Anda di halaman 1dari 41

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN PERENIUM

DISUSUN OLEH:

HASNIAH

1816301402

PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA


SAMARINDA

2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN

19
Pokok bahasan                        : Post Natal Care (PNC)
Sub pokok bahasan                 : Perawatan luka episiotomi
Sasaran                                    : Ibu Nifas
Waktu                                    : 30 menit
Tempat                                    : Klinik Bidan Ramlah Parjib 2
Hari/Tanggal                          : Rabu,14 Oktober 2020
Penyuluh                                : Hasniah
Mahasiswa
Kebidanan                                                 
I.Tujuan umum                       
Setelah mendapat penyuluhan ini,ibu mampu mengetahui tentang perawatan luka
perineum dan vulva hygiene

II.Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama, sasaran dapat :
a. Menyebutkan kembali pengertian perawatan luka perineum dan vulva hygiene
b. Menyebutkan kembali tujuan perawatan perineum
c.Menyebutkan kembali alat-alat untuk perawatan perineum
d. Menjelaskan cara kerja perawatan perineum
e. Menyebutkan cara cara perawatan vulva hygiene
f.faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum

III.Pokok Bahasa
“Post Natal Care (PNC) 

IV.Sub Pokok Bahasa


a.Pengertian perawatan luka perineum dan vulva hygiene
b.Tujuan perawatan luka perineum
c.Alat –alat untuk perawatan luka perineum
d.Cara kerja perawatan luka perineum
e.Cara-caraperawatan vulvahygiene
f.Faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum

V.Media dan Alat Bantu


Leaflet
VI.Metode
Ceramah dan Tanya jawab
VII.KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan klien Metode


Pendahuluan 5 menit
Memberi salam §Menjawab salam Ceramah
§Mendengarkan dan     tanya
Memperkenalkan diri dan jawab
§ Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan dan pokok
materi yang akan
disampaikan §Menjawab
§ Menggali pengetahuan pertanyaan
pasien dan keluarga
pasien tentang perawatan
luka episiotomy,
perawatan perineum dan
vulva hygiene
Penyajian 15 menit1.     Menyebutkan Ceramah
pengertian perawatan §Mendengarkan dan      tany
luka perineum dan vulva dan a jawab
hygiene memperhatikan
2.     Menyebutkan tujuan §Mengajukan
perawatan perineum  pertanyaan
3.     Menyebutkan alat-alat
untuk perawatan
perineum
4.     Menjelaskan cara kerja
perawatan perineum
5.     Menyebutkan cara cara
perawatan vulva
6.      Faktoryang
mempengaruhi
perawatan perineum
Penutup 10 menit § Penegasan materi §Menjawab Tanya
§Memberikanpertanyaan pertanyaan yang jawab
pada pendengar tentang diberikan oleh
materi yang telah penyuluh
disampaikan
§ Menutup acara dan
mengucapkan salam §Membalas salam
MATERI PENYULUHAN

A.    PERAWATAN PERINEUM 
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (sitti saleha,2009). Perawatan perineum adalah perawatan ibu
postpartum untuk memulihkan alat kandung seperti sebelum hamil.Perawatan
perineum adalah perawatan pada daerah kedua paha yang di batasi oleh vulva dan
anus pada  ibu nifas (Naldhohatake,2009).
Jadi,perawatan perinium adalah perawatan antara vagina dan anus yang
mengalami robekan  saat peroses persalinan alami.

B. TUJUAN 
1. Rasa nyaman terpenuhi / bersih 
2. Tidak terjadi infeksi 
3. Nyeri berkurang 

C. ALAT-ALAT PERAWATAN PERINEUM 


1.Betadine
2.Kassa steril
3. Pembalut bersih
4. Air cebok anti septik/air rebusan daun sirih 
5. Celana dalam yang bersih 

D.CARA KERJA 
1.      Melakukan cuci tangan 
2.      Mengatur posisi ibu yang nyaman : jika di tempat tidur posisi
semifowler/fowler, lutut ditekuk
3.      Membuka baju bagian bawah
4.      Membersihkan paha bagian atas dan keringkan ( kiri dan kanan )
5.      Bersihkan lipatan bagian atas ( labia mayora ). Tangan kiri menarik lipatan ke
atas,tangan kanan membersihkan dengan hati-hati lipatan kulit. Usap dari
perineum kearah anus. Ulangi pada sisi yang berlawanan 
7.      Regangkan lipatan bagian atas ( labia mayora) dengan tangan kiri. Tangan
kananyang lain membersihkan dari area bagian atas lipatan ( pubis ) ke lubang
tempatbuang air besar ( anus ) dengan satu kali usapan. Gunakan kapas yang
berbeda. Areayang dibersihkan yaitu lipatan bagian dalam ( labiaminora , klitoris
dan oripicium vagina).
8.      Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan
9.      Merubah posisi dengan posisi miring
10.  Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada. Bersihkan dari arah
depan(vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan. Ulangi dengan kapas yang
berbeda sampai bersih 
11.  Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam. Celupkan pada
kassa steril ke dalam larutan bethadine, peras lembab dan tempelkan di daerah
perineum (bila ada jahitan) atau bila ada salep oleskan
12.  Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian dirapihkan
13.  Pakai pakaian bawah
14.  Cuci tangan

E. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN 


1.      Menjaga perineum selalu bersih dan kering
2.      Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
3.      Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali perhari
4.      Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan (jika ada luka
episiotomi).Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami gejala-gejala seperti
demam, mengeluarkan cairan yang berbau bususk dari daerah lukanya atau jika
daerah tersebut menjadi nyeri 

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWATAN PERINEUM 


1.        Gizi 
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
2.        Obat-obatan
a.         Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon
inflamasi normal.
b.        Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c.         Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan
setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular. 

3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam
penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan
glukosa darah meningkat.Dapat terjadi penipisan protein- kalori.
4. Sarana prasarana 
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan
perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan 
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya
kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu
yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. 

PERAWATAN PERINEUM YANG DILAKUKAN DENGAN BAIK DAPAT 


MENGHINDARKAN HAL BERIKUT INI :
1.Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.
2.Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupunpada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3.Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah
(Suwiyoga, 2004)

Menyutujui,
Pembimbing Akademik
Mahasiswa

Tuti Meihartati, SST ,M.Kes


HASNIAH NIDN.0805058503
NIM.1816301402

NO TANGGAL MATERI REVISI PARAF


KONSUL
ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM SEKSIO CAESAREA ( SC )
HARI KETUJUH PADA NY “A” P3A0 USIA 31 TAHUN
DI KLINIK RAMLAH PARJIB 2 SAMARINDA

Oleh :

Hasniah
Nim : 1816301402

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
BimbinganNya saya dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan dengan judul
“Asuhan Kebidanan Post Partum Seksio Caesarea Hari Ketujuh Pada Ny “ A”
P3A0 Usia 31 Tahun di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MD, MM selaku Ketua Yayasan ITKES Wiyata
Husada Samarinda
2. Bapak Ns.Edy Mulyono ,S.Pd., S.Kep. M.Kep, selaku Ketua ITKES Wiyata
Husada Samarinda
3. Ibu Chandra Sulistyorini, SST, M.Keb. selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan ITKES Wiyata Husada Samarinda. Terimakasih atas masukan dan
semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap ilmu
kebidanan.
4. Ibu Tuti Meihartati, SST., M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan juga kritik dan saran.
5. Ibu selaku pembimbing Iahan telah memberikan bimbingan dalam
memberikan asuhan dan penyelesaian Laporan.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah
saya perbuat. Semoga Allah SWT senantiasa emudahkan setiap langkah-
langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya
untuk kita semua. Amin

Samarinda, Januari2020

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
1. Tujuan umum...........................................................................................2
2. Tujuan Khusus.........................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas ....................................................................................................4
B. Seksio Caesarea.............................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. S (Subyektif)..................................................................................................19
B. O (Obyektif)...................................................................................................22
C. A (Assesment)................................................................................................23
D. P (Planning)...................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................25
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................27
B. Saran..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan Persalinan nya berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan lewat vagina yang lebih lebih dikenal dengan persalinan alami
dan persalinan caesar atau section caesarea (Veibymiaty Sumelung, Dkk,
2014).
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan di mana irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim
(histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya
dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2015).
WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah
caesar adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan
dinegara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya
dan 23% di Amerika Serikat (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Pada beberapa keadaan, tindakan Seksio Sesarea ini bisa
direncanakan atau diputuskan jauh-jauh sebelumnya. Operasi ini disebut
operasi sesarea elektif. Kondisi ini dilakukan apabila dokter menemukan
ada masalah kesehatan pada ibu atau menderita suatu penyakit, sehingga
tidak memungkin untuk melahirkan secara normal (Purwoastuti, Dkk,
2015).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah
Seksio Sesarea yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain
cedera kandung kemih, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan
infeksi pada rahim. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab
infeksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka
(Norman, Dkk, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 dengan penerapan manajemen
asuhan kebidanan SOAP pada Ny. A Umur 31 Tahun P 3A0 di Klinik
Ramlah Parjib 2 Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengumpulan data dan analisis data dasar Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
b. Melaksanakan perumusan diagnosa/masalah pada pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
c. Melaksanakan perumusan diagnosa/masalah potensial pada Ibu
Post Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31
Tahun P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
d. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ibu Post Partum
Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun P 3A0 di
Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
e. Melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.
f. Melaksanakan pendokumentasikan semua temuan dan tindakan
dalam asuhan kebidanan yang telah di laksanakan pada Ibu Post
Partum Pada Sesarea (SC) Hari Ke 7 pada Ny. A Umur 31 Tahun
P3A0 di Klinik Ramlah Parjib 2 Samarinda.

C. Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
Asuhan Kebidanan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program post partum care.

2. Manfaat bagi institusi


Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan
proses asuhan kebidanan pada ibu Post Partum Sesarea
3. Manfaat ilmiah
Sebagai bahan informasi bagi tenaga bidan di dalam menangani Ibu
Post Partum Sesarea

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1. Pengertian masa nifas
Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum adalah
mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi, seluruh otot genitalia baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Astutik, 2015: 2).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Roito H, dkk, 2013: 1).
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wahyuningsih (2018) tahapan masa nifas yaitu:
1) Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
2) Periode Early Postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
3) Periode Late Postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
4) Remote Puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit
atau komplikasi.
3. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
1) Involusi
Pengertian involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran,
tonus dan posisi sebelum hamil. Mekanisme involusi uterus secara
ringkas menurut Wahyuningsih (2018) adalah sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
estrogen saat pelepasan plasenta
c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil
yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena
penurunan hormon estrogen dan progesterone
d) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan
Tabel 2.1 Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Uteri (TFU) Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir Dua jari bawah pusat 750 gr
6 – 24 jam 2 – 3 jari di bawah pusat 600 gr
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Sukma, 2017
2) Pengeluaran Darah Pervaginam/Lochea
Pelepasan lapisan desidua mengakibatakan keluarnya cairan
uterus melalui vagina selama masa nifas yang disebut lochea
(Wahyuningsih, 2018). Jenis Lochea menurut Sukma (2017) yakni:
a) Lochea Rubra (Cruenta), ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir Rahim dalam
keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang
menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea Sanguinolenta: Warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa: Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba: Cairan putih yang terjadinya setelah 2 minggu.
e) Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan nanah busuk.
f) Locheotosis: Lochia tidak lancer keluarnya.
3) Perubahan Tanda-Tanda Vital
Perubahan tanda- tanda vital yang terjadi masa nifas menurut
Sukma (2017) yakni:
a) Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat
sedikit (37,5 – 38oC) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari
ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembekuan ASI.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali
permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena
adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
4) Perubahan Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan
kapasitasnya akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5
hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing
penuh. Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi (Sukma, 2017).
5) Musculoskleletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.
Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi pulih kembali ke ukuran normal. Tidak jarang pula wanita
mengeluh kandungannya turun. Setelah melahirkan karena ligamen,
fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor.
Dianjurkan untuk melakukan latihan atau senam nifas, bias dilakukan
sejak 2 hari post partum (Wahyuningsih, 2018).
6) Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan. Pada hormon
pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat
dipengerahui oleh factor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini
bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
(Sukma, 2017).

7) Penurunan Berat Badan


Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, plasenta dan air ketuban dan pengeluaran darah
saat persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu
kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar
mempunyai kecenderungan tetap akan lebih berat daripada
sebelumnya rata-rata 1,4 kg (Wahyuningsih, 2018).
8) Perubahan Payudara
Pada saat kehamilan payudara menjadi besar ukurannya bisa
mencapai 800 gr, keras dan menghitam pada areola mammae di
sekitar puting susu. Segera menyusui bayi segerai setelah melahirkan
melalui proses inisiasi menyusu dini (IMD), walaupun ASI belum
keluar lancar, namun sudah ada pengeluaran kolostrum. Proses IMD
ini dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Setelah
melahirkan, kelenjar pituitary akan mengeluarkan hormon prolaktin
(hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap putting, reflek saraf
merangsang kelenjar posterior hipofisis untuk mensekresi hormon
oksitosin (Wahyuningsih, 2018).
9) Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
a) Taking in Period (Masa ketergantungan)
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami.
b) Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c) Leting go period
Dialami setelah tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “ibu” dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung padanya.
4. Kebutuhan Masa Nifas
1) Nutrisi dan cairan
Nutrisi dan cairan sangat penting pada masa postpartum karena
berpengaruh pada proses laktasi dan involusi. Makan dengan diet
seimbang, tambahan kalori 500-800 kal/ hari. Makan dengan diet
seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk
menambah zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan
(Sukma, 2017). Menurut Wahyuningsih (2018) vitamin A, digunakan
untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan saraf
penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber
vitamin A seperti sayur-sayuran, wortel, kacang-kacangan. Ibu juga
mendapat tambahan kapsul vitamin A (200.000 IU).
2) Eliminasi
Menurut Waryuningsih (2018) adalah sebagai berikut:
a) Miksi
Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air
kecil spontan setiap 3-4 jam. Sebaiknya BAK dilakukan oleh ibu
sendiri secara spontan. Bila tidak dapat BAK secara spontan,
dilakukan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di
dekat klien dan mengompres air hangat di atas simpisis. Apabila
tindakan di atas tidak berhasil, yaitu selama selang waktu 6 jam
tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi. Namun dari tindakan
ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing.
b) Defekasi
Agar BAB dapat dilakukan secara teratur dapat dilakukan
dengan diit teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang cukup
serat dan olah raga. Jika sampai 3 hari nifas ibu belum bisa BAB,
maka perlu diberikan supositoria dan minum air hangat.
3) Istirahat
Seorang ibu nifas biasanya mengalami sulit tidur, karena adanya
perasaan ambivalensi tentang kemampuan merawat bayinya. Merasa
karena beban kerja bertambah karena merasa memiliki tanggung
jawab terhadap bayinya. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan. Ibu dapat mulai melakukan kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, dan ibu pergunakan waktu istirahat
dengan tidur di siang hari. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi ketidakmampuan untuk merawat
bayi sendiri dan dirinya (Wahyuningsih, 2018).
4) Ambulasi
Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat
tidur, tergantung kepada keadaan klien, namun dianjurkan pada
persalinan normal klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam
postpartum. Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa
lebih sehat dan kuat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Ibu
juga dapat merawat anaknya (Sukma, 2017)
5) Personal Hygiene
Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir
sebelum dan sesudah membersihkan genetalianya, mengganti
pembalut minimal 2 kali per hari atau saat pembalut mulai kotor dan
tampak basah sertamenggunakan pakaian dalam yang bersih.
Hendaknya mandi 2 kali per hari. Pada ibu nifas normal, ibu dapar
mandi setelah 2 jam postpartum (Sumiaty, 2018).

6) Keluarga Berencana
Ibu nifas dianjurkan untuk menunda kehamilannya minimal
selama 2 tahun, agar bayi memperoleh ASI selama 2 tahun.
Penjarangan kehamilan ibu juga bermanfaat untuk kesehatan ibu.
Perencanaan keluarga berencana dapat ditentukan oleh pasangan
suami istri (Sumiaty, 2018).

5. Kunjungan Masa Nifas


Kebijakan program Nasional masa nifas menetapkan sedikitnya 4
kali melakukan kunjungan pada masa nifas yang bertujuan untuk menilai
kondisi ibu, mencegah penyulit dan komplikasi, mendeteksi penyulit dan
komplikasi dan menangani penyulit dan komplikasi (Handayani, 2016).

B. Tinjauan Khusus Tentang Seksio Sesarea (SC)


1. Definisi
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan
Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi. Seksio Sesarea
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina
tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya
(Purwoastuti, Dkk, 2015).

2. Klasifikasi operasi Seksio Sesarea (SC)


Ada beberapa jenis Seksio Sesarea (SC), yaitu diantaranya :
a. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi.
Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan saat ini karena
sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi.
b. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum
dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan
risiko terjadinya perdarahandan cepat penyembuhanya.
c. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengankatan
rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan
yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan
dari rahim.
d. Bentuk lain dari Seksio Sesarea (SC) seperti extraperitoneal CS
atau Porro CS (Purwoastuti, Dkk, 2015).
3. Indikasi
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan Seksio Sesarea (SC)
ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan
risiko kepada sang ibu atau bayi. adapun hal-hal yang dapat menjadi
pertimbangan disaran nya bedah caesar antar lain :
a. Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada plasenta previa terutama pada
primigravida, primi para tua disertai letak ada, disproporsi sefalo
pelvic (disproporsi janin/panggul, sejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, solusio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, atas permintaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM, gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin Fetal distress/gawat janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi (Ralph Benson, Dkk, 2013).
4. Komplikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2011) komplikasi yang mungkin
timbul dalam Post Seksio Sesarea (SC) :
a. Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi
dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2
dengan akibat terjadi kematian nya.
Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi merupakan penyebab
terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi pada 24 jam pertama
pascabedah, sepsis, neurogenik dan kardiogenik, atau kombinasi antara
berbagai sebab tersebut. Gejala-gejalanya ialah nadi dan pernafasan
meningkat, tensi menurun, oliguri, penderita gelisah, eksteremitas dan
muka dingin, serta warna kulit keabuabuan. Dalam hal ini sangat
penting untuk membuat diagnosis sedini mungkin yang dikenal dengan
sistem peringatan dini (early warning system), karena jika terlambat,
perubahanya sudah tidak dapat dipengaruhi lagi.
b. Gangguan Saluran Kemih
Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran
air seni perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang,
ada kemungkinan oliguri atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen
seringkali dapat menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya
supaya penderita dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa
dilakukan kateterisasi.
c. Infeksi Saluran Kemih
Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada
penderitapenderita yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita
menderita panas dan seringkali menderita nyeri pada saat berkemih,
dan pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan dengan kateter atau
sebagai midstream urine) mengandung leukosit dalam kelompok. Hal
ini dapat segera diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase.
d. Distensi Perut
Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan
tetapi,setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan tetapi,
ada kemungkinan bahwa distensi bertambah, terdapat timpani diatas
perut pada periksa ketok, serta penderita merasa mual dan muntah.
e. Infeksi puerperal
Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti
Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.
f. Terbukanya Luka Operasi Eviserasi
Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka
tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras,
serta mengalami infeksi.
5. Perawatan Post Seksio Sesarea (SC)
Perawatan Post Seksio Sesarea (SC) sangat diperlukan untuk
mengembalikan kondisi kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun
perawatan Post Seksio Sesaria (SC) yang harus dilakukan oleh bidan
yaitu diantaranya:
a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah
urine yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah
perdarahan selama operasi.
b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada
lembar laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score
dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh
operator.
c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang
tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran
jumlah produksi urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan
terperinci yang mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian,
dan waktu atau jam pemberian.
d. Nasihat dan konseling Post Seksio Sesarea (SC)
1) Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai
dan sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa
yang diharapkan, minimal mencangkup 24 jam post operasi.
Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan
keadaan operasi. Risiko fungsi reproduksi pasien dan
kehamilan/persalinan yang akan datang, alat kontrasepsi yang
akan digunakan. Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan
waktu pasien dapat dupulangkan, sertakan keluarganya untuk
ikut mengawasi pasien, khusus terhadap risikko fungsi
reproduksi berupa bekas Seksio Sesarea (SC).
2) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu
mengenai keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin,
panjang badan, berat badan dan keadaan bayi. Risiko fungsi
repsroduksi, kehamilan dan persalinan yang akan datang.
Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan
kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga
pasien memahami, menerima dan dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai serta jelaskan kembali risiko yang
dihadapi oleh pasien, berikan cukup waktu untuk berdiskusi
hingga diyakini bahwa pasien telah cukup mengerti dan paham
(Siti Nunung, Dkk, 2013).
Adakalanya dokter akan memantau kondisi terakhir
pasiennya, dan apabila dinyatakan sudah stabil, maka pihak
medis tentunya akan memperbolehkan untuk pulang. Pastikan
pula untuk melakukan check up secara rutin untuk memeriksa
kondisi terkini si ibu (Purwoastuti, Dkk, 2015).

6. Asuhan Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)


Setelah pasca operasi, ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena
pada tahap ini ibu sangat rentang terhadap infeksi akibat perlukaan
karena persalinan. Dengan memberikan asuhan dan pemantauan
khusus pada ibu pasca operasi maka kemungkinan terjadinya infeksi
pada klien lebih rendah.
a. Pemberian cairan intravena
Kebutuhan cairan intravena, termasuk darah selama dan
setelah seksio sangat bervariasi.cairan yang diberikan secara
intravena terdiri dari larutan Ringer Laktat atau larutan sejenis dan
Dekstrosa 5% dalam air. Biasanya diberikan dalam 1-2 liter cairan
yang mengandung elektrolit seimbang selama dan segera setelah
operasi.
b. Ruang pemulihan
Di ruang pemulihan, jumlah perdarahan dari vagina harus
dipantau dengan ketat, dan fundus harus sering diperiksa dengan
palpasi, dengan palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi kuat. Balutan tebal dengan banyak plester dapat
mengganggu palpasi dan pemijatan fundus serta menimbulkan rasa
tidak nyaman kemudiaan saat plester, dan mungkin kulit diangkat.
Ibu didorong untuk bernapas dalam dan batuk. Setelah ibu sadar
penuh, perdarahan minimal, tekanan darah memuaskan, dan aliran
urine paling tidak 30 ml per jam, pasien dapat dipulangkan ke
kamarnya.
c. Pemberian analgesik (Anti nyeri).
Untuk ibu dengan ukuran tubuh rata-rata, diberikan
meperidin 75 mg, atau morfin 10 mg secara intramuskulus sampai
sesering tiap 3 jam untuk menghilangkan rasa nyaman. Jika
bertubuh kecil, mungkin diperlukan meperidin 50 mg atau jika
besar, 100 mg. Suatu antiemetic (misalnya prometazin 25 mg)
biasanya diberikan betsama narkotik. Metode pemberian analgetik
lainya misalnya pemberian narkotik epidural pasca partum atau
analgesik yang dikontrol oleh pasien sedang dievaluasi dengan
hasil awal yang menjajikan.
d. Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, jumlah urin, dan fundus uteri
diperiksa paling tidak setiap jam selama 4 jam. Setiap kelainan
dilaporkan. Setelah itu, selama 24 pertama, hal-hal diatas
bersamaan dengan suhu, diperiksa setiap 4 jam.
e. Terapi Cairan Dan Makanan
Secara umum, 3 liter cairan, termasuk Ringer Laktat
seyogianya adekuat untuk pembedahan dan 24 jam pertama
sesudahnya. Namun, jika pengeluarna urine kurang dari 30 ml per
jam, pasien harus segera dievaluasi kembali. Penyebab oligouria
dapat beragam mulai dari pengeluaran darah yang tidak diketahui
sampai efek antidiuretik infus oksitosin.
Jika tidak terjadi manipulasi intra-abdomen yang ekstensi
atau sepsis, ibu yang seyogiyanya mampu menerima cairan per oral
sehari setelah pembedahan. Jika tidak mampu, cairan intravena
dilanjutkan atau diulang. Pada hari kedua setalah pembedahan ,
sebagian besar ibu dapat menerima makan biasa.
f. Kandung Kemih Dan Usus
Kateter umunya dapat dilepas dari kandung kemih 12 jam
setelah operasi atau, yang lebih menyenangkan, pagi hari setelah
operasi. Kemampuan ibu mengosongkan kandung kemihnya
sebelum terjadi peregangan yang berlebihan harus dipantau seperti
pada persalinan pervaginam. Bising usus biasanya tidak terdengar
pada hari pertama pembedahan, samar-samar pada hari kedua, dan
aktif pada hari ketiga. Pada hari kedua dan ketiga pasca operasi,
dapat timbul nyeri gas akibat gerakan usus yang tidak
terkoordinasi. Supositoria rectum biasanya dapat memicu defekasi,
jika tidak ibu harus diberi anema.
g. Ambulasi
Umumnya, sehari setelah pembedahan, pasien harus turun
sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling tidak dua kali.
Lama waktu ambulasi Post Seksio Sesarea (SC) dengan general
anastesi dan regional anastesi cenderung sama. Selisih rata-rata
lama waktu ambulasi dini hanya 2 jam 40 menit (Umi Solikhah,
2011).
h. Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit secara rutin diukur pada pagi hari setelah
pembedahan. Hemotokrit diperiksa lebih dini jika terjadi
pengeluaran darah berlebihan atau terjadi oliguria atau tanda-tanda
yang lain yang mengisyaratkan hipovolemia. Jika hematokrit
menurun secara signifikan dari kadar praoperasi, pemeriksaan
diulang, dan dilakukan penelitian untuk menentukan penyebab
penurunan tersebut. jika hematokrit yang rendah itu tetap stabil,
ibu yang bersangkutan tersebut dapat pulang tanpa kesulitan. Jika
kecil kemungkinanya terjadi pengeluarn darah lebih kanjut, terapi
besi untuk memperbaiki gangguan hematologik lebih dianjurkan
dari pada transfusi.

i. Perawatan Payudara
Menyusui dapat dimulai sehari setelah pembedahan. Jika
ibu yang bersangkutan memilih untuk tidak menyusui karena ada
hal lain, maka pemakaian penyangga payudara yang tidak menekan
biasanya dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
j. Pemulangan Dari Rumah Sakit.
Ibu dapat dipulangkan dengan aman pada hari keempat atau
kelima pasca persalinan, kecuali jika terjadi penyulit selama Masa
Nifas. Aktifitas ibu selama minggu berikutnya harus dibatasi pada
perawatan diri dan bayinya dengan bantuan. Evaluasi pasca salin
perta sebaliknya dilakukan tinga minggu setelah persalinan, bukan
6 minggu seperti cara tradisional.
k. Pemberian Antimikroba Profilaksis
Suatu Penelitian mengevaluasi intervensi terapi pada
kelompok perempuan nulipara beresiko tinggi yang menjalani
seksio sesarea akibat disproporsi sefalopelvik. Karena frekuensi
infeksi panggul adalah 85%, menganggap bahwa pemberian
antimikroba adalah pengobatan dan bukan profilaksis. Mereka
mengamati bahwa pemberian penisil ditambah gentamisin atau
sefamandol saja segera setelah tali pusat dijepit dan diikuti dua
pemebrian dosis dan obat yang sama dengan interval 6 jam
menyebabkan penurunan drastic morbiditas akibat infeksi. Saat ini
peneliti hanya memberikan dosis tunggal yaitu antimikroba
spektrum luas, misalnya sefalosporin atau penisil spektrum luas.
Regimen ini terbukti sama efektif, dan pemilihan anti mikroba
harus mempertimbangka beberapa hal, yaitu: alergi pasien,
ketersediaan obat, biaya dan kebiasaan dokter memakai obat yang
bersangkutan (Norman,dkk 2011).
BAB III
TINJAUAN KASUS

NO. REGISTER : 01-53-1432


MASUK RS TANGGAL, JAM : 17-09-2020 / 10.00 WITA
DIRAWAT DIRUANG : VK

BIODATA Ibu Suami


Nama : Ny. A : Tn. S
Umur : 31 Tahun : 32 Tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/bangsa : Jawa/ WNI : Jawa/WNI
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Swasta
Alamat : Jl. Gatot Subroto :-
No.telpon/hp : 0853 xxxx xxxx :-

DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk rumah sakit
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi seksio sesarea
2. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 20 tahun. Dengan suami sekarang 11
tahun
3. Riwayat menstruasi
Menarche umur : 13 tahun
Siklus : 28 hari. Teratur/tidak.
Lama : 6 hari. Sifat darah: encer. Bau anyir
Fluor albus : ya/tidak.
Disminorrea : ya/tidak.
Banyaknya : ± 100 cc
HPM : 03 Januari 2019 HPL : 08 September 2020
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
P3Ab0Ah2
Hamil Persalinan Nifas
ke Tgl Umur Jenis Penolong Komplikasi JK Bb laktasi kompli
lahir kehamilan persalinan Ibu bayi lahir kasi
1 2008 38 Spontan Bidan P 2900 6 bln

2 2015 38 Spontan Bidan L 3200 6 bln

3 10/7/19 38 SC Dokter L 3700

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan.

No Jenis kontrasepsi Mulai Memakai Berhenti / Ganti cara


Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
SKB 1 bulan

Pil

6. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit, menurun
(Hipertensi, Diabetes Melitus, Jantung, Asma) dan penyakit menular
(HIV, dan TBC).
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit, menurun
(Hipertensi, Diabetes Melitus, Jantung, Asma) dan penyakit menular
(HIV, dan TBC).
7. Riwayat Kehamilan dan Pesalinan Terakhir
Masa Kehamilan : 38 minggu
Tempat persalinan : Rumah Sakit
Penolong : Dokter
Jenis persalinan : SC
Plasenta : Lengkap

19
a. Lahir : Manual
b. Ukuran/berat : ± 500 gr
c. Tali pusat : Panjang ± 50 cm
d. Kelainan : Tidak ada
Perineum : Utuh
Perdarahan : Kala I - cc
Kala II - cc
Kala III - cc
Kala IV - cc
Selama operasi ±250 cc
Tindakan lain : Infus RL
Tranfusi darah Tidak ada
Lama pesalinan : Operasi 30 menit
8. Kadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal/ Jam :10 - 07 - 2019 / 10.50 Wita
Masa gestasi : 38 minggu
BB/PB : 3700 gram/ 51 cm
Nilai APGAR : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit/ 2 jam: 7/ 8 / 9 / 10
Rawat Gabung : Tidak
9. Riwayat post partum
a. Ambulasi
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan, miring kiri pasca operasi
b. Pola tidur
Ibu mengatakan sudah bisa tidur setelah operasi
c. Pengalaman menyusui
Ibu mengatakan sebelumnya sudah menyusui bayinya
d. Pendapat ibu tentang bayinya
Ibu mengatakan sangat senang bayinya lahir dengan selamat meskipun
melalui operasi
e. Lokasi ketidaknyamanan
Ibu mengatakan lokasi ketidaknyamanan Bagian Perut

10. Keadaan Psiko Sosial Spiritual


a. Kelahiran ini :  Diinginkan tidak diinginkan
b. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayinya
Ibu mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya
c. Tinggal serumah dengan
Ibu mengatakan tinggal bersama suami
d. Orang terdekat ibu
Ibu mengatakan orang terdekat ibu suami
e. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya
Ibu mengatakan keluarga sangat senang atas kelahiran bayi ibu
f. Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawtan bayi
Ibu mengatakan sudah mengetahui cara merawat bayinya
g. Rencana perawatan bayi
Ibu mengatakan ingin merawat bayinya bersama suami

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : Stabil
c. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78x/ menit
Pernapasan : 23x/ menit
Suhu : 37o C
d. BB/TB : 64 kg/156 cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah : Tidak ada
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat
Mulut : Simetris, bibir lembab, gigi tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Payudara
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : ASI
g. Abdomen
Dinding perut : Simetris
Bekas luka : Tidak ada
TFU :
Kandung kemih : Kosong
h. Ekstrmitas
Edema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patela : Kanan, Kiri/ +,+
Kuku : Normal
i. Genetali luar
Odem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perenium : Tidak ada
Jahitan : Tidak ada
Pengeluaran lokhea : Tidak ada
Anus : Tidak ada hemeroid
2. Pemeriksaan penunjang
Tidak terkaji
ASSESSMENT
1. Diagnosis kebidanan
P3A0 Post Seksio Caesarea hari ke 7
2. Masalah
Nyeri luka bekas post SC
3. Kebutuhan
KIE perawatan luka bekas SC
4. Diagnosis potensial
Potensial terjadi infeksi pada luka operasi .
5. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
Tidak ada
b. Kolaborasi
Dokter
c. Merujuk
Tidak ada
PLANNING ( Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi )
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan TD : 120/70 mmHg, N : 78x/ menit, R: 23x/
menit, Suhu : 37o C, BB/TB: 64 kg/156 cm
E/ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan ulang penyebab nyeri yaitu karena terputusnya kontinuitas jaringan
otot, dan serabut akibat dari rangsangan otot abdomen yang berlebihan saat operasi
dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga
timbulnya nyeri.
E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang,
seperti makanan yang mengandung protein : telur, tahu tempe, karbohidrat, dan
vitamin lainnya.
E/ Ibu bersedia menerapkannya
4. Memberikan penjelasan tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut
minimal 3x sehari dan pakaian bila basah/ kotor.
E/ Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukan nya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup tidur siang 1-2 jam dan tidur malam
7-8 jam
E/ Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan akan menerapkannya.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
E/ Ibu bersedia menerapkannya.
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi asam mefenamat 3 x
1, dan Vit A 2 x 1.
E/ Terapi sudah diberikan kepada ibu
8. Menganjurkan ibu untuk meminum obatnya secara rutin
E/ ibu bersedia menerapkannya
9. Mendokumentasikan hasil tindakan ke dalam rekam medic
E/ Hasil sudah didokumentasikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) yang merupakan


langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Ny “A” baik keluarga,
bidan maupun dokter yang ada diruangan dapat memberikan informasi secara terbuka
sehingga memudahkan untuk memperoleh data yang diingikan sesuai dengan
permasalahan yang diangkat.
Data yang diambil dari studi kasus Ny “A” dengan Post SC di Klinik Ramlah
Parjib 2 Samarinda meliputi: Ibu mengeluh nyeri luka post ScC pada bagian perut .
Ini merupakan persalinan ketiga ibu dan tidak pernah keguguran. Pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 78x/menit, suhu 370C, penapasan 23x/menit.
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di
mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi. Seksio Sesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan
normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi
medis lainya (Purwoastuti, Dkk, 2015). Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan studi kasus Ny “A” secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa
aktual yaitu nyeri pada daerah bekas Seksio Sesarea (SC), sehingga apa yang
dijelaskan ditinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada kesenjangan
antara teori dan studi kasus.
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan kepada ibu tentang
kondisinya sekarang, mengobservasi tanda tanda vital, menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya , memberikan penjelasan kepada ibu tentang
personal hygne bekas luka post seksio caesarea, menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup, dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
seimbang, seperti makanan yang mengandung protein : telur, tahu tempe, karbohidrat,
dan vitamin lainnya.

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan


rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi
dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan. Pada studi kasus Ny “A” dengan Post Seksio Sesarea (SC) hari ke- 7,
semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik
tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penuis dapat merumuskan simpulan dan saran dalam laporan asuhan
kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Post Partum Seksio Casarea Hari
Ketujuh pada Ny “A” P2A0 Usia 31 Tahun di Klinik Ramlah Parjib 2
Samarinda” serta memberikan saran terhadap asuhan yang diberikan.
A. Simpulan
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada Ny ”A” Post Partum Seksio
Caesarea Hari Ketujuh dengan keluhan nyeri bekas luka operasi sc di
Puskesmas Remaja Samarinda
2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah aktual pada Ny ”A” di
Puskesmas Remaja Samarinda pengumpulan dari data subjektif, dan data
objektif sehingga didapatkan diagnosa kebidanan pada Ny “A” nyeri bekas
luka operasi seksio caesarea.
3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/ masalah potensial pada Ny ”A”
dengan nyeri bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja
Samarinda dengan diagnosa potensial terjadinya infeksi bekas luka seksio
caesarea.
4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera pada Ny ”A” dengan nyeri
bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja Samarinda dengan
hasil bahwa dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter dalam memberikan
tindakan dan pemberian terapi obat.
5. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncankan pada Ny ”A”
dengan nyeri bekas luka operasi seksio caesarea di Puskesmas Remaja
Samarinda dengan hasil yaitu semua tindakan dapat dilaksanakan seluruhnya
dengan baik tanpa adanya hambatan.

B. Saran
Melihat efek yang ditimbulkan Bendungan ASI yang berdampak buruk baik
pada ibu dan bayi, maka perlu diberikan tindakan yang tepat dan segera untuk
mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, adapun penulis sarankan sebagai
berikut:
1. Untuk Klien
a. Diharapkan pada setiap ibu Post Seksio Sesarea (SC) agar senantiasa
menjaga kebersihan diri terutama pada daerah bekas operasi agar luka
tidak terkena kotoran untuk mencegah timbulnya infeksi.
b. Diharapkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi seperti
sayuran hijau, lauk-pauk dan buah, dengan memperhatikan makanan yang
bergizi agar ibu sehat sehingga akan membantu luka cepat kering dan
sembuh.
2. Untuk Bidan
a. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung
jawaban apabila ada gugatan.
b. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas profesional lain
(dokter, perawat, dan sesama bidan) agar proses berjalan dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai