Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
DIABETES MELLITUS DAN ALBUMINURIA URIN

OLEH:

NAMA : M. HANIF FADLURRAHMAN


NIM : 08041181823004
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN : ALI ZAINAL ABIDIN SHAHAB

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

Universitas Sriwijaya
BAB 1
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Diabetes melitus adalah kondisi yang timbul dimana disebabkan karena
defisiensi insulin yang relativ maupun absolute. Kondisi Hiperglikemia timbul
karena adanya proses penyerapan pada glukosa ke dalam sel terhambat serta
proses metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira sekitar 50%
glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air
sekitar 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira sekitar 30 - 40% diubah
menjadi senyawa lemak. Pada Diabetes Melitus semua prosesnya terganggu,
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel tubuh, sehingga energi terutama diperoleh
dari proses metabolisme protein dan lemak (Ganiswarna, 2005).
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan heterogen genetic yang
dikarakterisasi dengan tingginya tingkat glukosa dalam tubuh. Hiperglikemia
disebabkan oleh defisiensi sekresi insulin atau perkembangan resistensi dari sel
tubuh terhadap kerja insulin, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Seringkali
terjadi juga gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Penemuan penyakit diabetes mellitus ini dapat ditelusuri mulai dari beberapa abad
lalu. Observasi pertama dari penyakit diabetes dialkukan oleh Chakrata dan
Susruta, dua peneliti dari India pada 600 sebelum masehi. Mereka
mendeskripsikan dua jenis penyakit yang diduga merupakan diabetes tipe 1 dan
diabetes tipe 2 (Watkins, 2003).
Diabetes tipe 2 pertama kali dideskripsikan secara ilmiah pada abad ke 18
dan 19, dimana gejala seperti glikosuria berat ditemukan di individu berumur tua
serta dihubungkan dengan obesitas. Pengecekan terhadap diabetes seperti yang
dilakukan sekarang ditemukan pada abad ke 20. Pada rentang waktu ini,
ditemukan banyak individu yang dapat diklasifikasi mengidap diabetes namun
tidak menunjukkan gejala apapun (LeRoith, 2004).
Albumin adalah protein yang terdapat dalam darah. Albumin berperan untuk
menjaga volume darah dan tekanan darah. Kerja dari ginjal adalah memfilter
darah untuk mengeluarkan produk yang tidak dibutuhkan lagi. Filer ini disebut

Universitas Sriwijaya
glomerulus, dan glomerulus akan mencegah molekul besar seperti albumin untuk
melewatinya. Apabila filter ini mengalami kerusakan, albumin akan lepas dari
darah ke urin. Apabila ginjal rusak dan albumin lepas ke urin dalam jumlah kecil,
kerusakan ini disebut mikroalbuminuria. Apabila fungsi ginjal terus menurun dan
tingkat albumin dalam urin meningkat, maka kerusakan ini disebut
makroalbuminuria (Watkins, 2003).
Pembengkakan pada ginjal merupakan penyebab utama dari albuminuria.
Kondisi ini kerap kali disebut sebagai glomerulonephritis atau efritis. Diabetes
dan tekanan darah tinggi merupakan faktor utama dalam peningkatan resiko
albuminuria, karena kedua kerusakan ini akan merusak filter dalam ginjal. Usia,
kenaikan berat badan serta latar belakang genetis juga dapat meningkatkan resiko
mengidap albuminunria. Penyakit kardiovaskuler juga dapat dihubungkan dengan
albuminuria. Saluran darah yang rusak dapat menyebabkan kerusakan signifikan
dari ginjal, tidak jarang berujung ke gagal ginjal. Tidak jarang juga albuminuria
bersifat jangka pendek dan tidak menyebabkan kerusakan ginjal (Kay, 1998).
Albuminuria merupakan penanda proteinuria klinis yang merupakan faktor
resiko.penurunan fisiologis kerja dari ginjal. Albumin di dalam urin juga
merupakan.petanda.terjadinya.disfungsi.endotel..Komplikasi.penyakit.kardiovask
uler.tinggi pada pasien diabetes melitus. Komplikasi dapat berupa penyakit
jantung koroner dan disfungsi miokardium. Patogenesis pada penyakit jantung
koroner yang diawali dengan terjadinya keadaan disfungsi endotelium. Diabetes
melitus atau lebih populer dikenal dikalangan.masyarakat dengan sebutan nama
penyakit kencing manis, ialah salah satu penyakit yang cukup berbahaya yang ada
di dunia terutama di Indonesia. Diabetes mellitus.merupakan kelompok penyakit
yang digolongkan dalam penyakit metabolik dengan ciri - ciri.hiperglikemia yang
terjadi disebabkan karena kelainan proses sekresi insulin, kerja insulin atau kedua
- duanya (Candra et al., 2014).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk memahami dan mengerti apa itu diabetes
mellitus dan albuminuria, bagaimana patofisiologi dari diabetes mellitus dan
albuminuria dan cara mendiagnosis diabetes mellitus dan albuminuria melalui
darah dan urin.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus


Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang dicirikan oleh
hiperglikemia akibat kerusakan kerja pada sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Hiperglikemia kronis dari diabetes mellitus berhubungan dengan
kerusakan sistem tubuh jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
terutamaa mata, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Beberapa proses patogenik
terlibat dalam perkembangan diabetes dalam tubuh. Proses ini mencakup
kehancuran sel dalam pancreas oleh autoimun tubuh dan kekurangan insulin
hingga abnormalitas yang menyebabkan resistansi terhadap kerja insulin. Hal
yang mendasari abnormalitas metabolisme pada pengidap diabetes adalah
kurangnya kerja insulin pada jaringan target (Watkins, 2003).
Insulin adalah hormone yang disekresi oleh sel beta dalam pancreas. Insulit
terikat pada reseptor spesifik. Kerja utama dari insulin adalah control tingkat gula
dalam tubuh. Insulin akan membiarkan sel untuk menggunakan gula sebagai
energy. Sel tidak akan dapat memanfaatkan glukosa tanpa adanya insulin. Insulin
mempengaruhi metabolisme tubuh. Insulin akan meningkatkan lipogenesis,
menekan lipolysis serta meningkatkan transport asam amino yang masuk kedalam
sel. Sekresi insulin diatur ketat agar kadar glukosa dalam darah tetap stabil. Hal
ini dicapai dikarenakan koordinasi peran dari berbagai nutrient, hormon pada
saluran cerna, hormone pancreas serta neurotransmitter otonom. Glukosa, asam
amino serta keton akan merangsang sekresi insulin (Anderson dan Wyse, 2012).
Kekurangan dari aksi insulin disebabkan oleh kesalahan dalam sekresi
insulin atau kurangnya respon terhadap insulin pada jalur kerja hormone.
Kurangnya sekresi insulin serta gagalnya kerja dari insulin biasanya terjadi pada
individu pengidap diabetes mellitus dan merupakan penyebab utama dari
hiperglikemia. Malfungsi dari insulin berbeda antara diabetes tipe 1 dan diabetes
tipe 2. Pada diabetes tipe 1, malfungsi insulin yang terjadi adalah kekurangan
sekresi dari insulin, sedangkan pada diabetes tipe 2 malfungsi insulin yang terjadi

Universitas Sriwijaya
disebabkan oleh tubuh yang mengembangkan resistensi terhadap kerja insulin
serta sekretori insulin yang tidak benar (LeRoith, 2004).
Diabetes dapat dibagi menjadi dua tipe, diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 1 mencakup 5-10% dari total kasus diabetes. Diabetes tipe 1
disebabkan oleh kerusakan autoimun dari sel-sel yang berada dalam pancreas.
Kerusakan sel-sel ini akan menyebkan tubuh tidak dapat memproduksi cukup
insulin. Dalam tipe diabetes ini, tingkat kerusakan sel cukup beragam. Beberapa
individu mengalami kerusakan sel yang cepat (terutama terjadi pada balita dan
anak-anak), ada pula yang mengalami kerusakan pada tingkat yang lebih lambat
(umumnya pada individu dewasa). Beberapa pasien terutama yang berada pada
tingkat anak-anak akan mengalami ketoasidosis sebagai gejala utama dari diabetes
tipe 1 (Watkins, 2003).
Diabetes tipe 2 utamanya disebabkan oleh resistensi terhadap insulin,
walaupun defisiensi insulin karena kerusakan sekresi insuin dapat terjadi.
Diabetes tipe 2 mencakup 90-95% dari total kasus diabetes. Diabetes tipe 2 ini
menyerang individu yang memiliki ressitensi terhadap insulin serta kerabatnya
yang mengalami kekurangan insulin. Umumnya individu yang mengidap diabetes
tipe 2 tidak memerlukan treatment terhadap insulin untuk bertahan hidup. Pada
diabetes tipe 2 ini, penghancuran sel melalui sistem autoimun tubuh tidak terjadi.
Kebanyakan pasien diabetes tipe 2 ini juga mengidap obesitas. Obesitas sendiri
akan mengembangkan resistensi terhadap insulin dalam tubuh. Ketoasidosis
jarang ditemukan pada diabetes tipe ini (LeRoith, 2004).
2.2. Albuminuria
Albuminuria merupakan petanda terjadi proteinuria klinis pada tubuh.
Albuminuria umumnya dianggap sebagai penyakit pada organ ginjal. Albuminuria
ini disebabkan oleh perubahan pada tingkat filtrasi glomerulus. Penurunan tingkat
filtrasi glomerusu secarat terus menerus berarti permukaan filtrasi dari glomerulus
menurun disebabkan oleh ekspansi mesangial. Dalam kondisi normal, sangat
sedikit protein akan dilepaskan melalui urin. Hal ini dikarenakan oleh sifat selektif
dari pelindung filtrasi glomerular, dimana molekul yang berukuran lebih kecil dari
albumin akan berhasil untuk melewati pelindung ini akan dikeluarkan melalui
urin, sedangkan yang gagal akan menetap di ginjal (Gerstein et al., 2001).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Oktober 2020
pada pukul 08.00 WIB. Bertempat di rumah masing-masing dan melalui via
Zoom.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Pengukuran Gula Darah untuk Mendiagnosis Diabetes Mellitus
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini berupa glucometer, lanset dan
perangkat lancing. Sedangkan, bahan yang digunakan berupa alkohol, kapas dan
strip uji.

3.2.2. Pengukuran Kadar Protein Urin untuk Mendiagnosis Albuminuria


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa wadah carik celup sebagai
standar warna, clinitex status atau urys 1100 atau alat baca urin lainnya.
Sedangkan, bahan yang digunakan berupa reagen carik celup tujuh indikator dan
sampel urin.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Pengukuran Gula Darah untuk Mendiagnosis Diabetes Mellitus
Dibersihkan salah satu ujung jari praktikan dengan alkohol 70 %, kemudian
ujung jari ditusuk dengan blood lancet sampai darah keluar. Diletakkan setetes
darah ke bagian strip glukosa yang sudah diletakkan di test strip holder. Angka
pada display screen ditunggu sampai muncul. Kadar gula darah setiap individu
akan ditunjukkan melalui angka.

3.3.2. Pengukuran Kadar Protein Urin untuk Mendiagnosis Albuminuria


Dibasahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik
carik segera, kelebihan urin yang menempel pada carik diketukkan pada bagian
bibir wadah urin dan kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan

Universitas Sriwijaya
dengan cara disimpan carik tersebut pada kertas agar urin dapat diserap.
Kemudian, dipegang carik secara horizontal dan dibandingkan dengan standar
warna yang terdapat pada label wadah carik dan dicatat hasilnya dengan waktu
yang tertera pada standar carik atau dibaca dengan alat clinitex status.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum materi penentuan golongan darah dan tekanan darah
didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1.1. Tabel Hasil Kadar Gula Darah
No. Kategori Gula Darah (mg/dL)

1. Normal <100

2. Pre-Diabetes 100-126

3. Diabetes >200

4.1.2. Tabel Hasil Kadar Protein Albumin dalam Urin


No. Kategori Kadar Protein Albumin dalam Urin
(mg/dL)

1. Normal <30

2. Mikroalbuminuria 30-299

3. Makroalbuminuria >300

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan data kadar
normal, kadar pre-diabetes dan kadar diabetes dari gula darah. Menurut Watkins
(2005), diabetes mellitus merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan kadar
glukosa dalam darah. Kondisi ini disebut juga dengan hiperglikemia. Didapatkan
bahwa kadar normal gula darah manusia pada umumnya berjumlah kurang dari
100 mg/dL, kadar gula darah pada manusia pre-diabetes sejumlah 100-126 mg/dL
dan kadar gula darah pada manusia pengidap diabetes berjumlah lebih dari 200
mg/dL.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan juga data
kandungan protein albumin pada urin manusia normal, manusia pengidap
mikroalbuminaria dan manusia pengidap makroalbuminuria. Menurut Cendra et
al. (2014), albuminuria merupakan petanda terjadinya proteinuria klinis pada
seseorang serta pertanda bahwa adanya kerusakan kerja pada ginjal. Kadar protein
albumin dalam urini pada manusia normal berjumlah kurang dari 30 mg/dL, kadar
protein albumin dalam manusia pengidap mikroalbuminaria berjumlah 30-299 dan
kadar protein albumin dalam urin manusia pengidap makroalbuminuria berjumlah
lebih dari 300 mg/dL.
Diabetes mellitus dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti obesitas,
usia serta keturunan. Salah satu factor yang umum menyebabkan diabetes adalah
factor genetic yang diturunkan dari induk. Apabila induk mengidap penyakit
diabetes mellitus, besar kemungkinan keturunannya untuk mengidap diabetes
mellitus juga. Menurut LeRoith et al. (2004), Anak dari seorang ibu yang
mengidap diabetes tipe 1 memiliki 1-2% kemungkinan untuk mengidap diabetes
yang sama di usia 25 tahun. Kemungkinan ini meningkat tiga kali lipat apabila si
ayah mengidap diabetes. Apabila kedua orangtua mengidap diabetes mellitus,
kemungkinan ini akan meningkat drastic.
Obesitas menjadi factor lain dari penyebab diabetes mellitus. Obesitas
menjadi ciri utama dari pengidap diabetes mellitus tipe 2. Menurut Watkins
(2005), orang yang obesitas akan menyebabkan resistansi terhadap insulin.
Diabetes tipe 2 ini seringkali sulit untuk didiagnosa dikarenakan hiperglikemia
berkembang secara bertahap dan tidak menunjukkan gejala besar pada awalnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. . Kadar gula normal pada manusia berjumlah kurang dari seratus
milliliter per dekaliter.
2. Kadar protein albumin normal dalam tubuh berjumlah kurang dari tiga
puluh milligram per dekaliter
3. Faktor yang mempengaruhi resiko mengidap diabetes mellitus
mencakup factor genetic, obesitas, pola makan serta usia.
4. Diabetes mellitus berhubungan dengan albuminuria, dimana
albuminuria merupakan salah satu gejala dari diabetes mellitus.
5. Efek dari diabetes mellitus dapat mempengaruhi kerja metabolism dari
tubuh secara keseluruhan.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Margaret., Hill, Richard W. dan Wyse, Gordon A. 2012. Animal


Physiology Third Edition. United States : Sinauer Associates.
Cendra, Sandy., Moeis, Emma., dan Langi, Yuanita. 2014. Gambaran Kadar
Albuminuria Pada Subjeck Diabetes Mellitus Dengan dan Tanpa Penyakit
Jantung Koroner. Jurnal e-Clinic. 2(2): 1-2.
Ganiswarna, S. 2005. Farmakologi dan Terapi. FK-UI : Jakarta.
Gerstein, Hertzel C., Johannes, F.E. Mann, Yi, Qilong, Zinman, Bernard,
Dinneen, Sean F., Hoogwerf, Bryon, Halle, Jean Pierre, Young, James,
Rashkow, Andrew, Joyce, Carol, Nawaz, Shah, Yusuf, Salim. 2001.
Albuminuria and Risk of Cardiovascula Events, Death and Heart Failure in
Diabetic and Nondiabetic Individuals. Journal of American Medical
Association 286(4).
Kay, Ian. 1998. Introduction to Animal Physiology. BIOS Scientific Publishers :
New York.
LeRoith, Derek, Taylor, Simeon I., Olefsky, Jerrold M. 2004. Diabetes Mellitus :
A fundamental and Clinical Text. Philadelphia : Lippincott William and
Wilkins.
Watkins, Peter J. 2003. ABC of diabetes Fifth edition. United Kingdom : BMJ
Publishing Group.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Sumber : Google, 2020.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai