PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan
huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
1) Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
(1) abjad (4) pemenggalan
(2) vokal (5) nama diri,
(3) konsonan
2) Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang
meliputi
(1) huruf kapital
(2) huruf miring
3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya
berupa
(1) kata dasar (6) kata depan di, ke, dan dari
(2) kata turunan (7) kata sandang si, dan sang
(3) kata ulang (8) partikel
(4) gabungan kata (9) singkatan dan akronim
(5) kata ganti kau, ku, mu, dan nya (10) angka dan lambang bilangan.
4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama
kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5) Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda
baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan
(k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan
gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang :
kh seperti dalam kata khusus, akhir
ng seperti dalam kata ngilu, bangun
ny seperti dalam kata nyata, anyam
sy seperti dalam kata syair, asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti.
Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
Contoh :
akhir = vkvk ngilu = kvkv
anyam = vkvk syair = kvkv
Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam setiap kata ada lima,
namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya empat.
Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus
dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang
berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.
dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti
aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain
akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia,
pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia
Singkatan Lafal yang benar Lafal yang salah
AC [a-ce] [a-se]
ACC [a-ce-ce] [a-se-se]
CV [ce-fe] [se-fe], [si-fi]
MTQ [em-te-ki] [em-te-kyu]
Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan
itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak
dilafalkan dalam bahasa asing lainnya.
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya :
Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang berlaku ketentuan khusus.
Penulisan nama seseorang harus mengikuti kebiasaan orang yang empunya nama
kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD. Karena itulah ketentuannya disebut
ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama orang yang diafalkannya [yudi],
penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam dan semuanya sah adanya, yaitu
(1) Judi (5) Yudi (9) Yoedi
(2) Judie (6) Yudy (10) Yoedhy
(3) Judy (7) Yudhi (11) Yoedhie
(4) Judhy (8) Yudhie (12) Yoedy
Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan van
Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan,
tetap menulis namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita
memang harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama,
yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya.
Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan
yang pernah berlaku bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.
Misalnya :
- berlayar ke teluk - menyeberangi selat
- mandi di kali - pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai
nama jenis.
Misalnya :
- garam inggris - pisang ambon
- gula jawa - kacang bogor
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
- Republik Indonesia
- Mejelis Permusyawaratan Rakyat
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
- menjadi sebuah republik - kerjasama antara pemerintah dan rakyat
- beberapa badan hukum - menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya :
- Perserikatan Bangsa Bangsa - Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak apda posisi
awal.
- Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya :
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Sudahkah Anda tahu ?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring
1. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
majalah Bahasa dan Kesusatraan
buku Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara Karya
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu tapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
B. Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergerigi ketetapan sentuhan
Gemetar mempertanyakan terhapus
2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya :
Diberi tahu, beritahukan
Bertanda tangan, tanda tangani
Berlipat ganda, lipat gandakan
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Memberitahukan
Ditandatangani
Melipatgandakan
C. Bentuk Ulang dan Kata Ulang
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya :
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana, barangkali,
beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada, darmabakti, halal-
bihalal,
4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangakai.
Misalnya :
Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa,
inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana,
Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur
kata itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya :
non-Asia neo-Nazi
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Salah Benar
Sikecil Si kecil
Sipemalu Si pemalu
Sangdiktator Sang diktator
Sangkancil Sang kancil
H. Partikel
1) Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahulinya.
Misalnya :
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menentukan radium?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Hendak makan pun lauknya sudah habis.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan :
Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya :
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui .
Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3) Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya :
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
Perseroan Terbatas disingkat PT
merika Serikat disingkat AS
b. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu
tanda titik.
Misalnya :
dan kawan-kawan disingkat dkk.
dan lain-lain disingkat dll.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata
yang disingkat, ditulis tanpa titik.
Misalnya :
BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
DKI (Daerah Khusus Ibukota)
RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)
c. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak di ikuti titik.
Misalnya :
Au aurum
Kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diakhiri oleh tanda titik.
Misalnya :
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat,
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower case).
Misalnya :
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
2) Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
19 meter 4 ons 9 hektar 65 liter
Pukul 15.30 10 detik 30 menit 5 jam
Rp 10.000,00 USS 3.50 500 Yen Y500
4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Bab X, Pasal 5, halaman 354
Surat Annisa: 9
7) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.
Pak Yayat mengundang 500 orang tamu.
Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat.