Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan lancar. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini tidak
mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak.

Akhir kata penyusun meminta maaf atas kesalahan serta kekhilafan dan juga
banyaknya kekurangan penyusunan dalam makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan
petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

MAKASSAR, 21 MEI 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39◦C.Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
(Potter & Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam
intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara
priode demam dan priode suhu normal serta subnormal. Selama demam
remiten, terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2◦C) dan
berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal.
Pada demam kambuh, masa febris yang pendek selama beberapa hari
diselangi dengan priode suhu normal selama 1-2 hari. Selama demam konstan,
suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada di atas normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set
point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran panas
akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Dalam
keadaan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal
ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat pirogen,
atau dehidrasi pada hipotalamus.
Dampak yang ditimbulakan hipertermia dapt berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang (Alves
&Universitas Sumatera Utara Almeida,2016, dalam Setiawati, 2017).
Hipertermia berat (suhu lebih dari 41◦C) Dapat juga menyebakan hipotensia,
kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang irreversibel.
Hipertermi menyebabkan peningkatan metabolisme selular dan konsumsi
oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh.
Berdasarkan masalah diatas, hipertermi merupakan salah satu masalah
yang harus diatasi, maka apabila terjadi hipertermi harus segera diatasi jika
tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal seperti halnya
dapat menyebabkan kejang demam pada anak, kekurangan volume cairan atau
bahkan terjadi syok dan gangguan tubuh kembang pada anak.
B. TUJUAN
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan pada masalah
peningkatan suhu tubuh: hipertermi yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar peningkatan suhu tubuh:
hipertermi
2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi pada An. A.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39◦C. Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
(Potter & Perry,2017).
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran
panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point.
Dalam keadan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat
normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat
pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh
individu adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter dan Perry (2016),
tubuh manusia dapat berfungsi normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 37◦ C (98◦F) ± 1◦C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat
mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpapar pada panas yang
berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama
dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya
adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu
tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan
dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran
karakteristik dari kenaikan suhu tubuh karena berbagai penyakit infeksi dan
non-infeksi (Sarasvati, 2015).
Selama episode febris, produksi sel darah tubuh distimulasi. Suhu
yang meningkat dan menurunkan konsentrasi zat besi dan plasma darah,
menekan pertumbuhan bakteri.Demam juga bertarung dengan infeksi karena
virus menstimulasi interferon., substansi ini yang bersifat melawan virus.
Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme
tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung
dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan (Potter & Perry, 2017).
Menurut Tamsuri(2018), suhu tubuh dibagi:
 Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36◦C
 Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36◦C-37,5◦C
 Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5◦C-40◦C
 Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40◦C
B. Pola demam
Menurut Potter dan Perry (2015), demam merupakan mekanisme pertahanan
yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39◦C meningkatkan siste imun
tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang
meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah, meneka
pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus
menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus. Demam
juga berfungsi sebagai diagnostik. Pola demam berbeda tergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakhir puncak demam
dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung
pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespon. Pola demam
antara lain:
1. Terus menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1◦C sampai 2◦C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu
kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
4. Relaps
Priode episode demam diselangi dengan tingkat suhu normal. Episode
demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
C. Tipes dan jenis demam
Menurut Nelwan (2017) ada beberapa tipe demam yang mungkin
dijumpai antara lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari. Sering disertai dengan keluhan menggigil dan
berkeringat.Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe ini demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara
dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklis
Pada tipe demam siklis terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Menurut Samuelson (2018), jenis demam terdiri dari :
1. Demam Fisiologis
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuain terhadap fisiologis
tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya
aktivitas tubuh (olahraga).
2. Demam Patologis
Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam
yang ini terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis
terbagi lagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Demam infeksi yang suhu tubuhnya bisa mencapai lebih dari38◦C.
Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus ( flu, cacar, campak,
SARS, flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang
tenggorokan, dan lain-lain).
b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Menurut Potter dan Perry (2015) banyak faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh,. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika
hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas dan kehilangan panas
diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.
1. Usia
Pada saat lahir, bayi mekanisme kontrol suhu masih imatur. Menurut
Whaley and Wong yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), suhu
tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup
dan paparan terhadap suhu lingkungan yang eksterm perlu dihindari.
Bayi yang baru lahir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya
melalui kepala dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup
kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindungi dari
lingkungan yang eksterm, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5◦C
sampai 39,5◦C. Produksi panas akan meningkat seiring dengan
pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak mencapai masa
pubertas. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai masa
pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai
seseorang mendekati masa lansia.
2. Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5◦C sampai 1◦C selama periode
24 jam. Bagaimna pun, suhu merupakan irama paling stabil pada
manusia, suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan
04.00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai akhir
sekitar pukul 18.00 dan kemudian turun pada dini hari.
3. Stres
Stres fisik dan emosi meningkat suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan
panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik
dokter suhu tubuhnya akan lebih tinngi dari normal.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran
panas dan suhu tubuh akan naik.
A. Asuhan Keperawatan pemenuhan keseimbangan suhu tubuh :
Hipertermi
1. Pengkajian Keperawatan Terkait Hipertermi
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh.
Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhankan peralatan yan dipasang
invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Tempat yang palin sering
digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kuli
yang mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengkuran yang
mana panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh
harus dilakukan selama setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-
faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi
ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu
seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan
observasi adanya menggigil atau diaforesis.
Menurut Potter dan Perry (2016), untuk memastikan bacaan suhu
yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat
Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi
harus antara 36◦C dan 38◦C. Walaupun temuan riset dari banya penelitian
didapat bertentangan, secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya
0,5◦C lebih tinggi dari suhu oral suhu aksila 0,5◦C lebih rendah dari suhu
oral.

Anda mungkin juga menyukai