Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rhendy Marchel Hallatu

Nim : 11120078

PERUSAHAAN YANG GAGAL DAN BERHASIL DI DALAM


PENGIMPLEMENTASIAN SIM
IMPLEMENTASI SIM YANG GAGAL
Fox Meyer Drug (FMD) adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia. Kompetisi yang
ketat membuat perusahaan ini butuh sebuah sistem yang dapat meningkatkan penekanan biaya
perusahaan dan membantu membuat rantai keputusan. Berdasarkan pada supply chain analysis
(analisis rantai persediaan), FMD memutuskan bahwa ERP (Enterprise Resources Planning) adalah
solusi terbaik atas permasalahan yang dihadapinya. Namun, perusahaan ini akhirnya mengalami
kebangkrutan pada tahun 1996.

1. Proses Bisnis Fox Meyer Drug (FMD)


Perusahaan Obat FoxMeyer adalah perusahaan keempat terbesar di dunia sebagai distributor
obat-obatan sebelum kejatuhannya. Dengan tujuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat
peningkatan efisensi, proyekk DELTA III dimulai pada tahun 1993. FoxMeyer melakukan riset
pasar, evaluasi produk, dan membeli SAP R/3 pada desember di tahun tersebut. FoxMeyer
juga membeli otomasi pergudangan dari vendor Pinnacle dan memilih Andersen Consulting
untuk mengintegrasi dan menerapkan dua sistem tersebut. Implementasi dari proyek Delta III
dilakukan dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1995.

2. Integrasi Fungsi Bisnis Fox Meyer Drug (FMD)


Perusahaan Fox Meyer Drug (FMD) mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnisnya dengan
menggunakan SAP (R/3). SAP (R/3) ini mengintegrasikan Sistem pergudangan, inventory
control, Customer Service, marketing, strategi planning, pengiriman dan handling.

3. Faktor yang membuat proyek SIM gagal


Kegagalan ERP ini disebabkan karena tidak adanya keterlibatan perencanaan implementasi dari
end-user. Perencanaan hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas dari FMD, Andersen
Consulting dan pihak teknisi. End-user tidak dilibatkan sehingga terjadi gap yang besar antara
pengguna dan perencana sistem. Selain itu, tidak ada pelatihan khusus untuk para pengguna
SAP di FMD. Faktor lainnya adalah kesalahan pemilihan jenis software. SAP R/3 ini dirancang
untuk perusahaan manufaktur, bukan perusahaan wholesalers yang memiliki banyak transaksi.
Sebagai informasi, R/3 hanya dapat menangani 10.000 transaksi per hari, padahal transaksi
yang terjadi di FMD adalah 420.000 per hari. Selain itu, implementasi R/3 pada perusahaan itu
sedikit dipaksakan. Tidak ada blueprint (rancangan) pengimplementasian pada FMD. Pada
akhirnya sistem gagal karena rencana yang tidak matang .

4. Solusi
dalam mengimplementasikan sebuah sistem, banyak hal yang harus dipertimbangkan.
 Perencanaan, di dalam mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah sistem
sangat perlu melakukan peencaanaan. Dengan perencanaan semuanya akan lebih tertata
dan terstruktur begitu pula penyelesaian masalah.
 Perlunya pelatihan kusus kepada para pengguna sistem.
 Perusahaan harus melibatkan end-user agar sistem dapat berjalan dengan baik.

IMPLEMENTASI SIM YANG BERHASIL


Pizza Hut Inc adalah Dari sebuah kedai pizza kecil dan sederhana, Pizza Hut tumbuh menjadi
jaringan restoran pizza terbesar di dunia dengan lebih dari 5.600 restoran di 97 negara. Di Indonesia,
Pizza Hut membuka restoran pertamanya tahun 1984 di Gedung Djakarta Theatre, daerah Thamrin,
Jakarta. Tahun 2000, restoran Pizza Hut pertama ini dipindahkan ke Gedung Cakrawala di area yang
sama, hingga sekarang. Kini, Pizza Hut mempunyai lebih dari 200 restoran yang tersebar di 22
propinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Abepura.

1. Proses Bisnis Pizza Hut Indonesia


Dalam menjalankan bisnisnya Pizza Hut Indonesia selalu memberikan inovasi-inovasi terhadap
menu-menu yang disajikan. Selain itu terdapat juga terdapat paket Happy Ouryang tersedia
hanya pada jam 14.00 sampai 17.00. Menyediakan Paket sarapan pagi dan berbagai promo-
promo yang menarik konsumen. Integrasi Fungsi Bisnis Fox Meyer Drug (FMD)
Perusahaan Fox Meyer Drug (FMD) mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnisnya dengan
menggunakan SAP (R/3). SAP (R/3) ini mengintegrasikan Sistem pergudangan, inventory
control, Customer Service, marketing, strategi planning, pengiriman dan handling.

2. Implementasi SIM di Pizza Hut.


 Penggunaan internet sebagai media promosi serta pemesanan pizza.
 Penggunaan sistem Point of Sales (POS) yang terintegrasi dengan sistem otomatis
oprasional “back of store”.
 Melakukan pengembangan aplikasi “suite” untuk membantu store manager dalam hal
perencanaan dan peramalan bisnis, manajemen inventorir dan manajemen sumberdaya
manusia.
 Menerapkan sistem untuk memberitahu manager terkait dengan problem yang berpotensi
akan terjadi serta terhubung ke kantor pusat untuk memonitor performance dari tiap outlet.
 Menerapkan perangkat nirkabel untuk sebagai bagian sistem pemesanan 

3. Integrasi Fungsi Bisnis.


Perusahaan Pizza Hut mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnisnya dengan menggunakan Point of
Sales (POS) dan aplikasi “suite” . mengintegrasikan Sistem pergudangan, inventory control,
manajemen sumberdaya manusia.
BUSINESS PROCESS REENGEERING PADA PERUSAHAAN TEXTILE WIJAYA

A. Fungsi bisnis & Pengintegrasiannya


“SAP” (System Application and Product)

3 area fungsional pada SAP, yaitu :


 Logistic Human Resource
- sales and distribution (SD) Personnel Administration (PA)
- Material Management (MM) Personnel Development (PD)
- Warehouse Management (WM)
- Production Planning (PP)
- General Logistic (LO)
- Quality Management (QM)
• Financial
- Financial Accounting (FC)
- Controlling (CO)
- Enterprise Controling (EC)
- Investment Management (MM)
- Treasury

B. Fungsi bisnis sebelum BPR


- MARKETING
- OUTLATE
- SUPPLIER
- FINANCE
- STOCKING

C. Proses Bisnsi sebelum BPR


F
S

D. Fungsi setelah BPR


- FINANCE
- STOCK
- SUPPLIER
- OUTLET
- MARKETING

E. Business Process Reengeering

F. Nilai lebih setelah melakukan BPR


 Dengan terintegrasinya semua fungsi lebih efektif dan efesien di setiap fungsi bisnis.
 lebih mudah dalam hal mengambil keputusan.
 Mengoptimalkan proses.

Anda mungkin juga menyukai