Anda di halaman 1dari 3

1.

Contoh Cerpen Remaja

Topi Pet di Pajus


Amira menembus jalan menyelinap diantara ratusan mahasiswa. Diselipkan kereta
ninjanya, mengelak ke kiri dan kanan jika kenderaan merapat. Tiba di tikungan Amira belok
ke kiri dan parkir di bawah pohon mahoni. Lengannya mengambil kipas antik lalu dikibas-
kibaskan ke tubuh langsingnya yang berpeluh. Rambutnya ala Mita The Virgin itu, sebentar-
sebentar dicolok pakai jari lentiknya. Kerah kemeja putih diangkat-angkat mengusir gerah.
Dirapikan celana abu-abunya, dikeluarkan kalung putih, diperbaiki letak topi petnya, lalu
perempuan SMK kota Medan ini berjalan seenaknya dan lebih santai. Setiap orang yang
berpapasan menyorot penampilannya, namun Amira acuh saja. Dimasukinya toko souvenir,
dipandang pernak-pernik lewat stelling dan dipilih sebuah topi pet biru tua,” Nah, yang ini
mas, topi pet ini saya suka.”
“Yang biru ya, yang ungu tidak? Ambil dua sekaligus ya, untuk menambah
koleksinya.”
“Jangan mas, satu saja. Warna ungu sudah ada lima buah.”
Amira mempunyai hobi mengoleksi topi pet. Lima lusin topi pet terpajang di lemari
hiasnya. Lebih setengah koleksinya dibeli di Pajus. Selesai transaksi, Amira kembali
menyusuri toko demi toko mencari topi pet koleksi terbaru. Amira berjalan santai dan cuek.
Dua jam kemudian Amira keletihan. Dimasukinya waruk Mbak Partik, duduk menghadap
jalan, dipasang earphone dan mulailah Amira menikmati jus melon.
Di tempat lain, seorang laki-laki bernama Hary memperhatikan Amira. Cowok macho
pengunjung tetap Pajus ini adalah mahasiswa jurusan etnomosikologi. Tubuhnya yang atletis,
rambut sebahu dan berwajah Indo sudah pasti idaman wanita. Entah mengapa Hary sering
melihat perempuan nyentrik itu berganti-ganti topi pet. Tiap kali bertemu ada getar di hatinya
dan damai terasa. Tidak seperti bertemu Tina yang masuk 10 besar gadis sampul majalah Hai
atau bertemu Melani yang sexi. Hary masih berhenti di sebuah toko dan memikirkan
bagaimana cara mendekati perempuan tomboy itu. Hary mengeluarkan topi pet yang pagi tadi
diberikan oleh temannya Vera,”Nah, kebetulan Vera memberi oleh-oleh topi pet untukku,
dengan topi ini aku akan menghipnotisnya. Mulailah Hary mengambil tempat duduk di depan
Amira.
Benar saja, Amira tertarik dan ingin memiliki topi pet yang di pakai Hary. Amira lantas
bangkit memasuki toko souvenir tadi dan bertanya, “Mbak, pernah menjual topi pet seperti
yang dipakai lelaki itu?”
“Tidah pernah, dia tidak membeli di sini.”
Sejenak Amira berpikir, lalu mengambil langkah seribu dan menyusuri hampir setiap
toko. Jika meninggalkan toko, Amira berpesan, “Tolonglah Mbak, carikan saya topi pet
warna cokelat bergaris putih, bertulis love.”
Dari kejauhan Amira tak pernah tahu kalau Hary membuntuti. Ketika Amira mulai
putus asa, Hary mendekati. Amira memandang Hary yang ada disampingnya dan hatinya
berkata,”Sial…? Dinama lelaki ini mendapatkan topi sekeren itu?Apakah aku
menanyakannya?
Tiba-tiba Hary menyapanya,”Topinya keren ya, beli dimana?
Secepat kilat Amira menjawab,”Tidak, topi kamu yang keren, beli dimana, aku ingin
memilikinya.”
“Tak ada yang menjual, tapi kalau kau ingin memakainya akan kupinjamkan.”
“Terima kasih, saya akan mencoba mencarinya,” jawab Amira sambil berlalu setelah
seorang gadis cantik menghampiri Hary.
“Hai,mau kemana? Tunggu, topi ini kuberikan untukmu,”teriak Hary sambil melangkah
mengikuti Amira.
“Jangan Hary, biarkan dia pergi,”pinta gadis cantik disampingnya dan berusaha
menggandeng Hary. Hary mengejar Amira dikeramaian dan Amira berhasil lolos.
Hampir tiap jam dan tiap menit Amira membayangkan topi pet yang dipakai Hary.
“Jika dibandingkan dengan koleksi topi pet milikku tak kalah kerennya. Tapi, mengapa aku
tertarik? Apakah aku pertarik pada topinya atau lelaki itu? O…tidak, aku tak boleh berpikiran
kotor. Besok jadwalku mencari topi pet yang lain di Pajus. Bagaimana jika aku bertemu
dengan Hary? Ah…, dia bukan apa-apa dan siapa-siapa,”oceh Amira.
Hari ini Amira kembali menuju Pajus dengan kereta ninjanya. Entah mengapa Amira
merasa ada yang kurang pada dirinya.Wajahnya berkali-kali ditatap di kaca spion. Pakaian
seragam putih dan celana abu-abu serta rambut dirapikan, langkah di atur. Jantungnya
berdebar, yang terbayang dimatanya bukan lagi topi pet bertulis love, tapi si wajah Indo itu.
Amira tak lagi menyusuri toko souvenir tapi berjalan tanpa arah. Amira menyimpan perasaan
yang tak biasa menyentuh hatinya. Matanya memandang ke segala arah, entah siapa
dicarinya. Amira merasakan hampa dan sepi, memendam rindu. Ketika istirahat di bawah
mahoni seorang lelaki menghampirinya yang tak lain adalah Hary.
“Hai, apa kabar, seminggu lamanya kita tak bertemu. Sudah dapat topinya?”
Aku tertunduk malu. Bersamaan dengan itu resahku hilang dan senyumku
mengambang,“Belum dan aku tak menginginkan topi itu lagi.”
“Benar katamu, bagaimana jika topi ini kuberikan sebagai tanda persahabatan kita,
kebetulan aku punya dua buah.”
“Tuhan, bermimpikah aku menerima topi pet dan persahabatan sekaligus? Ketika
lenganku menjamah topi itu, secepat kilat gadis cantik yang mendampingi Hary seminggu
yang lalu menyambarnya,“Hary, begitu lancang kau memberikan topi pet ini untuk orang
yang tidak kukenal. Ini milikku yang kuberikan untukmu. Hary, mari kita tinggalkan
perempuan ini.”
“Vera, tolong jangan mengaturku, aku berhak menjalin persahabatan dengan siapa pun.
Aku bebas menentukan pilihanku. Selama ini bukankah hubungan kita hanya sebatas
persahabatan? Apa hakmu melarangku?”
“Hary, apa katamu? Kau anggap hubungan kita selama setahun sebatas persahabatan?
Apa kau tak salah mengucapkannya?” tanya Vera terbata-bata dengan deraian air mata dan
bibir bergetar.
“Hanya…hanya karena wanita…seperti…seperti…” Vera tak sanggup meneruskan
sebab Vera melihat di mata Amira tak tampak dosa dan bersalah.
Vera berlari dan Hary mengejar sambil berteriak, “Vera, jangan pergi, dengarkan
aku…”
Aku masih duduk di bawah mahoni. Kejadian barusan seperti mimpi bagiku. Senja
berkibar, tapi aku belum beranjak dari tempat duduk sampai seorang lelaki mendekatiku dan
berpesan”Esok pagiVera ingin bertemu denganmu di Air Port.”
Amira mencari Vera dikerumunan manusia. Ketika bertemu didapatinya wajah Vera
pucat. Amira coba tersenyum pada Vera, “Maafkan kejadian kemarin ya, aku tak tahu…”
“Jangan teruskan, aku sudah melupakannya. Ambillah topi pet ini untukmu.”
“Hanya memberikan topi ini kau mengundangku kemari? Kemana tujuanmu?”
“Aku berangkat ke Singapore untuk mengobati kanker darah yang kuidap selama
setahun. Asal kau tahu Hary yang membuatku bersemangat untuk hidup.”
“Apa Hary tahu penyakitmu”, tanyaku dengan nafas hampir putus.
Vera yang cantik tak menjawab dan berlalu dari sisi Amira karena panggilan terakhir
dan lambaian seorang ibu.
“Aku pergi, selamat tinggal.”
Amira menatap pesawat yang membawa Vera hingga lenyap tertutup awan. Sehelai
sapu tangan diletakkan di pipi menghapus air matanya. Lalu Amira mengenakan topi pet itu,
merunduk dan mendesah,“Hary, air mata yang tak pernah kukenal akhirnya singgah
dipipiku.”
Sumber : https://medium.com/@chairanisiregar27/cerpen-remaja-indonesia-be8dc7314dc6

Anda mungkin juga menyukai