Anda di halaman 1dari 32

TRANSFORMASI PENDIDIKAN ABAD 21’

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rugaiyah Yazid, M.Pd


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Pedagogik

Disusun oleh:

Luh Putu Gina Gisella (NIM : 1111822023)


Puspa Ranti Al Adawiyah (NIM : 1111822063)

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-
Dasar Manajemen Pendidikan dengan dosen pengampu Prof. Dr. Rugaiyah Yazid, M.Pd.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 Februari 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ................................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................... 3
B. Perumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 5
D. Pengertian Transformasi Pendidikan abad 21’................................................................................. 5
E. Karakteristik Masyarakat dan Pendidikan Abad 21’ ...................................................................... 5
F. Pergeseran Paradigma Pembelajaran Abad 21................................................................................. 7
G. Praktek Pembelajaran Abad 21 .................................................................................................... 13
H. Model pembelajaran abad 21 ........................................................................................................ 15
Tabel. Strategi Melatih dan Mengakses Keterampilan 4C......................................................................... 16
Tabel. Model Pembelajaran Abad Ke 21 ..................................................................................................... 17
I. Peran dan Tantangan Guru Pada Abad 21 ..................................................................................... 18
J. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dan Guru Abad 21 ........................... 21
K. Pengembangan Kurikulum dalam menghadapi tuntutan kompetensi abad 21 ....................... 24
L. Relevansi Pembelajaran Digital Masa Pandemi Di Era Revolusi Industri 4.0 ............................ 25
BAB III ............................................................................................................................................................ 27
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 29

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini, semua
alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan.
Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education),
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic), pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering), dan
pengembangan dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry)
(Mukhadis, 2013:115). Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya (1) informasi yang tersedia dimana
saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat; (3) otomasi yang menggantikan
pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja dan kemana saja
(Litbang Kemdikbud, 2013). Perubahan yang terjadi pada abad ke-21 menurut Trilling and Fadel
(2009) adalah: (a) dunia yang kecil, karena dihubungkan oleh teknologi dan transportasi; (b)
pertumbuhan yang cepat untuk layanan teknologi dan media informasi; (c) pertumbuhan ekonomi
global yang mempengaruhi perubahan pekerjaan dan pendapatan; (d) menekankan pada pengelolaan
sumberdaya: air, makanan dan energi; (e) kerjasama dalam penanganan pengelolaan lingkungan; (f)
peningkatan keamanan terhadap privasi, keamanan dan teroris; dan (g) kebutuhan ekonomi untuk
berkompetisi pada persaingan global.
Kehidupan manusia dalam abad ke 21 mengalami perubahan dahsyat seperti yang dialami
masyarakat dan budaya manusia dalam revolusi industri abad ke 18. Pada abad ke 21 revolusi yang
terjadi terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi serta kemajuan teknologi informasi
yang telah mengubah dimensi waktu dan tempat kehidupan manusia. Bukan saja dimensi-dimensi itu
berubah, tetapi juga tata cara kehidupan manusia seperti dalam hubungan negara-negara ikut berubah.
Manusia dewasa ini hidup di dalam dunia tanpa batas, menghilangnya kebiwaan negara tradisional,
terbukanya dunia untuk perdagangan bebas dengan mengalirnya dana secara internasional ditopang
oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat cepat, menghasilkan apa yang disebut arus globalisasi
yang menerjang kehidupan umat manusia tanpa ampun.
Pendidikan Transformatif memiliki visi mengubah masyarakat tradisional menuju masyarakat
modern. Sebagaimana dimaklumi saat ini masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris
dengan etika, estetika dan kepribadian agraris yang belum sepenuhnya familiar dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta perkembangannya. Tugas pendidikan adalah mengubah peradaban
3
masyarakat, khususnya dalam “menanamkan” dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta etika, estetika dan perubahan’ ke dalam sistem sosial masyarakat Indonesia sesuai dengan
tuntutan perkembangan jaman tanpa harus kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pendidikan diharapkan
menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat modern yang sarat dengan IPTEK, etika,
estetika dan kepribadian yang unggul untuk mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan
bernegara.Proses tersebut sudah barang tentu perlu ditunjang oleh investasi berupa pernyataan
teknologi dengan modul ke dalam sistem sosial masyarakat. Sementara itu, masyarakat yang secara
bertahap berubah menjadi berperadaban modern (sarat IPTEK, etika, estetika, dan kepribadian yang
unggul) dapat menjadi umpan balik bagi pengembangan sistem pendidikan nasional yang bermutu.
Dalam penulisan makalah ini, banyak teori-teori yang berorientasi pada model
mengembangkan pendidikan. Sehingga makalah ini di tulis dengan menggunakan referensi yang
terkait dan di susun dengan metode sederhana dengan memaparkan berbagai macam perubahan yang
terjadi pada wilayah pendidikan yang di sebut, pendidikan transformatif

B. Perumusan Masalah
1. Pengertian transformasi Pendidikan abad 21
2. Karakteristik Masyarakat dan Pendidikan Abad 21’
3. Pergeseran Paradigma Pembelajaran Abad 21
4. Praktek Pembelajaran Abad 21
5. Model pembelajaran abad 21
6. Peran dan Tantangan Guru Pada Abad 21
7. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dan Guru Abad 21
8. Pengembangan Kurikulum dalam menghadapi tuntutan kompetensi abad 21
9. Relevansi Pembelajaran Digital Masa Pandemi Di Era Revolusi Industri 4.0

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Orientasi Baru dalam
Pedagogik dengan harapan dapat memberikan manfaat dengan bertambahnya pemahaman mengenai
konsep Transformasi Pendidikan Abad 21’.

4
BAB II
PEMBAHASAN

D. Pengertian Transformasi Pendidikan abad 21’


Transfromasi memiliki makna dasar sebagai perubahan perlahan yang berkelanjutan
sedemikian sehingga keadaan di masa depan akan lebih baik dari keadaan di masa sekarang
(Nasution, 2009). Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur
sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon
terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk
yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau
melipatgandakan.

Sedangkan Pendidikan abad 21 adalah pendidikan yang dirancang untuk generasi abad
21 agar mampu mengikuti arus perkembangan teknologi terbaru. Terutama pada ranah
komunikasi yang telah masuk ke sendi kehidupan, maka dari itu siswa diharuskan untuk bisa
menguasai empat keterampilan belajar (4C), yakni: creativity and innovation, critical thinking
and problem solving, communication dan collaboration. Bila ditarik dari manusianya pendidikan
abad 21 bertujuan agar manusia bisa relevan dengan zamannya, terutama manusia Indonesia
maka terbentuklah inisiasi dari pendidukan abad 21. Inilah salah satu instrumen untuk ‘membeli’
masa depan. Karena pengaruhnya yang signifikan itulah siswa diharap mampu beradaptasi
dengan zaman sehingga nantinya mereka bisa berkompetisi dengan baik di masa yang akan
datang.

E. Karakteristik Masyarakat dan Pendidikan Abad 21’


Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, era
digital, abad teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0, dan berbagai sebutan lainnya.
Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam segala segi kehidupan, sehingga masa ini juga sering disebut dengan era digital.
Keberadaan teknologi informasi dan komunikasi meningkatkan kecepatan dan perputaran
pengetahuan dalam perekonomian dan masyarakat. Era ini ditandai juga dengan penggunaan
internet yang masif yang memudahkan komunikasi dan perolehan informasi dari berbagai
belahan dunia dalam hitungan detik. Era digital telah banyak mengubah cara hidup dan bekerja
kita dengan menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan (Triyanto, 2020).

5
Abad 21 juga disebut sebagai abad pengetahuan (knowledge age). Pada abad 21 ini
ditandai dengan semua alternatif upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks
lebih berbasis pada pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis
pengetahuan (knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan
(konowledge based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industri
pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry). Nuansa kehidupan abad pengetahuan
ditandai adanya berbagai pergeseran dalam bentuk dinamika upaya pemenuhan kebutuhan
kehidupan. Pergeseran yang terjadi berimplikasi pada pergeseran tuntutan dan karaktersitik pola
hidup individu, masyarakat, bangsa dan negara. Pergeseran tuntutan pola hidup ditengari
utamanya dalam kebiasaan (1) pola berpikir, bertindak, dan bersikap; (2) upaya pemenuhan
kebutuhan; (3) pemanfaatan dan pengembangan ilmu (Mukhadis, 2013).

Perubahan yang terjadi pada abad ke-21 menurut Trilling and Fadel dalam (Wijaya et al.,
2016)adalah: (a) dunia yang kecil, karena dihubungkan oleh teknologi dan transportasi; (b)
pertumbuhan yang cepat untuk layanan teknologi dan media informasi; (c) pertumbuhan
ekonomi global yang mempengaruhi perubahan pekerjaan dan pendapatan; (d) menekankan pada
pengelolaan sumberdaya: air, makanan dan energi; (e) kerjasama dalam penanganan pengelolaan
lingkungan; (f) peningkatan keamanan terhadap privasi, keamanan dan teroris; dan (g) kebutuhan
ekonomi untuk berkompetisi pada persaingan global.

Perubahan-perubahan ini menyebabkan dunia kerja menuntut perubahan kompetensi.


Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi
penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut
memerlukan berbagai terobosan dalam berpikir, tindakan-tindakan, dan menyusun konsep.
Dengan demikian diperlukan sebuah paradigma baru dalam meghadapi tantangan baru.
Tantangan yang baru menuntut proses terbobosan pemikiran (breakthrough thinking process)
apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang dapat bersaing dengan hasil karya
dalam dunia yang serba terbuka.

Abad ke-21 baru berjalan satu dekade, namun dalam dunia pendidikan sudah dirasakan
adanya pergeseran, dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran filsafat, arah serta
tujuannya. Tidaklah berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh lahirnya sains
dan teknologi komputer. Dengan bantuan teknologi, proses belajar mengajar tidak lagi terbatas

6
pada ruang kelas, semua tentang akses, pembelajaran dan kolaborasi di mana saja, baik secara
lokal maupun global kini menjadi realita penyelenggaraan pendidikan.

Perubahan trend pekerjaan dari berbasis industri (industrial age) ke berbasis pengetahuan
(knowledge age), Adapun perubahan masyarakat lama dan baru menurut (Trilling & Fadel, 2009)dapat
digambarkan sebagai berikut.

Produk
Penggalian Pabrik Pemasangan Pemasaran Penyaluran (layanan)
(Extraction) (Manufacturing) (Assembly) (Marketing) (Distribution) Products (and
services

Gambar 2.1 Alur Perubahan Masa Industri (Industrial Age)

Layanan
Informasi Pengetahuan Keahlian Pemasaran (Produk)
Data (Data)
(Information) (Knowledge) (Expertise) (Marketing) Services (and
Products)

Gambar 2.2 Alur Perubahan Masa Pengetahuan (Knowledge Age)

Perubahan transisi dari masyarakat industri ke masyarakat berbasis pengetahuan


(knowledge age) mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan mendorong munculnya pekerja
baru di bidang industri yang berbasis pengetahuan (knowledge work). Sebagian besar dari
pekerjaan baru memerlukan kualifikasi yang tidak dimiliki oleh pekerja di industri. Pekerja baru
membutuhkan pendidikan formal untuk memperoleh dan menerapkan teori pengetahuan analitis
(analytical knowledge) dan membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk bekerja serta
kebiasaan terus belajar (continuous learning). Para pekerja model baru tidak hanya
memindahkan jenis pekerjaan dari sektor pertanian dan rumah tangga ke pekerjaan berbasis
industri, namun juga harus menjadi pekerja yang memiliki pengetahuan (knowledge work)
(Drucker dalam Wijaya et al., 2016). Perubahan dibutuhkan untuk mempersiapkan diri agar dapat
hidup dan bekerja dalam masa pengetahuan (knowledge age) terutama pada bidang pendidikan.

F. Pergeseran Paradigma Pembelajaran Abad 21


Paradigma baru ini digagas untuk memberikan peserta didik keterampilan dalam
kecakapan berpikir dan belajar di abad 21 ini, atau yang dikenal dengan istilah “The 4C Skills”

yang dirumuskan oleh Framework Partnership of 21 st Century Skills, meliputi:

7
1. Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah),
kemampuan dalam memahami suatu persoalan atau probem dan mengaitkan berbagai
informasi satu dengan informasi lain, hingga muncul asusmi atau perspektif, dan menemukan
solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi.
2. Creativity (kreativitas), kemampuan berpikir di luar kebiasaan yang ada, mampu berpikir
dengan cara yang baru, berani menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan
pertanyaan.
3. Communication skills (kemampuan berkomunikasi), keterampilan dalam menyampaikan
pendapat dengan jelas dan persuasif baik verbal maupun tertulis, kemampuan menyampaikan
sesuatu dengan kalimat yang jelas, mampu mempengaruhi dan memotivasi orang lain.
4. Ability to work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama), kemampuan bekerja sama
atau kolaborasi rekan kerja. Keterampilan kolaborasi yang efektif harus disertai dengan
kecakapan dalam menggunakan teknologi dan sosial media agar terciptanya lingkungan
kolaborasi dalam jangkauan yang lebih luas.

P21 (Partnership for 21st Century Learning) berbagi framework atau kerangka kerja
mengenai pembelajaran pada abad 21 yang menuntut peserta didik untuk mempunyai
keterampilan, pengetahuan serta kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hayati serta karir. Framework ini juga
menyebutkan wacana keterampilan, pengetahuan serta keahlian yang harus dikuasai agar siswa
bisa sukses pada kehidupan dimasa mendatang dan mendapat pekerjaan yang sesuai dengannya
(Trilling dan Fadel dalam Fahrozy et al., 2022). Keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah
skema yang disebut dengan Pelangi keterampilan pengetahuan abad 21atau disebut “21st century
knowledge-skills rainbow”. Adapun konsep keterampilan abad 21 dan core subject 3R,
dideskripsikan berikut ini. Gambar 2.3 menunjukkan skema pelangi keterampilan pengetahuan
abad 21.

8
Gambar 2.3 Framework Pembelajaran Abad 21

Pada skema yang dikembangkan oleh p21 diperjelas dengan tambahan core subject 3R. dalam
konteks pendidikan, 3R adalah singkatan dari reading, writing dan arithmatik, diambil lafal “R” yang
kuat dari setiap kata. Dari subjek reading dan writing, muncul gagasan pendidikan modern yaitu
literasi yang digunakan sebagai pembelajaran untuk memahami gagasan melalui media kata-kata.
Dari subjek aritmatik muncul pendidikan modern yang berkaitan dengan angka yang artinya bisa
memahami angka melalui matematika. Dalam pendidikan, tidak ada istilah tunggal yang relevan
dengan literasi (literacy) dan angka (numeracy) yang dapat mengekspresikan kemampuan membuat
sesuatu (wrighting). 3R yang diadaptasi dari abad 18 dan 19 tersebut, ekuivalen dengan keterampilan
fungsional literasi, numerasi dan ICT yang ditemukan pada sistem pendidikan modern saat ini.
Selanjutnya, untuk memperjelas fungsi core subject 3R dalam konteks 21st century skills, 3R
diterjemahkan menjadi life and career skills, learning and innovation skills dan information media
and technology skills Penjelasan tentang keterampilan menurut (Trilling & Fadel, 2009) adalah
sebagai berikut:

1) Life and career skills (keterampilan hidup serta berkarir) yaitu keterampilan yang lebih
mengutamakan di karir dan kehidupan sosial yang meliputi: a) fleksibilitas dan adaptabilitas
(flexibility and adaptability); b) inisiatif dan mengatur diri sendiri (initiative and self-
direction); c) interaksi sosial dan budaya (social and crosscultural interaction); d)
produktivitas dan akuntabilitas (productivity and accountability); e) kepemimpinan dan
tanggung jawab (leadership and responsibility).

9
Tabel 1. Keterampilan Hidup dan Berkarir

Sumber: (Trilling & Fadel, 2009)

2) Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) yaitu keterampilan yang
berkaitan dengan inovasi yang kreatif dan mau belajar secara terus menerus yang meliputi: a)
berpikir kritis dan mengatasi masalah (critical thinking and problem solving); b) kiomunikasi
dan kolaborasi (communication and collaboration); c) kreativitas dan inovasi (creativity and
innovation).

Tabel 2. Keterampilan Belajar dan Berinovasi

Sumber: (Trilling & Fadel, 2009)

3) Information media and technology skills (keterampilan teknologi serta media isu) yaitu orang
yang mampu menguasai berbagai macam teknologi dan menguasai teknologi komunikasi
serta informasi (TIK) meliputi: a) literasi informasi (information literacy); b) literasi media
(media literacy); c) literasi ICT (information and communication technology literacy).

10
Tabel 3. Keterampilan Teknologi dan Media Informasi

Sumber: (Trilling & Fadel, 2009)

Sejalan mengenai hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma tentang


pembelajaran abad 21 itu menekankan pada kemampuan siswa dalam mencari tahu dari berbagai
sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam
menyelesaikan persoalan (Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai framework
pembelajaran abad ke-21 menurut (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010) adalah sebagai
berikut :

1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving


Skills), dapat berpikir secara kritis, lateral, serta sistemik, terutama dalam konteks pemecahan
suatu perkara.
2. Kemampuan berkomunikasi serta berafiliasi (Communication and Collaboration Skills),
mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan aneka macam pihak.
3. Kemampuan mencipta serta membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu berbagi
kreativitas yang dimilikinya guna menghasilkan aneka macam terobosan yang kreatif dan
inovatif.
4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology
Literacy), bisa memanfaatkan teknologi tentang isu serta komunikasi guna menaikkan kinerja
serta kegiatan yang dibutuhkan untuk sehari-hari.
5. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) dapat menjalankan aktivitas
pembelajaran berdikari yang kontekstual menjadi bagian berasal pengembangan eksklusif.
6. Kemampuan informasi dan literasi media, bisa memahami dan menggunakan banyak sekali
media komunikasi buat menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas
kolaborasi dan hubungan dengan beragam pihak.

11
Pembelajaran abad ke-21 ialah pembelajaran yang mempersiapkan generasi abad 21
untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan global, yang dimana pada abad ini kemajuan
teknologi dan informasi berkembang sangat pesat dan mempengaruhi segala bidang kehidupan
manusia, salah satunya dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu bagian dari usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia dalam memajukan pembangunan bangsa
dan negara. Pendidikan di abad 21 telah mengalami perubahan yang ditandai dengan
mengembangkan literasi baru, seperti literasi digital, literasi informasi, dan literasi media
(Mardhiyah et al., 2021).

Pembelajaran di abad 21 berorientasikan kepada kegiatan untuk melatih keterampilan


pada peserta didik dengan mengarah kepada proses pembelajaran. Pembelajaran dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar. Pembelajaran dalam definisi ini bukanlah sebuah proses
pembelajaran pengetahuan, melainkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa melalui
kinerja kognitifnya (Wijaya et al., 2016). Oleh karena itu, sistem pembelajaran di abad 21 ini
sebenarnya bukan lagi berpusat pada pendidik (teacher-centered learning), melainkan berpusat
kepada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan empat prinsip pokok
pembelajaran abad 21 yang digagas oleh Nichols dalam Daryanto & Suryanto (2022) yaitu:

1) Instruction should be student-centered


Peserta didik ditempatkan sebagai subjek pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan
minat dan potensi yang dimilikinya. Jadi peserta didik tidak lagi dituntut sebagai pendengar
atau penghafal materi yang diberikan oleh pendidik, melainkan peserta didik sebagai pusat
dari pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan dalam berpikir, pengetahuan, dan
keterampilan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan
pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik dengan informasi baru yang akan
dipelajarinya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing yang berupaya membantu
peserta didik ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya.
2) Education should be collaborative
Peserta harus diajarkan untuk berkolaborasi dengan orang lain dengan latar budaya dan nilai-
nilai yang berbeda, yang bertujuan agar peserta didik mampu bekerja produktif dengan orang
lain, menjalankan tanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain, menghargai perspektif
yang berbeda, serta menempatkan empati pada tempatnya. Dalam mengerjakan suatu proyek.

12
Peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara cepat dengan mereka.
3) Learning should have context
Pendidik harus mengembangkan metode pembelajaran yang berhubungan dengan dunia
nyata, yang bertujuan agar peserta didik mampu menemukan makna, nilai, dan keyakinannya
atas apa yang telah dipelajarinya kemudian mengimplementasikannya ke dalam dunia nyata.
4) Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik yang bertanggung jawab dan peduli terhadap
sekitar, maka dari itu sekolah seharusnya memfasilitasi peserta didiknya untuk terlibat dalam
lingkungan sosial, hal ini bertujuan agar melatih peserta didik dalam kepekaan empati dan
kepedulian sosialnya terhadap lingkungan sekitar. iswa dapat dilibatkan dalam berbagai
pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,lingkungan
hidup, dan sebagainya.

G. Praktek Pembelajaran Abad 21

Beberapa karateristik umum dalam pelaksanaan pembelajaran pada masa pengetahuan


(knowledge age) yang dapat dilakukan di abad 21. Pembelajaran dalam masa pengetahuan
(knowledge age) menurut Trilling and Hood dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. Perbedaan Pelaksanaan Pembelajaran Masa Industri (Industrial Age) dengan


Masa Pengetahuan (Knowledge Age)

No Masa Industri (Industrial Age) Masa Pengetahuan (Knowledge Age)


1 Pendidik memegang kekuasaan penuh Pendidik sebagai fasilitator
untuk proses belajar, semua berpusat
pada guru
2 Pendidik sebagai sumber ilmu dan Pendidik sebagai teman belajar
pengetahuan
3 Belajar berpusat pada kurikulum (direct Belajar berpusat pada siswa
learning)
4 Belajar dibatasi oleh waktu dan Belajar lebih fleksibel dan sesuai dengan
terjadwal kebutuhan
5 Belajar berbasis fakta Belajar berbasis project (project based) dan
masalah (problem based)
6 Teoritis, abstrak, dan survey Nyata, proses, dan refleksi
7 Drill & practice Inquiry & design
8 Sesuai aturan dan prosedur Menemukan (discovery)
9 Bersaing (competitive) Collaborative
10 Fokus pada permasalahan di kelas Fokus pada permasalahan sosial

13
11 Pembelajaran sesuai dengan norma yang Pembelajaran lebih kreatif
ada
12 Komputer sebagai subjek belajar Komputer sebagai media untuk
pembelajaran
13 Media presentasi berbasis statis Media presentasi yang lebih dinamis
14 Komunikasi antar pelajar terbatas di Komunikasi antar pelajar menjadi tidak
kelas terbatas
15 Penilaian dilakukan berdasarkan hasil Penilaian ditinjau dari berbagai aspek
tes
Sumber: (Trilling & Fadel, 2009)

Berdasarkan tabel 4 maka dapat dilihat transisi pembelajaran pada masa industri (industrial
age) ke masa pengetahuan (knowledge age), adapun perubahan tersebut sebagai berikut: pertama,
pergeseran paradigma dalam praktek pendidikan. Banyak pembelajaran pada masa industri
(industrial age) bertolak belakang dengan pembelajaran masa pengetahuan (knowledge age), dimana
belajar berdasarkan fakta, drill dan praktek sangat efektif untuk pembelajaran masa industri, tetapi
pada masa pengetahuan pembelajaran berubah menjadi belajar berbasis project (project based) dan
masalah (problem based), penyelidikan (inquiry) dan desain (design), dan menemukan (discovery).

Pada masa industri (industrial age) pembelajaran ditafsirkan sebagai upaya pemahiran
keterampilan melalui pembiasaan siswa secara bertahap dan terperinci dalam memberikan respon atas
stimulus yang diterimanya yang diperkuat oleh tingkah laku yang patut dari para pengajar.
Pembelajaran pada masa industri (industrial age) menempatkan siswa pada posisi kurang
menguntungkan karena siswa dianggap kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki potensi
individual.

Pada masa pengetahuan (knowledge age), pembelajaran didefinisikan sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya guru
untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
belajar. Pembelajaran dalam definisi ini bukanlah sebuah proses pembelajaran pengetahuan,
melainkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa melalui kinerja kognitifnya. Pembelajaran
mengandung dua karateristik utama yaitu: (1) proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa
secara maksimal yang menghendaki aktivitas siswa untuk berfikir dan (2) pembelajaran diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa yang pada gilirannya kegiatan
berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran bukan hanya dilakukan sebagai transfer pengetahuan melainkan kegiatan yang harus

14
dilakukan siswa secara aktif beraktivitas dalam upaya membangun pengetahuannya sendiri
berdasarkan potensi yang dimilikinya

Pada masa pengetahuan (knowledge age) seolah-olah semuanya tergantung pada teknologi
informasi dan komputasi, namun ada beberapa hal pada pembelajaran yang dapat dilaksanakan tanpa
menggunakan teknologi tersebut. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi adalah katalis
penting untuk memindahkan pembelajaran dari masa industri (industrial age) ke masa pengetahuan
(knowledge age) namun hal tersebut merupakan alat bukan penentu hasil dalam proses pembelajaran.

H. Model pembelajaran abad 21


Pembelajaran adalah proses dalam menyediakan siswa agar belajar sesuai dengan kebutuhan
dan keinginannya. Pembelajaran bisa diartikan sebagai salah satu upaya dalam mempengaruhi
perasaan, intelektual dan spiritual dalam diri siswa untuk belajar. Belajar yang dibangun oleh seorang
guru akan meningkatkan setiap potensi dan berbagai macam kemampuan siswa, seperti kemampuan
dalam berfikir, memiliki kreatifitas, merekonstruksi pengetahuan, memecahkan masalah, dan lain
sebagainya. Kemampuan inilah yang merupakan kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa di abad
ke 21. Maka dengan itu model pembelajaran abad ke 21 sangat penting untuk diterapkan pada siswa.
(Angga et al., 2022).
Kita juga telah tahu bahwa kehidupan saat ini segalanya telah berbasis pengetahuan dan
teknologi. Masyarakat Indonesia dalam menghadapi abad ke 21 harus mampu mengimbangi tantangan
zaman agar dapat ikut berkembang dan bersaing, pengembangan pendidikan inilah yang menjadi salah
satu contohnya. Lebih lanjut Komara dalam Angga et al (2022) menjabarkan bahwa pembelajaran abad
ke 21 perlu mengembangkan beberapa aspek yang dianggap perlu seperti intructional should be student
centered (instruksi atau pendidikan yang berpusat pada siswa), educational should collaborative
(pendidikan yang membuat siswa berkolaborsi, learning should have contest (pembelajaran mampu
menunjukkan kepada siswa), dan school sould be integrated with society (sekolah dapat terintegrasi
dengan masyarakat).
Sehingga siswa akan menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran dan menjadikan siswa
sebagai subjek bukanlah objek. Siswa diajarkan untuk tahu bagaimana cara berkolaborasi baik dengan
teman sejawatnya maupun dengan guru. Tidak hanya itu, guru juga dapat melakukan pembelajaran
yang bermakna bagi siswa, agar nantinya siswa dapat menerapkan ilmu baru tersebut pada kehidupan
nyata dan siswa mampu berperan aktif dalam lingkungan sosialnya. Maka dari itu, terdapat suatu
keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa yaitu keterampilan 4C (critical thinking, communication,
collaboration, and creativity). Keterampilan 4C sangat dibutuhkan pada abad ke 21 dan mampu dilatih
melalui model pembelajaran tertentu. Seperti dikutip dari Zubaidah (2018) berikut ini dijabarkan dalam
bentuk tabel bagaimana strategi dalam keterampilan 4C bagi siswa:

15
Tabel. Strategi Melatih dan Mengakses Keterampilan 4C
No Keterampilan Strategi
1 Critical Thinking (Berfikir Kritis) a. Mengajarkan metode HOTS (High Order Thinking Skills)
secara spesifik dalam ranah pembelajaran
b. Melakukan tanya-jawab dan diskusi pada skala kelas
c. Mengajarkan konsep secara eksplisit
d. Memberikan scaffolding
e. Menerapkan metode HOTS secara kontinyu
2 Communication (Komunikasi) a. Mengajarkan siswa bagaimana cara mengartikulasikan
pikiran dan gagasan
b. Mengajarkan siswa untuk mendengar secara aktif dan
efektif
c. Mengajarkan siswa bagaimana menggunakan komunikasi
dalam berbagai tujuan tertentu
d. Mengajarkan siswa dalam memanfaatkan berbagai media
dan teknologi
e. Melatih siswa untuk berkomunikasi secara efektif di
lingkungan yang beragam
3 Collaboration (Kolaborasi) a. Mengajarkan siswa untuk bekerja dengan hormat dengan
tim yang berbeda, baik fisik maupun psikis
b. Melatih dan mendorong siswa untuk mengambil tanggung
jawab untuk bekerja sama dengan orang lain
c. Mengajarkan siswa untuk menghargai ide dan kontribusi
dari setiap anggota tim
d. Mengajarkan fleksibilitas dan keinginan untuk berkompromi
e. Menekankan pembelajaran kooperatif
Creative (Berpikir & Bertindak Memberikan pertanyaan dan mengajak siswa
4 a.
Kreatif) untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran
Mengeksplorasi topik serta materi dengan data primer atau
b.
acak
Memikirkan
c. cara baru untuk menginformasikan temuan baru

Selanjutnya untuk menyelaraskan dan melaksanakan strategi tersebut, tentu perlu adanya
model pembelajaran yang mendukung keterampilan abad ke 21 tersebut. Karena keterampilan
tersebut nantinya akan dibawa oleh lulusan pada saat mereka berkerja di masyarakat. Menurut Barus

16
(2019) terdapat tujuh model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk pembelajaran abad ke
21 yaitu Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Basic Learning, Project Basic Learning,
Production Based Training, Teaching Factory, dan Model Blended Learning. Berikut ini dijabarkan
kembali secara rinci tujuh model pembelajaran tersebut dengan menggunakan tabel:
Tabel. Model Pembelajaran Abad Ke 21
No Model Definisi
1 Discovery Learning Mengembangkan cara belajar siswa yang aktif dan kreatif
untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, memproses
sendiri dan menyimpulkan sendiri atau dapat disebut dengan
belajar penemuan, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama
dalam ingatan serta memiliki kepuasan tersendiri dan tentunya
tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
2 Inquiry Learning Mempersiapkan siswa pada situasi tertentu untuk melakukan
eksperimen sendiri sehingga dapat berfikir secara kritis dan
mencari serta menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dihadapi dan dipertanyakan.
3 Problem Based Learning Metode belajar yang memanfaatkan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru.
4 Project Based Learning Metode belajar yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
media, dimana siswa akan melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
5 Production Based Learning Proses pendidikan yang menyatu pada proses produksi, dimana
siswa diberikan pengalaman belajar pada situasi yang
kontekstual mengikuti alur kerja industri atau berkaitan dengan
produksi.
6 Teaching Factory Pembelajaran ditingkat SMK yang berbasis produksi atau jasa
yang mengacu kepada standard prosedur yang berlaku di
industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di
industri.
7 Blended Learning Kegiatan pembelajaran yang menggabungkan kegiatan belajar
tatap muka dengan kegiatan belajar online. Lebih menekankan
kepada interaksi belajar tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Pendidikan di abad ini dituntut untuk menggunakan pengetahuan (knowledge) dan teknologi
(technology) dalam perkembangan siswa yanga akan menjadi sumber daya manusia nantinya. Semua
17
perkembangan yang terjadi pada dasarnya adalah hasil dari pemikiran, pengetahuan, dan buatan
manusia itu sendiri. Sehingga guru harus siap dalam menentukan model pembelajarannya dalam
menciptakan siswa yang berkualitas dan mampu untuk bersaing serta memiliki keterampilan dalam
bekerja. Peran guru dalam pendidikan abad ke 21 adalah menjadi guru yang profesional dan dapat
berinteraksi serta beradaptasi sesuai dengan keadaan. Maka keterampilan dalam belajar sangat penting
untuk terus dikembangkan pada abad ke 21, hal ini bertujuan untuk membentuk siswa yang memiliki
kecakapan dalam berfikir secara kritis, komunikasi, kolaborasi dan kreatif.

I. Peran dan Tantangan Guru Pada Abad 21


Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat tergantung pada guru, karena
guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah
kurikulum, tanpa didikung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatau yang
tertulis dan tidak memiliki makna (Hosnan, 2014). Dalam Undang-Undang Repiblik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa profesi guru merupakan pekerjaaan bidang
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip, memiliki bakat, minat, komitmen, kualifikasi
akademik, tanggung jawab, memiliki kesempatan mengembangkan mengembangkan profesinya.
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa guru mempunyai peranan yang sangan penting
dalam prosese belajar mengajar dimana guru dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya
dalam dunia pendidikan.

a. Peran Guru Pada Abad 21

Adapun guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut
(Hosnan, 2014):

1) Peran guru sebagai perencana pembelajaran. Keberhasilan dalam implementasi kurikulum


dapat dipengaruhi perencanaan pembelajaran yang disusun guru. Kepiawaian guru dalam
menyusun rencana pembelajaran dapat menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi
yang harus diserap oleh peserta didik.
2) Guru sebagai pengelolah pembelajaran. Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah
terciptanya kondisi lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa
sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa terpaksa apalagi tertekan. Peran
guru sebagai pengelola pembelajaran menciptakan iklim pembelajaran sebagai wadah
interaksi sosial maupun psikologi.
3) Guru sebagai fasilitator Sebagai fasilitator, tugas guru adalah membantu untuk
mempermudah siswa belajar, bukan hanya memberikan berbagai pengetahuan dan

18
memaksa siswa untuk menelannya. Dengan demikian guru perlu memahami karakteristik
siswa, termasuk gaya belajar, kebutuhan kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Melalui
pemahaman itu guru dapat melayani dan memfasilitasi setiap siswa sesuai dengan minta,
bakat, dan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
4) Peran guru sebagai evaluataor. Guru sebagai evaluator tidak kalah pentingnya dengan
peran yang lain. Dilihat dari fungsi evaluasi, guru dapat mengetahui tngkat keberhasilan
peserta didik, menegtahui kelemahan dalam pembelajaran dan untuk menentukan tahapan
belajar berikutnya. Dengan adanya evaluasi, baik itu formatif maupun sumantif, keduanya
bermanfaat untuk mengatisipasi permasalahan yang muncul.

Dengan semakin pesatnya berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad
21 ini, tuntutan guru semakin kompleks mengingat semakin banyaknya variabel yang harus
ditangani guru dalam proses pendidikan yang baik menyangkut administrasi sekolah maupun
keterampilan mengelola siswa sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan tertib.

b. Kompetensi Guru Menghadapi Tantangan Abad 21

Dalam menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru


profesional sudah selayaknya harus dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut
(Hosnan, 2014). Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas guru dalam mengembangkan berbagai aspek-aspek pendidikan dan pembelajaran.

Secara umum pendidikan abad 21 didominasi oleh pendidikan yang berbasis ICT,
kompetensi inti seperti membaca, menulis dan berhitung yang diperoleh selama mengikuti
pendidikan akan menjadi dasar kompetensi lainya, keterampilam yang dibutuhkan pada abad
21meliputi: 1) learning innovation skill, 2) information, median and technology skill, 3) life
and carrer skill. tiga keterampilan tersebut dapat berkembang, jika sekolah memiliki
lingkungan kerja yang memadai untuk belajar dan berinovasi, menyediakan program
(kurikulum) peningkatan guru serta memberi penilaian yang memacu guru untuk berprestasi
(Hosnan, 2014).

Guru yang cerdas akan mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah serta
kreatif dan inovatif dalam bekerja. Jika kompetensi tersebut disertai dengan kemampuan
berkomunikasi efektif (mampu menyampaikan atau menerima gagasan secar lisan dan

19
tertulis) serta mampu bekerja sama dengan orang lain, maka tantangan sebesar apapun niscaya
akan bisa dilalui oleh guru. Menurut Suyatno, guru profesional adalah guru yang selalu
berubah dari prktik lama, bahkan mau dan mampu meninggalkan metode dan resep-resep
sukses di masa lampau untuk mengahadapi berbagai tantanga masa kini dan masa yang akan
datang. Karakteristik keterampilan yang diperlukan guru abad 21 dapat diuraikan sebagai
berikut:

1) Learning and inovation adalah orang mau belajar dan berinovasi secara terus menerus.
Ciri-ciri orang mau belajar dan berinovasi adalah dapat berpikir kritis dalam memecahkan
masalah, kreatif dan inovatif dalam bekerja, dapat berkomunikasi secara efektif dan
mampu bekerja sama atau berkolaborasi dengan teman sejawat, kolega maupun atasan.
2) Digital literacy adalah orang yang mampu menguasai teknologi digital, seperti
mengetahui banyak informasi, menguasai berbagai macam media digital dan menguasai
ICT.
3) Career and life adalah orang yang beroreantasi pada karier dan kehidupan bermasyarakat.
Orang yang beroreantasi kehidupan akan memiliki ciri-ciri fleksibel/luwes dalam bergaul
dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan, memiliki inisiatif dan dapat
mengarahkan pada diri sendiri (self-direction), dapat berinteraksi lintas sosial dan budaya.
Orang yang beroreantasi pada karir akan memiliki produktivitas dan akuntabilitas kerja
yang tinggi serta memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.

Berdasarkan kajian arah perkembangan teknologi dan rencana strategis pemerintah


yang bedampak pada sekolah, berikut hal-hal yang harus dipelajari guru untuk menyiapkan
diri dalam menghadapi abad 21(Hosnan 2014: 176):

1) Invenity Thinking. Kesuksesan berkarier dapat dicapai dengan cara kerja keras, pada
umumnya, orang yang sukses adalah orang yang be.kerja melebihi apa yang ditugaskan
kepada dirinya. Selain bekerja keras, sukses juga dicapai dengan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif dalam pekerjaan yang ditekuninya. Bebrapa kompetensi kerja yang perlu
ditingkatkan oleh guru untuk mencapai kesuksesan dia abad 21 adalah sebagai berikut.
2) Adaptability. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi, lingkungan sosial
budaya, dan kebijakan pemerintah. Jika terdapat perubahan-perubahan kebijakan, maka
teknologi dan peraturan, guru segera dapat menyesuaikan diri.
3) Curiosity. Memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar terhadap hal-hal yang baru. Guru
dituntut segera mempelajari teknologi baru dan meninggalkan teknologi lama yang sudah
tidak relevan lagi dengan kebutuhan sekarang.
20
4) Creativity. Kemampuan untuk menggunakan imajinasi, daya pikir untuk menciptakan
karya baru khususnya karya teknologi yang berguna untuk pembelajaran maupun
masyarakat luas
5) Risk-taking. Keberanian mengambil resiko. Orang –orang yang berani mengambil resiko
adalah orang yang dapat menyelesaikan masalah dengan kreatif (creative problem
solving) dan berpikir logis sehingga menghasilkan keputusan yang kuat.
6) Digital Age Literacy Teknologi informasi dan komunikasi membawah dampak besar
dalam kehidupan manusia khususnya di dunia pendidikan. Guru yang dapat berkembang
di masa depan adalah guru yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi karena
banyak ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diakses dari media ini. Pada abad 21, melek
ICT (information and communication technology literacy). Lebih baik dari pada memiliki
keterampilan teknologi saja. Oleh karena itu guru diharapkan mengikuti perkembangan
tejnologi digital supaya dapat mengajarkan keterampilan yang sama dengan keterampilan
yang dibutuhkan dunia.
a) Effective communication Di masa depan, dunia kerja menuntut semua kegiatan
berjalan efektif, termasuk efektif dalam berkomunikasi. Untuk mencapai
komunikasi efektif, guru diharapkan belajar bekerja sama.
b) Teaning. Bekerja sama dalam tim atau kelompok dalam berkomunikasi efektif
orang dapat menerima gagasan orang lain dan tidak memaksakan gagasanya untuk
diterima orang lain. Dengan demikian, akan terjadi saling hormat menghormati
antar sesama anggota tim.
c) Collaboration and interpersonal skill. Guru diharapkan mampu berkolaborasi atau
bekerja sama dengan pihak lain, meskipun manfaat atau hasil yang diperoleh dari
kerja sama tersebut berbeda.
d) Personal and social responsibility. Komunikasi efektif dapat dibangun dari orang-
orang yang yang tidak mementingkan dirinya sendiri atau dengan kata lain,
memiliki kepedulian terhadap kehidupan sosial.
e) Interactive communication. Dalam kehidupan sosial, guru yang dapat berkembang
adalah guru yang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

J. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dan Guru Abad 21


Kerangka pembelajaran di abad 21 mensyaratkan guru profesional. Guru yang tidak
hanya memiliki pengetahuan tetapi juga memiliki keterampilan dan sikap secara terintegrasi.
Guru professional di abad 21 perlu menyiapkan kebutuhan yang diperlukan siswa di masa depan.
Hasil penelitian kebijakan dan kepemimpinan guru di era globalisasi menyebutkan bahwa guru
21
harus adaptif agar tidak ketinggalan zaman, selain itu guru harus menguasai teknologi dalam
pendidikan (Sofiarini & Rosalina, 2021). Guru dituntut menguasai literasi teknologi dan
kecakapan digital sebagai bagian yang terintegrasi dalam pembelajaran di abad 21. Kegiatan
belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memadukan penggunaan teknologi selain
pengatahuan dasar keilmuan dan kecakapan dalam mengajar.

Mengajar merupakan aktivitas kompleks yang melibatkan berbagai jenis pengetahuan.


Aktivitas mengajar didasari dengan pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan (content
knowledge), cara mengajarkan suatu materi (pedagogical knowledge), dan pengetahuan tentang
penggunaan berbagai teknologi (technological knowledge) yang ketiganya memiliki
persinggungan untuk dapat mendukung satu di antara lainnya (Rahmadi, 2019). Kombinasi
antara pengetahuan materi, pedagogi dan kecakapan dan menggunakan teknologi dikenal dengan
istilah TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge). TPACK merupakan kerangka
yang mengintegrasikan hubungan antara komponen teknologi, pedagogi dan konten
pengetahuan. Guru di abad 21 bukanlah guru yang hanya mampu menyampaikan materi dengan
metode yang menarik saja. Guru abad 21 bukan pula guru yang pandai dalam teknologi saja.
Guru yang dibutuhkan di abad 21 adalah guru yang memiliki kompetensi harmoni antara
teknologi, pedagogi dan konten materi. Satu komponen saja tidak terpenuhi maka dapat
mempengaruhi komponen yang lain. (Mishra & Koehler dalam Akhwani & Rahayu, 2021).

TPACK terbentuk atas perpaduan 3 jenis pengetahuan dasar, yaitu Technological


Knowledge (TK), Pedagogical Knowledge (PK), dan Content Knowledge (CK). Hasil perpaduan
3 pengetahuan dasar tersebut, menghasilkan 4 pengetahuan baru, meliputi Pedagogical Content
Knowledge (PCK), Technological Content Knowledge (TCK), Technological Pedagogical
Knowledge (TPK), dan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Gambar 2
memperlihatkan interelasi antara 3 pengetahuan dasar yang mengahasilkan 4 pengetahuan.
Berikut ini penjelasan setiap domain pengetahuan TPACK yang disarikan dari Mishra & Koehler
dalam (Rahmadi, 2019)

1) Technological Knowledge (TK) atau pengetahuan teknologi ialah pengetahuan tentang


berbagai jenis teknologi sebagai alat, proses, maupun sumber.
2) Pedagogical Knowledge (PK) atau pengetahuan pedagogic ialah pengetahuan tentang teori
dan praktek
3) Content Knowledge (CK) atau pengetahuan konten ialah pengetahuan konten dan materi
pembelajaran.
22
4) Pedagogical Content Knowledge (PCK) atau pengetahuan pedagogic konten ialah
pengetahuan pedagogik yang berhubungan dengan konten khusus, pengembangan perangkat
pembelajaran yang utuh (RPP , mediapembelajaran, bahan ajar, dan perangkat evaluasi).
5) Technological Content Knowledge (TCK) atau pengetahuan teknologi konten ialah
pengetahuan tentang timbal balik antara teknologi dengan konten.
6) Technological Pedagogical Knowledge (TPK) atau pengetahuan teknologi pedagogic ialah
pengetahuan tentang berbagai teknologi yang dapat digunakan sebagai fasilitas pembelajaran
(Rahmadi, 2019).
7) Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) atau pengetahuan teknologi
pedagogik dan konten ialah pengetahuan tentang penggunaan teknologi yang tepat pada
pedagogik yang sesuai untuk mengajarkan suatu konten dengan baik.

Gambar 2.4 Technological pedagogical content knowledge (TPACK)

Ketujuh pengetahuan tersebut perlu dikuasai oleh calon guru masa depan yang akan
mengajar dalam lingkungan belajar yang dipenuhi dengan berbagai instrumen teknologi.
Technological pedagogical content knowledge (TPACK) merupakan salah suatu kerangka
pengetahuan baru yang sangat relevan untuk diaplikasikan pada abad 21. TPACK harus dikuasi
guru untuk dapat mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam pembelajaran. Pada
perkembangannya, TPACK telah menjadi kerangka kerja atau framework yang dapat digunakan
untuk menganalisis pengetahuan guru terkait dengan integrasi teknologi dalam pembelajaran.

23
K. Pengembangan Kurikulum dalam menghadapi tuntutan kompetensi abad 21
Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter Kurikulum berbasis kompetensi dan
karakter atau yang lebih dikenal dalam kurikulum nasional dengan kurikulum 2013. Abad 21
telah mengubah paradigma belajar di dunia, yakni dari paradigma teaching menjadi paradigma
learning. Pada abad sebelumnya lebih dikenal paradigma teaching, dimana guru menjadi pusat
belajar. Sedangkan pada paradigma learning justru siswa yang menjadi pusat dalam
pembelajaran (Hidayat, 2013: 122).
UNESCO telah menjabarkan dalam empat visi pendidikan abad 21 yang lebih
mendasarkan pada para digma learning. Keempat visi itu adalah (Hidayat, 2013: 122):
1) Learning to think (belajar berpikir, beroreantasi pada pengetahuan logis dan rasional). Belajar
mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan materi
pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal penting bagi siswa di abad ke-21.
Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini berarti siswa harus
secara berkesinambungan menilai kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus
merasa perlu memperkuat pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus
siap untuk selalu belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru
(Zubaidah, 2018).
2) Learning to do (belajar berbuat atau belajar hidup, beroreantasi pada bagaimana mengatasi
suatu masalah). Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang
berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa
sama-sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan
pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua
aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
3) Learning to be (belajar menjadi diri sendiri, beroreantasi pada pembentukan karakter).
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang siswa,
namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa untuk menjadi
sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental merupakan pribadi yang
berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan
krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus,
generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam
berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman.
4) Learning to live together (belajar hidup bersama, beroreantasi untuk bersikap toleran dan siap
bekerja sama). Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif
24
dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan
kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa
yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan pencapaian belajar mereka dan
menjadi pemikir kritis.

L. Relevansi Pembelajaran Digital Masa Pandemi Di Era Revolusi Industri 4.0


Zaman yang terus berubah membuat semua lini kehidupan menyesuaikan dengan perubahan yang
sedang terjadi. Perubahan dari analog ke media digital membuat semua pelayanan publik lebih mudah. Di
dunia pendidikan perubahan ini secara revolusioner sangat terasa saat pandemi terjadi. Sepert yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa saat ini telah mengalami empat tahapan revolusi industri. Sebagaimana
Profesor Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution menegaskan bahwa saat ini dunia
berada pada awal suatu revolusi yang secara mendasar mengubah cara manusia bekerja dan berkomunikasi
dengan orang lain (Schwab, 2016).

Perubahan yang terjadi di dunia pendidikan yang sangat dirasakan adalah dalam proses belajar
mengajar yang berubah menjadi PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dikarenakan pandemi yang harus jaga jarak
satu dengan yang lain. Perubahan PJJ ini membuat semua bahan ajar mengalami proses digitisasi agar
nantinya bisa digunakan dalam proses digital. Maka muncullah istilah E-learning, Online learning, Virtual
learning dan Digital Learning . Istilah tersebut sering digunakan pada hal-hal yang sama dan mirip, yaitu
pembelajaran yang menggunakan atau berbasis teknologi informasi dan komunikasi, atau technology-
enhanced learning. Namun ada pendapat yang menyatakan istilah-istilah tersebut sangat berbeda dari segi
makna . Istilah online learning disebut sebagai pembelajaran yang ‘using online tools for learning’
mencakup e-learning dan blended learning. Istilah digital learning mencakup makna lebih luas yaitu
mencakup semua istilah pembelajaran yang menggunakan online tools dan digital, baik digital online
maupun off-line (Moore,2011).

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa pergeseran cara pembelajaran ini mungkin masih
digunakan pasca pandemi sebagai media yang secara relevan dengan perubahan zaman. Proses digitalisasi
ini makin lama akan berubah menjadi proses transformasi digital dikarenakan praktis dan kemudahan yang
ditawarkan. Keterampilanketerampilan baru akan muncul menggantikan keterampilan-keterampilan lama
yang sudah usang. Apabila semua guru dan stakeholder pendidikan tidak mengikuti tren perubahan ini
maka tidak lagi dapat berperan aktif dalam berbagai pekerjaan. Visi tersebut sangat relevan dengan
pendidikan yang menyiapkan sumber daya manusia bagi zamannya. Sejalan dengan perkembangan jaman,
capaian belajar untuk pendidikan di era revolusi Industri ini, cara kerja dan tata pikir pengelola dan pelaku
pendidikan perlu mengalami transformasi. Melihat fenomena tersebut maka sudah menjadi keniscayaan
semua guru harus keluar dari `zona nyaman` untuk menggali potensi dengan berbagai sarana prasaran
teknologi yang tersedia. Sekolah dituntut siswanya agar berkualitas dan lebih baik kedepannya. Sehingga

25
lulusan yang di hasilnya mempunya kualitas yang baik dan tingkat keterampilan yang tinggi, kritis, inovatif
dan menjadi pembelajar seumur hidup (Suciati, 2018).

26
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan diharapkan menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat modern yang
sarat dengan IPTEK, etika, estetika dan kepribadian yang unggul untuk mencapai tujuan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sementara itu, masyarakat yang secara bertahap berubah menjadi
berperadaban modern dapat menjadi umpan balik bagi pengembangan sistem pendidikan nasional
yang bermutu. Transformasi Pendidikan abad 21 dapat di artikan sebagai perubahan pendidikan
yang dirancang untuk generasi abad 21 agar mampu mengikuti arus perkembangan teknologi
terbaru. Era ini ditandai juga dengan penggunaan internet yang masif yang memudahkan
komunikasi dan perolehan informasi dari berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Pergeseran
yang terjadi berimplikasi pada pergeseran tuntutan dan karaktersitik pola hidup
individu, masyarakat, bangsa dan negara. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut memerlukan
berbagai terobosan dalam berpikir, tindakan-tindakan, dan menyusun konsep. Tantangan yang baru
menuntut proses terbobosan pemikiran apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang
dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka.
Peran dan Tantangan Guru Pada Abad 21 Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
sangat tergantung pada guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran.
Peran guru sebagai perencana pembelajaran Keberhasilan dalam implementasi kurikulum dapat
dipengaruhi perencanaan pembelajaran yang disusun guru. Kepiawaian guru dalam menyusun
rencana pembelajaran dapat menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi yang harus diserap
oleh peserta didik.
Technological Pedagogical Content Knowledge dan Guru Abad 21Kerangka pembelajaran di
abad 21 mensyaratkan guru profesional. Guru yang tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi juga
memiliki keterampilan dan sikap secara terintegrasi. Guru professional di abad 21 perlu menyiapkan
kebutuhan yang diperlukan siswa di masa depan. Hasil penelitian kebijakan dan kepemimpinan guru
di era globalisasi menyebutkan bahwa guru harus adaptif agar tidak ketinggalan zaman, selain itu
guru harus menguasai teknologi dalam pendidikan . Guru dituntut menguasai literasi teknologi dan
kecakapan digital sebagai bagian yang terintegrasi dalam pembelajaran di abad 21. Kegiatan belajar
mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memadukan penggunaan teknologi selain
pengatahuan dasar keilmuan dan kecakapan dalam mengajar. Mengajar merupakan aktivitas
kompleks yang melibatkan berbagai jenis pengetahuan.

27
Melihat fenomena tersebut maka sudah menjadi keniscayaan semua guru harus keluar dari `zona
nyaman` untuk menggali potensi dengan berbagai sarana prasaran teknologi yang tersedia. Sekolah
dituntut siswanya agar berkualitas dan lebih baik kedepannya. Sehingga lulusan yang di hasilnya
mempunya kualitas yang baik dan tingkat keterampilan yang tinggi, kritis, inovatif dan menjadi
pembelajar seumur hidup.

28
DAFTAR PUSTAKA

Akhwani, A., & Rahayu, D. W. (2021). Analisis Komponen TPACK Guru SD sebagai Kerangka
Kompetensi Guru Profesional di Abad 21. Jurnal Basicedu, 5(4), 1918–1925.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1119

Cassel, R.N.; Kolstad, R. (1998). “The critical job-skills requirements for the 21st century: Living
and working with people”. Journal of Instructional Psychology. 25 (3): 176–180.
Daryanto, & Suryanto, B. (2022). Pembelajaran Abad 21 (Edisi Revisi) (1st ed.). Yogyakarta: Gava
Media.

Fahrozy, F. P. N., Iskandar, S., Abidin, Y., & Sari, M. Z. (2022). Upaya Pembelajaran Abad 19-20
dan Pembelajaran Abad 21 di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2), 3093–3101.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2098

Graham, S. (2015). Preparing for the 21st Century: Soft Skills Matter, Huffington Post

Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N. F., Chitta, F., & Zulfikar, M. Ri. (2021). Pentingnya Keterampilan
Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lectura:
Jurnal Pendidikan, 12(1), 29–40.

Mukhadis, A. (2013). SOSOK MANUSIA INDONESIA UNGGUL DAN BERKARAKTER


DALAM BIDANG TEKNOLOGI SEBAGAI TUNTUTAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI.
Jurnal Pendidikan Karakter115, 4(2), 115–136.

Rahmadi, I. F. (2019). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK): Kerangka


Pengetahuan Guru Abad 21. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(1), 65.
https://doi.org/10.32493/jpkn.v6i1.y2019.p65-74

Sofiarini, A., & Rosalina, E. (2021). Analisis Kebijakan dan Kepemimpinan Guru Dalam
Menghadapi Kurikulum 2013 Era Globalisasi. Jurnal Basicedu, 5(2), 724–732.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.668

Sumantri B. A. (2019), Pengembangan kurikulum di Indonesia menghadapi tuntutan kompetensi abad


21. At-Ta;lim media informasi Pendidikan islam. 18(1) : 27-50.

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco:
Jossey-Bass.

29
Triyanto, T. (2020). Peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital. Jurnal Civics: Media
Kajian Kewarganegaraan, 17(2). https://doi.org/10.21831/jc.v17i2.35476

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). TRANSFORMASI PENDIDIKAN ABAD 21
SEBAGAI TUNTUTAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA GLOBAL.

30

Anda mungkin juga menyukai