Anda di halaman 1dari 19

1.

OPTIMASI
DAN EFEKTIFITAS
KADERISASI
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) merupakan organisasi kemaha-
siswaan terbesar. Sejarah panjang per-
juangan PMII tercatat di banyak literatur.
Tonggak yang ditancapkan di Bumi Sura-
baya itu kini melahirkan banyak kader.
Sebagai wadah kaderisasi, nilai-nilai dan
gagasan perjuangan terus dirawat.
Tak perlu meragukan semangat
para kader-kader PMII.
Pelbagai khazanah keilmuan
terus diasah. Diktat-diktat
ilmiah, kitab-kitab klasik,
hingga teknologi mutakhir
menjadi instrumen merawat
nilai perjuangan. Watak
pembelajar dan pejuang
yang ditularkan pendiri
masih terasa hingga
saat ini. Meski, lambat-
laun intensitasnya kian
menurun.
Kita mesti mengakui dengan jujur Teknologi justru melenakan. Meski
kondisi realitas yang ada. Kekeliruan- di sisi lain tak sedikit kader yang
kekeliruan besar dan mahal membuat memanfaatkan teknologi. Namun
kapasitas kader merosot. Ada banyak tak jarang pula kader-kader PMII
musabab. Baik secara internal justru merawat kultur dan tradisi
maupun eksternal. Hanya saja yang akademik justru di luar PMII.
paling mencolok dari merosotnya
Secara organisasi, sebenarnya,
kualitas kader, yakni kultur dan tradisi
kompetensi dan pengembangan
akademik. Membaca, menulis, dan
kader sudah mampu difasilitasi.
berdiskusi, secara ketat dan serius
Hanya saja, optimasi dan efektifitas
menjadi suatu yang kian langka dan
sistem kaderisasi seperti mandeg
sulit ditemui.
dan jalan ditempat. Road map dan
Keadaan tersebut penting kiranya konsep kaderisasi yang dibangun
disikapi. Setidaknya kita mampu oleh pendahulu sudah canggih. Tiga
terlebih dahulu mendiagnosa apa pola kaderisasi pun—formal, non
musabab yang paling dominan. formal, dan informal—rasa-rasanya
Merosotnya kultur dan tradisi menjadi pola dan konsep yang tak
akademik memang menjadi lekang oleh waktu.
fenomena global. Bukan hanya PMII.
Hanya saja, kita patut akui bahwa
Bahkan secara umum, keadaan
pola kaderisasi itu mandeg dise-
mahasiswa hari ini memang kian
babkan oleh mental formalitas yang
mengkhawatirkan.
dimiliki setiap kader—meski tak
Diagnosa yang paling kentara semua. Kesadaran akan pentingn-
yakni disebabkan oleh teknologi. ya berorganisasi dan ideoligisasi tak
menyublim menjadi nilai. Semua mustad’afin, lokasi itu penting untuk
menguap dan selesai sebatas serti- menunjukkan sikap positioning PMII
fikat selembar. sebagai organisasi.
Penyebab utama dari kekeliru- Perubahan sederhana itu memang
an-kekeliruan kita adalah kurang terkesan biasa saja. Namun di titik
memahami kenyataan yang ada. itu optimasi dan efektifitas bisa diu-
Selain itu, kita kekurangan perang- ji. Sebab, dari pemilihan lokasi itu
kat, yang menumpulkan pandan- para kader mampu secara langusng
gan kita. Tidak berlebihan kiranya, mengimplementasikan materi-materi
bila pola kaderisasi diberi penye- yang telah didapat. Misal Nilai Dasar
garan. Bukan dengan merubah; Pergerakan. Secara tidak langsung
melainkan disesuaikan ‘bungkus- lambat laun, kesadaran untuk mer-
an’ nya. awat kultur dan tradisi akademik itu
tumbuh. Kesadaran mereka bukan
Sebagai ilustrasi, biasanya kegiatan
berarti dilepas begitu saja. Intensitas
kaderisasi, dari Masa Penerimaan
pendampingan terus digalakkan.
Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan
Kader Dasar (PKD), hingga Pelatihan Pendampingan yang dimaksud bu-
Kader Lanjut (PKL) dilakukan di ge- kan sekadar penguatan materi ide-
dung-gedung. Bukan suatu hal yang ologisasi. Lebih dari itu, pendamp-
keliru, bila lokasi kegiatan kaderisa- ing mesti mulai melihat pemfokusan
si itu lebih mendekatkan diri kepada masing-masing kader. Mudahnya,
masyarakat. Di samping bertujuan pemfokusan itu sesuai dengan ket-
untuk mengenalkan kader tentang ertarikan kader. Di PMII biasanya
keberpihakan PMII terhadap kaum dikenal dengan kaderisasi fakultatif.
Di titik itu, fakultatif memang pent- ik pijak dalam menentukan pola
ing. Hanya saja, tak sedikit kader pikir dalam melihat, menganali-
yang merasa tersesat dan tak memi- sis dan menafsirkan realitas yang
liki ketertarikan di fakultas tersebut. menjadi objek kawalan PMII. Se-
Kader-kader yang demikian penting hingga dapat menjadi landasan
kiranya juga mendapat perhatian. dalam menentukan gerakan yang
Sedari awal, seyogyanya telah terli- strategis, dengan tetap memper-
hat ketertarikan tersebut. tahankan militansi ideologis-nya
sebagai ruh gerakan.
Sebab, kita menyadari bahwa
perkembangan dunia hari ini cukup Pendekatan konseptual terhadap
pesat. PMII mesti mampu menjawab segala bentuk gejala dan problem
tantangan zaman. PMII mesti mam- sosial melalui analisis ketat dan
pu melahirkan kader-kader, yang matang berdasarkan teori yang
bukan hanya mampu mendaras nanti akan disediakan secara sis-
kitab-kitab klasik, yang bukan hanya temik dengan dasar epitemologi
sekadar ngelotok tentang teori-teori yang juga jelas dan rapi. Lewat
keilmuan. Lebih dari itu PMII mesti hal ini pula, akan menegaskan
melahirkan ekonom-ekonom han- identitas PMII itu sendiri sebagai
dal, mesti melahirkan dokter-dokter komunitas intelektual dan aktor
handal, arsitek-arsiter handal, yang perubahan dalam satu keberpiha-
semua itu bermuara pada semangat kan luhur terhadap isu-isu ketim-
dan nilai pergerakan, yakni mem- pangan, dominasi, pembodohan
bela kaum mustadafin. Di titik ini dan diskriminasi, yang senantiasa
paradigma dalam konteks gerakan terjadi pada penduduk pinggiran:
PMII dapat dirumuskan sebagai tit- petani, mustad’afin, dst.
2. PENGUATAN LEMBAGA
Perkembangan kaderisasi berke-
lindan dengan kuatnya organisasi.
Bila organisasi keropos, muskil ter-
jadi kaderisasi yang mapan. Itu se-
babnya profesionalitas dalam men-
gelola organisasi menjadi tantangan
berikutnya. Pelbagai strategi dalam
pengelolaan organisasi patut diper-
timbangkan. Intensitas kajian dan
diskusi telah dibicarakan.
Kita semua sepakat bah-
wa penataan organisa-
si berangkat dari data
yang tepat. Tanpa data
yang ketat dan tepat,
bukan tak mungkin
strategi pengemban-
gan dan penguatan
organisasi akan salah
jalan. Tanpa data, arah
organisasi akan tumpul.
Bahkan tanpa arah.
Patokan itu menjadi prasyarat utama. organisasi dengan apresiasi penting
Lebih-lebih di zaman ini pendataan dilakukan. Membentuk akreditasi
dapat dilakukan dengan mudah. untuk cabang-cabang terbaik.
Data itu akan dikumpul dalam
Kekuatan itu menjadi bangunan
satu database yang dapat diakses
dasar yang tak patut bila
oleh banyak kader-kader PMII. Di
dicampakkan. Sebab gerakan
samping bertujuan untuk pondasi
apapun akan mengukur sejauh
dasar pengambilan kebijakan.
mana kekuatan yang dimiliki. Itu
Dari satu titik tentang database sebabnya dari data, ideologisasi,
itu, akan memunculkan ranting- hingga akreditasi akan dapat terlihat
ranting anyar. Semua kelebihan potensi masing-masing kader.
dan kekurangan akan terpetakan
Potensi-potensi tersebut akan
dengan detail. Bahkan bila perlu,
semakin kokoh bila digabung
pendataan tersebut bukan sekadar
menjadi satu wadah. Pembentukan
mendata. Bukan cuma menyusun
sayap organisasi di masing-masing
angka. Namun data tersebut juga
isu, akan membantu arah gerakan
akan mengukur kualitas kader-kader
PMII ke depan. Sayap organisasi ini
PMII ke depan. Lebih-lebih dalam
barangkali pun dapat merangkul
penguatan ideologi.
alumni-alumni yang an sich dalam isu-
Barangkali bukan suatu yang isu tertentu. Di samping mendukung
baru bila PMII rentan kecipratan arah gerakan PMII, sayap organisasi
noda-noda politik. Itu sebabnya ini akan mendorong suatu iklim
ideologisasi PMII menjadi penting yang lebih demokratis, egaliter, dan
digencarkan. Di sisi lain penataan progresif.
1. JARINGAN DAN AKSES
Tantangan gerakan mahasiswa saat
ini, pada dasarnya, bukanlah pada
seberapa heroik aksi yang ditampil-
kannya, melainkan seberapa cermat
ia bergerak untuk menantang sistem
sosial kapitalisme yang kian hegem-
onik. Pada titik inilah kita merasa-
kan pentingnya pesan seorang Dipa
Nusantara Aidit dulu, bahwa
‘Mereka yang punya pengeta-
huan buku harus pergi ke ken-
yataan yang hidup, supaya
bisa maju dan tidak mati da-
lam mengeloni buku… Mere-
ka yang berpengalaman bek-
erja supaya pergi studi dan
supaya membaca dengan
sungguh-sungguh… dengan
demikian dapat meningkat-
kan diri di lapangan teori.’
Bagi aktivis gerakan maha-
siswa, teori dan praktik ada-
lah satu kesatuan yang tak
bisa terpisahkan. Kondisi
tersebut jelas berbeda dengan ger- Pendobrakan pada mitos-mitos la-
akan 90-an, di mana gerakan kaum was dan memperbaikinya menjadi
muda berawal dari kelompok-kelom- hal penting lain yang harus digarap.
pok diskusi. Dari diskusi-diskusi Landasan historis pada PMII, dap-
yang dilakukan, kaum muda men- at menjadikan pijakan untuk mel-
jadi sadar tentang apa yang harus akukan upaya rekonstruksi kembali
dilakukan, bahwa sistem koruplah apa yang terjadi di masa lalu untuk
yang menyebabkan negara berada menjadi pembelajaran dalam pem-
dalam puncak krisis. Oleh karena bacaan realitas sekarang.
itu, kontinuitas gerakan terpelihara.
Kepentingan-kepentingan prag-
Perdebatan-perdebatan teoretik ber-
matisme kerap lebih kental ketim-
langsung secara dinamis, sehingga
bang nilai-nilai pembelaan terhadap
selalu timbul perspektif yang mencer-
kaum mustad’afin menjadi problem
ahkan (Ari Priyatno, 2012:178).
yang mengakar di hampir seluruh
Di titik ini Pergerakan Mahasiswa Is- gerakan mahasiswa. Jejaring eko-
lam Indonesia (PMII) mesti mengam- sistem dari lingkaran mereka ker-
bil peran. Keberpihakan terhadap ap menjadi senjata ampuh untuk
kaum mustad’afin dalam tubuh PMII, menakut-nakuti demi kepentingan
barangkali, tak perlu dipertanyakan pribadi. Imbasnya citra organisasi
lagi. Hanya saja, penting kiranya dipertaruhkan. Pola oportunis ini
untuk melakukan pelbagai evalua- akan membuat publik—bahkan di
si. Salah satu evaluasi itu—evaluasi beberapa titik—warga yang terdzoli-
dalam seluruh gerakan mahasiswa— mi justru enggan percaya. Dengan
yaitu terfragmentasi. Konsolidasi daya tawar yang cukup memadai
gerakan tak terawat apik. pada level pengetahuan, kader-kad-
er PMII dihadapkan pada dua pilihan yang berbasis pada kekuasaan. Ka-
yang saling berseberangan: tetap rena itu tidak mengherankan bila
tidak beranjak dari posisinya se- dalam waktu cepat, mahasiswa
bagai kaum terpelajar—dan dengan mampu “bermetamorfosa-diri” men-
demikian, mengambil sikap “netral” jadi penguasa yang dulu dilawannya.
dan “apolitis”—atau memilih naik ke Pasca-Reformasi, hanya dalam wak-
tangga yang lebih tinggi, dan dengan tu tak lama setelah keberhasilan
demikian, menjadi bagian dari kelas menjatuhkan rezim Soeharto, terja-
yang lebih dominan. Pemandangan di migrasi besar-besaran mahasiswa
mahasiswa pasca-Reformasi mem- dan aktivis kampus ke hiruk-pikuk
perlihatkan kecenderungan kedua. dunia politik parlementer, yang den-
Alih-alih tetap dalam posisinya, ma- gan sekejap menyulap “eks-aktivis”
hasiswa lebih memilih jalur mobilitas menjadi kolaborator rezim.
sosial yang lebih menguntungkan,
Citra buruk ini mungkin tindakan
pertama-tama secara individual, lalu
tak etis perseorangan. Namun ser-
secara komunal (kelompok).
agam dan bendera yang berkibar di
Pencarian keuntungan dalam jalur balik person itu pun kerap menjadi
mobilitas yang disediakan oleh rela- tumbal. Di titik lain ekslusifme yang
si produksi dalam kapitalisme, lebih menjadi corak gerakan mahasiswa
lanjut membawa mahasiswa berg- kini kian memperparah ketidakper-
abung ke dalam kelas sosial domi- cayaan publik terhadap organisasi
nan yang ada (existing ruling class). mahasiswa. Kaum-kaum mustad’af-
Di sini terjadi keselarasan antara in tak lebih sekadar objek pengadvo-
logika ekonomi yang berbasis pada kasian, penelitian, bahkan seringka-
keuntungan, dengan logika politik li menjadi obyek proyek-proyek demi
mendulang keuntungan pribadi. daritas, memupuk kebanggaan atas
Kondisi ini mesti menjadi pelajaran kemewahan materiil di atas ketim-
berharga yang sudah waktunya dibe- pangan sosial.
nahi. Bila tidak, organisasi semacam
Pada konteks inilah, PMII absen dari
ini seperti sedang menggali kubur
tugas luhurnya dalam menginisiasi
nya sendiri. Sehingga gerakannya
dan menciptakan perubahan-pe-
menjadi lemah, gagap, dan bersifat
rubahan sosial. Tujuan besar PMII
temporal. Kita tunjuk langsung—mel-
menjadi kandas di tengah jalan.
alui fakta di atas—sebagai otokritik
dan kritik: gerakan ke-PMII-an kita Dan akhirnya, yang dapat kita lihat
hari ini adalah gerakan yang borjuis- hari ini: pembelaan terhadap rak-
tik. Yang melanggengkan egoisme yat, sekedar menjadi cita-cita yang
dan hasrat pribadi, menipiskan soli- lapuk, usang, dan sekedar mejadi
tema di meja-meja diskusi, diper- Hal ini adalah salah satu fakta ten-
debatkan, sampai tak kunjung me- tang mulai teralienasinya gerakan
nemukan titik terang untuk segera PMII pada isu-isu lokal; masalah
diatasi dan dicarikan solusi. Tak ada yang sebenarnya telah menggerogo-
hasil yang dapat dicapai. PMII telah ti kehidupan PMII itu sendiri. Pada
kehilangan taring, bahkan asing dari fase ini, kita harus sadar, bahwa
kultur dimana ia dulu dilahirkan, sudah saatnya PMII kembali had-
yakni: dari masyarakat akar rumput. ir dalam setiap persoalan-persoa-
lan pinggiran, juga senantiasa turut
Keadaannya kini sudah terbalik.
berjuang dalam mempertahankan
PMII sebagai wadah kemahasiswaan
seluruh khazanah kerifan lokalnya
yang lahir dari dan untuk melindun-
yang kini sudah juga mulai kering
gi masyarakat pinggiran, kian hari
dari spirit ideologis.
semakin terlena dengan posisi “di
pusat”—sebagai letak geografis yang Oleh karenanya, agar PMII dapat
metropolitan—di mana akses infor- melakukan pendampingan terhadap
masi dan teknologi dapat terakses itu semua, ia perlu—berdasarkan
dengan cepat. Sementara mere- problem yang di atas telah terjabar-
ka tidak sadar, bahwa wilayahnya kan—melakukan penataan ulang
sendiri, pelan tapi pasti sudah ban- terhadap kerangka berpikir, sehing-
yak yang dikuasai oleh orang “di pu- ga nanti dapat melakukan proyek
sat”, yang sejatinya telah menyadari rekonstruksi terhadap gerakannya
bahwa menguasai “wilayah pinggir” yang selama ini sedang duduk ter-
merupakan kunci untuk menguasai pukung di bawah kuasa pemodal
bangsa ini. dan elik politik-pragmatis.
Mengembalikan kepercayaan memang bu-
kan perkara mudah. Tak semudah memba-
likkan telapak tangan. Pelbagai strategi dan
ikhtiar harus mulai dipikirkan. Prasyarat
utama dalam memulihkan citra-citra baik
itu tak lain adalah memastikan sterilisasi
organisasi. Kebersihan organisasi dari men-
tal-mental koruptif, pragmatis, dan oppurtu-
nis itu menjadi pondasi dasar. Bangunan itu
setidaknya harus dikuatkan oleh pelbagai
pilar penyangga.
Salah satunya yakni dengan mem-
bangun gerakan kolektif dengan el-
emen-elemen masyarakat sipil lain.
Gerakan yang egaliter, demokratis,
itu mampu mendidik kader-kader
PMII untuk bersikap inklusif. Di
titik lain, kita akan dididik untuk
jujur pada diri sendiri. Sebab,
kontrol bukan sekadar dari inter-
nal melainkan mata-mara di ek-
sternal pun akan menyoroti. Di ten-
gah kondisi bangsa dan negara yang
sedemikian menyedihkan itu membuat
kami sadar untuk terlibat dalam gerakan
yang inklusif. Menyambung silatura- gerakan. Semua ikhtiar itu mesti
him dan jaringan dengan beberapa el- dalam kerangka struktural organisa-
emen masyarakat sipil penting dilaku- si. Dari tingkat paling bawah hingga
kan. Sebab kami sadar perubahan paling atas. Garis koordinasi ini mes-
tidak dapat dibangun jika berjalan ti terjalin dengan apik. Koordinasi ini
sendiri-sendiri. menjadi penopang di setiap gera-
kan. Bukan hanya kebutuhan mas-
Di samping itu bergabung dengan
sa, melainkan pembelajaran bagi
berbagai aliansi turut menambah
kader bahwa perubahan tak bisa
spirit dalam mengawal beberapa
dilakukan seorang diri.
kasus. Gaung solidaritas justru terli-
hat dan nampak saat bergerak ber- Kader-kader pun dilibatkan dalam
sama. Termasuk kasus-kasus yang pelbagai kerja-kerja riset maupun
dikawal sahabat-sahabat di mas- pengorganisiran. Yang nantinya has-
ing-masing daerah. Tak ubahnya il dari kerja-kerja riset itu akan mel-
gerakan mahasiswa secara umum, ahirkan sebuah catatan kritis dan
PMII juga menjadi bagian penting progresif. Intervensi politik menjadi
yang dituntut untuk menyuarakan salah satu agenda lanjutan. Alum-
hal-hal dzalim. ni-alumni PMII yang bergerak di se-
ktor-sektor strategis pemerintahan
Di lingkar jaringan itu, akan men-
mampun menjadi daya gedor isu
emukan pola dan arah yang lebih
yang tengah kita kawal. Itu sebabn-
tepat. Bukan hanya sekadar gera-
ya menyambung nafas dan ruh ger-
kan reaksioner, kita akan terlibat
akan menjadi relevan dan penting
dalam pengorganisiran dan peny-
dilakukan.
usunan data-data riset penopang

Anda mungkin juga menyukai