Anda di halaman 1dari 2

1.

Classical Orgaizational Theory


1)Henry Fayol 
Kontribusi besar Fayol ialah mengenai pandangan jika manajemen adalah kreativitas pribadi, dan
juga satu-satunya kreativitas yang bisa disebarkan. Fayol menyebarkan aktivitas dan juga
pengoprasian organisasi menjadi enam jenis yaitu dagang, teknologi, keuangan, keamanan,
akuntansi, dan juga manajemen. Fayol juga membagi kerja, kekuasaan, tanggung jawab,
penyatuan arah, rantai scalar, keadilan, ketertiban.
2)James D. Uang
Para eksekutif General Motors membagi kategori pada prinsip-prinsip manajemen tertentu.
Empati merupakan prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah organisasi,
yakni pengkoordinasian, prinsip hierarki, prinsip operasional, dan juga prinsip personalia.
3)Max Weber 
Teori “manajemen birokrasi” telah diperluas oleh Max Weber. Dia membuat hirarki lengkap, yang
ditetapkan oleh tugas serta wewenang yang jelas.
4)Mary Parker Follet 
Follet, ilmuwan pertama sosial yang mengaplikasikan psikologi terhadap bisnis, industry, serta
pemerintah. Follet menuliskan mengenai kreativitas, serta kolaborasi antara manajemen dan
bawahannya, pengoordinasian serta penyelesaian perselisihan. Follet berada dalam struktur
organisasi ideal yang menyelesaikan koordinasi melewati komunikasi terkontrol pada
karyawannya.
5)Oliver Sheldon 
Penggabungan skor efisiensi manajemen dan etika pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan
Sheldon, menggunakan 3 prinsip yaitu:
1. Kebijakan, yaitu keadaan dan metode industry wajib sesuai kesejahteraan masyarakat.
2. Manajemen harus bertanggung jawab atas hukuman moral tertinggi masyarakat.
3. Manajemen wajib memiliki pikiran serta gagasan untuk peningkatan standar etika umum
dengan konsep keadilan sosial.
6)Chester I. Barnard 
Barnard mengembangkan teori mengenai kehidupan organisasi. Orang-orang bergabung dengan
suatu organisasi karena mereka menginginkan pencapaian tujuan individu melalui tujuan
organisasi yang tidak dapat dicapai secara individu. Tema sentralnya adalah jika sebuah
perusahaan beroperasi secara efisien dan dapat menyesuaikan tujuan dan kebutuhan individualnya,
perusahaan itu akan bertahan.
Keterbatasan Teori Organisasi Klasik
1. Tidak semua pantas menggunakan teori ini pada masa saat ini.
2. Pada prinsip ini hanya akan tepat jika organisasi berada lingkungan yang stabil serta bisa
diperkirakan.
3. Terlalu umum digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada organisasi yang kompleks
pada prinsip ini.
4. Pada aliran ini tidak menghasilkan petunjuk pada pemungutan keputusan mengenai prinsip
mana yang lebih dipilih sebagai tolak ukur
2. Humanistic Theory
Teori humanistic melihat individu sebagai makhluk yang mempunyai kekuasaan atas dirinya
sendiri. Seseorang bebas untuk memilih sesuai dengan keinginannya dalam hidup. Manusia
merupakan makhluk hidup yang bebas memutuskan sendiri segala hal yang ingin dia lakukan
dalam hidupnya. Hal ini disebabkan karena manusia itu sendiri yang memiliki tanggung jawab
penuh dalam segala pilihan dalam kehidupannya. Dalam hubungannya dengan organisasi, teori ini
lebih menekankan kepada perilaku pemimpin atau kepemimpinan. 
Menurut teori ini kepemimpinan memiliki fungsi untuk mengatur kebebasan anggota dan
memenuhi kebutuhan setiap individu. Pemenuhan kebutuhan tadi dapat dicapai dengan adanya
interaksi antara pemimpin dan anggota. Sehingga, untuk melaksanakan hal tersebut, butuh adanya
wadah yaitu organisasi dengan pemimpin yang bertanggung jawab atas kepentingan organisasi
dan kebutuhan anggotanya. Organisasi berfungsi untuk menjadi tempat melakukan kontrol sosial,
supaya pemimpin melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperhatikan anggotanya. Sehingga,
terjalin sebuah kerja sama antara pemimpin dan anggota dengan memperhatikan kepentingan
bersama atau tujuan organisasi. 
Teori humanistik memiliki 3 variabel utama, yaitu:
1. Kepemimpinan wajib memperhatikan hati nurani anggota, dengan sepenuh hati, harapan, dan
kemampuannya.
2. Organisasi sebisa mungkin berjalan sesuai dengan kepentingan bersama.
3. Interaksi yang akrab dan harmonis antara pemimpin dan anggota sehingga terbentuk suatu
kesatuan dan persatuan dalam organisasi
3. Open-System Theory
Teori sistem terbuka ini mengacu hanya dalam konsep jika organisasi ditentukan oleh
lingkungan sekitar. Lingkungan bisa berasal dari organisasi yang mengarahkan aneka macam
kekuatan yang memiliki sifat ekonomi, politik, atau sosial. Lingkungan juga menyediakan sumber
daya utama yang menopang organisasi dan merujuk pada perubahan dan kelangsungan hidup.
Hampir semua teori organisasi saat ini memakai teori sistem terbuka. Para pakar teori kontingensi
beropini jika organisasi diatur dengan cara-cara yang paling sinkron dengan lingkungan di mana
mereka tertanam. Meskipun ada keragaman dalam perspektif yang diberikan oleh teori sistem
terbuka, para ahli berbagi perspektif jika kelangsungan hidup organisasi tergantung dalam
hubungannya dengan lingkungan. Teori ini sangat mengubah bagaimana kita bisa memahami
sekolah sebagai organisasi dan tuntutan ditempatkan pada pemimpin pendidikan.
Pembentukan sistem terbuka pada organisasi:
Pembentukan open-system dalam organisasi dipengaruhi oleh subsistem dan juga lingkungan.
Pada masing-masing subsistem memiliki fungsinya sendiri-sendiri:
1. Subsistem produksi, pada subsistem ini menghasilkan jasa dan produk sebagai output
organisasi.
2. Subsistem perbatasan, mengatasi terjadinya suatu transaksi antara organisasi dan
lingkungannya.
3. Subsistem pemeliharaan, bertugas mengawasi kelancaran operasi pada organisasi.
4. Subsistem penyesuaian, melakukan sebuah perubahan pada organisasi mengenai perubahan
lingkungan organisasi.
5. Subsistem pengarah, memiliki fungsi sebagai pengarah strategi, pengarah tujuan, dan juga
kebijakan pada semua subsitem yang lain, juga melebarkan organisasi dan juga
mengarahkan/melakukan koordinasi pada semua subsistem organisasi.

Anda mungkin juga menyukai