Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“WARISAN ILMIAH KUNO DAN PENDIDIKAN ISLAM”

MATA KULIAH : SEJARAH SOSIAL PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN : 1. PROF. DR. HASAN ASARI, MA


2. DR. JUNAIDI ARSYAD, MA

Disusun Oleh:

NAMA : NURDALIPAH HASUGIAN


NIM : 3003214006
KELAS : PEDI – A Non Reguler
SEMESTER : III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA T.A 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan berbagai nikmat-Nya yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan
kepada penulis sehingga atas izin dan Kuasa-Nya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Warisan Ilmiah Kuno Dan Pendidikan Islam”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Warisan Ilmiah Kuno Dan Pendidikan Islam”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Prof. Dr. Hasan Asari, MA.
serta Dosen Dr. Junaidi Arsyad, MA., yang memberikan tugas sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang pemakalah tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan pemakalah terima demi kesempurnaan makalah
ini.

2
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Aktivitas Penerjemahan Warisan Ilmiah Yunani Dan Persia Yang Dilakukan Oleh
Umat Islam Sebagai Upaya Memperluas Ilmu Pengetahuan..............................................5
B. Perkembangan Lembaga Bait Al-Hikmah...................................................................7
C. Para Penerjemah Beserta Karya-Karya Yang Diterjemahkan..................................9
1. Kegiatan Menyusun Buku-Buku Ilmiah.................................................................13
2. Kegiatan Penyusunan Ilmu-Ilmu Islam..................................................................13
3. Terjemahan Bahasa Asing.......................................................................................15
D. Dampak/ Implikasi Penerjemah Bagi Perkembangan Islam....................................16
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP/ KESIMPULAN............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

Di masa Dinasti Abbasiyah, kegiatan menerjemahkan berlangsung selama satu

abad dimulai sejak 750 M. Persentuhan dengan budaya Yunani bermula ketika Dinasti

Abbasiyah pada masa Khalifah Al-Ma’mun mulai memasuki wilayah kekuasaan

Bizantium, seperti Antiokia, Iskandariyah, Suriah, Amorium, dan Ankara. Bahkan,

Khalifah Al-Manshur diriwayatkan berhasil memperoleh sejumlah buku dalam bahasa

Yunani sebagai hadiah dari raja Bizantium. Titik tertinggi pengaruh Yunani terjadi pada

masa Khalifah Al-Ma’mun.

Bait Al-Hikmah aktifitas menterjemahkan merupakan aktifitas yang sangan

mendominan di institusi tersebut.1  Khalifah Al-Makmun sangat semangat untuk

mengumpulkan para penerjemah terbaik dari berbagai wilayah untuk bekerja di lembaga

tersebut. Maka terbentuklah satu Badan Penerjemahan dan Penyarah serta para

pedagang kertas untuk menjaga agar naskah kuno tidak sampai lenyap. Sang khalifah

menunjuk seorang yang bertanggung jawab dalam hal ini pada setiap bahasa sebagai

pengawasan terhadap siapa yang menerjemahkan buku-buku kunonya. Beliau memberi

komando terhadap anggotanya agar mengumpulkan semua karya-karya klasik dalam

berbagai bahasa untuk digali ilmunya dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kadang

kala menerjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa lain.

1
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedi Peradaban Islam Baghdad, (Jakarta: Tazkai
Publishing. 2012), h. 130

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aktivitas Penerjemahan Warisan Ilmiah Yunani Dan Persia Yang Dilakukan

Oleh Umat Islam Sebagai Upaya Memperluas Ilmu Pengetahuan

Kegiatan menerjemahkan ilmu pengetahuan terjadi secara global pada masa

pemerintahan Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang berasal dari luar dunia Islam.

Kegiatan ini dimulai dengan menterjemahkan berbagai karya ilmu pengetahuan,

diantaranya ilmu filsafat dan ilmu sastra dari bahasa Yunani, Persia, Sansekerta ke

dalam bahasa Arab. Tiga perempat abad setelah berdirinya Baghdad, yaitu pada awal

abad ke-9, pusat dunia pada literatur Arab itu telah memiliki karya-karya filsafat utama

Yunani, seperti karya Plato, Aristoteles dan juga karya-karya Persia serta India.

Karena cenderungnya sikap rasionalis sang khalifah dan para pendukungnya dari

kelompok Muktazilah yang mengklaim bahwa semua teks-teks keagamaan harus sesuai

dengan nalarnya manusia, sehingga mendorong untuk mencari pembenaran atas semua

pendapatnya dalam karya-karya filsafat Yunani. Akan Tetapi masyarakat Arab tidak

begitu faham dengan bahasa Yunani sehingga mereka hanya bisa bersandar pada

pedomanyang sudah diterjemaakan oleh para penerjemah diantaranya penganut Kristen

Nestorian dari Suriah yang telah dikuasai oleh Abbasiyah..

Namun, kelompok penerjemah Nestorian tidak begitu tertarik untuk

menerjemahkan karya-karya sastra Yunani, karena mereka lebih condong

menerjemahkan karya Yunani dibidang filsafat, bidang kedokteran, bidang ilmu

pengetahuan dan bidang astronomi. Karena itu, tidak relevan antara pengetahuan Arab

dan drama, puisi, serta sejarah Yunani.

5
Wilayah Harran terletak di daerah Turki atau daerah Mesopotamia kala itu

adalah sebuah kota yang dijadikan sebagai lokasi pusat penerjemahan pada dimasa

Dinasti Abbasiyah. Karena letaknya yang sangat strategis di wilayah Asia Minor

membuat kota Harran menjadi tempat strategis berkumpulnya para ahli bahasa Yunani

dari Suriah.

Dari Sekolah Harran, lahirlah ilmuwan baru bernama Al-Hajjaj Ibnu Yusuf Ibnu

Mathar (w. 833 M), belliau merupakan seorang penerjemah naskah di bidang

matematika matematika dan bidang astronomi, beliau dikenal karena menjadi orang

yang pertama sekali menerjemahkan karya Eullides, yakni Element dan Almagest, karya

Ptolemeus. Karya terjemahan yang pertama dibuat dalam dua versi, yaitu untuk sang

pemimpin Khalifah Harun Al-Rasyid dan untuk Khalifah Al-Ma’mun, sebelum Hunayn

menerjemahkan kembali buku itu.

Kala itu kegiatan menerjemahkan dilakukan secara tradisional. Saat menemukan

dengan beberapa kalimat yang sukar untuk dipahami dalam bahasa aslinya, maka

terjemahannya dibuat kata demi kata. Saat berjumpa dengan istilah-istilah sukar atau

dikenal padanannya dalam bahasa Arab, istilah-istilah tersebut diterjemahkan secara

sederhana dengan beberapa adaptasi. Seperti istilah aritmatika pada bahasa Arab

menjadi kata Aritsmathiqi, istilah geometri menjadi kata Jumathriya, kata geografi

menjadi Jigrafiyah, kata filsafat menjadi Falsafah, magnet menjadi maghnaathis, serta

istilah organ menjadi Urghun.

Di Bait Al-Hikmah, semua buku di simpan sesuai dengan komponen dan

jenisnya. Disini para cendekiawan yang juga penerjemah berkumpul untuk berembuk

dan bermusyawarah dalam menerjemahkan. Banyak sekali macam manuskrip, buku dari

berbagai subjek yang telah diterjemahkan di Bait Al-Hikmah. Namun, sebagian besar

6
karya terjemahan tersebut musnah akibat serangan bangsa Mongol memporak

porandakan negeri Baghdad pada 1258 M.

B. Perkembangan Lembaga Bait Al-Hikmah

Bait Al-Hikmah adalah lembaga ilmu pengetahuan yang berdiri di kota

Baghdad. lnstitusi Bait Al-Hikmah merupakan kelanjutan dari beban yang sama dari

imperium Sasania Persia yang bernama Jundishapur Akademi. 2 Namun, berbeda dari

institusi pada masa Sasania Persia yang hanya menyimpan puisi-puisi dan cerita-cerita

untuk raja. Pada masa Abbasiyah institusi ini memperluas penggunaannya.

Pembangunan institusi ini sebenarnya sudah dirintis sejak pemerintahan Harun

Ar-Rasyid. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Nadim. Dalam penjelasannya

tentang Abu Sahl Al-Fadhl Ibnu Nawbakht menyebutkan bahwa Sahl pernah bekerja di

Khazanah Al-Hikmah bawah pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Ibnu Nadim juga

menyebutkan bahwa Allan Asy-Syu'ubi adalah penurun untuk Harun Ar-Rasyid, Al-

Makmun dan keluarga Baramikah.3

Pada masa kepemimpinan khalifah Al-Makmun, lembaga pendidikan Bait Al-

Hikmah yang sebelumnya bernama Khazanah Al-Hikmah,4 telah mencapai puncaknya.

Sejak 815 M, beliau membangun lembaga tersebut dan mengubah namanya menjadi

Bait Al-Hikmah.5 beliau melakukan pengembangan yang dilakukan dengan

meningkatkan fungsi Bait Al-Hikmah dengan mencantumkan pembahasan fosil dan

penerjemahan karya-karya filsafat dan pengetahuan asing dari berbagai bahasa.

2
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: LESFI,
2012), h.105
3
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.154
4
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedi Peradaban Islam Baghdad, (Jakarta: Tazkai
Publishing. 2012), h.130
5
Siti Maryam, Sejarah Peradaban…,h.105

7
Masa kepemimpinan khalifah Al-Makmun juga melengapi Bait Al-Hikmah

dengan berbagai fasilitas untuk menambah perannya sebagai pusat penelitian Ilmu

pengetahuan. Disana terdapat sebuah perpustakaan besar dan lengkap, selain itu

disediakan ruang khusus tempat tinggal para penerjemah yang yang sangat layak dan

baik. Tidak hanya itu Al-Makmun juga membangun tempat-tempat aula sebagai

pertemuan bagi para ilmuwan dalam mellangsungkann diskusi. Dan selain itu, di Bait

Al-Hikmah dilengkapi dengan dengan observatorium.6

Di institusi ini khalifah Al-Makmun mengangkat Muhammad bin Musa al-

Khawarizmi sebagai ahli di bidang Aljabar dan Astronomi. Dan orang-orang Persia

diangkat sebagai direktur pada perpustakaan Bait Al-Hikmah, merupakan seorang

nasionalis Persia dan ahli Pahlewi, Sahl Ibnu Harun. Selain itu yang bertugas untuk

menerjemahhkan tugas maka diangkatlah Qusta bin Luqa, Yahya bin Abi Mansur,

Hunain bin Ishaq dan Sabian Sabit bin Qurra.

Setelah khalifah Al-Makmun wafat, Bait Al-Hikmah mengalami kemerosotan.

Hal ini disebabkan karena sepeninggal khalifah Al-Makmun tidak ada lagi khalifah

yang sungguh-sungguh memperhatian perkembangan Bait Al-Hikmah. Ketika

kepemimpinan di pegang oleh khalifah Al-Mu'tashim, nampaklah disana Bait Al-

Hikmah sungguh mengalami kemunduran Karena perhatian Al-Mu'tashim terhadap

budaya adalah sedikit sekali, beliau tidak bersemangat semangat, tidak termotivasi

untuk melanjutkan perkembangan Bait Al-Hikmah sebagaimana mestinya.

Kondisi Bait Al-Hikmah semakin mundur, apalagi setelah kota Baghdad

diserangoleh banga Mongolia, maka hancurlah negeri itu termasuk central lembaga

pendidikan Bait Al-Hikmah juga diporak porandakan dan pada saat itu juga khalifah Al-

Mustaksim dibunuh oleh tentara-tentara Mongolia yang dipimpin oleh Hulaghu Khan,.
6
Hanum Asrohah, Sejarh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logog Wacan Ilmu, 1999), h.69

8
Sepanjang perjalanan mulai dirintis hingga menjadi pusat pendidikan dan

lembaga riset, lemba Bait Al-Hikmah telah berperan besar fungsinya sebagai wadah

pengengembangan ilmu pengetahuan dengan penelitian para sarjana serta proses

pendidikan yang diberikan kepada para pelajar yang sebagian besar masih belum

matang. Dari Bait Al-Hikmah banyak lahir para cendikiawan-cendikian dan ilmuan-

ilmuan Muslim lainnya. Para ilmuwan yang bertugas diberikan fasilitas tempat tinggal

gratis oleh kerajaan di lembaga tersebut.7

C. Para Penerjemah Beserta Karya-Karya Yang Diterjemahkan

Masa Kekuasaan dinasti Abbasiyah adalah masa gemilang, puncak kejayaan.

Selain majunya bidang Ilmu pengetahuan juga masa keemasan dibidang social budaya

dalam dunia Islam. Peradaban Islam pada zaman ini ditandai dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dengan pesat. Pada masa ini juga banyak sekali buku-buku ilmu

pengetahuan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dari berbagai Bahasa asing, di

samping banyak juga buku-buku asli yang dikarang dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Sejarah kebudayaan Islam mencatat bahwa sebagian besar orang berkecimpung dalam

berbagai bidang dunia ilmu adalah orang mawali (orang Islam yang bukan keturunan

Arab asli atau keturunan turunan budak), terutama keturunan wilayah Persia.8

Pada awal berdirinya Bait Al-Hikmah, langsung disuguhkan dengan berbagai

buku dari Persia dan India.9 Hal demikian itu dikarena Yahya Ibnu Khalid Al-Barmaki

berasal dari Persia dan beliau mempunyai backgroung pendidikan Persia dan beliau

ketika itu membidangi bagian pengawasan urusan negara, serta pembangunan

ilmiah  karena beliau dikhususkan untuk menterjemahkan buku-buku kebudayaan Persia

7
N.A Baloch, Great Books of Islamic Civilization, (Islamabad: Pakistan Hijra Council, 1989), h.
211; Sir William  cecir Dampier, A History of Science and Relations with Philosophy and
Region, (Cambridge: the University Press; New York: the MacMillan Company, 1942), h. 77
8
A Hasimy, sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1973), hlm.224.
9
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam,h.170

9
ke dalam Bahasa Arab. Selain menterjemahkan dari daerah Persia, Yahya juga

memerintahkan agar menterjemahkan semua karya-karya dari daerah India. Maka sebab

itulah beliau menghimbau para ulama dan orang pintar bangsa Hindu datang ke

Baghdad. Mereka ditugaskan untuk menterjemahkan buku-buku dalam Bahasa Hindu

ke dalam Bahasa Arab. Melalui jasa para ulama dan orang-orang pintar dari hindia

terbentuklah satu disiplin ilmu pengetahuan bangsa hindu dalam berbahasa Arab.

Adapun karya-karya yang diterjemahkan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa

Arab, yaitu buku kedokteran Yunani karya Galen (w. 200 M), buku matematika, dan

buku ilmu pengetahuan campuran karya Euclides (w. 300 SM), yakni Element dan

Almagest, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi al Majisthi, serta

karya Claudius Ptolemeus (w. 168 M).

Adapun yang menerjemahkan karya-karya Galen dan Hipokrates (w. 436 SM)

untuk Khalifah al-Manshur. dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab adalah Abu

Yahya Ibn al-Bathriq (w. 806 M). Dia juga menerjemahkan Quadripartitum karya

Ptolemeus untuk khalifah Dinasti Abbasiyah lainnya. Selain itu, Hunayn juga ternyata

menerjemahkan buku Galen, Hipokrates, Dios korides, dan Plato serta Tujuh buku

Galen tentang anatomi juga telah berhasil diterjemahkan oleh Hunayn.

Disamping itu masih ada juga karya Plato lainnya yang telah diterjemahkan oleh

Hunayn yaitu Republic (Siyasah) dan karya Aristoteles, seperti Categories (Maqulat),

Physics (Thabi’iyat) dan Magna Moralia (Khulqiyat). Sebagai upah karena jasanya

sudah menerjemahkan, Hunayn mendapatkan emas seberat buku yang ia terjemahkan.

Dan karier Hunayn selesai di lembaga penterjemahan karena ia juga berprofesi sebagai

dokter menolak yang perintah Khalifah al-Mutawakkil untuk meracuni lawan

politiknya.

10
Penerjemah lainnya adalah Tsabit bin Qurrah (w. 901 M), lagi-lagi beragama

Kristen Nestorian. Tsabit menerjemahkan sejumlah karya Yunani tentang matematika

dan astronomi, termasuk karya Archimedes (w. 212 SM). Beberapa terjemahan karya

dari Euklides oleh Hunayn direvisi oleh Tsabit. Kegiatan Tsabit ini mendapat dukungan

penuh dari Khalifah Al-Mutadhid.

Ibnu Nadim menyebutkan dalam bukunya Al-Fahrasat ada sepuluh nama orang-

orang yang bergabung dalam tim penerjemah dari bahasa India, Yunani, Persia,

Suryaniyah, dan Nibthiniyah.10

Selain itu ada lagi penerjemah lainnya yaitu seorang penganut Kristen berasal

dari Suriah, yakni Yahya Ibn Masawayh (w. 857 M). Yahya telah menerjemahkan

beberapa manuskrip untuk Khalifah Harun al-Rasyid, terutama naskah bidang

kedokteran yang dibawa khalifah dari Ankara dan Amorium.

Sekitar 771 M, ada seorang pengembara dari India yang memperkenalkan

naskah astronomi dengan judul Siddhanta (Sindhind dalam bahasa Arab) ke Baghdad.

Oleh khalifah Al-Manshur, naskah Sinddhanta tersebut diterjemahkan oleh Muhammad

Ibnu Ibrahim Al-Fazari (w. 806 M) yang kemudian hari beliau menjadi astronom

Muslim pertama. Tak hanya membawa naskah astronomi pengembara India tersebut

juga membawa naskah matematika. Karena itu, bilangan di Eropa disebut dengan

bilangan Arab dan bilangan Hindi masuk ke dunia Arab. Tak cuma itu saja, pada abad

ke-9, India juga memberikan sumbangan penting terhadap ilmu matematika Arab, yaitu

sistem decimal. Adapun Ilmuwan Muslim paling menonjol pada zamannya, Al-

Khawarizmi (w. 850 M), dan menjadikan terjemahan astronomi Al-Fazari sebagai

bahan rujukan untuk menulis tabel astronomi.

10
Raghib as-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, h.243

11
Kegiatan menerjemahkan karya santra yang dirubah ke dalam bahasa Arab

adalah sudah umum dilakukan di dari peradaban Persia. Diantara karya sastranya ialah

Kalilah wa Dimnah. Kalilah wa Dimnah adalah sebuah karya sastra terjemahan dari

bahasa Persia yang sebelumnya merupakan terjemahan dari bahasa Sansekerta, nantinya

karya ini akan menjadi dasa terjemahan untuk karya sastra ke dalam 40 bahasa lainnya.

Adapun isi dari Kalilah Wa Dimnah tentang panduan dasar hukum-hukum

pemerintahan yang disampaikan dalam bentuk fabel. Teksnya diterjemahkan ke dalam

bahasa Arab oleh Ibnu Al-Muqaffa yang sebelumnya menganut keyakinan Zoroaster

dan telah masuk Islam. Terjemahan Al-Muqaffa lahir sebagai karya yang bernuansa

puitis. Hingga saat itu, prosa Arab masa Dinasti Abbasiyah memunculkan nuansa Persia

dalam gaya yang elegan, imajinasi yang hidup, dan ungkapan-ungkapan bersayap.

Buku tentang astronomi berbahasa Aramaik Almagest diterjemahkan oleh Al-

Hajjaj. Adapun upaya penerjemahan Almagest pertama sekali telah dilakukan

pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, namun hasil terjemahan tersebut tidak

memuaskan. Kemudian dilakukan penerjemahan oleh seseorang yang bukan hanya ahli

dibidang penerjemahan, melainkan juga ahli di bidang astronomi dan matematika Islam.

Dia adalah Abu Al-Wafa Muhammad Al-Buzjani Al-Hasib (w. 998 M).

Selain dari Al-Hajjaj, muncul Yahya Ibnu Adi (w. 974 M) dan Abu Ali Isa Ibnu

Zur’ah (w. 1008 M) dan Quatha Ibnu Luqa (wafat 922 M) yang telah menghasilkan 34

karya terjemahan. Kemudian mereka memperbaiki naskah terjemahan dari karya-karya

Aristoteles.

Dalam kebangkitan ilmu pengetahuan dimasa dinasti Abbasiyah tersebut terbagi

dalam tiga tahap yaitu kegiatan penyusunan buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu

Islam, dan terjemahan dari bahasa asing.11


11
Ahmad Syalabi, sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003), h.160

12
1. Kegiatan Menyusun Buku-Buku Ilmiah.

Kegiatan ini menulis dan menyusun buku-buku mulai dari tingkat pertama yaitu

merupakan tingkatatan yang paling mudah dan rendah. Pada tahap ini penulis mencatat

ide atau percakapan atau sebagainya di halaman kertas dengan rangkap dua, asli atau

Salinan. Peringkat kedua yaitu tingkat pertengahan, merupakan kumpulan ide yang

mirip dengan hadits-hadits rasul disatukan dalam satu buku. Pada tingkat ini hukum

fikih mulai dikumpulkan dalam satu buku, ataupun kumpulan hadits atau cerita sejarah.

Tingkatan ketiga yaitu tingkatan paling tinggi. Pada tingkatan penyusunannya lebih

halus dari pada pembukuan, karena tingkat ini segala yang sudah dicatat, diatur, dan

disusun dalam bagian-bagian dan bab-bab tertentu. Serta berbeda satu sama lain.

Tingkat ini telah dicapai oleh kaum muslimin di zaman pemerintahan Abbasiyah

pertama.12

2. Kegiatan Penyusunan Ilmu-Ilmu Islam

Ilmu Islam adalah ilmu yang berkaitan dengan agama Islam, hokum Islam,

pendidikan Isllam, tentunya muncul di tengah-tengah yang nuansa kehidupan Islami

serta erat hubungannya dengan agama dan bahasa Al-Qur'an. Sebagai penyusun

menamakannya ilmu naqli (ilmu salinan/ ilmu transformasi), karena setiap penyelidik di

lapangan ini bertugas menyalin dan meriwayatkan apa yang telah disalin. Ahli tafsir dan

ahli hadits meriwayatkan apa yang diterimanya dari satu golongan yang menerpakan

dari golongan lain, dan seterusnya, hingga kepada sumber yang pertama yaitu

Rasulullah SAW.

Berikut adalah bidang Ilmu lslam mengalami perkembangan besar di zaman

pemerintahan Abbasiyah pertama:

a) Kelahiran ilmu tafsir dan pemisahannya dengan ilmu hadits.


12
Ibid h.160

13
Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama itu telah melahirkan para ahli tafsir

dengan ilmu tafsir Al-Qur'an serta panduannya dari ilmu hadits. Para ahli tafsir inilah

yang akan menafsirkan sebagian ayat dari berbagai surat dalam Al-Qur’an dengan

tujuan tertentu atau karena ada sebagian orang-orang yang berselisih pendapat mengenai

maknanya.

Pemisahan ilmu tafsir dari ilmu hadits dan juga terjadi di abad ini. Sebelum itu

kaum muslimin menafsirkan Al-Qur'an melalu hadits-hadits Rasulullah SAW. Di masa

pemerintahan Abbasiyah yang gemilang, ilmu tafsir tegak dan berdiri sendiri dan

banyak penafsir yang menggunakan hadits Rasulullah SAW atau keterangan dari

golongan tabi’in.13 

b) Ilmu fiqh dan mazhab-mazhabnya.

Salah satu prestasi besar yang sangat dibanggakan di masa kekuasaan Dinasti

Abbasiyah ialah  lahirnya empat imam besar yang saat ini sangat terkenal di bidang

fiqih dan lainnya, ke empat imam tersebut yaitu lmam Abu Hanifah (150 H), Imam

Malik (179 H), Imam Syafi (204 H). dan lmam Ahmad bin Hambal (241 H).

c) Ilmu nahwu dan aliran-alirannya

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah pertama merupakan masa yang kaya

dengan ilmu ahli nahwu dalam bahasa arab. Yang nantinya akan terbagi kedalam dua

aliran besar yaitu aliran Basrah dan aliran Kufah. Di antara tokoh-tokoh ahli Basrah

ketika itu adalah lsa bin Umar As-Tsaqafi (l40 H), Al-Akhtasy (177 H), Yunus bin

Habib (182 H), Sibawaih (180 H). Ru’asi, Al-kisa’I, dan Al-Farra.

Adapun Aliran Basrah berbeda dengan aliran kufah. Aliran Basrah ini

meletakkan kaidah-kaidah asas bagi bahasa Arab menurut yang biasanya digunakan

oleh orang-orang Arab seandainya nyata sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan
13
ibid .... h.162-163

14
itu maka dianggap sebagai luar biasa atau syaz jika terbukti sah atau betul, makanya

dihafal dan tidak dikiaskan. Sedangkan aliran Kufah menyebut segala yang dituturkan

oleh orang Arab dan menjadikannya sebagai asas yang harus ditiru dan menyusunkan

berbagi kaidah untuknya.14

d) Sejarah dan kelahirannya

Menulis sejarah Rasulullah SAW adalah kitab yang paling tua dalam

membiacarakan hal tersebut. Buku tersebut diringkas oleh lbnu Hisyam dalam bukunya

yang terkenal dengan nama Sirah Ibnu Hisyam, dimana karya ini ditulis oleh

Muhammad bin Ishak.

3. Terjemahan Bahasa Asing

Peran para ilmuwan tidak terbatas hanya dalam penerjemahan buku-buku ke

dalam bahasa arab. Mereka juga memberikan ta'liq (komentar) atas kitab-kitab tersebut.

Mereka menafsirkan teori atau pandangan dalam kitab itu dan menulisnya sesuai

konteks, menyempurnakan kekurangan dan mengoreksi setiap kesalahan. Aktivitas ini

yang di masa sekarang dikenal dengan tahqiq (penelitian).15

Kurun waktu 150 tahun, Alhamdulillah para cendekiawaan Arab telah berhasil

menerjemahkan semua buku Yunani tentang sains dan filsafat yang tersedia saat itu.

D. Dampak/ Implikasi Penerjemah Bagi Perkembangan Islam.

Adapun pengaruh/ dampak dari kegiatan penerjemahan ini bagi perkembangan

Islam diantaranya:

1. Lahirnya empat imam besar dibidang fiqh, dimana ke empat ulama tersebut

hingga saat ini yang paling masyhur di dunia. Dapun mereka berempat ialah:

14
Ibid…,h.166-167
15
Raghib as-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, h.243

15
yaitu lmam Abu Hanifah (150 H), Imam Malik (179 H), Imam Syafi (204 H).

dan lmam Ahmad bin Hambal (241 H).

2. Melahirkan ilmu tafsir Al-Qur'an dan Pengaturannya dari ilmu hadits. Hadis

kelahiran tafsir ternyata sebelum zaman tersebut tidak terdapat penafsiran Al-

Qur'an, dan tidak juga sebagiannya secara teratur dan tersusun. Sebaliknya yang

ada ialah tafsir bagi sebagian-sebagian ayat dari berbagai surat, dibuat untuk

tujuan tertentu atau karena orang-orang berselisih pendapat mengenai

maknanya.

3. Melahirkan Ilmuwan ilmuwan cerdas seperti Al-Khawarizmi penemu aljabar

dan angka nol, Ar-Razi seorang yang ahli dibidang kedokteran yang berhasil

menemukan penyakit campak dan cacar, dibidang filsafat lahir ilmuwan yang

terkenal yaitu Al-Kindi.

4. Berhasil menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani, Persia, syiria dan India

yang keilmuannya bisa dirasakan sampai sekarang.

Bait Al-Hikmah merupakan Sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang

dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti lembaga penerjemah, perpustakaan, dan

perpustakaan serta menghadirkan para cendikiawaan dan ilmuwan dari berbagai penjuru

kerajaan. Salah satu kegiatan keilmiahan yang dilakukan pada masa itu adalah

penerjemahan. Melalui gerakan ini maka lahirlah banyak karya-karya penting dalam

bidang ilmu pengetahuan untuk peradaban Islam.

Di institusi ini para penulis mengarang kitab-kitab khusus. Para penulis menulis

penulisan dan meneliti dalam perpustakaan dan boleh juga menulisdan meneliti di luar

perpustakaan. Setelah itu para pengarang itu mendapatkan bayaran yang sesuai dari

16
khalifah, bahkan para penyalin di Bait Al-Hikmah dapat memilih sesuai ketetapan

khusus yang mencakup segala bidang.16

BAB III

PENUTUP/ KESIMPULAN

Khalifah Al-Ma’mun memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan

intelektual muslim. Karena keecintaannya terhadap ilmu pengetahuan membuat dia

memotivasi para sarjana untuk menterjemahkan ilmu pengetahuan Persia, Yunani, dan

16
Raghib as-Sirjani, ibid ....,h.245

17
India ke dalam bahasa Arab, kemudian memperkaya dan menyebarkan  tradisi Muslim

tersebut.

Khalifah Al-Ma’mun juga membangun Bait al-Hikmah yang telah menjadi pusat

utama penerjemahan dan kemahiran ilmu pengetahuan asing guna dipindahkan ke

dalam bahasa Arab. Sebagai sebuah lembaga yang menggabungkan antara;

perpustakaan, biro penerjemahan dan observatorium, Bait Al-Hikmah telah menjadi

symbol kekuatan kekaisaran Abbasiyah. Selain itu, sebagai sebuah pusat penelitian, Bait

Al-Hikmah telah berkonstribusi dalam pengembangan intelektual Muslim selama abad

pertengahan. Sungguh, Bait Al-Hikmah telah menjadi sebuah lembaga prestisius yang

memberi tanda atas kegemilangan yang dicapai kekaisaran Abbasiyah kepada dunia.

Selain aktifitas penerjemahan tersebut dibuat juga sebuah langkah dalam usaha

menciptakan ilmu pengetahuan yang lahir dari rahim Islam telah dibangun oleh sarjana-

sarjana Muslim, seperti yang dilakukan Ibnu Sina.

DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani, Raghib.  Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia.

Asrohah, Hanum, 1999. Sejarh Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logog Wacan Ilmu

A Hasimy, 1973. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang

18
Baloch, N.A Baloch, Great Books of Islamic Civilization, Islamabad: Pakistan Hijra

Council, 1989

Maryam, Siti. 2012. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,

Yogyakarta: LESFI

Syalabi, Ahmad, 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jakarta: Pustaka Al Husna Baru

Syafii Antonio, Muhammad. 2012. Ensiklopedi Peradaban Islam

Baghdad, Jakarta: Tazkai Publishing.

19

Anda mungkin juga menyukai