Anda di halaman 1dari 5

Catatan Prak.

Biologi Terapan

Bab 1 : Pembuatan Simplisia

 Metode pembuatan simplisia; pengumpulan herba, sortasi basah, dilakukan


pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, serta pengepakan dan
penyimpanan
 Sampel yang digunakan: Daun batang serai (Folium Cymbopogon citratus), daun
beluntas (Folium Pluchea indica), Daun kunyit (Folium Curcuma longa), Daun
pandan (Folium Pandanus amarylifolius), dan Daun bayam merah (Folium
Amarhantus tricolor)
 Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan kecuali pengeringan pada suhu kurang
lebih 60 derajat
 Urutan berat akhir simplisia: Daun kunyit (180 g)  Daun pandan wangi (162,9 g) 
Daun Batang serai (161,9 g)  Daun Bayam merah (120,6 g)  Daun beluntas
(104,5 g).

Bab 2 : Metode Ekstraksi

 Perbedaan metode infus dan dekok : Pada metode infus simplisia dilarutkan dengan
air mendidih, sedangkan metode dekok simplisia direbus dengan air mendidih
 Prinsip maserasi : Dilakukan dengan mencampur sampel dengan bantuan pelarut pada
suhu kamar dan mendiamkan selama 3-7 hari. Pelarut yang biasa digunakan adalah
etanol. Dan semakin lama perendaman simplisia dengan etanol maka semakin banyak
bioaktif yang di dapat
 Pada metode maserasi serbukk simplisia yang sudah dilarutkan dengan etanol akan
diuapkan menggunakan alat yang dinamakan evaporasi (Evaporasi disebut juga
dengan penguapan ini merupakan sebuah proses perubahan es menjadi gas (uap
air). Alatnya disebut dengan evaporator.
 Rumus mencari kadar air atau rendemen
% Rendemen = bobot ekstrak akhir : bobot simplisia awal (100%)
 Maserasi (Daun batang serai), Infus (Daun beluntas dan Daun pandan wangi), Dekok
(Daun kunyit dan Daun bayam merah)

Bab 3 : Uji Fitokimia secara Kualitatif


 Metabolit sekunder : senyawa yang tidak diperlukan oleh tanaman untuk
kehidupannya tapi diduga untuk mempertahankan diri dari lingkungan dan ternyata
memiliki manfaat untuk manusia
 Metabolit sekunder : Terpenoid, Fenolik, dan senyawa yang mengandung Nitrogen
dan Sulfur
 Metode saponin;
Mengambil 1 ml ekstrak dan memasukkan ke tabung reaksi. Kemudian menambahkan
5 ml aquades. Kemudian panaskan di waterbath selama 3 menit. Lalu dinginkan
sebentar. Selanjutnya, kocok kuat secara vertikal selama 30 detik sampai terbentuk
busa/buih. Kemudian tambahkan 2 tetes HCl 2 N.
Kesimpulannya; Uji saponin dikatakan positif jika terbentuk busa/buih (1-10 cm)
yang stabil meskipun setelah di tetes HCl 2 N.
 Reagen yang digunakan untuk uji alkaloid ;
1. Reagen mayer, jika hasil positif berarti terbentuk putih keruh
2. Reagen Wagner, jika hasil positif berarti terbentuk endapan kuning-cokelat muda
 Alasan tanin dilakukan 2 kali percobaan; Metode penentuan kualitatif tanin dapat
dilakukan dengan beberapa cara mengidentifikasi jenis tanin yang bertujuan untuk
membedakan apakah termasuk ke dalam jenis tanin terkondensasi, terhidrolisis
ataupun kompleks. Oleh karena itu uji tanin dilakukan dengan 2 percobaan (uji
gelatin dan uji FeCl3)
 Bahan yang digunakan pada metode uji flavonoid; 1. Ekstrak tanaman 1 ml, 2. Etanol
1ml, 3. Alumunium foil, 4. HCl pekat 3 tetes, sedikit serbuk MgCl2
 Skrinning senyawa fitokimia secara kualitatif, hasil positif jika;
a. Uji saponin; Terbentuk busa/buih (1-10 cm) yang stabil meskipun setelah ditetesi
HCl 2 N
b. Uji tanin : Terbentuk endapan putih (Metode gelatin dan NaCl), warna hijau
kehitaman/biru tua (Metode FeCl3)
c. Uji flavonoid ; warna kemerahan-orange
d. Uji alkaloid ; Terbentuk endapan putih keruh (Metod Mayer), Terbentuk endapan
kuning-cokelat muda (Metode Wagner)
e. Uji steroid ; warna hijau
f. Uji terpenoid ; warna merah/ungu
 Daun batang serai : Hanya terdapat tanin (metode FeCl3)
 Daun beluntas : Terdapat tanin (metode FeCl3) dan saponin
 Daun kunyit : Terdapat alkaloid dan steroid
 Daun pandan wangi : -
 Duan bayam : terdapat terpenoid dan saponin

Bab 4 : Uji Aktivitas Antioksidan

 Antioksidan dapat memperlambat oksidasi


 Antioksidan sintetik  diperoleh dari hasil sintesis reaksi kimia yang telah diproduksi
untuk tujuan komersial
 Contoh antioksidan buatan; BHT (Butylatedhydroxytouluene), BHA (Butylated
hydroxyanisole), Tertiary butylhydroquinone (TBHQ), prophyl gallate, dan tokoferol
 Antioksidan alami  sudah ada dari datu atau dua komponen makanan senyawa
antioksidan
 Antioksidan berdasarkan jenis kerjanya :
1. A. Primer  berfungsi sebagai pemberi atom hydrogen. Secara tepat dapat
memberikan hibrida yang tepat pada radikal
2. A. Sekunder  berfungsi memperlambat laju antioksidasi dengan berbagai
mekanisme pemutusan rantai antioksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke
hibrida
 Cara membuat dpph; 3 ml DPPH dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan
100 ml sampel dikocok hingga homogen dan di diamkan 15 menit pada temperatur 25
derajat celcius. Kemudian diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer
UV-VIS pada panjang gelombang 517 nm
 Rumus untuk menghitung aktivitas antioksidan
%AA = Abs kontrol (DPPH) - Abs sampel / Abs kontrol (DPPH) x 100%
 DPPH adalah senyawa radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
memberikan atau mendonorkan atom hidrogen dan karena ada elektron yang tidak
berpasangan dan karena itu dapat memberikan serapan kuat pada 517 um
 Urutan aktivitas antioksidan: Daun beluntas (91,2%)  Daun batang serai (87,4%) 
Daun kunyit (85,5%)  Daun bayam merah (62%)  Daun pandan wangi (59,7%)

Bab 5 : Uji Total Fenol dan Flavonoid


 Fenol merupakan metabolit sekunder yang terbesar dalam tumbuhan. Senyawa fenol
dalam tumbuhan dapat berupa fenol, asam fenolat, tannin, lignin dan flavonoid
 Flavonoid adalah salah satu golongan senyawa fenol yang tersebar luas di alam.
Flavonoid dapat menyerap dan menetralisir radikal bebas karena kandungan gugus –
OH dan ikatan rangkap (>C=C<)
 Metode yang digunakan untuk uji kadar total fenol : Follin Ciocalteu
 Metode yang digunakan untuk uji kadar total flavonoid : AlCl3
 Prinsip uji total fenol dengan reagen follin cicocalteu :
a. Kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi fenol yang ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks berwarna biru.
b. Asam galat digunakan sebagai standar pengukuran karena merupakan turunan dari
asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana dan bersifat stabil.
 Metode uji total fenol:
Filtrat  ditambahkan follin c  homogenkan  ditambahkan Na2CO3 
homogenkan  inkibasi 90 menit pada suhu ruang  dibaca absorbansi pada 760 nm
- Kadar total fenol dihitung menggunakan rumus persamaan regresi linier dari asam
galat,
y =ax+b. Dimana y= absorbansi, x= kosentrasi/kadar total fenol
 Prinsip ui total flavonoid : Terjadinya pembentukan kompleks antara aluminium
klorida dengan senyawa kuersetin.
 Metode uji total flavonoid:
Filtrat + etanol dalam tabung reaksi  ditambahkan AlCl3  homogenkan 
inkubasi 30 menit pada suhu ruang  dibaca absorbansi pada 415 nm
- Kuarsetin dibuat dengan konsentrasi 0-50 mg/L sebagai kurva kalibrasi standar.
Absorbansi sampel diinterpolasi ke dalam persamaan regresi linear pada kurva
standar.
 Kadar total fenol;
 Kadar total flavonoid:

 Urutan kadar total fenol : Daun batang serai (4,16 mg GAE/g)  Daun beluntas (4,15
mg GAE/g)  Daun bayam merah (4,12 mg GAE/g)  Daun kunyit (3,88 mg
GAE/g)  Daun pandan wangi (2,64 mg GAE/g)
 Urutan kadar total flavonoid : Daun batang serai (3,29 mg QE/g)  Daun kunyit
(1,93 mg QE/g)  Daun bayam merah (1,66 mg QE/g)  Daun beluntas (1,37 mg
QE/g)  Daun pandan wangi (0,57 mg QE/g).

Anda mungkin juga menyukai