Sistem ERP merupakan paket software yang didesain pada lingkungan client-server
baik berbasis dekstop ataupun berbasis web yang mengintegrasikan seluruh proses
bisnis yang ada serta memproses seluruh transaksi organisasi perusahaan dengan
menggunakan database skala enterprise sebagai tempat penyimpanan datanya.
Secara modular, ERP terdiri atas tiga modular utama yaitu : modul operasi , modul
akunting dan finansial serta modul sumber daya manusia. Berikut ini penjelasan dari
setiap modulnya :
Menghandle semua account yang berhubungan dengan masukan atau entri dan
menghandel dampak dari entri tersebut terhadap system secara keseluruhan.
Mencatat semua proses keuangan yang masuk dan juga mencatat semua bagaimana
keuangan tersebut digunakan.
Dengan adanya Modul ini, maka para pemilik perusahaan akan diberikan gambaran
mengenai posisi keuangan meraka dan akan sangat membantu mereka dalam mengambil
keputusan yang sifatnya sangat strategis.
Dengan adanya software finasial ini pula, manajemen dapat mengetahui kondisi finansial
perusahaan mereka kapan saja dan dimana saja.
Modul Financial Accounting,terdiri atas beberapa submodul sebagai berikut :
c). Human Resources Module, merupakan perluasan dari ERP module. HR modul
memetakan secara tegas tentang managerial sumber daya manusia dan juga
meletakkan tenaga kerja itu sebagai asset atau capital. HR modul secara rutin akan
memaintain secara lengkap database kepegawaian termasuk diantaranya informasi
informasi mengenai detail penggajian, data krhadiran pegawai, data evaluasi
performance karyawan, dan data promosi karyawan. Pada dasarnya Modul ERP ini
memiliki sebuah software khusus yang mengintegrasikan semua informasi dari berbagai
macam aplikasi yang disatukan kedalam sebuah database.
A. SAP
B. Oracle
ERP berkembang dari manufacturing resouces planning (MRP II) dimana MRP II
sendiri adalah hasil evalusi dari material requirement planning (MRP) yang
berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani
proses manufaktur, logistik, distribusi persediaan (inventori), pengapalan, invois
dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu
mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen
persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
B.Pengertian ERP
Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto adalah aplikasi yang
dapat mendukung transaksi atau operasi sehari-hari yang berhubungan dengan
pengelolaan sumber daya sebuah perusahaan, seperti dana, manusia, mesin,
suku cadang, waktu, material dan kapasitas. Sistem ERP dibagi atas beberapa
sub-sistem yaitu sistem finansial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem
maintenance dan sistem human resource.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri dapat dijalankan secara
optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti
biaya inventory (slow moving part, dan lain-lain), biaya kerugian akibat machine
fault dan lain-lain. Di negara-negara maju yang sudah didukung oleh
infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT
(Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan
hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku
cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah
terjadinya machine fault, inventory.
Contoh make-to-stock misalnya: pabrik kertas dimana kertas itu sudah menjadi
suatu komoditi yang bisa dijual kapan saja. Sebuah contoh assemble-to-stock
misalnya: pabrik TV yang mendatangkan komponennya secara knockdown yang
kemudian di rakit untuk dijadikan TV siap jual.
Sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap best practice
proses umum yang paling layak ditiru. Misalnya, bagaimana proses umum yang
sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok di gudang
dan sebagainya.
Apa itu ERP? ERP (Enterprise Resource Planning) sebuah akronim yang memang
belum menggambarkan makna yang sebenarnnya. Agar mudah memahaminya,
abaikan kata Planning dan Resource, tapi perhatikan kata Enterprise. Di kata
Enterprise itulah letak makna ERP yang sebenarnya.
ERM ini yang kemudian mendorong munculnya jargon baru TI, seperti CRM
(Customer Relationship Management), SCM (Supply Chain Management), PLM
(Product Lifecycle Management) dan SRM (Supplier Relationship Management).
Jargon-jargon baru itu, pada intinya, adalah pemanfaatan lebih lanjut suatu
sistem yang fokus utamanya adalah customer untuk CRM, rantai pergerakan
barang untuk SCM, daur hidup produk untuk PLM serta supplier untuk SRM. Posisi
ERM ada di tengah-tengah dan dikelilingi oleh CRM, SCM, PLM dan SRM.
ERP akan berkembang terus sesuai dengan tuntutan konsumen. Yang jelas
perkembangan ERP pada masa depan ini akan dititik-beratkan pada beberapa
hal, yaitu, lebih mendukung customer service, lebih mendukung vertical industri
spesifik (vertical industry), dan juga lebih mendukung proses pengambilan
keputusan
Harus dihindari :
(a) Kesalahan paling umum pada phase ini adalah, Manajemen dan calon Pengguna tidak
membuat check list dari kebutuhan mereka. Hal yang umum dilakukan adalah departemen
MIS/EDP/IT langsung mempertemukan manajemen dan pengguna dengan ERP softwarevendor
untuk melihat presentasi produk. Akhirnya setelah melihat beberapa aplikasi, keputusan yang di
ambil tidak terdokumentasi namun hanya berdasarkan intuisi semata. Selain hasil keputusan
yang kurang terukur, ekspektasi dari manajemen dan pengguna dari penggunaan sistem ERP
baru juga sulit dapat diketahui yang pada akhirnya sulit untuk diukur apakah implementasi dapat
dikatakan berhasil atau tidak.
(b) Persepsi umum Manajemen yang menganggap implementasi ERP adalah masalah IT,
sehingga proses seleksi diserahkan kepada team MIS/EDP/IT.
Dalam proses implementasi ERP paling sedikit ada 3 perubahan yang terjadi.
1. Perubahan Teknologi
Penggunaan sistem baru tentu saja akan merubah adaptasi teknologi yang akan dipergunakan
perusahaan, hal ini harus menjadi perhatian dengan melihat apakah team internal sudah
memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup dalam teknologi baru yang akan
dipergunakan? misalnya perusahaan berencana menggunakan SAP sebagai sistem ERP baru,
dan dari 5 team IT/MIS, tidak ada satu orangpun yang menguasai SAP maka perusahaan akan
memerlukan bantuan pihak luar dalam proses implementasi.
Dengan melihat perubahan yang akan terjadi pada saat implementasi sistem ERP, maka setelah
memilih produk ERP, perusahaan harus mempertimbangkan 3 hal diatas, apakah perusahaan
dapat melakukan ke tiga perubahan di atas menggunakan sumberdaya internal atau
membutuhkan bantuan pihak luar / konsultan.
Apabila kita membutuhkan bantuan konsultan, maka kita dengan jelas mengerti bantuan
konsultan untuk bidang apa saja dari 3 bidang diatas. Langkah selanjutnya adalah proses
seleksi konsultan. Proses seleksi konsultan menurut hemat kami tidak kalah penting dibanding
seleksi ERP sistem. Pada studi-studi mengenai implementasi ERP yang gagal atau menghadapi
banyak tantangan, biasanya pihak calon pengguna (client) adalah yang paling sering disebut
sebagai alasan gagalnya implementasi seperti pihak managemen tidak mendukung
implementasi, atau user yang tidak mendukung.
Namun berdasarkan pengalaman kami, pihak konsultan juga tidak jarang menjadi penyebab dari
kegagalan implementasi. Detail dari penyebab kegagalan akan kami coba bagikan dalam bagian
khusus. Tentunya dengan segala hormat kepada rekan-rekan konsultan, kami tidak bermaksud
untuk menuduh apalagi menjelek-jelekkan siapapun, namun biarlah ini menjadi pelajaran agar
kita sebagai konsultan dapat selalu belajar dari setiap proyek yang kita kerjakan.
Mengingat hal diatas berikut tips dari kami dalam memilih konsultan:
1. Pastikan konsultan ERP tersebut menguasai Produk ERP yang diwakilinya, biasanya ini dapat
dilakukan dengan cara interview dengan team yang akan memimpin proyek, atau mencari
informasi pengalaman dari team dalam mengerjakan proyek ERP dari produk yang diwakilinya.
2. Pastikan konsultan tersebut mengerti industri dari perusahaan anda, misalnya konsultan yang
selama ini menangani perusahan Bank atau finansial, kemungkinan tidak memahami proses
retail bisnis anda. Dengan begitu rasanya kurang bijaksana memilih konsultan yang tidak
memahami industri anda, karena biasanya mereka tidak mengerti apa yang menjadi tantangan
industri anda, sehingga tidak jarang mereka akan menemui kesulitan untuk memberikan
rekomendasi.
3. Komitmen perusahaan konsultan, apabila kedua point di atas sudah terpenuhi, pastikan anda
dapat mendapatkan komitmen team konsultan yang anda interview akan terlibat didalam proyek.
4. Point berikut ini bisa valid atau sangat tergantung dari masing-masing konsultan. Kita harus
benar-benar memikirkan dengan seksama apabila anda memilih produk ERP yang secara lokal
hanya diwakili satu institusi. Kita harus melihat dengan seksama kelanjutan institusi tersebut,
karena perusahaan akan berhubungan dengan konsultan dalam jangka waktu yang cukup lama,
selama kita menggunakan aplikasi tersebut.
5. Karena hubungan dengan konsultan akan menjadi sangat lama, maka menjadi suatu hal yang
penting untuk membangun hubungan baik secara institusi maupun personal dengan konsultan.
Apabila kita merasakan suatu kendala, anda benar-benar harus mempertimbangkan pemilihan
tersebut.
Setelah memilih produk ERP yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan menentukan
pihak konsultan yang akan membantu. Langkah terakhir adalah Proses Implementasi ERP itu
sendiri. Apabila pada langkah pertama dan kedua kita membuat keputusan yang benar, maka
proses implementasi kemungkinan besar akan berjalan dengan lancar.
Proses Implementasi ERP dapat terdiri dari beberapa phase dan setiap produk ERP biasanya
memiliki metode atau cara implementasi sendiri-sendiri. Misalnya pada SAP A1 kita mengenal
ASAP (Accelerate SAP), Oracle kita mengenal AIM (Application Implementation Methodology)
dan pada Microsoft ERP mempunyai SureStep. Pada dasarnya semua metode tersebut
disiapkan oleh pemilik aplikasi untuk menjaga kualitas dari setiap proyek agar mencapai suatu
standar yang ditetapkan, dan meminimalisasikan kegagalan proyek.
Secara umum phase-phase dalam implementasi suatu sistem ERP sebenarnya memiliki
kemiripan yang meliputi
2. Diskusi Penentuan Scope, Penentuan Proses yang saat ini berjalan dan perbaikan proses
yang akan dijalankan setelah sistem digunakan.
4. Persiapan sebelum sistem baru Go Live, meliputi Persiapan user manual, Testing, Traning,
persiapan data-data untuk sistem live.
Dengan tersedianya berbagai metodologi dalam implementasi sistem ERP, hal ini akan
menambah sukses rate untuk proyek-proyek implementasi.
Sumber: http://sterling-team.com/blog