aar al rra I
' Kajian ini diilhami dari surat Sdr. Lina Hidayat selaku General Manager PT Pancaprima Ekabrothers Jalan
Raya Siliwangi + Km. No. l78A Kec. Jatiuwung Tangerang Indonesia (15133) nomor 413/PERS/SK/ll/2008,
tanggal l9 Februari 2008, perihal Mohon Tanggapan kepada Kepala Biro Hukum Departemen Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi.
tNFo HUKUr vounExr NoMoR 6, DEIEMBER nos 34
- Apakah perbedaan antara sakit Demikian juga dapat dikatagorikan sakit
berkepanjangan karena sakit biasa berkepanjangan, apabila pekerja/buruh
dengan sakit berkepanjangan dalam yang setelah sakit (terus-menerus) dalam
jangka waktu lama karena tertimPa jangka waktu yang lama mampu kembali
kecelakaan kerja; untuk bekerja, dan dalam waktu 4 (empat)
- Bagaiamanakah hak uPah masing- minggu kemudian sakit lagi.
masing pekerja yang sakit
berkepanjangan karena sakit biasa danSakit berkepanjangan ini dapat dibedakan
sakit berkepanjangan karena tertimpa antara sakit berkepanjangan karena sakit
kecelakaan kerj a tersebut; biasa yang bukan karena KK (kecelakaan
- Dapatkah tenaga kerja Yang sakit kerja) dan bukan karena PAK (penyakit
berkepanjangan diputuskan hubungan .akibat kerja) dengan sakit berkepanjangan
kerjanya, dan siapa yang berhak atau karena tertimpa KK (kecelakaan kerja)
yang wenang (mempunyai opsi) untuk atau disebabkan karena PAK (penyakit
memutuskan hubungan kerja dimaksud?; akibat kerja)
- Bagaiamanakah hak atas "pesangon"
masing-masing pekerja yang sakit Sakit Berkepanjangan
berkepanjangan karena sakit biasa dan
Salah satu pengecualian no work no pay
sakit berkepanjangan karena tertimpa adalah apabila pekerja sakit- dan tidak
kecelakaan kerja;
dapat melakukan pekerjaannya', baik sakit
dalam jangka waktu singkat atau sakit
Analisa Kasus yang berkepanjangan atau terus menerus.
Namun apabila sakitnya berkepanjangan
Pada bagian awal, menjawab permasalahan
melebihi jangka waktu 4 (empat) bulan,
sebagaimana tersebut, tentu perlu difahami
maka hak-hak pekerja (misalnya atas upah)
pengertian dan definisi sakit atau sakit
dibatasi. Demikian seterusnya berjenjang
berkepanjangan. Yang dimaksud dengan 4 setiap (empat) bulan diberikan
sakit berkepanjangan dalam kajian ini, berdasarkan peraturan perundang-
adalah sakit yang berlangsung secara
terus
undangan (75yo,50o/, dan kemudian 25%).
menerus sehingga pekerja tidak dapat Dengan perkataan lain, pengusaha
melaksakan kewajiban untuk melakukan (employer) harus tetap membayar upah
pekerjaanya sesuai dengan yang telah
apabila pekerja/buruh tidak bekerja
diperjanjikan (dalam iob discription (disebabkan) karena sakit, sepanjang ada
perjanjian kerja). Walaupun sewaktu-waktu
surat / keterangan dokter yang berwenang
pekerja yang sakit tersebut dapat kembali (kompeten), termasuk sakit yang terus-
bekerja namun jika karena (alasan) sakitnya menerus atau sakit berkepanjongan dan
ia kemudian kembali tidak melaksanakan tidak dapat melakukan pekerjaannya secara
tugasnya.
wajar dan normal.
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan PP
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Tingkatan besarnya upah yang dibayarkan
Upah2, bahwa termasuk katagori sakit terus-
kepada pekerja/buruh yang sakit
menerus adalah bilamana pekerja/buruh (berkepanjangan) ditentukan secara
terkena penyakit menahun atau
berjenjang -minimal sebagaimana diatur-
berkepanjangan dan terus-menerus dalam
jangka waktu yang lama.
dalam Pasal 93 ayat (3) UU
Ketenagakerjaan, sebagai berikuta :
'Juklak Penjelasan Pasal 5 ayat (l) PP Nomor 8 Tahun l98l tentang Perlindungan Upah.
3
Pasal 93 ayat(2) hurufa dan b UU No. 13 Tahun 2003 tentang KeTenaga Kerjaan.
a
Pasal 93 ayat (l), (2) hurufa dan ayat (3) UU No. l3 Tahun 2003 tentang KeTenaga Kerjaan.
INFO HUKUM VOLUME XI NOMOR 6, DESEIIBER 2IN9
untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar Sebagaimana telah disebutkan, bahwa
100% (penuh) dari upah; termasuk dalam katagori sakit terus-
menerus, adalah apabila pekerja terkena
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar
penyakit menahun yang berkepanjangan.
75% (tujuhpuluh lima perseratus) dari
Demikian juga apabila pekerja sakit lama
upah;
dan mampu bekeda kembali tetapi dalam
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar waktu 4 (empat) minggu sakit kembali.
50% (limapuluh perseratus) dari upah; Dalam Petnjuk Pelaksanaan Peraturan
d. untuk 4 (empat) bulan berikut, dibayar Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang
25o/o (duapuluh lima perseratus) dari upah Perlindungan Upahs (Juktak), dicontohkan
sebelum pemutusan hubungan kerja dengan versi hak pekerja sesuai PP Nomor
(PHK) dilakukan (opsi) oleh pengusaha. 8 Tahun 1981, misalnya pada 3 (tiga)
bulan pertama pekerja/buruh jatuh sakit
Ketentuan dalam Pasal 93 ayat (3) UU dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan,
Nomor 13 Tahun 2003 tentang maka ia berhak atas upah 100% (penuh),
kemudian masuk bekerja kembali, akan
Ketenagakerjaan tersebut, telah mengalami
tetapi kurang dari 4 (empat) minggu
peningkatan jumlah dari apa yang
pekerja jatuh sakit lagi dengan penyakit
(sebelumnya) telah diatur dalam Pasal 5 ayat
yang sama atau dengan komplikasi
(1) PP Nomor 8 Tahun l98l tentang (berhubungan) yang ditimbulkannya, maka
Perlindungan Upah dan dejelaskan dalam hal ini pekerja berhak upah 75oh
kriterianya dalam Petunjuk Pelaksanaan PP (3/4) selama 3 bulan berikutnya. Akan
Nomor 8 Tahun 1981, yakni: tetapi jika pekerja -setelah jatuh sakit-
a. untuk 3 (empat) bulan pertama, dibayar masuk dan bekerja kembali selama 4
100% (penuh) dari upah; (empat) minggu atau lebih kemudia jatuh
b. untuk 3 (empat) bulan kedua, dibayar sakit lagi dengan penyakit yang sama atau
75% (tujuhpuluh lima perseratus) dari (terkait) komplikasinya, maka selama
upah; sakit, pekerja berhak 100% (penuh
kembali) selama 3 (tiga) bulan.
c. untuk 3 (empat) bulan ketiga, dibayar
Lebih lanjut dijelaskan dalam Juklak
50% (limapuluh perseratus) dari upah;
tersebut, bahwa bulan yang dipakai untuk
d. untuk 4 (empat) bulan keempat, dibayar
menghitung lamanya sakit adalah bulan
25% (duapuluh lima perseratus) dari atau waktu (saat/hari) dimana
upah. pekerja/buruh jatuh sakit. Jadi bukan bulan
kalender. Dalam kaitan dengan
Dengan kata lain, berdasarkan interpretasi pelaksanaan ketentuan ini, diperlukan surat
historis, pasa awalnya ketentuan pemberian keterangan dokter yang ditunjuk oleh
upah secara berjenjang dalam Pasal 93 ayat perusahaan.
(3) UU Ketenagakerjaan tersebut, telah diatur
dalam Pasal 5 ayat (l) Peraturan Pemerintah Dengan demikian, berdasarkan penjelasan
Nomor 8 Tahun l98l tentang Perlindungan Pasal 5 PP Nomor 8 Tahun 1981,
pensertian sakit sebagaimana dimaksud
Upah. Hanya terdapat perbedaan, yakni
dalam Pasal tersebut, tidak termasuk
prosesntasenya ditentukan berjenjang
sakit karena kecelakaan kerja sebagaimana
masing-masing setiap 3 (tiga) bulan dari diatur dalam UU Nomor 2 Tahun l95l
l00Yo,75Yo, 50Yo dan 25Yo. tentang Kecelakaan Kerja (UU Nomor 33
Tahun 1947).
s
Penjelasan Pasal 5 ayat (l) Petuniuk Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah
tNFo HUKUU vowuExr NonoR 6, DESEMBER Nos 36
Dalam arti, sakit karena kecelakaan kerja Dalam SE tersebut dikatakan seorang
bukanlah sama seperti sakit biasa. Oleh tenaga kerja (pekerja) tertimpa kecelakaan
karenanya harus dimaknai, bahwa sakit kerja, harus memperhatikan dan memenuhi
e:
karena kecelakaan kerja tidak dibayar beberapa kriteria, yakni
berjenjang seperti halnya pekerja/buruh l. Pada saat terjadi kecelakaan harus ada
yang sakit karena sakit biasa merujuk unsur paksa, misalnya terjatuh,
sebagaimana dimaksud Pasal 93 ayat (3) UU terpukul, tertabrak dan lain-lain
Ketenagakerjaan. (dengan kriteria yang memenuhi
syarat);
Sakit Karena KK Atau PAK 2. Terjadinya kecelakaan di tempat keria,
yakni di setiap ruangan atau lapangan
Ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (l) UU tertutup / terbuka, bergerak atau tetap,
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan dimana tenaga kerja (pekerja) bekerja
Soasial Tenaga Kerja, bahwa tenaga kerja melakukan pekerjaan, atau tempat-
(pekerja) yang tertimpa kecelakaan kerjr tempat yang sering dimasuki tenaga
berhak menerima jaminan kecelakaan keria. keda (pekerja) untuk keperluan suatu
Jaminan kecelakaan kerja (JKK) diberikan usaha dan di mana terdapat
dalam bentuk santunan dan pengobatan sumber/sumber-sumber bahayalo;
serta perawatan, biaya rehabilitasi, biaya- 3. Kecelakaan terjadi dalam perjalanan
biaya penyakit yang timbul akibat hubungan berangkat dari rumah menuju tempat
keria dan ongkos Pengangkutan kerja atau sebaliknya melalui jalan
(trinsportasi)6 . yang biasa dilalui atau wajar dilalui;
4. Pada saat terjadinya kecelakaan
Yang dimaksud dengan kecelukuan keria, (masih) berhubung dengan hubungan
adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan kerja. Artinya, selain masih ada
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit hubungan kerja antara pekerja dengan
yang timbul karena_ hubungan kerja juga harus diperhatikan :
pengusaha,
'apakah ada perintah
(ociupational disease)1, demikian pula dari perusahaan
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan (yang berwenang) dan perintah
berangkat dari rumah menuju tempat kerja tersebut berkaitan dengan kepentingan
dan purlang ke rumah melalui jalan yang perusahaan; atau pekerja melakukan
biasa atau wajar dilalui8. Namun dalam Surat hal-hal yang sangat penting dan
Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan mendesak dalam jam (waktu) kerja
Transmigrasi Nomor SE-133/MEN/PPK- atas izin dari perusahaan (pihak yang
NK/V/2007 tentang Pedoman Penyelesaian berwenang).
Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit 5. Penyakit akibat kerja, dalam arti
Akibat Kerja (SE), dirinci mengenai kriteria sebagai akibat dari suatu pekerjaan/
seseorang pekerja dikatakan tertimpa jabatan dalam hubungan kerja.
kecelakaan kerja, termasuk dalam pengertian
ini terkenapenyakit akibat keria (PAK). Hal-hal yang dapat dikatagorikan sebagai
kecelakaan keria, adalah
ll:
6
Pasal 22 dan Lampiran II PP Nomor 76 Tahun 2007 tentang Perubahan Kelima Atas PP Nomor l4 Tahun 1993
tentang Penyelenggaraan Jamsostek.
? Sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor 22 lTahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubngan
Keria.
8 Pasal I angka 6 UU Nomor 3 Tahun 1992.
n Lihat LAMPIRAN Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor SE-133/MEN/PPK-
NK/V/2007 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja.
r0
Pasal 2 UU Nomor I Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
" LAMPIRAN SE-Menakertrans Nomor 133/Men./PPK-NK/V/2007 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Ker.ia Dan Penyakit Akibat Kerja.
INFO HUKUTT VOLUME XI NOMOR 6, OESENBER MOg
37
1. kecelakaan yang terjadi pada waktu d. pada waktu yang bersangkutan
melakukan pekerjaan/tugas ke luar kota sedang menjalankan cuti dan
atau di luar domicili perusahaan (tempat kemudian mendapat panggilan atau
kerja) yang harus dibuktikan dengan surat tugas dari perusahaan, maka
perintah tugas (SPT). Dalam kaitan ini, perlindungannya adalah dalam
ruang lingkup perlindungannya meliputi, perjalanan untuk memenuhi
- perjalanan dari rumah/tempat kerja panggilan tersebut dan kembali lagi
menuju ke/dan pulang dari tempat kerja untuk melaksanakan sisa cutinya.
di luar kota/luar negeri. Sedangkan
kamar hotel, wisma atau tempat 2. Kecelakaan yang terjadi dalam
menginap lainnya dianggap sebagai perjalanan ke/dan dari base campl
pengganti temput tinggall rumah, anjungan yang berada di tempat kerja
- aktivitas yang berhubungan dengan menuju ke tempat tinggal untuk
hubungan kerja sejak dari pengganti menjalani istirahat (dengan bukti surat
temput tinggal menuju ke/dan pulang keterangan Perusahaan);
dari, atau selama di tempat kerja, atau I
ke tempat lain yang berhubungan 3. Perjalanan pulang pergi bagi tenag kerja
dengan pelaksanaan tugas. yang setiap akhir pekan (akhir masa
kerja) kembali ke rumah tempat tinggal
Disamping itu, kecelakaan kecelakaan yang sebenarnya, khususnya bagi
yang terjadi di hari kerja, yakni pada tenaga kerja yang sehari-hari bertempat
waktu melakukan kerja lembur (yang tinggal di rumah kost, atau rness, atau
dibuktikan dengan Surat Perintah Kerja asrama.
Lembur), dan (termasuk) perkelahian di
tempat kerja yang dinyatakan sebagai 4. Penyakit akibat hubungan kerja (work
kecelakaan kerja karena perkelahian related disease), yakni penyakit yang
tersebut menimbulkan cidera yang dicetuskan, dipermudah atau diperberat
berkaitan dengan tugas/dinas pekerjaan. oleh pekerjaan. Dengan catata:
- Dalam hal penyakit yang
2. Kecelakaan yang terjadi di luar jam atau
berhubungan dengan pekerjaa,
untuk penyakit akibat kerja (PAK,
waktu kerja, yang dapat meliputi occupational disease) diklaim
beberapa aktivitas, yakni :
sesuai dengan Keputusan Presiden
a. pada waktu melakukan kegiatan olah RI Nomor 22 Tahun 1993 yang
raga yang 0uga) harus dibuktikan mendapatkan kompensasi sesuai
dengan surat tugas dari Perusahaan. dengan klaim JKK (aminan
Kecelakaan dalam olah raga kecelakaan kerja);
dimaksud, mencakup selama masa - Dalam hal penyakit akibat
latihan untuk menghadapi hubungan kerja (work related
pertandingan atas nama Perusahaan disease) akan mendapatkan
yang dibuktikan dengan surat tugas kompensasi sesuai dengan klaim
atau penunjukan -sebagai- pemain; Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Tenaga Kerja (JPK).
b. yang terjadi pada waktu mengikuti
pendidikan (dinas) yang merupakan
tugas dari Perusahaan -dibuktikan Dalam kaitan penjelasan tersebut di atas,
dengan surat tugas-;
tidak termasuk dalam cakupan kecelakaan
c. terjadi dalam perjalanan pulang-pergi kerja dan bukan penyakit akibat kerja
dan pada saat darmawisata/rekreasi (PAK), bilamana tenaga kerja yang
yang dilakukan bersama-sama bersangkutan
untuk
meninggalkan tempat kerja
kepentingan pribadi, misalnya pergi
danlatau diketahui Perusahaan sesuai
dengan jadwal acara serta dilengkapi untuk makan siang jika perusahaan
dengan Daftar Nama peserta menyediakan fasilitas (kesejahteraan)
darmawisata;
kantin atau makan siang.
l2
UU Kecelakaan \947 mencabut dan mengganlrkan OngevallenRegeling 1939 (Peraturan Kecelakaan 1939)
dan peraturan pelaksanaan ny a O ngev a I I e n-ve r O r de n i ng 1 939.
l3-
Prof. lman Soepomo. S.H., Pengantar Hukum Perburihan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1992,hal. 148.
'o rbid. har. r40.
q m9
39 INFO HUKUU VOLUMEXI NoMoR DESEMBER
Dalam perkembangan selanjutnya, Undang- Dalam hal terjadi kecelakaan kerja yang
Undang Kecelakaan, yakni Undang-Undang (semua orang) tidak diinginkan, maka
Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan pengusaha diwajibkan melaporkan
Berlakunya Undang-Undang Kecelakaan kecelakaan yang menimpa tenaga kerjanya
Tahun 1947 Nomor 33 dari RePublik kepada instansi yang bertanggung-jawab di
Indonesia untuk seluruh Indonesia bidang ketenagakerjaan dan kepada PT.
(Lembaran Negara Tahun l95l Nomor 3) Jamsostek setempat (dalam jangka waktu
dinyatakan tidak berlaku, seiring dengan 2x24 jam. Demikian juga, pengusaha juga
berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun wajib melaporkannya dalam waktu tidak
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja lebih dari 2 x24 jam setelah tenaga kerja
tanggal 17 Pebruari 1992. yang tertimpa kecelakaan dinyatakan
sembuh, cacat.atau meninggal dunia oleh
Ketentuan mengenai kecelakaan kerja diatur dokter yang merawatnya. Setelah itu,
lebih lanjut dan detail dalam Undang- pengusaha juga diwajibkan mengurus hak
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan
Jamsostek pada Bagian Kedua (mengenai kerja kepada PT Jamsostek sampai
16.
Employment Accident Benefits) sebagai salah memperoleh hak-haknya
satu bagian dari Bab III (The Employees
Social Security Scheme). Dalam Pasal 8 Sebagai pelaksanaan dari ketentuan
disebutkan, bahwa tenaga kerja yang Undang-Undang Jamsostek, khususnya
tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima berkaitan dengan jaminan kecelakaon
jamianan kecelakaan keria, termasuk tenaga kerja, ditergaskan kembali lebih lanjut
kerja yang magang dan murid yang bekerja diatur dalam Pasal 12 Peraturan
pada pe.rusahaan (apprentice and student
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1992
employed in enterprise) baik yang menerima
sebagaimana telah beberapa kali diubah
upah maupun tidak (either remunerated or
otherwise); kemudian mereka -patorangan- terkahir dengan
Peraturan Pemerintah
yang memborong pekerjaan, kecuali Nomor 76 Tahun 2007 jo PP Nomor I
perusahaan (contractors, except if the Tahun 2009, bahwa tenaga kerja yang
contractor is an enterprise) dan narapidana tertimpa kecelakaan kerja berhak atas
yang dipekerjakan di perusahaan (conficts jamainan kecelakaan keda, berupa
employed in enterprise). penggantian biaya-biaya yang meliputi :
a. biaya pengangkutan tenaga kerja yang
Cakupan kecelakaan keria dalam Utdang- mengalami kecelakaan kerja ke Rumah
ls:
Undang Jamsostek tersebut, meliputi Sakit dan/atau ke rumahnya, termasuk
a. biaya pengangkutan; biaya pertolongan pertama pada
b. santunan cacat sebagian untuk selama-
kecelakaan (P3K).
lamanya, baik fisik maupun mental;
c. biaya rehabilitasi; b. biaya pemeriksaan, pengobatan dan/atau
d. santunan uang, yang meliPuti : perawatan selama di Rumah Sakit,
l) santunan sementara tidak mamPu termasuk rawat jalan.
bekerja (Santunan STMB); c. biaya rehabilitasi berupa alat bantu,
2) santunan cacat sebagian untuk (orthese) dan/atau alat ganti Qtrothese\
selama-lamanya; bagi tenaga kerja yang anggota
3) santunan cacat totol untuk selama- badannya hilang atau tidak berfungsi
lamanya, baik fisik maupun mental; akibat kecelakaan kerja.
4) santunan kematian.
15
Pasal 9 UU Nomor 3 Tahun 1992.
INFO HUKUMVOLUMEXI NOTIOR 6, DESEMBER NOg 40
Selain penggantian biaya tersebut, kepada Pertanyaannya, apakah dengan
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja pemberian santunan kecelakaan keerja
diberikan juga santunan berupa uang yang dari jamsostek, pekerja yang
meliputi : bersangkutan tetap memperoleh upah
a) santunan santunan sementara tidak
mampu bekerja (Santunan STMB);
berjalan (upah karena sakit) dari
b) santunan cacat sebagian untuk selama- perusahaan (merujuk pada Pasal 93
lamanya; ayat (3) UU Ketenagakerjaan) ?. Hal ini
c)' santunan cacat total untuk selama- telah disinggung pada bagian awal dan
lamanya, baik fisik maupun mental; akan dibahas pada bagian-bagian
dan/atau berikut:
d) santunan kematian.
) Santunan Cacat,
Santunan
Sebagaimana disebutkan, bahwa Jaminan Yang dimaksud cacat, adalah keadaan
kecelakaan kerja (JKK) diberikan dalam hilang atau berkurangnya fungsi
bentuk ssntunan dan pengobatan serta anggota badan yang secara langsung
perawatan, biaya rehabilitasi, biaya-biaya atau tidak langsung mengakibatkan
penyakit. yang timbul akibat hubungan kerla hilang atau berkurangnya kemampuan
dan ongkos pengangkutan (transportasi)
untuk menjalankan pekerj aan.le
Bentuk santunan dimaksud dibedakan
Santunan Sementara Tidak Mampu Bekeria
(santunan STMB) dan Santunan Cacat serta Santunan cacat meliputi:
Santunan Kematian karena kecelakaan kerja, a, santunan cacat sebagian, yang ini
masing-masing besarannya sebagai berikut: untuk selam-lamanya dibayarkan
secara sekaligus (lumpsum) dengan
l. Santunan STMB, besarnya o/o sesuai tabel x 80 bulan
- 4 bulan pertama, 100% x upah upah;
sebulan;
- 4 bulan kedua, 75Yo x uPah sebulan; b. santunan cacat total, yang ini
dan
- bulan-bql^an seterusnya, 50o/o x upah untuk selam-lamanya dibayarkan
secara sekaligus (lumpsum) dan
sebulan.ls
secara berkala dengan besarnya
Sesuai dengan ketentuan Pasal 172 UU santunan adalah:
No. l3 Tahun 2003, bahwa pekeria/burh l) Santunan sekaligus (lumpsum)
yang nxengalami sakit berkepaniangan, sebesar 70o/ox 80 bulan upah;
mengalami cacat akibat kecelaksan keria 2) Santunan berkala sebesar Rp
dan tidak dapat melakukan pekerjaannya 200.000,00 per-bulan selama 24
setelah melampaui batas 12 bulan, bulan;
(pekerja/buruh yang bersangkutan) dapat
mengajukan dapat mengaiukan c. santunan cacat kekurangan
pemutusan hubungan kerja dan diberikan fungsi, yang dibayarkan secara
uang pesangon (Pasal 156 ayat (2) sekaligus (lumpsum) dengan
UUK), uang pengharagaan masa keria besarnya santunan, adalah : Yo
(Pasal 156 ayat (3) UUK) dan uang
penggantian hak (Pasal 156 ayat (4) berkurangnya fungsi x % sesuai
uuK). tabel x 80 bulan upah;
16
Pasal l0 UU Nomor 3 Tahun 1992.
l?
Pasal 22 dan Lampiran II PP Nomor 76 Tahun 2007 tentang Perubahan Kelima Atas PP Nomor 14 Tahun
I 993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek.
18
Lampiran II PP Nomor 76 Tahun 2007 tentang Perubahan Kelima Atas PP Nomor 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Jamsostek
re
Pasal 1 angka 7 UU Nomor 3 Tahun 1992 tenlang Jamsostek.
XI
4l INFO HUKUM VOLU ME NOMOR 6" DESEMEER MOS
Tabel Persentase Santunan Tunjangan Cacat Tetap
Sebagian dan Cacat-cacat LainnYa
ditambah 40Yo dari harga tersebut, serta biaya Ongkos Fengangku tan (Transportus i)
rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp
2.000.000,- Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari
tempat kejadian kecelakaan ("TKP") ke
Biaya-biaya Penyakit Yang Timbul Akibat rumah sakit diberikan penggantian biaya,
Hubungan Kerja sebagai berikut:
2o
SE Menakertrans. Nomor I 33/Men/PKK-NK/V/2007
2rIbid.
INFO HUKUMVOLUMEXI NOITOR 6, DESEUSERMO9
43
3. bilamana hanya menggunakan jasa Hak Atas Upah
angkutan udara, maksimum sebesar Rp
1.500.000,- Dalam UU Nomor l3 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UUK) terdapat
Biaya pengangkutan (transportasi) tenaga perbedaan ketentuan mengenai hak-hak
pekerja (ketika masih dalam hubungan
kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke
kerja) yang terkena sakit karena sakit biasa
rumah sakit dan atau ke rumahnya, termasuk dan
hak-hak pekerja yang tertimpa
biaya P3K, dan biaya pemeriksaan, kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat
pengobatan dan atau perawatan selama di kerja. Perbedaan tersebut terkait misalnya
rumah sakit, termasuk rawat jalan, dengan hak upah, hak yang berkenaan
ditanggung oleh PT Jamsostek, namun dengan kelangsungan hubungan kerjanya
dibayar terlebih dahulu oleh pengusaha dan
serta hak untuk memutuskan hubungan
kerja.
di-reiburse kemudian PT Jamsostek
22.
membayarkan kepada pengusaha Dalam Pasal 172 UU Ketenagakerjaan
disebutkan, bahwa
Untuk perhitungan pembayaran santunan Pekerja/buruh yang mengalami
jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja sakit berkepa\jangan. mengalami
cacat akibat kecelakaan keda dan
magang atau murid yang bekerja pada
perusahaan, atau narapidana yang
tidak dapat melakukan
Pekefiaanryta setelah melampaui
dipekerjakan, dianggap menerima upah batas 12 (duabelas) bulan, dapat
sebesar upah sebulanbagi tenaga kerja yang mengajukan pemutusan huungan
melakukan pekerjaan yang sama (di kerja dan diberikan (oleh
perusahaan yang bersangkutan). Demikian pengusaha, haknya) uang
juga perorangan yang memborong pekerjaan 2 (dua) kali ketentuan
pesangon
dianggap menerima upah sebesar upah
Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 2 (dua)
tertinggi dari tenaga kerja pelaksana yang kali ketentuan Pasal 156 ayat (3),
bekerja pada perusahaan yang uang penggantian hak I (satu)
memborongkan pekerjaan (yakni, kali ketentuan Pasal 156 ayat (4).
p e rus ahaan pe mb e r i pe ke rj oan).
Ketentuan tersebut belum menjawab hak
pekerja / buruh dari pemberi kerja
Apabila tenaga kerja tertimpa kecelakaan upah
(employer). Demikian juga ketentuan Pasal
kerja dan kondisinya untuk sementara tidak 172 tersebut
tidak tegas dan tidak jelas,
mampu untuk melakukan pekerjaan, maka - apakah setiap "item" kata dalam rangkaian
berdasarkan Lampiran II Bagian IA angka l, kalimat (Pasal) berdiri sendiri (setelah
ia berhak santunen STMB sebagaimana telah koma) ataukah kumulatif seluruh kalimat
disebutkan pada bagian awal. merupakan satu kesatuan persyaratan
Permasalahannya, bagaimana dengan untuk kemudian berlaku bagi pekerja yang
(pembayaran) upahnya dari perusahaan ?.
sakit berkepanjangan, tanpa melihat
apakah sakitnya akibat kecelakaan kerja
Hal ini akan dibahas pada bagian Hak Atas atau sakit biasa.
Upah berikut.
22
Pasal l4 .io Pasal I 5 ayat (2) PP Nomor I 4 Tahun I 992.
INFO HUKUM VOWMEXT NOMOR 6, DESEMEER 2p0e 44
Namun tersirat dalam Penjelasan Pasal 5 ayat Namun dalam menghitung santunan
(1) PP Nomor 8 Tahun 1981, bahwa STMB upah yang digunakan adalah upah
pengertian sakit sebagaimana dimaksud sebagai -yang menjadi- dasar dalam
dalam Pasal 5 ayat (l) PP Nomor 8 Tahun menghitung jaminan kecelakaan kerja.
1981 huruf a, tidak termasuk sakit karena Karena santunan STMB adalah merupakan
kecelakaan kerja sebagaimana diatur dalam bagian dari jaminan kecelakaan kerja
UU Kecelakaan Kerja. Artinya, pekerja yang (JKK) sehingga sesuai dengan ketentuan
sakit dan diberikan tuniangan sakit secara Pasal 20 ayat (1) sampai dengan (4) PP
berjenjang sesuai dengan Pasal 93 ayat (3) Nomor 14 Tahun 1993, diatur pemberian
UU Nomor 13 Tahun 2003 yang diadop dati santunan sebagai berikut :
Pasal 5 ayat (l) PP Nomor 8 Tahun 1981,
a. selama pekerja (:tenaga kerja) tidak
adalah pekerja sakit biasa, bukan kerena
tertimpa keceiakaan kerja. Dengan demikian,
mampu bekerja, pengusaha tetap
membayar (upahnya) sampai adanya
secara a contrario sakit berkepanjangan
penetapan JKK;
sebagaimana dimaksud Pasal 172 UU Nomor
13 Tahun 2003 tersebut, adalah hanya sakit b. Jamsostek mengganti Santunan STMB
karena kecelakaan kerja, termasuk cacat kepada pengusaha yang telah membayar
karena tertimpa kecelakaan kerja dan (me-nalangi) upah selama STMB
penyakit akibat kerja. tersebut.
c. Apabila STMB yang dibayar Jamsostek
Terkait dengan itu, Kepala Bagian Bantuan lebih besar dari upah yang telah dibayar
Hukum dan Informasi Hukum Biro Hukum, oleh Perusahaan, maka selisihnya
Sahat Sinurat, bahwa pembayaran (santunan dibayarkan langsung kepada tenaga
STMB) hanya I (satu) kali, yakni dibayarkan kerja. Namun sebaliknya, apabila
oleh PT.Jamsostek. Hal tersebut dibenarkan santunan STMB yang dibayar oleh
oleh Kepala Subdit Norma Ketenagakerjaan, Jamsostek lebih kecil dari upah yang
Dit PNK, Bernawan Sinaga, bahwa hak upah telah dibayar oleh Perusahaan, maka
dimaksud tidak boleh dobel (doble selisihnya tidak dapat diminta kembali
protection). Artinya, kalau upah bagi tenaga kepada tenaga kerja.
kerja (pekerja) yang menjadi tanggung-jawab d. Jika upah yang dilaporkan kepada
pengusaha telah dialihkan kepada lembaga Jamsostek tidak sesuai dengan upah
jaminan sosial (PT. Jamsostek), maka yang sebenarnya, maka Jamsostek
pengusaha tidak berkewajban lagi untuk menetapkan (STMB) sesuai dengan
memenuhinya. Selanjutnya dijelaskan, upah yang dilaporkan dan selisihnya
bahwa dalam prakteknya upah -tetap- menjadi tanggung-jawab Perusahaan I
dibayar dulu oleh pengusaha, namun "Majikan".
selanjutnya di-reimburse oleh pengusaha
sebesar yang telah dibayar kepada pekerja Sebagaimana disebutkan pada bagian awal,
setelah memenuhi persyaratan pembayaran jika tenaga kerja mengalami sakit biasa,
yang ditentukan. yang bukan kecelakaan kerja, menurut
ketentuan Pasal 93 ayat (l), ayat (2) huruf
Dalam LAMPIRAN SE-Menkertrans Nomor a dan ayat (3) UU Ketenagakerjaan, hak
I 33/Men/PPK-NK/V2007 tentang Pedoman pekerja adalah berjenjang masing-masing
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan setiap 4 (empat) bulan dari l00yo, 75o/o,
Penyakit Akibat Kerja dijelaskan, bahwa 50Yo, dan kemudian 25% untuk seterusnya
Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja sebelum dilakukan pemutusan hubungan
(STMB) pada hakekatnya merupakan kerja oleh pengusaha. Sebaliknya, jjka
pengganti upah bagi tenaga kerja yang tenaqa kerja sakit karena kecelakaan kerja,
(untuk) sementara -waktu- tidak mampu dalam UU memang tidak secara jelas dan
bekerja akibat kecelakaan kerja. tegas mengatur, apakah hak (upah)nya
46
Dalam hal pemutusan hubungan kerja (PHK) Berkenaan dengan statement huruf a.
terhadap pekerja,/buruh yang absen karena tersebut di atas, dalam hal tedadi
mengalami sakit danlatau cacat yang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap
berdasarkan keterangan dokter- (sudah) tidak pekerja/buruh yang mengalami sakit
dapat melaksanakan pekerjaannya secara berkepanjangan, mengalami cacat akibat
normal, maka pelaksanaan PHK tersebut kecelakaan kerja, dan tidak dapat
harus dilihat penyebab sakit/cacatnya. melakukan pekerjaannya, berdasarkan
ketentuan Pasal 172 UUK, pekerja/buruh
a. Apabila pekerja/buruh mengalami sakit
yang bersangkutan berhak atas uang
berkepanjangan, mengalami cacat akibat
pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156
kecelakaan kerja, dan tidak dapai
melakukan pekerjaannya, setelah ayat (2)(dua) UUK, uang penghargaan masa
melampaui batas 12 (duabelas) bulan, kerja2 kali ketentuan Pasal 156 ayat
menurut Pasal 172 UU No. 13 Tahun (3) UUK dan uang penggantian hak I
2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK) (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4)
pekerja/buruh yang bersanskutan UUK.
mempunyai hak opsi- dapat mengajukan
(meminta) pemutusan hubungan kerja Sedangkan dalam kaitan dengan
dan mengakhiri hubungan kerja. Artinya, pemutusan hubungan kerja terhadap
hak meminta (opsi) untuk memutuskan pekerja/buruh yang mengalami sakit
hubungan kerja bagi pekerja/buruh yang berkepanjangan, mengalami cacat yang
mengalami sakit berkepanjangan, bukan akibat kecelakaan keria, dan
mengalami cacat akibat kecelakaan kerja, (sudah) tidak dapat melakukan
dan tidak dapat melakukan pekerjaannya, pekerjaannya, UU
Ketenagakerjaan tidak
ada pada pihak pekerja/buruh yang mengatur berapa dan apa hak-haknya.
bersangkutan. Selama pekerja/buruh yang
bersangkutan belum di-PHK oleh
Namun berdasarkan Pasal ayat (2) l5l
Pengusaha, maka selama itu pula hak-
UUK, dalam hal pengusaha akan
haknya (termasuk'upahnya) dibayarkan melakukan PHK harus (selalu) dilakukan
sesuai ketentuan dalam perjanjian kerja, melalui perundingan, termasuk
/
peraturan perusahaan perjanjian kerja merundingkan "penghargaan" (hak) yang
bersama (PK, PP/PKB). akan diperoleh pekerja/buruh dari
pengusaha. Walaupun, menurut hemat
b. Dalam hal pekerja/buruh mengalami sakit kami,
seyogyanya pengusaha dapat
memberikan reword hak "pesangon"
atau cacat yang bukan akibat kecelakaan
kerja, walaupun menurut keterangan sesuai dengan ketentuan Pasal 172
dokter tidak dapat (lagi) melakukan sebagaimana diuraikan pada huruf a
pekerjaannya secara normal, berdasarkan tersebut.
Pasal 153 ayat (1) UUK, pengusaha tidak
boleh melakukan PHK -setidaktidaknya- Kesimpulan
selama kurun waktu l2 (duabelas) bulan l. Yang dimaksud sakit berpekanjangan
berturut-turut, namun dalam kaitan itu, adalah yang diderita oleh pekerja
hak-hak pekerja/buruh yang mengalami
secara terus-menerus dalam jangka
sakit atau cacat yang bukan akibat waktu yang lama. Termasuk dalam
kecelakaan kerja tersebut (termasuk hak
pengertian sakit terus menerus adalah
atas upah), diberikan sesuai ketentuan
Pasal 93 ayat (3) UUK, sebagai tersebut penyakit menahun atau penyakit yang
di atas, yakni berjenjang masing-masing berkepanj angan. Demikian juga apabi la
4 (empat) bulan berturut-turut 1000 , pekerja / buruh setelah sakit lama
75oh, 50Yo dan terakhir 25% dari upah mampu bekerja kembali tetapi dalam
sampai sebelum pemutusan hubungan waktu 4 (empat) minggu sakit
kerja dilakukan oleh pengusaha. kambuh- lagi.