Priatman, J. 2002. "Energi-Efficient Architecture" Paradigma Dan Manifestasi Arsitektur Hijau.
Priatman, J. 2002. "Energi-Efficient Architecture" Paradigma Dan Manifestasi Arsitektur Hijau.
”ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE”
PARADIGMA DAN MANIFESTASI ARSITEKTUR HIJAU
Jimmy Priatman
Staf Pengajar Fakultas Teknik dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Faktor energi menambah suatu pijakan baru untuk memahami perencanaan arsitektur secara lebih baik.
Tetapi sebenarnya, subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bukanlah suatu hal yang baru., karena tujuan
dari suatu disain adalah untuk meningkatkan kwalitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya. Dalam perspektif
lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan
energi yang perlu dilestarikan. Arsitektur Hemat Energi merupakan salah satu tipologi arsitektur yang ber-
orientasi pada konservasi lingkungan global alami. Makalah ini membahas eksistensi arsitektur hemat energi ini
dalam konteks wawasan arsitektur hijau (green architecture).
ABSTRACT
Energy adds a new standpoint from which to better understand building design. But the subject of study,
architecture and its environmental and social context, is not new. The objective of design is to improve the
quality of buildings and the environment. On broader perspective, the mentioned environment means global
environment encompasses earth, air, water and energy that are needed to be conserved. Energy-efficient
architecture is one of that architectural typology focuses on conservation of global environment. The paper
discusses the existence of energy-efficient architecture and its contextual to green architecture.
Keywords: Energy-efficient Architecture, Green Architecture.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 167
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 30, No. 2, Desember 2002: 167 - 175
seperti yang terdapat dalam arsitektur kwalitas tinggi seperti kaca, plastik,
gotik, renaisans, romaneski (iklim tekstil, fiberglass, serat optik.
temperate dan dingin), arsitektur • Kontrol lingkungan dicapai dengan
tradisional (iklim panas lembab). integrasi sistim penerangan artifisial
maupun alamiah dengan aplikasi teknologi
B. Arsitektur Industri (periode 1800-1900): tata cahaya, implementasi teknologi hemat
• Karakteristik periode ini adalah sumber energi untuk sistim tata udara dengan
daya berlimpah dan inovasi teknologi. keseluruhan sistim kontrol elektronik,
• Sistim struktur yang dikembangkan pada penggunaan material yang hemat energi,
masa ini adalah sistim rangka dengan peralatan building automation system
konstruksi baja maupun beton bertulang. dengan pengendalian komputer, dan
Modul dan bentang struktur menjadi lebih peralatan simulasi digital untuk mem-
lebar, pembukaan besar dengan prediksi konsumsi energi sepanjang tahun.
pengembangan teknologi material kaca, • Penampilan arsitektur dipelopori dengan
dinding bata ringan. langgam post-modern yang memberi
• Kontrol lingkungan menjadi lebih mudah tempat pada aspek iklim maupun budaya
dengan penemuan lampu menggantikan regional, ber karakter spesifik sesuai
penerangan alami, penemuan AC dengan konteks lokal, rekonseptualisasi
menggantikan penghawaan alami, tentang arti arsitektur ditengah lingkungan
penemuan bahan baku refrigeran freon global alami, kontemporer, inovasi disain
dalam sistim AC, penemuan elevator berorientasi pada energi, arsitektur sebagai
melengkapi tangga, penemuan dan obyek riset dan experimen empiris untuk
pengembangan peralatan mekanikal dan pengembangan teknologi efisiensi energi,
elektrikal yang mengandalkan energi disain sadar energi (energy conscious
disertai dengan pengembangan material design) mulai mendapat tempat dan
beton bertulang, baja, kaca, aluminium. parameter hemat energi mulai menjadi
• Penampilan arsitektur pada masa ini di salah satu kriteria dalam perancangan
dominasi oleh arsitektur modern dengan arsitektur.
paham internasionalismenya, dimana
bangunan arsitektur merupakan hasil
SISTIM OPERASIONAL BANGUNAN
produksi manufaktur industri. Komponen
komponen bangunan dapat di produksi Untuk mencapai kenyamanan thermal
secara masal dan dipergunakan dimana maupun visual dalam bangunan, kondisi
saja tanpa terlalu mempertimbangkan lingkungan internal (temperatur, kelembaban,
karakteristik iklim dan budaya lokal dan tingkat iluminasi) dapat diatur tanpa ataupun
minimalisasi ornamentasi. Karya arsitektur dengan menggunakan peralatan teknologi
pada masa ini mengandalkan konsumsi mekanikal elektrikal yang menggunakan energi
energi secara besar besaran baik pada dari sumber yang tidak dapat diperbarui, yaitu
masa pembangunannya maupun pada masa pembangkit listrik dari tenaga uap (minyak bumi,
operasionalnya. batu bara, gas alam yang merupakan sisa sisa
fosil yang telah punah).
C. Arsitektur Pasca Industri (sesudah periode Terdapat beberapa tingkat sistim opera-
1900): sional yang digunakan dalam bangunan dengan
• Karakteristik periode ini adalah keter- kategori berikut (menurut Worthington, J, 1997
batasan sumber daya dan pengembangan yang dikutip dari Yeang, Ken, 1999) :
teknologi lanjutan (advance technology ). • Sistim Pasif ( passive mode )
• Sistim struktur yang berkembang hingga Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa
sekarang adalah multi sistim, konstruksi ataupun minimal penggunaan peralatan ME
baja, beton pra-tekan, metal, gabungan (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang
(hybrid ) , modul dan bentang struktur tidak dapat diperbarui (non renewable
fleksibel dan lebar dengan konsekwensi resources)
pembukaan yang fleksibel pula. Ditunjang • Sistim Hybrid ( mixed mode)
pula dengan teknologi material lanjutan Sebagian tergantung dari energi (energy
yang menghasilkan material baru ber- dependent) atau sebagian dibantu dengan
penggunaan ME.
168 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
“ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI … (Jimmy Priatman)
• Sistim Aktif (active mode/ full mode) ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SEBAGAI
Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang MANIFESTO DISAIN SADAR ENERGI
bersumber dari energi yang tidak dapat
diperbarui (energy dependent) Pengaruh konteks energi dalam arsitektur
• Sistim Produktif (productive mode) sebenarnya sudah dipahami oleh para arsitek
Sistim yang dapat mengadakan/ membangkit- pada awal abad keduapuluh melalui kontribusi
kan energi nya sendiri (on-site energy) dari karya karyanya dalam gerakan arsitektur modern,
sumber daya yang dapat diperbarui dimana sebagai para perancang Bauhaus mereka
(renewable resources) misalnya pada sistim berpendapat bahwa karya disain arsitektur
sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor surya merupakan hasil akhir dari analisa rasional yang
(termosiphoning). diwujudkan melalui expresi formal dari proses
dan material konstruksi baru. Terbilang Walter
Interval kenyamanan yang akan dicapai dari Gropius dengan sun-tempered home, Keck
beberapa tingkat sistim operasional tersebut brothers dengan Crystal House, Buckminster
dapat dilihat pada skema berikut ini: Fuller dengan Dymaxion house yang berdasarkan
konsep efisiensi energi dan produksi industri, Le
Corbusier dengan proposal Mediterranean
House, dan kontribusi akademik dari Olgyay
bersaudara dalam publikasi ilmiahnya Design
with Climate memberikan justifikasi keterlibatan
para arsitek dalam isu efisienArsitektur Biokli-
matiksi energi, meskipun gaungnya teredam oleh
INTERVAL KENYAMANAN SISTIM OPERASIONAL
euforia revolusi industri dan international
movement dari arsitektur modern.
Dikutip dari: Yeang, Ken, The Green Skyscra- Embargo minyak 1973 merupakan suatu
per, p. 201. momen kebangkitan kesadaran energi dimana
Target konsumsi energi dari beberapa sistim eskalasi harga minyak bumi yang membubung
operasional bangunan dan keterkaitannya dengan menimbulkan dampak krisis energi pada negara
teknologi dapat dilihat pada skema berikut ini: negara maju yang energy dependent. Seluruh
potensi riset dan pengembangan dikerahkan
untuk mengatasi krisis tersebut yang tentunya
juga termasuk sektor bangunan gedung maupun
perumahan yang tentunya akan menentukan
perancangan arsitektur. Rekonseptualisi peran-
cangan arsitektur perlu dilakukan dengan per-
timbangan pertimbangan efisiensi energi,
mengingat 36-45% kebutuhan energi nasional
terserap dalam sektor bangunan. Krisis energi ini
ternyata memacu perkembangan arsitektur baru
TIPE TIPE SISTIM OPERASIONAL
dengan disain sadar energi (energy conscious
design) yang berdasarkan paradigmanya dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
• Arsitektur Bioklimatik
(Bioclimatic Architecture/Low Energy
Architecture)
Arsitektur yang berlandaskan pada pende-
katan disain pasif dan minimum energi dengan
memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk
menciptakan kondisi kenyamanan bagi peng-
huninya.
TARGET KONSUMSI ENERGI TIPE TIPE SISTIM
OPERASIONAL
Dicapai dengan organisasi morfologi
Dikutip dari: Yeang, Ken, The Green Skyscra- bangunan dengan metode pasif antara lain
per, p. 198, 201. konfigurasi bentuk massa bangunan dan peren-
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 169
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 30, No. 2, Desember 2002: 167 - 175
canaan tapak, orientasi bangunan, disain fasade, Arsitektur surya ini bertitik tolak dari
peralatan pembayangan, instrumen penerangan prinsip diversifikasi energi yang meng-eksplorasi
alam, warna selubung bangunan, lansekap sumber daya yang dapat diperbarui (renewable
horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah. energy).
Tercatat para arsitek pelopor disain
bioklimatik antara lain Ken Yeang, Norman
Foster, Renzo Piano, Thomas Herzog, Donald ARSITEKTUR HIJAU DAN
Watson, Jeffry Cook. HEMAT ENERGI
170 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
“ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI … (Jimmy Priatman)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 171
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 30, No. 2, Desember 2002: 167 - 175
172 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
“ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI … (Jimmy Priatman)
≤ 45W/m 2
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 173
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 30, No. 2, Desember 2002: 167 - 175
Kriteria OTTV untuk dinding fasade diatas “In this age of mass production when
dapat dipergunakan sebagai tolok ukur efisiensi everything must be planned and designed,
energi pada bangunan tinggi. Penelitian meng- design has become the most powerful tool
indikasikan bahwa semakin tinggi nilai OTTV, with which man shapes his tools and
semakin besar pula penggunaan energi yang environments. This demands high social and
diperlukan oleh sistim tata udara (pendinginan) moral responsibility from the designer “
pada bangunan tersebut. Disini diperlukan
kreativitas para perancang bangunan untuk Wells (Gentle Architecture, 1984) me-
menampilkan komposisi material masif maupun ngumandangkan hal yang sama bahwa ,
transparan , warna, tekstur dengan karakter “….if ever we needed great designers, it is
termalnya masing masing, silhoute terang dan now ! The environmental architecture of
gelap, pembayangan dan ratio kaca-dinding America is almost without exception
untuk memenuhi kriteria tersebut disamping depressingly ugly ……”
pertimbangan pertimbangan estetika umumnya. Disain bioklimatik dan ekologis sering
Pada contoh Gedung Graha Pangeran, diimplementasikan tanpa mengintegrasikan gaya
komposisi bentuk dan material selubung arsitektur. Sebenarnya kesempatan terbaik untuk
bangunan diambil sedemikian rupa melalui meningkatkan kinerja lingkungan suatu
modelling serangkaian kombinasi variabel bangunan terjadi pada masa masa proses disain.
variabel bentuk bangunan dan material yang Jelaslah bahwa kita harus membuat bangunan
harus memenuhi perhitungan OTTV yang bangunan tidak saja tanggap lingkungan namun
dipersyaratkan sehingga didapat hasil akhir juga menyenangkan secara estetika jika
sebagai berikut : diinginkan disain berwawasan lingkungan akan
OTTV DINDING BARAT = 39,38 W/M 2 bertahan lama. Para arsitek semasa studinya
OTTV DINDING TIMUR = 21,36 W/M 2 pernah mempelajari peraturan proporsi dan
OTTV DINDING UTARA = 23,84 W/M 2 langgam arsitektur klasik dari kuil kuil zaman
OTTV DINDING SELATAN = 19,30 W/M 2 purbakala. Sekarang bumi adalah kuil itu, dan
OTTV TOTAL = 24,20 W/M 2 peraturannya adalah bahwa kita tinggal dan
RTTV TOTAL = 24,25 W/M 2 hidup diantara batas batas keseimbangan
Energy Efficiency Index = 144,40 Kwh/M2 /Thn. sumberdaya dan energi dunia.
Adalah hal yang menarik untuk disimak,
dengan spesifikasi material sebagai berikut :
tepat pada masa dimana gerakan disain sadar
Material Cladding Aluminium Alpolic 3 mm: energi mulai tumbuh, suatu gerakan arsitektur
UW = 2,12 W/0 C.M2 lainnya juga muncul kepermukaan. Langgam
Material Kaca Cool-Lite Blue 6mm: postmodern merupakan suatu reaksi terhadap
Uf = 2,94 W/0 C.M2 kejemuan visual arsitektur modern, dimana
Koefisien Peneduh Kaca: langgam ini mengumandangkan kebangkitan
SC = 0,55 ornamen, warna dan karakteristik organisasi
Material Atap Beton: ruang dari masa sebelumnya. Postmoderisme
UR = 1,41 W/0 C.M2 menawarkan suatu kekayaan dan variasi yang
Ratio Kaca – Dinding Total: merupakan pelepasan yang diharapkan dari
WWR = 0,25 kungkungan arsitektur modern yang steril.
Faktor absorpsi dinding metal aluminium: Mungkin saja, arah arsitektur masa depan akan
α = 0,12 timbul sebagai kombinasi kekayaan visual
Beban Pendinginan AC rata rata : postmodernisme dengan kesadaran penggunaan
Cooling= 0,0365 TR/M2 Load energi. Ornamen dinding exterior postmoder-
nisme bisa saja merupakan suatu selubung
bangunan yang sensitif terhadap lingkungan
AGENDA KONSERVASI DALAM DISAIN iklimnya. Respons kontekstual bisa saja
ARSITEKTUR HEMAT ENERGI menampilkan estetika baru yang melibatkan
material baru yang “compatible” dengan
Tidak dapat diragukan lagi bahwa para iklimnya. Hal ini meminta para perancang
perancang memainkan peran sentral untuk mempunyai pengertian lebih dalam tentang
menjamin suatu masa depan yang berke- bagaimana bangunan menggunakan energi untuk
sinambungan. Papanek (1985) dalam bukunya: kebutuhan penghawaan dan penerangannya dan
Design for the Real World: Human Ecology and strategi pasif dengan pengolahan selubung
Social Change mengemukakan bahwa : bangunan untuk tujuan tersebut.
174 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
“ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” PARADIGMA DAN MANIFESTASI … (Jimmy Priatman)
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 175
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/