Anda di halaman 1dari 7

Critical Review “Finding Leaders Preparing the Intelligence Community for Succession

Management

Setiap tahun National Defense Intelligence College (NDIC) Center for Strategic
Intelligence Research (CSIR) mendeskripsikan kelompok profesional intelijen nasional
merupakan peluang untuk memajukan pengetahuan Komunitas Intelijen. Pengalaman juga akan
memperbesar paparan para peneliti kepada komunitas intelijen dan juga dapat mempublikasikan
produk penelitian tersebut.

Sejarah memberikan banyak cara dan contoh untuk memilih pemimpin. Menjadi orang
terakhir atau sering disebut dengan the last man standing, visioner dan mampu memberikan
pengaruh kepada orang lain, atau meraih suara mayoritas atau terbanyak setelah pemilu
dilakukan. Walaupun dalam prakteknya ada kemungkinan untuk menghasilkan pemimpin yang
tidak sesuai harapan atau bahkan dapat dikatakan tidak menyenangkan, biasanya menggunakan
metode debat dalam pidato publik dan metode voting mayoritas untuk memilih pemimpin dan
dalam tulisan ini membahas tentang beberapa lembaga Intelligence Community yang telah dan
sedang melakukan fungsi tersebut. Jadi makalah ini memberikan perntanyaan bagaimana dan
apakah para pemimpin dari Intelligence Community terpilih, dan bagaimana seharusnya
dipersiapkan dan dipilih dimasa depan. Makalah ini memberikan usulan rencana implementasi
manajemen diseluruh komunitas.

Survei yang dilakukan OPM dan IC memberikan fokus kepada masyarakat dan federal,
pada tahun 2006 lembaga tersebut mengumpulkan informasi tentang persepsi tenaga kerja
pemimpin pemerintahan faderal. Disebagian besar wilayah dan sekitar setengahnya karyawan
memegang pandangan dan pendapat yang positif dari para pemimpin mereka, tapi ada juga yang
menyatakan bahwa karyawan menilai para pemimpin tidak memiliki kemampuan untuk
memotivasi tenaga kerja. The Office of the Director of National Intelligence (ODNI) telah
melakukan dua survey tentang karyawan yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2006. Dapat
dijadikan contoh hasil menunjukan bahwa karyawan IC lebih bahagia dengan para pemimpin
mereka daripada pegawai pemerintah federal pada umumnya dengan margin kurang dari 5%.
Mengingat kekhawatiran ini dan misi DNI untuk membawa lebih banyak kekompakan ke IC,
terdapat kewajiban untuk meningkatkan proses identifikasi, mempersiapkan, dan menempatkan
para pemimpin diseluruh IC.
Tulisan ini mengacu kepada definisi bahwa pemimpin dan pengelolaan menejemen yang
sukses. Manajemen yang sukses adalah upaya yang terstruktur oleh organisasi untuk memastikan
kontinuitas dalam posisi kunci dan untuk mempertahankan dan mengembangkan intelektual dan
untuk modal pengetahuan untuk masa depan. Pemimpin atau kepemimpinan mengacu pada tiga
tingkatan teratas karier, Senior sipil pelaksana intelijen dalam setiap agen IC. Para pemimpin IC
terdiri atas tiga tingkatan teratas, warga sipil memberikan kesinambungan antara tenaga kerja
yang ada dan pejabat-pejabat yang ditunjuk berturut-turut (pada umumnya direktur agensi),
mereka memastikan stabilitas dalam eksekusi jangka panjang dari masing-masing misi agen
anggota dan IC. Jadi yang dibahas disini sebagai pemimpin dapat menjadi Wakil Direktur,
Kepala Staf, dan Direktur/Kepala Organisasi Besar.

Analisis Kualitatif dalam makalah ini, mengharuskan untuk menghasilkan kriteria tentang
memahami dengan lebih baik subjek yang ada. Peneliti menggunakan pertanyaan untuk
mengembangkan kriteria dan dalam pendekatan ini memastikan bahwa waktu pengerjaannya
dapat diperpanjang oleh peneliti. Pada akhirnya dari penelitian yang dilakukan akan
mendapatkan pengetahuan yang tentunya dapat diaplikasikan. Pada akademisi terkadang
mengamati perbedaan antara pemimpin dan manajer atau sering disebut dengan administrator.
Dalam tulisan ini berasumsi bahwa keterampilan untuk mengelola dan memimpin diperlukan
pada sangat diperlukan dalam pada tingkat tertinggi di IC, karena itulah tulisan ini dalam militer
AS jalur persiapan dan kemajuan jelas. Namun warga sipil dalam layanan yang dilakukan dapat
melakukan suatu kesalahan dalam hal persiapan dan akan menganggu peluang untuk promosi,
makalah ini hanya berfokus pada warga sipil IC di lembaga-lembaga masyarakat.

Dilihat dari sudut pandang program bahwa setiap proses dalam upaya untuk mendapatkan
sumber daya harus mencakup persyaratan yang jelas dan tentunya dapat diartikulasikan. Dalam
bagia ini mengulas tentang literature yang digunakan para peneliti atau akademisi, tentunya
tentang pemimpin, kemampuan kognitif, perilaku dan lingkungan operasi mereka, tentunya
secara tidak langsung mendorong minat IC untuk dapat terus berkembang.
Pembelajarn tentang pemimpin dan kepemimpinan yang mecakup ribuan tahun. Orang-
orang Yunani Kuno berusaha untuk memahami kualitas pemimpin, pemikir abad pertengahan
dan masa Renaissance berusaha untuk menggambarkan pola piker dan tidakan para pemimpin.
Ditambah ketika revolusi industri, para pengamat coba untuk mendokumentasikan mekanisme
yang dilakukan oleh pekerja dan manajer yang efektif. Memasuki abad kedua puluh berkembang
akademisi atau peneliti melakukan upaya untuk mengukur sifat kepemimpinan yang baik. Para
pemimpin sendiri memiliki pandangan yang berbeda tentang kekuatan mereka sendiri dan
kekurangannya dalam memimpin. Namun jika dilihat tidak ada definisi yang jelas seperti apa
pemimpin yang ideal dan bagaimana mengidentifikasinya. Penelitian-penelitian lanjutan dan
analisis kepemimpinan membantu untuk menganalisis individu-individu yang sulit untuk
dipahami. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk memperjelas relevansi literature yang dipilih
untuk mengaplikasikannya dalam manajemen IC.
Dalam bukunya tentang kepemimpinan James MacGregor Burns membedakan dua tipe
kepemimpinan atau pemimpin, yaitu :
a. Pahlawan (ditambah oleh pengikutnya)
b. Administrator (mengelola kegiatan dan sumber daya)
Dan pada akhirnya akan mendukung tujuan untuk masuk dan menempatkan pemimpin yang
inspsirasional yang mempengaruhi pengikutnya dalam melakukan tugas perbaikan, sebagai
proses dalam pencapaian akan tujuan bersama. Menstransformasikan kepemimpinan adalah
proses berkelanjutan dimana pemimpin belajar tentang motivasi dan kebutuhan pengikut melalui
intropeksi akan kebutuhan pribadi. Pemimpin tidak hanya harus mengkomunikasikan tujuan
untuk pengikut, dia harus memberikan contoh perilaku yang diinginkan dalam mencapai
tujuannya. Kouzes dan Posner dalam penelitiannya mengatakan bahwa karakterteristik pemimpin
merupakan hal utama yang harus di survey dan terlepas dari Negara asal dan budayanya,
pemimpin disini diharapkan harus jujur, memiliki wawasan kedepan, kompeten, dan tentunya
harus inspiratif.
Mentoring merupakan pemberian bimbingan tentang isu-isu strategis ayang akan
dihadapi oleh organisasi, aspek penting yang harus dimiliki para pemimpin masa depan.
Literatur-literatur mengacu kepada mentor sebagai orang yang dapat membantu mendefinisikan
dan tentunya mengerti kebuthan yang diperlukan oleh mereka sendiri dalam hal untuk
pengembangan diri. Dalam tulisan ini disarankan mentor dapat membantu calon pemimpin untuk
menyiapkan rencana atau memetakan rencana karir kedepannya serta tujuan-tujuan yang
diharapkan dapat dicapai pada saat dia memimpin.
Mengingat pentingnya misi yang ada seharusnya tidak mengejutkan bahwa Komunitas
Intelijen yang ada akan segera agresif mencari pemimpin yang terampil untuk posisi-posisi yang
strategis. Pada saat pembentukan komunitas intelijen personil manajemen dan persyaratan untuk
para pemimpin dimasukan dalam dokumen-dokumen penting, UU Keamanan Nasional Tahun
1947 mengatakan bahwa keamanan nasional aparat intelijen sebagai sebuah komunitas.
Sekitar kurun waktu 20 tahun banyak terjadi perubahan di dunia intelijen, teknologi terus
mengalami perkembangan seperti smartphone, internet, dll. Hal tersebut menjadikan arus
informasi menjadi tak terbatas serta menjadi suatu hal yang mampu merubah pola operasi dan
kegiatan intelijen itu sendiri. Pendapat mengenai penerus pemimpin bisa dibentuk dengan
lingkungan dan berjenjak sedini mungkin, apakah bisa menjalankan kepemimpinan secara baik
dan akhinrya menghasilkan penerus yang tentunya juga baik.
Generasi X dan Generasi Y yang merupakan saat ini menjadi pegawai muda
dipertanyakan apakah mempunyai pemikiran dan konsep yang lebih baik dari generasi
sebelumnya, faktor seperti pengalaman dalam menjalankan operasi intelijen dan untuk
mengambil sebuah keputusan dan tentunya memecahkan masalah mungkin belum bisa secara
baik dilakukan pada masa sekarang. Perubahan harus dilakukan oleh kedua generasi tersebut,
baik generasi terdahulu maupun generasi yang ada saat ini.
Hal penting dalam penerus pemimpin adalah yang dapat menjaga keberlangsungan
kepemimpinan yang baik adalah keinginan tersebut datang dari pegawainya karena meneurskan
organisasi intelijen, karyawan harus lebih peduli dengan keberlangsungan kepemimpinan dan
jalannya organisasi dan mempersiapkan diri untuk menjadi suksesor pemimpin jika pada saatnya
dibutuhkan. Perubahan ke hal yang positif yang memiliki orientasi pada kepentinan organisasi,
dengan kebutuhan organisasi akan perubahan dan juga perkembangan zaman. Pengalaman dan
kemampuan individu harus dimiliki untuk dapat menjadi penerus kepemimpinan intelijen
berikutnya. Pemimpin intelijen harus bisa membentuk penerus yang sebelumnya terkurung
dalam kepompong menjadi kupu-kupu yang siap untuk terbang. Karena itu pemimpin perlu
membentuk penerusnya menjadi kupu-kupu yang siap menjalankan organisasi sebaik mungkin.
Perubahan disisi organisasi juga diperlukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan
zaman yang terjadi, organisasi haruslah dapat bertahan dalam situasi dan kondisi seperti apapun
dan pimpinan yang baik akan mampu menjalankan manajemen organisasi intelijen yang bisa
beradaptasi dengan baik menghadapi peruahan dengan pemanfaatan sumber daya manusia,
membentuk karyawan yang bertanggung jawab dan selalu siap ketika diperlukan.
Analisis Intelligence Community di Indonesia

Intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan
kebijakan, strategi nasional dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan informasi dan
fakta yang terkumpul melalui metode kerjauntuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka
pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional
(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara).
Indonesia memili Badan Intelijen Negara (BIN), dan BIN memiliki fungsi sebagai
coordinator penyelenggara intelijen Negara. BIN memiliki tugas yaitu :
1. Mengkoordinasikan penyelenggara intelijen Negara
2. Memadukan produk intelijen
3. Melaporkan penyelenggaraan koordinasi intelijen Negara kepada presiden
4. Mengatur dan mengkoordinasikan intelijen pengamanan pimpinan nasional
Tugas utama BIN yaitu koordinator seluruh unit-unit yang memiliki fungsi intelijen, dimana BIN
akan mengkomobinasikan semua produk yang ada beserta kegiatannya agar dapat berguna dalam
penggunaannya dan memiliki nilai tinggi sebagai produk intelijen.
Melalui intansi ini maka semua unti yang memiliki fungsi intelijen berada dalam
koordinas dengan BIN sebagai koordinator, dan tentunya harus ada sinergi oleh semua unit agar
fungsi intelijen dapat menghasilkan produk intelijen yang maksimal ataupun menghasilkan
keberhasilan ketika kegiatan intelijen dilakukan.
Dalam koordinasi komunitas intelijen tentunya akan melalukan roda perputaran intelijen,
setiap unit intelijen akan menjalankan roda tersebut masing-masing dan pada akhirnya akan
terjadi pertukaran informasi intelien antar unit tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
masing-masing unit. Unit-unit intelijen disini berada ditingkat pusat atau memiliki ruang lingkup
nasional.
Ditingkat daerah juga terdapat komunitas intelijen yaitu disebut dengan Komunitas
Intelijen Daerah, dimana ruang lingkupnya lebih sempit yaitu di daerah tersebut, dan sebagai
koordinator utamanya tetap berada di BIN. Secara unit memang merupakan perpanjangan tangan
unit-unit yang berada ditingkat pusat dan tetap melibatkan intelijen TNI dan POLRI. Harusnya
dengan koordinasi tersebut BIN dapat mendeteksi sedini mungkin potensi-potensi ancaman yang
dapat menggangu kestabilan keamanan nasional.
Masih banyaknya potensi ancaman yang dapat menganggu kestabilan keamanan nasional
saat ini maka peran BIN sebagai coordinator komunitas intelijen di pusat maupun di daerah harus
terus perlu tingkatkan. BIN harus dapat mengarahkan setiap unit tersebu agar dapat
menghasilkan produk intelijen dan produk semua unit tersebut dapat melengkapi satu sama lain
agar tercipta kestabilan keamanan nasional.
UNIVERSITAS INDONESIA
UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH KEPEMIMPINAN STRATEJIK
SEMESTER GENAP 2017/2018

MUHAMMAD LUTHFI IKHWAN


1606967800

PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN NASIONAL


KEKHUSUSAN KAJIAN STRATEJIK INTELIJEN
SEKOLAH KAJIAN STRATEJIK DAN GLOBAL
UNIVERSITAS INDONESIA
2018

Anda mungkin juga menyukai