Anda di halaman 1dari 3

Kiai Bisri Syansuri, Pendiri Pertama Pesantren Putri - 11-12-2019

by Yusuf Suharto - Alif.ID - https://alif.id

Kiai Bisri Syansuri, Pendiri Pertama Pesantren Putri


Ditulis oleh Yusuf Suharto pada Selasa, 12 November 2019

Tahun keemasan bangkitnya masyarakat muslim di Nusantara terjadi terutama pada era
1910-an hingga 1920-an. Muhammadiyah lahir pada 1912, dan Nahdlatul Ulama lahir
pada 1926. Dan di antara tanda kebangkitan masyarakat muslim itu adalah bangkitnya
kalangan muslim pesantren yang pada 1919, ditandai dengan diterimanya santri putri di
lingkungan Pesantren Denanyar Jombang, di bawah asuhan KH. Bisri Syansuri

1/3
Kiai Bisri Syansuri, Pendiri Pertama Pesantren Putri - 11-12-2019
by Yusuf Suharto - Alif.ID - https://alif.id

(1887-1980), dan Bu Nyai Nur Khodijah (w. 1958).

Pesantren Mambaul Ma’arif (nama resmi dari Pesantren Denanyar), berdiri pada 1917, di
kala usia Kiai Bisri ketika itu masih terbilang muda, yakni 30 tahun. Dengan demikian,
Pesantren Denanyar hanya butuh waktu dua tahun untuk menerima pelajar putri sebagai
bagian dari santri pesantren, dan menurut banyak kalangan, bahwa pesantren Denanyar
adalah pelopor pertama penerimaan santri putri di Jawa, bahkan ada yang menyebut
pertama kali di Indonesia. Upaya Kiai Bisri ini bahkan diketahui sendiri oleh gurunya,
yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Dan Mbah Hasyim sama sekali tidak berkeberatan dengan
program progresif dari muridnya yang ahli fikih itu.

Pesantren pada mulanya memang ditujukan untuk santri putra. Sementara itu generasi
putri ketika itu mendapatkan pendidikan keagamaan di lingkungan terdekat, yaitu di
rumah masing-masing, atau mendatangkan atau mendatangi pengajar khusus, seperti yang
bisa dilihat dari cara belajar RA Kartini kepada Kiai Sholeh Darat.

Baca juga: Hak-Hak Anak Perempuan Menurut Rasulullah Saw

Adalah Kiai Bisri Syansuri dan Bu Nyai Nur Khodijah, yang pada 1919 mengagas
pendirian pesantren putri di Denanyar, dengan menampung dan membimbing putri-putri
anak tetangga di beranda belakang ndalem kasepuhan Kiai Bisri, yang kemudian pada
1927, pesantren ini dengan lebih merata menerima secara terbuka santri putri dari berbagai
daerah, yang puncaknya pada 1930 didirikan Madrasah Diniyah Putri Pesantren Mambaul
Ma’arif Denanyar.

“KH. Bisri Syansuri memberikan identitas tersendiri bagi para santri perempuannya, yaitu
mengenakan atasan berupaya kebaya dan bawahan berupa ‘sewek’ atau sarung kemudian
menggunakan kerudung sebagai penutup aurat (rambut) yang hanya diselempangkan”
(dikutip dari buku Biografi KH. Bisri Syansuri, h. 83).

Gagasan Kiai ahli fikih dan Bu Nyai progresif ini, juga diteruskan oleh putrinya, yaitu
Nyai Musyarofah (lahir 1925), yang diperistri Kiai Abdul Fattah, Tambakberas, dengan
pendirian pesantren putri di Tambakberas pada 1951.

Demikianlah, kedudukan Kiai Bisri sebagai ulama pakar Fikih dan Ushul Fikih justru
melahirkan terobosan penting atau ijtihad kreatif progresif untuk kemajuan pendidikan

2/3
Kiai Bisri Syansuri, Pendiri Pertama Pesantren Putri - 11-12-2019
by Yusuf Suharto - Alif.ID - https://alif.id

kaum perempuan. Tak heran pula ketika Kiai Bisri, sebagai representasi Nahdlatul Ulama,
merestui program Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan untuk kemaslahatan keluarga,
yang dalam kesaksian Kiai Abdul Aziz Masyhuri mengundang kekaguman pemimpin luar
negeri dari negeri-negeri muslim untuk berkunjung ke Denanyar, untuk mengambil
inspirasinya.

Baca juga: Memedomani Alquran dan Mencontoh Siti Aminah Perihal ASI

“Pada akhirnya, program Keluarga Berencana didukung oleh organisasi masyarakat Islam
seperti NU. Saat itu ulama NU, KH. Bisri Syansuri dengan merujuk pendapat Imam
Ghazali, memperbolehkan dengan niat untuk kemaslahatan umat dalam berumah tangga”
(Biografi KH Bisri Syansuri, h. 102).

3/3

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai