Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH DEPRESI DAN UPAYA PENGURANGAN TINGKAT

BUNUH DIRI
Nadiatul Amalia (20862081072)
nadiatulamalia01@gmail.com
Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Karya Tulis Ilmiah ditulis untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Bimbingan Konseling yang
diampu oleh Dr. Rofiqoh, M.Pd.

Abstract

A. Pendahuluan
Baru-baru ini pada Jum’at 26 Mei 2023 terjadi peristiwa bunuh diri oleh siswa
SMK di wilayah Jembatan Suhat, Malang. Kejadian ini sempat menggemparkan warga
dan pengendara jalan di sekitar.
Berkaitan dengan hal ini, terdapat enam kata kunci yang perlu diketahui untuk
memahami tindak pencegahan bunuh diri, yaitu: (1) ketangguhan pribadi/ personal
resilience, (2) orang-orang/ people, (3) tempat/ place, (4) pencegahan/ prevention, (5)
peningkatan kerjasama/ promoting collaboration dan (6) peningkatan kajian/ promoting
research.
Kata kunci pertama, dapat disimpulkan bahwa ketangguhan pribadi adalah unsur
yang perlu namun tidak cukup untuk mencegah seseorang mencoba bunuh diri. Seorang
yang merasa depresi memiliki gejala seperti kehilangan energi, perubahan nafsu makan,
gangguan tidur, cemas, putus asa dan diliputi pikiran-pikiran negatif seperti ingin
menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Pencegahan pertama ini bisa dilakukan dengan
mencoba berbicara kepada orang yang dipercaya, berolah raga, makan dan tidur teratur,
dan menjaga diri dari pikiran-pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran positif.
Pada kata kunci kedua, hal yang dapat dipahami dari orang-orang yang
melakukan percobaan bunuh diri adalah hubungan sosial mereka. Terlebih orang yang
memiliki masalah interpersonal dengan keluarga atau pasangan akan lebih meningkatkan
niat buruk seperti bunuh diri.
Pada kata kunci ketiga, faktor terealisasinya usaha bunuh diri adalah ketersediaan
tempat dan akses dalam melakukannya. Maka, dapat disimpulkan bahwa lokasi yang
rawan/ berbahaya lebih banyak mengundang pelaku untuk bunuh diri. Dalam hal ini,
kesempatan yang mempengaruhi pikiran dan kondisi juga memiliki andil yang sangat
kuat.
Pada kata kunci keempat, upaya pencegahan bisa dilakukan dengan banyak hal.
Misalnya mengenai tanda peringatan bunuh diri, hal ini bisa ditandai dengan perubahan
sikap seseorang seperti menyalahkan diri sendiri, menyerah pada diri sendiri, atau
mengungkapkan pikiran-pikiran yang mengarah pada tindakan bunuh diri. Ketika ada
seseorang yang bersikap demikian, maka kita dapat mendekati dan memahami
kondisinya, memberi ia ruang untuk berbicara dan menghindarkannya dari aktivitas
menyendiri.
Pada kata kunci kelima, tindak kerjasama dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
di bidang kesehatan jiwa/psikologi bekerjasama dengan tim kesehatan daerah untuk
memfasilitasi dan membantu dalam kegiatan lain dalam penanggulangan masalah
kesehatan jiwa. Hal ini berupaya untuk menggali alternatif untuk membangun kesehatan
jiwa di lingkungan masyarakat.
Kata kunci terakhir yaitu peningkatan kajian. Bunuh diri tidak sesederhana putus
asa atau menyerah. Perilaku ini juga tidak memandang usia, jenis kelamin, status sosial
atau orientasi seksual, siapapun punya kerentanan terhadap pemikiran untuk mengakhiri
hidupnya.

B. Pembahasan
Depresi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah gangguan mental
yang umum. Ini melibatkan suasana hati yang tertekan atau kehilangan kesenangan atau
minat dalam aktivitas untuk jangka waktu yang lama. Menurut J.Maurus (2009), kondisi
ini kerap dipicu oleh peristiwa yang menimbulkan kegelisahan; namun alih-alih
menangani situasi itu, penderita malah terperosok kedalam kesedihan dan kedukaan yang
hampir mendekati keputus-asaan.
Ada bermacam-macam depresi, dari yang normal hingga patologis, dengan
pelbagai tahapan, yakni ringan, serius, dan akut, serta dilabeli dengan rasa kecil hati,
kesedihan dan putus asa.1
Seseorang yang mengalami depresi berat akan merasa kehilanga gairah hidup. Ia
duduk di kamar selama berjam-jam dalam keheningan, dan seakan abai pada ucapan-
ucapan menghibur orang lain. Dia merasa tak ada yang benar pada dirinya dan merasa
gagal sepenuhnya bahkan yakin bahwa Tuhan mengabaikannya. Pada kondisi seperti ini,
ia berpikir bunuh diri adalah cara yang dapat ditempuh. Maka, harus ada bantuan dari
orang sekitar atau psikiater yang mumpuni.

Kemunculan Depresi
Depresi terbentuk ketika berhadapan dengan bahaya, atau situasi yang membuat
seseorang lemah. Menurut Dr. Marion H. Nelson (dalam J.Maurus: 2009), depresi
psikologis memiliki 5 bentuk:

1
Maurus, J. Mengenali dan Mengatasi Depresi. Penerbit Rumpun (2009). Hlm 23
Pertama, kemarahan yang ditekan. Marah itu seperti api. Ia menyimpan amarah
sama seperti memeluk bola api. Jika seseorang menekan rasa marah itu ke alam bawah
sadar, maka akan menghasilkan depresi psiko-fisiologis tertentu. Jenis depresi kedua
bersumber dari upaya mengubur rasa sakit di alam bawah sadar. Misalnya, orang-orang
yang masih menyimpan luka masa lalu tentu masih menyimpan emosi masa lalu.
Semakin menyeramkan luka tersebut maka mereka akan semakin mudah gelisah yang
kemudian menghasilkan depresi. Jenis ketiga terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik secara nyata maupun khayali. Dalam kondisi ini, emosi akan membuncah dan otak
akan membaca situasi darurat, kemudian tubuh akan bereaksi. Debaran jantung menjadi
cepat dan napas menjadi sesak.
Jenis keempat adalah depresi skizoid. Penderita gangguan ini merasa hampa,
menghindari hubungan dengan orang lain dan kerap merasa kesepian. Jenis kelima adalah
depresi skizofrenik atau endogenus, ini terjadi

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/tips-sehat/20170418/3120551/apa-harus-
dilakukan-jika-depresi/

Anda mungkin juga menyukai