Anda di halaman 1dari 36

Komunikasi Interprofesional Dalam

Enam Sasaran Keselamatan Pasien


Rumah Sakit
Theresia Ratna Indraswati, SKp.MKep, FISQua
Salam Kenal
Theresia Ratna Indraswati, SKp.MKep, FISQua
Theresia Ratna Indraswati, SKp.MKep
PENDIDIKAN

1. AKADEMI KEPERAWATAN SINT CAROLUS JAKARTA (1995)


2. S1 KEPERAWATAN FIK – UI DEPOK (2001)
3. S2 KEPEMIMPINAN DAN MANAGEMEN FIK – UI DEPOK (2008)

PEKERJAAN/ AKTIFITAS ORGANISASI

1. KADIV KEPERAWATAN RS PRIMAYA TANGERANG (2014-SAAT INI)


2. SURVEIOR KARS (2011-SAAT
Personal skills INI)
indraswati72@gmail.com 3. ANGGOTA SUB AKREDITASI PERSI BANTEN (2018-2022)
4. ANGGOTA HPMI BANTEN sejak 2019
5. PENGURUS DPK PPNI RS PRIMAYA TANGERANG
6. ANGGOTA ISQua
7. ILUNI
8. IAPC
OVER VIEW
KOMUNIKASI
01 INTERPROFESIONAL

SASARAN KESELAMATAN
02 PASIEN (SKP)

KOMUNIKASI
03 INTERPERSONAL DALAM
SKP

04 PENUTUP
6
KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL

Proses perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi program


komunikasi yang ditujukan untuk penyedia layanan
kesehatan.
Komunikasi yang terjadi antar multidisiplin ilmu mengenai
praktik keprofesian yang berkolaborasi guna meningkatkan
kerjasama dan pelayanan kesehatan

Bentuk interaksi untuk bertukar pikiran, opini dan informasi


yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk
menjalin kolaborasi interprofesi.
TUJUAN KOMUNIKASI INTERPROFESINAL

➢ Melaksanakan proses
asuhan PCC
➢ Pelayanan asuhan
pasien yang lebih
efektif
➢ Tercapai asuhan pasien
yang terintegrasi
➢ Meningkatkan mutu
asuhan pasien
➢ Menurunkan angka
IKP
Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofessional

✓Manajer fasilitas kesehatan dengan petugas


kesehatan
✓Dokter dengan perawat/bidan,
✓Dokter dengan dokter
VERBAL ✓Dokter/bidan/ perawat dengan Farmasi
NON VERBAL ✓Dokter/ bidan/perawat dengan petugas
administrasi/keuangan
✓Dokter/bidan/perawat dengan petugas
pemeriksaan penunjang (radiology,
laboratorium, Gizi).
✓Seluruh PPA
SARANA

11
Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofessional
1. Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan
pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan.

2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan dengan
menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua
individu dalam tim tersebut.

3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama


individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.

4. Persepsi, dalam berkomunikasi antar profesi perlu berusaha menyetarakan persepsi


agar tidak menimbulkan masalah.
Faktor pendukung dalam komunikasi Interprofessional

➢ Lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi, hindari lingkungan


yang dapat menggangu proses komunikasi menjadi terhambat.

➢ Pengetahuan, tingkatan pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat


menimbulkan penyampaian pesan yang tidak jelas serta dapat
menimbulkan negative feedback.

➢ Pemahaman yang sama terhadap topik diskusi

➢ Sarana pendukung yang memadai


Faktor penghambat dalam komunikasi Interprofessional

• Kepemimpinan yang kurang efektif


• Kurangnya kejelasan atau kesepakatan mengenai tujuan
dan prioritas,
• Konflik interpersonal,
• Persaingan prioritas,
• Perbedaan konseptual,
• Tidak menerima anggota lain.
• Kesalahan membaca tulisan petugas lain.
• Memiliki persepsi yang berbeda
15
Standar SKP 1

17
SKP 2

18
3. Hand Over/serah terima

• Antara PPA (misalnya, antar dokter, dari dokter ke


perawat, antar perawat, dan seterusnya);
• Antara unit perawatan yang berbeda di dalam rumah
sakit (intensif ke ruang perawatan atau dari instalasi
gawat darurat ke ruang operasi); dan
• Dari ruang perawatan pasien ke unit layanan
diagnostik seperti radiologi atau fisioterapi
MODEL SBAR
SEBAGAI STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF SAAT SERAH TERIMA
INFORMASI PASIEN

MENINGKATKAN PATIENT SAFETY


SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF
MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS
, PROFESI

S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN


DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN

B BACKGROUND TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR


OBAT-OBATAN DAN HASIL LAB
A ASSESSMENT PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER
R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA
DAN APA YANG PERLU DILAKUKAN SELAMA
BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN
REKOMENDASI LAIN UNTUK PERAWATAN

Q/A QUESTION N KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM


Standar SKP 3
• Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan
keamanan penggunaan obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi (high alert medication) termasuk obat
Look - Alike Sound Alike (LASA).

25
Standar SKP 4
• Rumah sakit menetapkan proses untuk melaksanakan
verifikasi pra operasi, penandaan lokasi operasi
danproses time-out yang dilaksanakan sesaat sebelum
tindakan pembedahan/invasif dimulai serta proses sign-
out yang dilakukan setelah tindakan selesai

26
27
TIME OUT

28
29
SIGN OUT

30
Standar SKP 5

• Rumah sakit menerapkan kebersihan tangan (hand


hygiene) untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan
kesehatan.
• Menjadi Budaya ==> 5 momen dan 6 langkah
• Bagian dalam program PPI

31
Standar SKP 6
• Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi risiko
cedera pasien akibat jatuh
• Skrining rawat jalan
• Pengkajian rawat inap
• Tatalaksana risiko jatuh

32
33
KOMUNIKASI DAN EDUKASI
PENUTUP
• Komunikasi intrerprofesional penting, harus dipahami
semua profesi (PPA)
• Keberhasilan dalam proses Asuhan pasien
• Pencapaian kepuasan pasien dan keluarga
• Kualitas kerja dari semua PPA /antar profesi
• Kepuasan kerja
• Peningkatan mutu keselamatan pasien

35
36

Anda mungkin juga menyukai