condensate +
Chemical + +
Citric acid + +
Confectionery +
Domestic sewage + + +
Enzyme manufacture +
TERIMA KASIH
PENGOLAHAN FISIKA DAN KIMIA
influen
PRE PRIMARY SECONDARY ADVANCED
efluen
TREATMENT TREATMENT TREATMENT TREATMENT

coarse materials sludge sludge sludge


and/or oil &
grease sludge
treatment

ke disposal
disposal

Proses fisika Proses fisika Proses kimia Proses kimia


-bar screen -sedimentation Proses biologi Proses biologi
-grit removal unit -straining Proses fisika
-flotation unit
-comminution

Skema pengolah limbah


Padatan di dalam Air Limbah

• Floating & Settleable solid/materials


• Total Solid:
• Total Dissolved Solid (TDS):
• Fixed Dissolved Solid (FDS)
• Volatile Dissolved Solid (VDS)
• Total Suspended Solid (TSS):
• Fixed Suspended Solid (FSS)
• Volatile Suspended Solid (VSS)
• Colloidal solid: categorized as Suspended Solid but in
the laboratory classified as Dissolved Solid (size: 0.001
to 1.0 μm)
Pengolahan Air Limbah
• Pre-treatment (Primary Treatment)
Menghilangkan Suspended solid dan materi-materi kasar

• Secondary Treatment
Menghilangkan kandungan organik terlarut

• Tertiary Treatment (Advance Treatment)


Menghilangkan nutrien (N&P) atau bahan-bahan pencemar
spesifik yang tidak dapat dihilangkan pada pengolahan tingkat
sebelumnya

• Sludge Handling
• Mengolah lumpur yang dihasilkan dalam proses sebelumnya
sehingga siap dibuang ke lingkungan atau dilakukan
pemanfaatan
• Prinsip dasar : Solid-liquid separation
• Presipitasi : Memisahkan padatan dari
larutan dengan berdasarkan karakteristik
Pengolahan Fisika fisik pencemar
• Bahasan :
• Pengendapan
• Pemisahan Minyak
• Flotasi
• Filtrasi Dalam & Filtrasi Membran
• Adsorpsi Fisik
Pengendapan dan Faktor- faktor yang
mempengaruhi

Unit Operasi

Pengendapan partikel secara gravitasi


-massa jenis > massa jenis air
Aliran vertikal dan horizontal

Bentuk segiempat atau lingkaran This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND

Waktu Detensi Beban Permukaan Kecepatan melimpah Kecepatan penggerusan Kecepatan penggerusan
(surface loading) (overflow rate) (scour velocity) (scour velocity)
Dasar-dasar
Perancangan
Unit Pengendap

PRIMARY -Td: 1,5-2 jam


SEDIMENTATION -Surface loading:
TANK 800-1200
gal/ft2.day (40 –
60 m3/m2.day)

SECONDARY -Td: 4-6 jam


SEDIMENTATION -Surface loading: 400-800
TANK/CLARIFIER gal/ft2.day (20 – 40
m3/m2.day) This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND
Oil Separator

API (American Tilted Plate CPI Separator


Petroleum Institute) Separator

Berdasarkan karakteristik minyak


Berdasarkan karakteristik minyak, oil separator dibagi menjadi tiga: free oil, terelmusi dan terlarut. Oil
separator dengan karakteristik minyak free oil dapat dilakukan dengan gravitasi
API Separator
Performance API Separator
Waktu tingggal:
10 menit – 1 jam
Konsentrasi COD: 15-80% kadang-kadang
terendah: 50 mg/l SS: 30-65% mencapai 10 jam

Hindari shock Efisiensi minyak:


API menyisihkan
loading 50 -90%
free oil dengan  
0,015 cm
Tilted Separator
Corrugated atau
plate parallel dengan Efisiensi penyisihan Surface loading:
sudut 45 derajat minyak : 80-90% 0,5 m3/m2/jam

Meningkatkan Pemasangan seri Menyisihkan free


efisiensi API atau parallel API oil dengan  
Separator Separator 0,006 cm
CPI Separator

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Flotasi
Pengapungan partikel yg tidak dapat
01 Unit Operasi 02 mengendap secara gravitasi (massa
jenisnya < massa jenis air)

03 Dengan cara injeksi udara 04 Ada penambahan zat kimia

Tiga Tipe Flotasi:


Air Flotation DAF Vacuum Flotation
• Instalasi pengolahan limbah minyak:
• Gravity Separator
• Flotasi tanpa pembubuhan zat kimia
• Flotasi dengan pembubuhan zat kimia
Flotasi • Paling banyak digunakan : DAF
• Faktor perancangan Flotasi
• Konsentrasi pencemar
• Jumlah udara
• Kecepatan mengapung
• Laju pembebanan pencemar
Dispersed-
Air Flotation

Source: Metcalf & Eddy, 2014


• Injeksi udara bertekanan tinggi (40 - 60 psi)
• Faktor utama : perbandingan A/S (air to
solid ratio)
Dissolved Air Flotasi
• A/S ditentukan pada uji lab (lihat gambar 1)
• Hasil uji diplotkan (gambar 2)
• Nilai tipikal A/S adalah 0,005 - 0,060
• Konfigurasi DAF (lihat formula):
• tanpa recycle
• dengan recycle
Alat Uji
Flotasi
Skala Lab

Source: Metcalf & Eddy, 2014


01
Tanpa Recycle

Konfigurasi
DAF
02
Dengan Recycle
Source: Metcalf & Eddy, 2014

DAF dengan Penambahan Bahan Kimia


• Menyisihkan partikel yang lolos pada proses
Sedimentasi atau Flotasi
• Dalam Pengolahan Minyak:
• Pre-treatment untuk penyisihan minyak
• Mandiri atau tergabung dengan oil separator
Filtrasi • Menyisihkan free-oil dan emulsified oil
• Efisiensi tergantung jenis media,
(umumnya pasir silika)
• Media dengan afinitas tinggi terhadap minyak :
• Zeolit
• Bentonit
• Karbon aktif
• Sifat aliran : up-flow
• Secara konseptual filtrasi sama dengan
sedimentasi yaitu bagian dari “solid-fluids
separation”

Filtrasi • Filtrasi:
• Depth Filtration:
• Rapid sand filtration: 2 – 5 m3/m2/hr
• Slow sand filtration: 0.15 – 0.35 m3/m2/hr
• Surface Filtration:
• Filter cloth
• Membrane
Mekanisme Proses Filtrasi

1. Straining:
- Mechanical: solids larger than pore space
- Chance contact: solids smaller than pore size are trapped
within the filter

2. Sedimentation: solids settling on the filtering medium


3. Impaction: heavy solids will not follow the flow streamlines
4.Interception: solids move along the flow streamline are
removed when they come in contact with the surface of filtering
medium
5.Adhesion: solids become attached to the surface of filtering
medium as they pass by
6. Flocculation: Solids growth
7. Biological growth, especially in slow sand filtration

Source: Wilcox et al., 2010


• Kompak, ekonomis, dan mudah dalam
pengoperasian
Filtrasi (Depth Filtration)
• Pemampatan/clogging
• Efisiensi : 90 – 95 %
• Laju filtrasi : 2 – 3 gal/min.ft²
• Head loss : 6 – 20 ft
• Tebal media : 75 cm
•  Pasir : 1 – 5 mm
Source: Metcalf & Eddy, 2014
Source: Metcalf & Eddy, 2014
Source: http://www.elaguapotable.com/WT%20-%20Rapid%20Sand%20Filtration.htm
Membran

• Menyisihkan partikel-partikel koloidal dan ion-ion


terlarut
• Selektivitas pemisahan berdasarkan ukuran pori
:
• Mikrofiltrasi : 0,02 – 10 μm
• Ultrafiltrasi : 0,01 – 0,02 μm
• Membran dense : 0,0001 – 0,001 μm
• Reverse osmosis :  0,0001 μm
• Membran digunakan dalam proses pengolahan
air limbah dengan nilai recovery tinggi
Klasifikasi Membran

Source: Metcalf & Eddy, 2014


Source: Metcalf & Eddy, 2014

Source: Metcalf & Eddy, 2014


Source: Metcalf & Eddy, 2014
Source: Metcalf & Eddy, 2014
Ilustration of
Osmosis

Source: Rodriguez, 2016


• Proses pengumpulan/pelekatan zat-zat
terlarut dalam air pada suatu
permukaan zat padat
• Zat padat yang umum digunakan:
Adsorbsi karbon aktif
• Karbon aktif : arang yang diaktivasi
sehingga terbentuk pori-pori
• Ukuran pori tergantung dari bahan baku
dan proses peng-aktif-an
• Bentuk karbon aktif : granular dan
powder
• Solubility meningkat, adsorbability menurun
• Adsorpsi branch organics umumnya lebih mudah daripada yang
straight chain
• Substituent grup mempengaruhi adsorbability:
• Hydroxyl: menurun
• Amino: menurun
• Sulfonic: menurun
• Nitro: meningkat
• Molekul dengan polaritas tinggi lebih tidak sorbable daripada yang
non polar
• Terbuat dari berbagai material: wood, lignin,
bituminous coal, lignite dan residu minyak
bumi.
Activated Carbon Property • AC dari bituminous coal: pori-pori yang kecil,
luas permukaan yg besar & bulk density yg
besar (kebalikan dengan lignite)
• Adsorptive capacity: kemampuan AC dalam
menyisihkan polutan
• Phenolic number: kemampuan menyisihkan
zat rasa dan bau
• Iodine number: kemampuan meng-adsorp
materi yang berat molekul nya rendah &
sebaliknya adalah molasses number
• Karbon aktif dapat diregenerasi
• Kehilangan akibat regenerasi 5 -
10%
Activated Carbon Property • Kapasitas adsorpsi karbon aktif
yang telah di regenerasi lebih
rendah
• Jumlah karbon aktif yang
dibutuhkan dgn 2 pendekatan :
• Freundlich Isoterm
• Langmuir Isoterm
Kurva breakthrough proses adsorpsi

Source: Metcalf & Eddy, 2014


• Gravitasi dan bertekanan
• Down flow : 30 mesh
• Up flow : 40 mesh
Reaktor adsorpsi • Tebal media : 15 – 20 ft
• Laju filtrasi : 2 – 5 gpm/ft²
• Waktu kontak : 30 – 40 menit
• Penyisihan : 0,2 – 0,8 lb
COD/lb Carbon
Source: Metcalf & Eddy, 2014
• Paten dengan sistem Powder Activated Carbon di
PACT® Activated Sludge
• Perlu unit sedimentasi + filtrasi
• Performance Pengolahan dengan PACT®

PACT® Proses (mg/L) Tanpa Karbon Aktif


Parameter (mg/L)
In Out In Out
BOD 4.035 11 4.035 17
COD 10.000 102 10.000 296
Phenol 8,1 0,01 8,1 0,22
Source: Metcalf & Eddy, 2014
METODE PENGOLAHAN KIMIA
Pengolahan Kimia
Proses penambahan bahan-bahan kimia/zat additive dan merupakan alternative terakhir

Efisiensi
pengolahan
Kelebihan tinggi

Menambah beban Waktu retensi


pengolahan singkat

Biaya cukup
tinggi

Kelemahan
• Prinsip dasar : Presipitasi (kecuali proses
desinfeksi)
• Presipitasi : Mengubah materi yang
Pengolahan Kimia terlarut menjadi bentuk yang lrbih
manageable: solid state (presipitat)
• Bahasan :
• Penyisihan logam berat
• Koagulasi
• AOP
Facts about heavy metals
1. Logam berat sebagai free 2. Logam berat yg berbahaya dlm
element: tdk berbahaya, bahkan bentuk cationic yang cenderung
dicari terlarut

3. Cationic heavy metals akan


7. Lesson learned: Kasus Buyat berikatan dengan ikatan –SH
Bay (sulfidril) yang akan mengganggu
fungsi ensim di dalam tubuh

6. Logam berat umumnya


diemisikan dari aktivitas industri
seperti pertambangan,
4. Logam berat akan mengalami
electroplating dan penyamakan
“biomagnification” dalam “food
kulit
chain” contoh pada oyster dan
mussels bisa mencapai 100.000
5. Logam berat umumnya akan kali lebih tinggi dibandingkan
jauh lebih tinggi di dalam food dengan konsentrasi di air tempat
dibandingkan dengan dalam hidupnya
drinking water
• Presipitasi sebagai senyawa hidroksida atau sulfida
utk beberapa logam
• Proses penambahan asam atau basa hingga
Penyisihan Logam Berat kelarutan logam berat pada titik terendah
• Pre-treatment; untuk menyisihkan senyawa
pengganggu pembentuk senyawa kompleks :
• Sianida : dengan oksidasi atau alkaline khlorination
• Ammonia : ammonia stripping
• Beberapa logam berat : ko-presipitasi, misal arsen
dan cadmium
• Diperlukan tambahan unit filtrasi
• Chromium hexavalen :
• reduksi Cr+6 menjadi Cr+3 pada pH dibawah 3
• presipitasi menjadi Cr(OH)3
Penyisihan Logam Berat • Arsen :
• presipitasi sebagai senyawa sulfida
• ko-presipitasi bersama Fe(OH)3
• Barium :
• presipitasi sebagai sulfat
• alternatif : ion exchange dan electrodialysis
• Kadmium :
• kehadiran sianida menghambat presipitasi Cd
• kombinasi oksidasi sianida dan presipitasi Cd
• ko-presipitasi dengan Fe(OH)3
• Merkuri :
Penyisihan Logam Berat
• sulfida presipitasi
• alum dan besi ko-presipitasi
• Ion exchange
• karbon aktif
• Nikel :
• Presipitasi dengan hidroksida
• Presipitasi dengan karbonat atau sulfat
• Ion exchange : re-use
Logam Teknologi
Konsentrasi akhir (mg/L)

Ar 0,05 sulfida presipitasi dengan filtrasi

0,06 adsoprsi dengan karbon aktif

0,005 ferri-hidroksida presipitasi

Ba 0,5 sulfat presipitasi

Cd 0,05 hidroksida presipitasi pH 10 –11

0,05 presipitasi dengan ferri-hidroksida

0,008 sulfida presipitasi

Cu
0,02 – 0,07 hidroksida presipitasi

0,01 – 0,02 sulfida presipitasi

Hg 0,01 – 0,02 sulfida presipitasi

0,001 – 0,01 alum presipitasi

0,0005 – 0,005 ferri-hidroksida presipitasi


0,001 – 0,005 Ion exchange

Ni 0,12 hidroksida prespitasi pH 10

Se 0,05 sulfida presipitasi

Zn 0,1 hidroksida presipitasi pH 11


Source: Metcalf & Eddy, 2014

Source: Metcalf & Eddy, 2014


• Penyisihan partikel koloid
• koloid :
• hydrophilic : protein,dll
• hydrophilic : clay, dll
Koagulasi
• Faktor utama proses koagulasi : zeta
potensial
• menurunkan zeta potensial :
• pengadukan cepat
• penambahan ion bermuatan berlawanan
• Lihat kembali pembagian jenis padatan: TDS, TSS (VSS
+ FSS)

• Koagulasi: suatu proses dimana terjadi penambahan


zat kimia (koagulan) ke dalam suatu larutan dimana
terdapat agregat/padatan yang sangat lambat atau
bahkan hampir tidak memliki kecepatan mengendap
Koagulasi sehingga penyisihan secara gravitasi tidak mungkin
dilakukan:
• Partikel diameter 10-3 mm, v = 1 mm/jam
• Partikel diameter 10-5 mm, v = 1 mm/tahun

• Umumnya ukuran partikel di badan air adalah: 10-7 mm


sampai dengan 10-1mm
Medium Materi Nama Contoh

Liquid Solid Sol Clay turbidity

Liquid Liquid Emulsi Minyak


Jenis Koloid
Liquid Gas Foam Foam/Cream

Gas Solid Aerosol Dust, smoke

Gas Liquid Aerosol Mist, fog

Solid Liquid Gel Jelly


Flokulasi Partikel Koloid

Source: http://www.eca-europe.com/index.php/eng/Products/ENVIFLOC-R-
consommable-multi-composant
Source: https://www.koshland-science-
museum.org/water/html/en/ImageView/00000292.html
Koagulasi
Koagulasi adalah destabilisasi partikel koloid.

Reduksi nilai zeta potensial


(elektrokinetik)

Ikatan antar partikel 3 Mekanisme


(orthokinetik) Dasar
Koagulasi
Pembentukan flok
Tahapan Elektrokinetik
04
03
Destabilisasi
02 partikel koloid
Reduksi Zeta
01 Potensial
Muatan larutan
akan sangat
Penambahan positif atau negatif
.Koagulan
Koagulasi
Untuk menambah gaya tarik antar partikel (gaya van der Waals) dilakukan pengadukan:

01 Koagulasi
rapid mixing (pengadukan
02 Flokulasi
slow mixing (pengadukan
cepat, 100 – 150 rpm) lambat, 25 – 75 rpm

Pengadukan merupakan mekanisme orthokinetic. Ada beberapa cara dalam pengadukan:


(1) Hidrolis biasanya menggunakan hydraulic jump
(2) Mekanis dengan menggunakan blade
(3) Pneumatis dengan menggunakan aliran udara.
Prinsip Koagulasi

Source: Metcalf & Eddy, 2014


Jenis Dosis pH Catatan
mg/L
Kapur 150 - 9 - 11 untuk proses koagulasi partikel koloid
500 Reaksi yang terjadi :
Ca(OH)3 + Ca(HCO)3  2CaCO3 + 2H2O
MgCO3 + Ca(OH)2  Mg(OH)2 + CaCO3

Alum 75 – 250 4 – 7 untuk proses koagulasi partikel koloid

FeCl3 35 – 150 4 – 7 untuk proses koagulasi partikel koloid

FeSO4.7H2O 70 – 200 4 – 7 Air Buangan dengan alkalinitas tinggi


dibolehkannya terjadi leaching besi
mempunyai nilai ekonomis (3R)

Polymer cation 2–5 - untuk proses koagulasi partikel koloid dan


membantu proses koagulasi

Polimer anion 0,25 – 1 - untuk mempercepat proses flokulasi dan


memperkeras flok

Penambah 3 – 20 - digunakan untuk penyisihan kekeruhan


kekeruhan (clay) sangat rendah
Source: https://www.slideshare.net/reddyas/07-coagulationflocculationsettling
Penanggulangan Emulsi
Jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair

Koagulasi A

Ion Adsorpsi B

Demulsifier C B C
Salting Out D
D E
Penurunan pH E
• Minyak:
– Non emulsi
– Emulsi
• Limbah minyak non emulsi: disisishkan secara fisik melalui
mekanisme pengapungan (flotasi): DAF
• Limbah Minyak Emulsi (umumnya diameter 10-4 mm) :

Droplet minyak
Limbah Mengandung Minyak
Salting out penurunan pH

Free Oil
Netralisasi
Pemecahan sifat emulsi

Menghindari Netralisasi untuk


presipitasi proses biologi

Efisiensi proses Mencegah korosi


koagulasi dan flokulasi
TERIMA KASIH
OPERASIONAL, PEMELIHARAAN &
TROUBLESHOOTING
INSTALASI PENGELOHAN AIR LIMBAH
Topics
• Unit-unit proses di IPAL secara umum (General Treatment
Process)
• Tujuan Operasional & Pemeliharaan IPAL
• Jenis Pemeliharaan
• Aspek-aspek Operasional & Pemeliharaan (Key Aspects)
• Pemeliharan sistem IPAL & Troubleshooting
• Focus on Secondary Treatment Process (Conventional Activated
Sludge)
• Key Parameters to be maintained
• Include case study and calculation examples
Tujuan Operasional & Pemeliharan (O&M)
Jenis IPAL Jenis Treatment Process Tujuan
O&M • Mencapai optimum performance
(kinerja/efisiensi IPAL tinggi i.e.
Domestic COD removal efficiency
Physical • Kualitas effluent yang bisa
diterima (acceptable) untuk
keperluan reuse atau discharge
Biological (Baku mutu)
Industrial or
Commercial
(aerobic/ • Memastikan aktifitas pekerjaan
Anarobic) perawatan berjalan secara
teratur, efisien dan sustainable
• Memperpanjang lifetime
Chemicals
Gabungan peralatan IPAL
Domestic + • Menghindari system collapse
Industrial yang membahayakan
kesehatan & lingkungan
• Biaya OPEX rendah
Jenis Pemeliharaan
(Maintenance):
1. Maintenance Peralatan:
• Routine maintenance untuk peralatan i.e. blowers &
pumps (rotating equipment), valves, diffusers,
electrical & instruments, etc.
• Preventive maintenance  penggantian spare-
parts
• Corrective maintenance  saat masalah terjadi
• Total maintenance (least preferred) 
penggantian peralatan

1. Maintain (menjaga) parameter proses


supaya berada di range yang bisa
diterima (aman):
• Environmental parameter: pH, DO level,
Temperature
• Operational parameter: dosis bahan kimia, flow
(m3/h), pollutant load, nutrients ratio, waktu tinggal
(HRT, SRT), etc.
Aspek-aspek O&M IPAL (I)
• Design IPAL
• Apakah design kapasitas IPAL
sudah sesuai dengan load Action:
polutan-nya? - Evaluasi IPAL (i.e. sendiri
• Apakah teknologi yang dipilih
sudah atau oleh expert)
cocok dengan jenis limbahnya? - Adjust/upgrade sistem IPAL:
• Apakah spesifikasi peralatan sistem/peralatan/teknologi
sudah benar? yang lebih sesuai dengan
• Apakah ada perubahan dalam karakter limbahnya
flow atau load?

• Teknis
• Installed equipment:
• Flowmeter, pump, blower,
etc.
• Available maintenance tools,
simple portable measurement
devices (pH, DO meter),
operation manual and
maintenance procedure, etc.
Aspek-aspek O&M
• Kelengkapan data
monitoring:
• Berkala (sebulan sekali)  lab
analysis (mengacu pada peraturan
yang berlaku KepMen LH)
Untuk mengetahui performance
𝐶𝑂𝐷𝑖𝑛 −𝐶𝑂𝐷 𝑜𝑢𝑡
IPAL.
Eff. COD
Misal: Hitung effisiensi COD
𝐶𝑂𝐷removal:
𝑖𝑛
𝑥
removal = 100`%
= ((362,75 – 48,35)/362,75) x
100%
= 87%
𝑁𝐻 𝑖𝑛 −𝑁𝐻3
Eff. NH3 removal 3
𝑁𝐻3 𝑖
𝑜𝑢𝑡
𝑥
= 100
= ((36,22 – 19,84)/36,22) x 100
𝑛

= 45% (rendah). Ada masalah di


proses?
Aspek-aspek O&M
• Rutin (harian)  pengukuran
insitu
 dicatat di lembar swapantau
(log-
sheet)
• Influent flow rate  stabil
atau banyak berfluktuasi
• Parameter: pH, DO, T, dll.
• Record abnormal events,
kerusakan,
dll.
• Penggunaan & stock chemicals
• Pemesanan peralatan, spare-parts,

Mengapa swapantau ini penting?


• Untuk evaluasi harian
chemicals  perlu waktu
• Immediate/corrective action bila ada yang perlu dirubah/diperbaiki
• Sebagai bahan untuk komunikasi yang efektif antar shift
Aspek-aspek O&M
• Trained (Skilled) operator 
Dibutuhkan agar IPAL berjalan
dengan semestinya
• Memiliki kemampuan untuk:
• Monitoring, adjust, start, stop
• Routine operation & measurement
• Perhitungan dasar bahan kimia
• Minor adjustment on malfunctioning
equipment
• Troubleshoot in safe manner
Aspek-aspek O&M
• OPEX cost
• Harus ada budget untuk OPEX (telah direncanakan
sebelum IPAL dibangun)
• Spare-parts (Blower: air filter, van belt, Pump: motor, etc.)
• Consumables products (test strip/test kit, chemicals)
• Desludging service
• Overall electricity bill
• Monthly lab test, etc.
Aspek-aspek O&M
• Keselamatan (Safety)
• Untuk peralatan
• Misal: automatic pressure relieve valve 
pada outlet blower  menghindari
kerusakan pada diffusers
• Temperature sensor pada rotating
equipment
• Untuk Operator
• Tanda-tanda (caution signs) harus
terpampang dengan jelas
• Tangga & hand-rail, alat sampling dll.
• Sistem alarm & emergency button
• PPE (alat pelindung diri)
• Lingkungan sekitar
• Hindari bahan kimia untuk tidak tercecer
Any
Question
s?

21
5
OPERATIONAL & MAINTENANCE
Pemeliharaan pada Proses Secondary Treatment Secondary treatment

Pretreatment  melindungi/memelihara proses di unit secondary


treatment 
Memastikan Biological treatment berjalan secara stabil.
How the pretreatment can protect the Secondary Treatment?

• Pretreatment menurunkan/
memisahkan sebagian
besar padatan (SS), • Dampak tidak ada pretreatment:
• Turunnya DO level di reaktor (high SS)
colloidal, FOG atau toxic
material. Particulates • Pollutant removal menjadi lambat
(terutama untuk COD partikel/colloid)
COD removal eff.
±60 – 90%. • Scum formation

• Sludge settleability problem (Sludge bulking)


Low effluent quality (keruh)
Contoh (1) O&M pada unit
Pretreatment (Domestic wastewater)
• Jenis pre-treatment: Less Better
Gravity sedimentation + maintained maintained
clarifier:
To the
reacto
r

To be maintained:
• Detention time (waktu tinggal) yang cukup (3-5
jam) kiri: influent (high organic kiri: influent (less solids join)
• Aktifitas rutin: Pengeluaran padatan secara solids) kanan: setelah kanan: setelah secondary
berkala secondary treatment (keruh, treatment (lebih jernih, COD
(kapan harus dilakukan?)
offset COD) ok)
 Visual observation dari overflow (feed)
Contoh (2) O&M pada unit Pretreatment
(Industrial wastewater)
• Industrial wastewater  high SS
and high in FOG  misal dairy
industry, pemotongan hewan,
poultry, dll.
• Sulit mengendap dengan cara
gravitasi  pilih teknologi
flocculation/coagulation lalu
sedimentasi atau flotation
system (Dissolved Air
Flotation)

To be maintained:
- pH
- Dosing coagulant Floated suspended solids Treated wastewater (from Pre-
- Dosing PE (polymer) (SS). treatment),
dosing Removal ~95-98% very low SS  to Activated Sludge
 2-5ppm Process
Pemeliharaan pada unit
Secondary Treatment
1.Maintain microbial
community

2.Maintain Operational
Parameters
• F/M ratio
• SVI
• HRT
• SRT
• Nutrients
concentration Conventional Activated
sludge
3. Maintain Environmental
Parameters
• DO • Menghindari sludge bulking (sludge mengembang
level dan sulit settle)
• pH, T • Menghindari washed-out bacteria (hilangnya mikro-
organisme
dari reactor)
1. Menjaga (Maintain) Microbial Community
• Bacteria (paling banyak di AS
system)
• Protozoa
• Amoeba, Flagellates, Free-
swimming ciliates, Crawling
ciliates, Stalked ciliates
Bacteria Protozoa &
• Metazoa (rotifers, Metazoa
nematodes, water bear,
etc.)
• Filamentous bacteria
• Algae and fungi (jamur)
Filamentous algae
bacteria
2. Maintain Operational Parameters – F/M Ratio

 F/M (Food-to-Mass) Ratio


• Food BOD atau COD
• Jumlah Microorganism di reactor

VSS x V-aeration tank
• Optimal range F/M berbeda-beda
di setiap plant
• F/M for BOD removal 0.2 - 1.0 kg
BOD5/kg MLVSS.d

F/M = 0,2 - 0,45 (untuk CAS)


F/M (Food-to-Mass) Ratio Dampak:
Low F/M ratio  Menyebabkan sludge bulking

Filamentous
bacteria growing
with floc
• Check your F/M ratio!
• Exercise:
• V aeration = 50 m3
• Q (flow inlet) = 40 m3/d
• Food = BOD5 inlet is 600 ppm = 0,6
kg/m3
• Microorganism = VSS = 2000 ppm = 2
kg/m3

F/M is basically
F/M = (Q x [BOD] )/(V x [MLVSS]) maintained by adjusting
= (40 x 0,6) /(50 x 2) the recirculation ratio
= 0,24 kg-BOD/kg- MLVSS.d
= 0,24 kg/kg.d
2. Maintain Operational Parameters – SVI (mL/g)

Sludge Volume Index digunakan


untuk mengetahui sludge bulking
atau tidak.
• How to calculate the SVI?
• Allow a mixed liquor sample from the aeration
basin to settle for 30 minutes
• Determine the MLSS (mg/L) from aeration Sample Sludge
tankfrom lab result (the same with TSS) liquor from level after
reactor 30 min

• Exercise:
• Portion of settled sludge after 30 min = 350 mL/L
• MLSS (TSS) = 3000 mg/L = 3 g/L
• SVI = 350 mL/L : 3 g/L = • SVI < 80 fast settling, excellent
SVI = 116 mL/g good settling • SVI 80 - good, excellent settling
120 poor settling (bulking
(untuk CAS biasa dikisaran 100 – 150 • SVI > 150 sludge)
mL/g)
Case study 1: Beverage Industry (West Java)

Problem:
• SVI = tidak bisa
ditentukan
• Return sludge ke
reaktor tidak rutin
• Settling cukup lama
untuk mencapai effluent
yang jernih

Action
Settled bacteria after 30 (troubleshooting):
minutes (left) and after 24 Increase the RAS flow!
hours (right)
Case study 2: Sludge bulking at Recycling paper factory – West Java Liquor from reactor

Problem:
• MLSS = 8020 mg/L= 8 g/L
(lab result)
• Hasil kalkulasi SVI = 400
mL/g (thick sludge),
seharusnya <120 mL/g

•High SS ikut di effluent

Action
Increase the WAS flow
Pengenceran 4x untuk (troubleshooting):
mengetahui actual SVI
After 2 hours settling
Difficult to observe the sludge
level
2. Maintain Operational Parameters – SV30 (mL/L)

Quick test: Sludge settleability using SV30 (mL/L)

- Setelah settling 30 min.

-Sudah diketahui optimum/selected SVI target dari plant-


nya. Misal pada SVI = 120 mL/g  SV30 –nya 350 mL/L
 sudah dilakukan berulang (repeated experiment)

-In practice monitoring bisa SV30 saja yang rutin diukur di level
mis. 350 mL/L
2. Maintain Operational Parameters – HRT (hour)

- Hydraulic Retention Time (HRT)  Lamanya waktu


tinggal air limbah untuk kontak dengan microorganism
di dalam reactor
- Dihitung melalui rumus:
𝑉 (𝑚 3 )
𝐻𝑅𝑇 (ℎ) = 3
𝑄 (𝑚 /ℎ)

- Impact:
- Short HRT  Removal polutan tidak optimum,
terutama ammonia
- Long HRT  Proses lebih optimum, colloidal &
partikel COD solubilized - Solution
- Too long HRT atau HRT tidak rata  Dapat - Flow harus rata di setiap jam,
• menyebabkan: (1) starvation caranya: Buffer tank yang
(kelaparan) pada bakteri, (2) cukup, minimal 60% dari flow
pengurangan massa sludge, (3) per hari
Organic shock load
2. Maintain Operational Parameters – SRT (day)

Sludge Retention Time (SRT) =


Sludge Age
• Lamanya sludge (bakteri) tinggal
di reaktor dan kontak dengan
substrate (food source).

• Contoh untuk conventional


activated sludge plant, SRT
sekitar 3 - 15 hari.
Impact:

• SRT <3 days  konsentrasi


biomass kurang tebal  sludge
bulking  susah settle.

• If SRT > 14 days:


• floc particles yang terbentuk
menjadi
terlalu kecil (membentuk pin floc)
• Floc pecah
• Akumulasi cell mati
Impact: Long SRT (old sludge)
• Rising solid in clarifier • Sludge clamping
• Pin-floc/Sludge deformation (long SRT)
How to calculate SRT

• Calculation example:
• Vaer= 50 m3
• Qi = 40 m3/d
• Qw= 6 m3/d (WAS)
• Qe = 40-6 =34 m3/d
• TSSeff= 20 mg/L
• MLSS= 4000 mg/L = 4 kg/m3 (reactor)
• Konsentrasi WAS=RAS (Xr) = 6000
mg/L = 6
kg/m3

• Sludge di reactor = 50 m3 x 4 kg/m3=


200 kg
Typical SRT CAS 3 to 15 days
• Sludge dibuang = [(6 m3/d x 6 kg/d)] + Untuk proses nitrifikasi, diperlukan SRT
[(40- yang lebih lama.
6) m3/d x 0,02 kg/m3]= 36,72 kg/day
• SRT = 200kg/ 36,08 kg/d = 5,5 days
Case study: Paper Recycled Fact. - West Java
Membangun clarifier baru dgn ukuran 2 kali lebih
besar 
• Previous condition:
• High sludge bed, supernatant (clear
effluent) hanya berjarak 10 cm dari
sludge bed.
• Kualitas effluent mengandung SS yang
tinggi
• PAC is dosed   tidak berhasil
• Calculated SRT  35 days

Action to take (troubleshoot):


Waste more sludge to lower SRT to 10
days (untuk mencapai SVI di dibawah
120 mL/g)
2. Maintain Operational Parameters – Rasio Nutrients (COD:N:P)
• carbon 50 %
• oxygen 22 %
• Composition • nitrogen 12 %
• C5H7NO 2
microorganism• 80%
(sludge):
water / 20% dry • hydrogen 9 %
matter
• 90% organic / 10% • phosphorus2 %
inorganic
• sulphur 1%
• potassium 1 %
• sodium 1%
• calcium,
magnesium,
• Domestic wastewater  Nutrient level cukup
• Industrial wastewater  imbalance nutrient
• Case study: beverage industry – Sample feed (taken from EQ Tank):

COD : N : P = 100 :
5:1

Correct
composition: 692
mg/L COD

7,0 mg/L P
35mg/L N
• Impact on nutrients deficiency:
• Bacteria washed-out
• High COD concentration in the effluent
• Bulking sludge

• Action to maintain Nutrient


level (troubleshoot):
• Adding N supply  common source urea
(CH₄N₂O)
• Untuk awal bisa ditambahkan ±10% extra dari ratio.
Note: Penambahan dilakukan di buffer/equalization
tank
• Monitor the formation of nitrate (NO3-N) dan dijaga
untuk tidak lebih dari 5 mg/L
• Pengukuran NO3 bisa langsung menggunakan NO3
strip
• Adding P supply  Phosporic acid (H3PO4)
• Note: hati-hati, overdose bisa menurunkan
alkalinitas (buffering capacity)  pH drop
3. Maintain Environmental Parameters – DO level
• DO level yang harus di-maintain:
tidak kurang dari 2 mg/L
• Alasan: konsentrasi 2 mg/L bisa menjangkau
bagian tengah dari floc (center of the
biological floc)
• Umumnya: DO level 2-5 mg/L
(bergantung dari polutan yang ingin
dihilangkan: COD saja atau
COD + Nitrogen)
• DO < 2 mg/L  poor settling 
banyak filamentous bacteria 
effluent keruh
• Diatas 5 mg/L  high turbidity in
the effluent
Source: iwaponline
• Troubleshooting (Bila DO < 2 mg/L)
• Check COD dan/atau Nitogren load (kg-COD/hari atau kg-N/hari)  sesuai design
awal? If ok 
• Check kapasitas blower (kebutuhan O2 per hari  dikonversi ke kebutuhan
udara Nm3/hari) 1 kg-COD ~ 1 kg O2
1 kg-N ~ 4.6 kg O2 (TAN)  untuk proses nitrifikasi
• Rule of Thumb:
• Blower Capacity = [Total O2 need] / [O2 content in air x air density x *SOTE]
*SOTE = Standard Oxygen Transfer Efficiency, typical value for fine bubbles diffuser at 4.5 m submergence
Other 25% –
= considered
factor need to be
35% for more detail calculation:
- Type of wastewater ( α factor),
• Calculation example: • Q = 100 m3/day elevation, temperature, pressure
• COD to be removed = 350 mg/L at site.
• N to be removed = 70 mg/L
• O2 needed for COD removal = [100 m3/day x 1 kg-O2 x 350 mg/L] / 1000 = 35 kg O2/day
• O2 needed for N removal = [100 m3/day x 4.6 kg-O2 x 70 mg/L] / 1000 = 32.2 kg O2/day
• Blower capacity = [(35 + 32.2) kg O2/day] /[ 21% x 1.27 kg/m3 x 20% ]= 1260 Nm3/day =
875 LPM
• Diffusers scaling issue

• Check hydraulic flow (untuk sistem continuous disarankan feeding scenario sekurang-
kurangnya di-bagi ke 16-20 jam per hari. Dibutuhkan buffer yang cukup untuk
pembagian feed.
• Check apakah banyak organic particles yang join di inlet. Degradasi partikel COD
membutuhkan DO.
3. Maintain Environmental Parameters – pH
Troubleshoot:
• Biological processoptimum
• Bila ada komponen NO3 di
pada: effluent dalam jumlah yang
• pH 7.0 untuk COD removal relative cukup consider pre-
denitrification process.
• 7.0 – 8.0 untuk nitrifikasi (N
removal) • Denitrification akan
• Save range at 6,8 – 8,5 mengembalikan
• pH < 6,5 slow removal rate of alkalinitas ke limbah/liquor
COD & N sehinggapH naik (save
aeration too).
• Case:
• Jika pH drop dibawah 6.0 tapi
ammonium
• masih melebihi baku mutu.
• Penyebab:
• Turunnya buffering • Check kebutuhan external Carbon
capacity/alkalinitas dari for nitrification
limbah/liquor di aeration tank
Any
Question
s?

24
3
DAUR ULANG OLAHAN AIR LIMBAH
Meningkatnya kegiatan industri dan perkantoran menyebabkan
pemakaian air tanah yang terus menerus serta jumlahnya yang
semakin besar dapat mengakibatkan berkurangnya cadangan
air tanah, menurunnya muka air tanah dan berkurangnya
kualitas air tanah karena instrusi air laut.
Penyebab menurunnya kualitas air tanah selain disebabkan
oleh intrusi air laut, adalahakibat pencemaran limbah cair.
Sumber daripencemaran limbah cair tesebut tidak hanya
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari daur ulang air limbah, antara
lain :
• Mengurangi ketergantungan pada air PAMdan air tanah,
• Mengurangi pemakaian air PAM dan airtanah, sekaligus menghemat
biaya untukpengadaan air bersih,
• Mengurangi jumlahair limbah yang dibuangke badan penerima.
• Menghemat penggunaan sumber daya alamdan ikut melestarikan
lingkungan,
• Dengan teknologi yang semakin maju, dapatmelakukan proses daur
ulang yang lebihmurah sehingga dapat menghematpengeluaran.
Daur ulang air limbah

adalah penggunaan kembali air limbah untuk tujuan seperti


irigasi pertanian, irigasi landscape(taman, halaman sekolah /
perkantoran, lapanganGolf, jalan raya, jalur Hijau, makam,
perumahan dll.), proses industri, bilas toilet (toilet flushing) dll.
Tujuan dari daur air limbah
untukmelakukan penghematan biaya pemakaian air bersih
(PDAM / fres water).

Saat ini daur ulangair limbah di bebapa daerah sudah lebih


murah dibanding menggunakan air PDAM, sehingga sudah
banyak perusahaan yang melakukan daur ulang limbah. Daur
ulang dengan teknologi reverses osmosis dapat menghasilkan
kualitasair yang sangat tinggi, sehingga dapatdimanfaatkan
untuk berbagai keperluan seperti minum, proses produksi dll.
contoh kota di dunia yang menggunakan sistem
daur ulang
Tokyo. Dalam sebuah proyek daur air limbah di daerah
Shinjuku di Tokyo, sebuah sistem distribusi ganda telah
diadopsi dan air limbah dari unit pengolahan air limbah Kota
Ochiai disaring (sand filter) kemudian diklorinasi untuk
digunakan sebagai air pembilas toilet di 25 gedung bertingkat
tinggi,. Sistem daur ulang air limbah ini telah berhasil
beroperasi sejak tahun 1984
Daur ulang air limbah di tokyo
Observasi dan Survei
Langkah pertama adalah melakukan observasi dan survei
yaitu:
• Obyek yang akan dilakukan meliputil uas area kantor dan
jumlah pegawai.
• Pemakaian air di kantor tiap bulan.
• Kondisi Unit Alat Daur Ulang Air Limbah yang digunakan saat
ini.
LayOut Area Kantor danLokasi Unit Daur Ulang Air
Limbah saat ini
Pegawai Organik
Jumlah pegawai yang berada digedung
Jumlah pegawai yang ada
Unit daur ulang
Unit daur ulang
Pompa inlet dari pengolahan air limbah
Pipa distribusi dari hasil pengolahan air daur ulang
Pengambilan sample air hasil daur ulang
Daftar Pustaka
TERIMA KASIH
RENCANA & PEMANTAUAN
KUALITAS AIR LIMBAH

265
PENGANTAR
• Mengapa Perencanaan dan Pelaksanaan Pelaksanaan perlu
dipantau?

• Persetujuan Perencanaan dan pelaksanaan bersifat mengikat

• Pemulihan lingkungan dan suksesi alami pada lahan bekas


exploitasi perlu waktu

266
PENGERTIAN TENTANG PEMANTAUAN

• Adalah kegiatan untuk mendapatkan dan


mengevaluasi informasi (data) sebagai bahan
untuk penilaian kinerja suatu kegiatan
(operasi)

• Kinerja adalah ukuran sukses dari penerapan


strategi ditinjau dari tujuan pengelolaan
lingkungan.
267
TUJUAN PEMANTAUAN

• Menyediakan informasi untuk evaluasi secara


periodik
• Menyediakan informasi untuk mengetahui
adanya perubahan di lapangan
• Mengetahui besarnya dampak dan
membandingkannya dengan prediksi dampak
• Meyakinkan bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan dilaksanakan secara
optimal pada seluruh lokasi kegiatan
268
MANFAAT PEMANTAUAN

• Pendeteksian secara dini dampak lingkungan sehingga


remediasi (penanggulangan) dapat dilakukan secara
efektif
• Menunjukkan kepatuhan/penaatan (compliance)
terhadap peraturan, standar, atau baku mutu
lingkungan
• Sebagai masukan atau umpan balik (feed back) bagi
kegiatan pengelolaan lingkungan
• Mengetahui trend dampak dan kualitas lingkungan
269
HAL-HAL YANG PERLU DIPANTAU

• Out put yang keluar setelah berinteraksi di


dan dengan kegiatan (limbah cair, limbah
padat, limbah pengolahan/tailing, dsb.)
• Komponen lingkungan yang terkena
dampak(kualitas udara, bentang alam,
tanah, air permukaan dan air tanah, flora,
fauna, sosekbud)

270
PENDEKATAN PEMANTAUAN

• Pendekatan Teknologi
(Menggunakan rekayasa teknik atau rekayasa
sosial)
• Pendekatan ekonomi
(Pertimbangan dana/biaya)
• Pendekatan institusi
(Keterlibatan pihak lain untuk pemantauan)271
WAKTU PEMANTAUAN

• Sebelum kegiatan dimulai (base line data, rona awal)


• Saat operasi (interaksi)
• Penutupan (active care, passive care)

272
PERIODE PEMANTAUAN

• Sesuai dengan dokumen RPT


• Dipercepat untuk mengetahui pengaruh teknik dan
metode pengelolaan yang baru
• Diperlambat dan akhirnya ditiadakan apabila telah terjadi
keseimbangan atau sesuai dengan baku mutu lingkungan

273
PARAMETER YANG DIPANTAU
• Sesuai dengan dokuemn RPT
• Parameter indikator, misalnya
- pH (untuk mengetahui potensi AAT)
- BOD, COD (untuk mengetahui pencemaran air)
• Untuk uji coba/evaluasi kinerja pengelolaan (pengapuran,
pemupukan, dll.)

274
PROSEDUR PEMANTAUAN

• Lokasi pemantauan
• Pengamatan lapangan
• Peralatan
• Pengambilan, penanganan dan analisis
contoh
• Pengelolaan/pemanfaatan hasil pemantaun

275
LOKASI PEMANTAUAN

• Sesuai dengan dokumen RPT


• Mampu memberikan contoh yang
representatif
• Mudah dicapai untuk pengambilan secara
rutin
• Terdiri atas beberapa stasiun yang dapat
mengevaluasi dampak secara holistik
• Pendekatan lokasi : effluent discharge point
dan ambient (hulu dan hilir lokasi kegiatan)
276
PENGAMATAN LAPANGAN

• Ciri-ciri (karakteristik) khusus kondisi


lingkungan saat pemantauan, misal kemarau,
hujan, dsb.
• Untuk membantu interpretasi data

277
PERALATAN PEMANTAUAN (LAPANGAN)

• Reliabilitas yang tinggi sesuai dengan standar


• Kalibrasi secara berkala
• Kuat dan awet (durable)

278
PENGAMBILAN DAN PREPARASI CONTOH

• Jumlah contoh yang diambil mencukupi


• Peralatan dan wadah yang dipakai tidak terkontaminasi
• Pelabelan harus jelas
• Pengawetan & preparasi sesuai standar
• Contoh sesaat (grab sampling)
• Contoh komposit (gabungan)
- gabungan waktu (lokasi sama, waktu berbeda)
- gabungan tempat (waktu sama, tempat berbeda)
279
ANALISIS CONTOH

• Metode sesuai dengan standar yang berlaku


• Laboratorium yang terakreditasi (rujukan)
• Split analisis dan ulangan untuk pengujian
data

280
PENGELOLAAN HASIL PEMANTAUAN

• Bank data
• Inventarisasi (filling)
• Alat bukti di penyelesaian sengketa
• Umpan balik bagi strategi pengelolaan
lingkungan
• Analisis data (trend data, dan statistik
lainnya)

281
LOKASI PEMANTAUAN AIR

• Hulu dan hilir sungai dari lokasi tambang


• Lokasi tambang
• Tailing dump
• Waste dump
• Pengolahan/pemurnian
• Lokasi lain

282
PENGAWETAN CONTOH AIR

Pengelompokan parameter:
• Tak dapat diawetkan (suhu, pH, DO, DHL)
• Dapat diawetkan untuk waktu lama
• Dapat diawetkan untuk waktu 24 jam

Cahaya, oksigen dan mikroorganisme dapat mengubah


beberapa parameter (penyimpanan harus baik)

283
CARA PENGAWETAN CONTOH AIR

• Pendinginan (suhu 4oC dan tempat gelap)


• Biosida (kimia) untuk menghambat mikroba
• Pengasaman pada pH 2 untuk mengawetkan
logam-logam terlarut dan total
• Hal-hal tertentu pada pH 10-12 misal sianida

284
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA

• Zat pencemar / parameter yang dipantau :


- partikel (debu, kabut, asap)
- gas (CO, SO2, NOx, NO2, dll)

• Lokasi pengambilan contoh (ambien atau emisi)


- ambien
- emisi

• Cara pengambilan
- random
- menerus 285
PEMANTAUAN KUALITAS TANAH
• Parameter kunci (pH, C-organik, N, P, K, kapasitas tukar
kation, unsur mikro, kedalaman lapisan, tekstur)
• Lokasi pengambilan contoh (hindari tempat yang berdekatan
dengan saluran air, bekas erosi parit, tempat penimbunan
bahan kimia, tempat pembuangan, bengkel, tempat
pengolahan)
• Cara pengambilan contoh tanah utuh (ring sample) atau
contoh tanah terganggu (komposit)
• Kedalaman contoh: lapisan atas (0-30 cm) dan subsoil (30-60
cm)
286
PETA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

287
288
RENCANA PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN
PEMANTAUAN KUALITAS AIR LIMBAH

289
JADWAL
NO JENIS PEMANTAUAN LOKASI PARAMETER
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des
A. Kualitas Air

1. Air permukaan / sungai S. Kuatan, S. Kumpang, S. Uring, temperatur, TDS, TSS, pH, DO,
S. Uring, S. Kenceng, S. Briwit BOD, COD, amoniak bebas, Cu,
Pb, Zn, SO4, Cd, Hg, NO3, Al, Fe,
Mn

2. Settling pond North wastedump pond, south ph, TSS, Fe, Mn


wastedump pond, Top Soil
Setpond, CPP Setpond, PIT
Rangkok Setpond

B. Kualitas Udara

1. Udara ambien Area PIT, jalan hauling, SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10, TSP
pemukiman penduduk terdekat (debu), Pb, Dustfall, Total
(Sereak & Buhut) Fluorides, Fluor Indeks, Khlorine &
Khlorine Indeks

2. Emisi udara

- Sumber bergerak Alat berat, LV, DT, LD Opasitas

- Sumber tidak bergerak Generator Opasitas

C. Kualitas Tanah

Area Top Soil, Area Reklamasi pH (H2O), pH (KCl), C organik, N


total, P2O5, Cd, Na, Ca, Mg,
fraksi/tekstur

D. Lainnya

1. Kebisingan Generator

2. Getaran Alat berat 290


3. Cahaya Office
NO SUMBER DAMPAK JENIS LOKASI DAN PEMANTAUAN HASIL PEMANTAUAN MASALAH / TINDAK LANJUT
DAMPAK PERIODE KENDALA
PEMANTAUAN

1. Penggunaan air Pengolah - Pengambilan - Pemeriksaan air Zat Padat = 177.0 Mg/L Menjaga dan
untuk an Air sample dilakukan dilaksanakan ke Terlarut mempertahanka
operasional Bersih pada bak Laboratorium Kekeruhan = 0.4 NTU n kualitas air
penampungan air terakreditasi dengan Suhu = 23.7 oC bersih agar tidak
(Ground standar pemeriksaan Air Raksa = < 0.0003 melebih baku
Reservoir) kualitas air minum Mg/L mutu
Besi (Fe) = < 0.08
- Pemantauan Mg/L
kualitas air telah Fluorida = 0.29 Mg/L
dilakukan setiap 6 Ca Hardness = 10.37 Mg/L
(enam) bulan Mg Hardness = 6.98
sekali ke Total = 40.28 Mg/L
Laboratorium Hardness
terakreditasi. Chlorida = 20.46 Mg/L
Mangan (Mn) = < 0.05
Mg/L
Nitrat = 0.74 Mg/L
Nitrit = 0.004 Mg/L
pH = 7.1
Seng (Zn) = 0.01 Mg/L
Sulfat = 34.62 Mg/L
Senyawa = 0.04 Mg/L
Aktif Biru
Metilen
Organik = 3.42 Mg/L
(KMnO4)

291
292
.

293
Identifikasi Bahaya
Hazard Identification

&
Penilaian Resiko
Risk Assessment
MENGAPA ?
1. PERSYARATAN HUKUM DI SEBAGIAN BESAR NEGARA
a) UUD 1945 pasal 27 ayat (2)
b) UU No.14 tahun 1969 pasal 3,9 dan 10
c) UU No.1 tahun 1970 pasal 4, 27
d) Per.Menaker No. PER.05/MEN/1996
e) Kep.Menaker No.KEP-19/MEN/1996
f) Dan beberapa Peraturan dan Perundangan yang terkait lainnya

2. TANGGUNG JAWAB MORAL PADA STAKEHOLDER

3. PRAKTEK MANAJEMEN YANG BAIK


Tujuan pembelajaran
1. MENINGKATKAN KUALITAS PENGAMATAN BAHAYA DI
TEMPAT KERJA

2. MENINGKATKAN RASA AMAN SETIAP ORANG YANG


BERADA DILINGKUNGAN KERJA

3. MEMBANGUN TEMPAT KERJA YANG AMAN DAN


NYAMAN

4. MENURUNKAN ANGKA KECELAKAAN


3
Aman (safe) adalah suatu
kondisi dimana atau kapan
munculnya sumber bahaya telah
dapat dikendalikan ketingkat yang
memadai.
HAZARD ( Bahaya )
Suatu obyek dimana terdapat
energi, zat atau kondisi kerja
yang potensial dapat
mengancam keselamatan

Hazard ( Bahaya )
dapat berupa bahan-bahan,
 bagian-bagian mesin, bentuk
energi, metode kerja atau
situasi kerja.
“DANGER”
Berbahaya

Suatu kondisi yang telah ter


identifikasi melalui pemeriksa an /
pengujian / analisis, disim pulkan
telah melampaui batas aman.
Kejadiannya tiba-tiba; Tidak
diduga dan Tidak dikehendaki,
Mengganggu proses bahkan
menimbulkan kerugian
“RISK atau Resiko”
DON’T GAMBLING

Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian


yang akan timbul dari sumber bahaya (hazard)
tertentu yang terjadi.

The chance of loss or gain


Kesempatan atau kemungkinan bertemunya satu atau
lebih bahaya yang dapat mengakibatkan sejumlah
kerugian.
Untuk menentukan resiko membutuhkan perhitungan antara
kemungkinan dampak yang timbul dan probabilitas, yang biasanya
disebut sebagai tingkat resiko (level of risk atau Risk Rank).
RESIKO
•BUKANLAH SOAL APA YANG AKAN TERJADI !

•TETAPI APA YANG MUNGKIN TERJADI

•KARENA SELALU ADA FAKTOR KETIDAKPASTIA


DALAM RESIKO
RESIKO
BAHAYA RESIKO NAIK
HAZARD RISK MORE
0 to 1 %
CH4 1 to 4 %
5 to 15 %
17 % PLUS
SUPIR MABUK
DRIVER DRUNK
KENDARAAN BAN GUNDUL
BERMOTOR SMOOTH TYRES
REM BLONG
MOTOR CAR POOR BRAKES
JARAK-PANDANG
BURUK
POOR VISIBILITY
SEMUA BENDA :
1. Padat JENIS-JENIS BAHAYA
2. Cair
3. Gas FISIK BISING – NOISE
PHYSICAL RADIASI – RADIATION
4. Sit – Kond TEKANAN SUHU – THERMAL STRESS
5. Sikap
KIMIA BAHAN BERACUN – TOXIC SUBSTANCES
adalah BAHAYA CHEMICAL PARTIKEL DEBU – DUST PARTICLES

BIOLOGI VIRUS – VIRUSES


BILOGICAL MIKROORGANISME – MICRO ORGANISM

MEKANIS PERMESINAN - EQUIPMENT


MECHANICAL PERALATAN – MACHINERY

POLA SHIFT - SHIFT PATTERN


PSIKOSOSIAL ORGANISASI - ORGANISATION
PSYCHOSOCIAL
INTIMIDASI – INTIMIDATION

 LINGKUNGAN
ENVIRONMENTAL
GELAP – DARKNESS
BASAH / KERING – WET / DRY
KEMIRINGAN - INCLINATION
Mengidentifikasi Bahaya

 Berkeliling tempat kerja dan perhatikan hal-hal


yang bisa menjadi sumber kecelakaan.

Hiraukan hal sepele dan konsentrasi pada bahaya


yang bisa menyebabkan cedera serius.

 Tanyakan kepada pekerja, pemikiran dan


pertimbangannya atas apa yang mereka lakukan !
Mengidentifikasi Bahaya

 Cermati instruksi lembaran data pabrik pembuat,


hal ini bisa membantu mengidentifikasi bahaya.
 Cermati catatan kecelakaan dan data kesehatan.

 Cermati catatan inspeksi dan hasil pengamatan


sebelumnya.
 Evaluasi sumber energi utama setiap tempat kerja.
Menentukan Resiko Potensial
Determine Risk Potential

Potensi Resiko =
Kemungkinan  Keparahan Frekwensi

Risk Potential =
Probability  Severity  Frequency
Hitung Resiko !!
 KEMUNGKINAN / PROBABILITY
Kesempatan timbulnya cedera, kerusakan atau kerugian

 FREKWENSI / FREQUENCY
Seberapa sering kejadian berbahaya itu muncul

 KEPARAHAN / SEVERITY
Keparahan / dampak akibat yang bisa terjadi
P R O B A B I L I T Y ( KEMUNGKINAN )

Sistem
Pemeriksaan & Kemampuan
perlindungan
Pemeliharaan personil
N Frekuensi
o Kejadian
Prosed Schedu Inspe Follow
Standar Fungsi Job LK3
ur le ksi up
Sekali seumur
1 Hidup Sesuai Baik Ada Ada Ada Ya Baik Baik

Tidak
Sekali dalam 10
2 Sesuai Baik Ada Ada Ada Tidak Baik Kurang
tahun

Ada /
Tidak Tidak Tidak
3 Sekali setahun Baik Tidak Ada Tidak Baik
Sesuai pasti pernah
ada

Tidak Tidak Tidak Tidak Kuran


4 Sekali sebulan Ada Tidak Kurang
sesuai berfungsi ada ada g

Tidak Tidak Tidak Tidak Kuran Tidak


5 Dua kali sebulan Tidak ada Tidak
S A V E R I T Y ( KEPARAHAN )

Cidera pada manusia dan Pengaruh pada


N Aspek Hukum Kerugian Ekonomis
atau dampak lingkungan kesehatan
o
Tidak ada
Cidera ringan / hampir Sakit ringan
peraturan yang < Rp.50.000
1 mencemari ( masih bisa kerja )
berlaku
Kehilangan waktu akibat cidera
Sakit dan Rp. 50.000 >< Rp.
Bersifat himbauan tanpa menimbulkan cacat /
2 meninggalkan kerja 500.000
berdampak ke lingkungan kerja
Sakit dan perlu alat
Bersifat Menyebabkan kecacatan / Rp. 500.000 >< Rp. 18
bantu / penurunan
3 peringatan berdampak ke perusahaan juta
fungsi
Pelanggaran
diancam pidana Meninggal / berdampak Rp. 18 juta >< Rp. 36
Akut / kronis
4 dan/atau denda ke masyarakat sekitar juta
bagi pengurus
Pelanggaran
Mengakibatkan banyak
diancam dengan
orang meninggal / berdampak ke Meninggal > Rp. 36 juta
5 penutupan
masyarakat internasional
perusahaan
5

PROBABILITY
4
II I
( Kemungkinan )
3

2
IV III
1 2 3 4 5
SAVERITY
( Keparahan )
MATRIKS RESIKO / RISK MATRIX
PROBABILITY (P) / KEMUNGKINAN (P)
SEVERITY (S) / KEPARAHAN (S)
1 No Probability of Occurrence/
Tidak terdapat kemungkinan terjadi
1 Minor Injury or (Property Damage < Rp. 1 Juta)
Cedera Ringan (Kerugian Harta Benda > Rp. 1 Juta ) 2 Less than Average Probability of Occurrence/
Kemungkinan terjadi lebih kecil daripada ratar ata
2 Lost Time Injury with No Permanent Disability or 3 Average Probability of Occurrence/
( Rp. 1 Juta < MI / PD < Rp. 5 Juta ) Kemungkinan terjadi rata rata
Cedera Hari Hilang tanpa Cacat Permanen atau 4 Good Probability of Occurrence
Kemungkinan besar terjadi
( Rp. 1 Juta < MI / Kerugian Harta Benda < Rp. 5 Juta
5 Will Definitely Occur
3 Lost Time Injury with Permanent Disability or Pasti akan terjadi
( Rp. 5 Juta < LTI / PD < Rp. 25 Juta
Cedera Hari Hilang dengan Cacat Permanen atau FREQUENCY (F) / FREKUENSI (F)
(Rp. 5 Juta < LTI / PD < Rp. 25 Juta 1 Few persons once per year (Rare)
Sedikit orang sekali dalam setahun / jarang
4 Fatal Injury to One Employee or 2 Some persons monthly (Unusual)
(Rp. 25 Juta < DI / Property Damage < Rp. 50 Juta ) Beberapa orang setiap bulan / tidak biasa
Cedera Berakibat Kematian pada Satu Karyawan atau
3 Some persons weekly (Seldom)
(Rp. 25 Juta < DI / Kerugian Harta < Rp. 50 Juta) Beberapa orang setiap minggu / kadang kadang

5 Multiple Fatal Injuries or 4 Few persons once per day (Often)


( Rp. 50 Juta < Fatality / Property Damage) Sedikit orang sekali setiap hari / sering
Cedera Berakibat Kematian pada Banyak Orang atau 5 Many persons many times per day (Continuous)
( Rp. 50 Juta < Fatality / Kerugian Harta Benda Banyak orang berkali kali setiap hari / terus menerus
MATRIKS RESIKO / RISK MATRIX
&
Kode Bahaya / Hazard Code
SEVERITY (S) / KEPARAHAN (S) CODE POTENTIAL LEVEL REQUIRED ACTION

1 Minor Injury or (Property Damage < Rp. 5 Juta) Fix when posible
Cedera Ringan (Kerugian Harta Benda > Rp. 1 Juta )
C / IV 1~8 LOW
Perbaiki jika dapat

2 Lost Time Injury with No Permanent Disability or


( LTI or Proerty Damage Rp. 6 Juta to Rp. 25 Juta ) Fix within 3 days
Cedera Hari Hilang tanpa Cacat Permanen atau
B / III 9 ~ 27 MEDIUM
Perbaiki dalam waktu 3 hari
( Property Damage Rp. 6 Juta sampai Rp. 25 Juta

3 Lost Time Injury with Permanent Disability or


( DI or Property Damage Rp. 26 Juta to Rp. 50 Juta Fix within 12 hours
A / II 28 ~ 64 HIGH
Cedera Hari Hilang dengan Cacat Permanen atau Perbaiki dalam waktu 12 jam
(Kerugian Harta Benda Rp. 26 Juta sampai Rp. 50 Juta

5 Fatal Injuries or Death


( Fatality or Property Damage > Rp. 50 Juta ) STOP ! Fix Immediately
Cedera Berakibat Kematian pada Banyak Orang atau
AA / I 65 ~ 125 CRITICAL
STOP ! Perbaiki segera
( Kematian / Kerugian Harta Benda > Rp. 50 Juta )
CONSEQUENCE MATRIX / Saverity

Kesehatan &
Rank Deskripsi Nilai uang Lingkungan Lingkungan sosial Reputasi
Keselamatan

1 Tidak penting < $ 500 Tidak ada luka Polusi ringan Tingkat rendah, gangguan Dilaporkan di koran
ringan pinggiran (bukan di halaman
utama)

2 Ringan $ 500 – 5000 Luka ringan Kerusakan lingkungan Gangguan jangka pendek Dilaporkan di koran
kecil pinggiran
3 Sedang $ 5000 - 10.000 Luka LTI s/d Permanen Polutan yang dilepaskan Masalah sosial lebih Dilaporkan di koran lokal
cukup signifikan panjang, gangguan 1 minggu (bukan halaman utama)
dan/atau penyelidikan
regional.

4 Berat $ 10.000 - Fatalitas tunggal atau Memiliki dampak penting Gangguan dan dampak Dilaporkan di TV lokal
50.000 luka menyebabkan jangka panjang sosial sangat serius, dan/atau penyelidikan
cacat gangguan operasi 1 bulan departemen

5 Bencana > $ 50.000 Multiple fatality Bencana, dampak penting Kerusakan tidak dapat Dilaporkan di TV nasional
pada lingkungan jangka ditanggulangi, gangguan (berita utama) dan/atau
panjang operasi beberapa bulan penyelidikan pemerintah
LIKELIHOOD MATRIX / Probability
LIKELIHOOD MATRIX

Probability
Rating Descriptor Description Frequency
of Occurring
The event may occur only in exceptional Will occur in exceptional
1 Rare < 10%
circumstances circumstances

2 Unlikely The event could occur at some time Will occur once every 10 years 10%-20%

The event will probably occur in some


3 Moderate Will occur once every 3 years 20%-55%
circumstances
The event will probably occur in most
4 Likely Will occur once per year 55%-90%
circumstances
Almost The event is expected to occur in most The event is expected to occur
5 90%-100%
Certain circumstances at any time
Description Description Frekuensi Probabilitas terjadi
1Jarang Kejadian hanya terjadi dalam kondisi luar biasa Terjadi dalam kasus khusus < 10%
2Kemungkinan kecil Kejadian dapat terjadi suatu kali Terjadi setiap 10 tahun 10 - 20%
3Sedang Kejadian terjadi dalam beberapa kasus Terjadi setiap 3 tahun 20 - 55%
4Kemungkinan terjadi Hampir selalu terjadi Terjadi setiap tahun 55 - 90%
5Hampir pasti terjadi Selalu terjadi Terjadi setiap saat 90 - 100%
RISK MATRIX
INGA … INGA … INGA ..!!

Anda bisa Menghilangkan Bahaya

TETAPI

Anda Tidak bisa Menghilangkan Resiko !


Sumber bahaya di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan, sakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja dapat dicegah melalui cara :
METODE IBPR / HIRA METHODS
• FAULT TREE ANALYSIS
• HAZARD AND OPERABILITY STUDY
• FAILURE MODE AND EFFECT STUDY
• CHECK LIST
• ANALYSIS / BRAINSTORMING
• WHAT IF ANALYSIS ?
• JOB SAFETY ANALYSIS
• MANAGEMENT OVERSIGHT & RISK TREE
• EVENT TREE ANALYSIS
• SAFETY AUDITS
Pernyataan
nilai dan kebijakan
Tanggapan Value and Policy
Statement
Response Pemilihan
Proses
Process

Penerapan
Application IBPR Choice

Alokasi
Sumber

Keikutsertaan
HIRA Sumber
Resource
Allocation

Participation Komitmen
Commitment
Training
Empat Pendekatan
untuk meminimalisasi Resiko
 Toleransi
 Treat or Reduce / Menangani atau
Mengurangi
 Transfer / Memindahkan
 Terminate / Mengakhiri
Tujuan / Objective Identifikasi
( HAZARD CONTROL )
 Menyingkirkan / Eliminasi / Elimination

 Substitusi / mengganti / Substitution


 Pemisahan / Separation
 Administrasi / Administration
 Training / Training
 Alat Pelindung Diri / Personal Protective Equipment
• BAGAIMANA …?

• SEMUA BAHAYA TELAH


DIIDENTIFIKASI
• DAN IBPR SELESAI …!

• TIDAK ADA RESIKO LAGI ..??

Anda mungkin juga menyukai