PERAWATAN PERENIUM
DISUSUN OLEH:
HASNIAH
1816301402
2020
19
Pokok bahasan : Post Natal Care (PNC)
Sub pokok bahasan : Perawatan luka episiotomi
Sasaran : Ibu Nifas
Waktu : 30 menit
Tempat : Klinik Bidan Ramlah Parjib 2
Hari/Tanggal : Rabu,14 Oktober 2020
Penyuluh : Hasniah
Mahasiswa
Kebidanan
I.Tujuan umum
Setelah mendapat penyuluhan ini,ibu mampu mengetahui tentang perawatan luka
perineum dan vulva hygiene
II.Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama, sasaran dapat :
a. Menyebutkan kembali pengertian perawatan luka perineum dan vulva hygiene
b. Menyebutkan kembali tujuan perawatan perineum
c.Menyebutkan kembali alat-alat untuk perawatan perineum
d. Menjelaskan cara kerja perawatan perineum
e. Menyebutkan cara cara perawatan vulva hygiene
f.faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum
III.Pokok Bahasa
“Post Natal Care (PNC)
A. PERAWATAN PERINEUM
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (sitti saleha,2009). Perawatan perineum adalah perawatan ibu
postpartum untuk memulihkan alat kandung seperti sebelum hamil.Perawatan
perineum adalah perawatan pada daerah kedua paha yang di batasi oleh vulva dan
anus pada ibu nifas (Naldhohatake,2009).
Jadi,perawatan perinium adalah perawatan antara vagina dan anus yang
mengalami robekan saat peroses persalinan alami.
B. TUJUAN
1. Rasa nyaman terpenuhi / bersih
2. Tidak terjadi infeksi
3. Nyeri berkurang
D.CARA KERJA
1. Melakukan cuci tangan
2. Mengatur posisi ibu yang nyaman : jika di tempat tidur posisi
semifowler/fowler, lutut ditekuk
3. Membuka baju bagian bawah
4. Membersihkan paha bagian atas dan keringkan ( kiri dan kanan )
5. Bersihkan lipatan bagian atas ( labia mayora ). Tangan kiri menarik lipatan ke
atas,tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan kulit. Usap dari
perineum kearah anus. Ulangi pada sisi yang berlawanan
7. Regangkan lipatan bagian atas ( labia mayora) dengan tangan kiri. Tangan
kananyang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan ( pubis ) ke lubang
tempatbuang air besar ( anus ) dengan satu kali usapan. Gunakan kapas yang
berbeda. Areayang dibersihkan yaitu lipatan bagian dalam ( labiaminora , klitoris
dan oripicium vagina).
8. Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan
9. Merubah posisi dengan posisi miring
10. Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada. Bersihkan dari arah
depan(vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan. Ulangi dengan kapas yang
berbeda sampai bersih
11. Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam. Celupkan pada
kassa steril ke dalam larutan bethadine, peras lembab dan tempelkan di daerah
perineum (bila ada jahitan) atau bila ada salep oleskan
12. Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian dirapihkan
13. Pakai pakaian bawah
14. Cuci tangan
3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam
penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan
glukosa darah meningkat.Dapat terjadi penipisan protein- kalori.
4. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan
perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu
yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
Menyutujui,
Pembimbing Akademik
Mahasiswa
Oleh :
Hasniah
Nim : 1816301402
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
BimbinganNya saya dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan dengan judul
“Asuhan Kebidanan Post Partum Seksio Caesarea Hari Ketujuh Pada Ny “ A”
P3A0 Usia 31 Tahun di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MD, MM selaku Ketua Yayasan ITKES Wiyata
Husada Samarinda
2. Bapak Ns.Edy Mulyono ,S.Pd., S.Kep. M.Kep, selaku Ketua ITKES Wiyata
Husada Samarinda
3. Ibu Chandra Sulistyorini, SST, M.Keb. selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan ITKES Wiyata Husada Samarinda. Terimakasih atas masukan dan
semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu
kebidanan.
4. Ibu Tuti Meihartati, SST., M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan juga kritik dan saran.
5. Ibu selaku pembimbing Iahan telah memberikan bimbingan dalam
memberikan asuhan dan penyelesaian Laporan.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah
saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa emudahkan setiap langkah-
langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya
untuk kita semua. Amin
Samarinda, Januari2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
1. Tujuan umum...........................................................................................2
2. Tujuan Khusus.........................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas ....................................................................................................4
B. Seksio Caesarea.............................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. S (Subyektif)..................................................................................................19
B. O (Obyektif)...................................................................................................22
C. A (Assesment)................................................................................................23
D. P (Planning)...................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................25
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................27
B. Saran..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan Persalinan nya berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan lewat vagina yang lebih lebih dikenal dengan persalinan alami
dan persalinan caesar atau section caesarea (Veibymiaty Sumelung, Dkk,
2014).
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan di mana irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2015).
WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah
caesar adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan
dinegara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya
dan 23% di Amerika Serikat (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Pada beberapa keadaan, tindakan Seksio Sesarea ini bisa
direncanakan atau diputuskan jauh-jauh sebelumnya. Operasi ini disebut
operasi sesarea elektif. Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan
ada masalah kesehatan pada ibu atau menderita suatu penyakit, sehingga
tidak memungkin untuk melahirkan secara normal (Purwoastuti, Dkk,
2015).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah
Seksio Sesarea yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain
cedera kandung kemih, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan
infeksi pada rahim. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab
infeksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka
(Norman, Dkk, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 dengan penerapan manajemen
asuhan kebidanan SOAP pada Ny. A Umur 31 Tahun P 3A0 di Klinik
Ramlah Parjib 2 Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengumpulan data dan analisis data dasar Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
b. Melaksanakan perumusan diagnosa/masalah pada pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
c. Melaksanakan perumusan diagnosa/masalah potensial pada Ibu
Post Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31
Tahun P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
d. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ibu Post Partum
Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun P 3A0 di
Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
e. Melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
f. Melaksanakan pendokumentasikan semua temuan dan tindakan
dalam asuhan kebidanan yang telah di laksanakan pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
Asuhan Kebidanan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program post partum care.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum adalah
mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi, seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Astutik, 2015: 2).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Roito H, dkk, 2013: 1).
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wahyuningsih (2018) tahapan masa nifas yaitu:
1) Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
2) Periode Early Postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
3) Periode Late Postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
4) Remote Puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit
atau komplikasi.
3. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
1) Involusi
Pengertian involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran,
tonus dan posisi sebelum hamil. Mekanisme involusi uterus secara
ringkas menurut Wahyuningsih (2018) adalah sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
estrogen saat pelepasan plasenta
c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil
yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena
penurunan hormon estrogen dan progesterone
d) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan
Tabel 2.1 Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Uteri (TFU) Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr
6 – 24 jam 2 – 3 jari di bawah pusat 600 gr
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Sukma, 2017
2) Pengeluaran Darah Pervaginam/Lochea
Pelepasan lapisan desidua mengakibatakan keluarnya cairan
uterus melalui vagina selama masa nifas yang disebut lochea
(Wahyuningsih, 2018). Jenis Lochea menurut Sukma (2017) yakni:
a) Lochea Rubra (Cruenta), ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir Rahim dalam
keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang
menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea Sanguinolenta: Warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa: Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba: Cairan putih yang terjadinya setelah 2 minggu.
e) Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan nanah busuk.
f) Locheotosis: Lochia tidak lancer keluarnya.
3) Perubahan Tanda-Tanda Vital
Perubahan tanda- tanda vital yang terjadi masa nifas menurut
Sukma (2017) yakni:
a) Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat
sedikit (37,5 – 38oC) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari
ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembekuan ASI.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena
adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
4) Perubahan Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5
hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing
penuh. Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi (Sukma, 2017).
5) Musculoskleletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi pulih kembali ke ukuran normal. Tidak jarang pula wanita
mengeluh kandungannya turun. Setelah melahirkan karena ligamen,
fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.
Dianjurkan untuk melakukan latihan atau senam nifas, bias dilakukan
sejak 2 hari post partum (Wahyuningsih, 2018).
6) Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan. Pada hormon
pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat
dipengerahui oleh factor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini
bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
(Sukma, 2017).
6) Keluarga Berencana
Ibu nifas dianjurkan untuk menunda kehamilannya minimal
selama 2 tahun, agar bayi memperoleh ASI selama 2 tahun.
Penjarangan kehamilan ibu juga bermanfaat untuk kesehatan ibu.
Perencanaan keluarga berencana dapat ditentukan oleh pasangan
suami istri (Sumiaty, 2018).
i. Perawatan Payudara
Menyusui dapat dimulai sehari setelah pembedahan. Jika
ibu yang bersangkutan memilih untuk tidak menyusui karena ada
hal lain, maka pemakaian penyangga payudara yang tidak menekan
biasanya dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
j. Pemulangan Dari Rumah Sakit.
Ibu dapat dipulangkan dengan aman pada hari keempat atau
kelima pasca persalinan, kecuali jika terjadi penyulit selama Masa
Nifas. Aktifitas ibu selama minggu berikutnya harus dibatasi pada
perawatan diri dan bayinya dengan bantuan. Evaluasi pasca salin
perta sebaliknya dilakukan tinga minggu setelah persalinan, bukan
6 minggu seperti cara tradisional.
k. Pemberian Antimikroba Profilaksis
Suatu Penelitian mengevaluasi intervensi terapi pada
kelompok perempuan nulipara beresiko tinggi yang menjalani
seksio sesarea akibat disproporsi sefalopelvik. Karena frekuensi
infeksi panggul adalah 85%, menganggap bahwa pemberian
antimikroba adalah pengobatan dan bukan profilaksis. Mereka
mengamati bahwa pemberian penisil ditambah gentamisin atau
sefamandol saja segera setelah tali pusat dijepit dan diikuti dua
pemebrian dosis dan obat yang sama dengan interval 6 jam
menyebabkan penurunan drastic morbiditas akibat infeksi. Saat ini
peneliti hanya memberikan dosis tunggal yaitu antimikroba
spektrum luas, misalnya sefalosporin atau penisil spektrum luas.
Regimen ini terbukti sama efektif, dan pemilihan anti mikroba
harus mempertimbangka beberapa hal, yaitu: alergi pasien,
ketersediaan obat, biaya dan kebiasaan dokter memakai obat yang
bersangkutan (Norman,dkk 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS
DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk rumah sakit
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi seksio sesarea
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 20 tahun. Dengan suami sekarang 11
tahun
3. Riwayat menstruasi
Menarche umur : 13 tahun
Siklus : 28 hari. Teratur/tidak.
Lama : 6 hari. Sifat darah: encer. Bau anyir
Fluor albus : ya/tidak.
Disminorrea : ya/tidak.
Banyaknya : ± 100 cc
HPM : 03 Januari 2019 HPL : 08 September 2020
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
P3Ab0Ah2
Hamil Persalinan Nifas
ke Tgl Umur Jenis Penolong Komplikasi JK Bb laktasi kompli
lahir kehamilan persalinan Ibu bayi lahir kasi
1 2008 38 Spontan Bidan P 2900 6 bln
Pil
6. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit, menurun
(Hipertensi, Diabetes Melitus, Jantung, Asma) dan penyakit menular
(HIV, dan TBC).
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit, menurun
(Hipertensi, Diabetes Melitus, Jantung, Asma) dan penyakit menular
(HIV, dan TBC).
7. Riwayat Kehamilan dan Pesalinan Terakhir
Masa Kehamilan : 38 minggu
Tempat persalinan : Rumah Sakit
Penolong : Dokter
Jenis persalinan : SC
Plasenta : Lengkap
19
a. Lahir : Manual
b. Ukuran/berat : ± 500 gr
c. Tali pusat : Panjang ± 50 cm
d. Kelainan : Tidak ada
Perineum : Utuh
Perdarahan : Kala I - cc
Kala II - cc
Kala III - cc
Kala IV - cc
Selama operasi ±250 cc
Tindakan lain : Infus RL
Tranfusi darah Tidak ada
Lama pesalinan : Operasi 30 menit
8. Kadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal/ Jam :10 - 07 - 2019 / 10.50 Wita
Masa gestasi : 38 minggu
BB/PB : 3700 gram/ 51 cm
Nilai APGAR : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit/ 2 jam: 7/ 8 / 9 / 10
Rawat Gabung : Tidak
9. Riwayat post partum
a. Ambulasi
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan, miring kiri pasca operasi
b. Pola tidur
Ibu mengatakan sudah bisa tidur setelah operasi
c. Pengalaman menyusui
Ibu mengatakan sebelumnya sudah menyusui bayinya
d. Pendapat ibu tentang bayinya
Ibu mengatakan sangat senang bayinya lahir dengan selamat meskipun
melalui operasi
e. Lokasi ketidaknyamanan
Ibu mengatakan lokasi ketidaknyamanan Bagian Perut
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : Stabil
c. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/ menit
Pernapasan : 23x/ menit
Suhu : 37o C
d. BB/TB : 64 kg/156 cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak ada
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat
Mulut : Simetris, bibir lembab, gigi tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Payudara
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : ASI
g. Abdomen
Dinding perut : Simetris
Bekas luka : Tidak ada
TFU :
Kandung kemih : Kosong
h. Ekstrmitas
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patela : Kanan, Kiri/ +,+
Kuku : Normal
i. Genetali luar
Odem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perenium : Tidak ada
Jahitan : Tidak ada
Pengeluaran lokhea : Tidak ada
Anus : Tidak ada hemeroid
2. Pemeriksaan penunjang
Tidak terkaji
ASSESSMENT
1. Diagnosis kebidanan
P3A0 Post Seksio Caesarea hari ke 7
2. Masalah
Nyeri luka bekas post SC
3. Kebutuhan
KIE perawatan luka bekas SC
4. Diagnosis potensial
Potensial terjadi infeksi pada luka operasi .
5. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
Tidak ada
b. Kolaborasi
Dokter
c. Merujuk
Tidak ada
PLANNING ( Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi )
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TD : 120/70 mmHg, N : 78x/ menit, R: 23x/
menit, Suhu : 37o C, BB/TB: 64 kg/156 cm
E/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu karena terputusnya kontinuitas jaringan
otot, dan serabut akibat dari rangsangan otot abdomen yang berlebihan saat operasi
dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga
timbulnya nyeri.
E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang,
seperti makanan yang mengandung protein : telur, tahu tempe, karbohidrat, dan
vitamin lainnya.
E/ Ibu bersedia menerapkannya
4. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut
minimal 3x sehari dan pakaian bila basah/ kotor.
E/ Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukan nya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup tidur siang 1-2 jam dan tidur malam
7-8 jam
E/ Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan akan menerapkannya.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
E/ Ibu bersedia menerapkannya.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi asam mefenamat 3 x
1, dan Vit A 2 x 1.
E/ Terapi sudah diberikan kepada ibu
8. Menganjurkan ibu untuk meminum obatnya secara rutin
E/ ibu bersedia menerapkannya
9. Mendokumentasikan hasil tindakan ke dalam rekam medic
E/ Hasil sudah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penuis dapat merumuskan simpulan dan saran dalam laporan asuhan
kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Post Partum Seksio Casarea Hari
Ketujuh pada Ny “A” P2A0 Usia 31 Tahun di Klinik Ramlah Parjib 2
Samarinda” serta memberikan saran terhadap asuhan yang diberikan.
A. Simpulan
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny ”A” Post Partum Seksio
Caesarea Hari Ketujuh dengan keluhan nyeri bekas luka operasi sc di
Puskesmas Remaja Samarinda
2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah aktual pada Ny ”A” di
Puskesmas Remaja Samarinda pengumpulan dari data subjektif, dan data
objektif sehingga didapatkan diagnosa kebidanan pada Ny “A” nyeri bekas
luka operasi seksio caesarea.
3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah potensial pada Ny ”A”
dengan nyeri bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja
Samarinda dengan diagnosa potensial terjadinya infeksi bekas luka seksio
caesarea.
4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera pada Ny ”A” dengan nyeri
bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja Samarinda dengan
hasil bahwa dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan
tindakan dan pemberian terapi obat.
5. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Ny ”A”
dengan nyeri bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja
Samarinda dengan hasil yaitu semua tindakan dapat dilaksanakan seluruhnya
dengan baik tanpa adanya hambatan.
B. Saran
Melihat efek yang ditimbulkan Bendungan ASI yang berdampak buruk baik
pada ibu dan bayi, maka perlu diberikan tindakan yang tepat dan segera untuk
mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, adapun penulis sarankan sebagai
berikut:
1. Untuk Klien
a. Diharapkan pada setiap ibu Post Seksio Sesarea (SC) agar senantiasa
menjaga kebersihan diri terutama pada daerah bekas operasi agar luka
tidak terkena kotoran untuk mencegah timbulnya infeksi.
b. Diharapkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi seperti
sayuran hijau, lauk-pauk dan buah, dengan memperhatikan makanan yang
bergizi agar ibu sehat sehingga akan membantu luka cepat kering dan
sembuh.
2. Untuk Bidan
a. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung
jawaban apabila ada gugatan.
b. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain
(dokter, perawat, dan sesama bidan) agar proses berjalan dengan mudah.