Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional

Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022


“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF


PADA PEMBELAJARAN DI TK AISYYAH BUSTANUL ATHFAL 6
PURWOKERTO

Tutut Tugiati¹, Kuntoro², Titik Wahyuningsih³


Oka Novitria⁴, Lutfi Febriani⁵
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRAK

Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari tuturan yang diucapkan. Penggunaan
bahasa yang sopan, santun, sistematis, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi penuturnya. Terwujudnya
pendidikan santun berbahasa bermula dari keteladanan baik keteladanan dari guru atau orang tua. pembentukan
karakter siswa dapat diwujudkan dalam kebiasaan santun berbahasa. Kaitan antara pembelajaran bahasa dan
kesaantunan berbahasa dapat dilakukan oleh guru saat bertutur kepada siswa, kemudian siswa akan menyimak
tuturan guru tersebut dengan baik. Siswa taman kanak-kanak berada dalam golden age, tahapan perkembangan
dan pertumbuhan emas yang terjadi dimasa-masa awal kehidupannya. Masa ini merupakan masa kritis lima tahun
pertama anak. Tindak tutur ilokusi direktif merupakan upaya pengembangan kesantunan berbahasa pada anak
usia dini. Tuturan merupakan suatu aktivitas bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur Penelitian ini akan
dilaksanakan dengan tiga tahap penelitian, yaitu : (1) penyediaan data, (2) penganalisisan data dan (3)penyajian
hasil analisis data/laporan. Penyediaan data menggunakan metose observasi, metode simak dengan tekhnik
rekam/video dan catat. Penganalisisan data menggunakan metode agih dan padan
referensial/kontekstual.Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode informal, menggunakan kata-
kata biasa tanpa simbol tertentu. Prinsip kesantunan berbahasa tindak tutur ilokusi direktif pada pembelajaran di
TK Aisyiah Busthanul Athfal 6 Purwokerto meliputi maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kesepakatan,
kerendahan hati.

Kata kunci : Bahasa, Tindak tutur, Prinsip Kesantunan

PENDAHULUAN
Prinsip Kesantunan
Menurut Lestari, dkk (2016 : 154) berpendapat bahwa Prinsip kesantunan merupakan prinsip
percakapan yang mengharuskan peserta pertuturan bertutur dengan santun, hal ini berlandaskan dimana
kita hidup di lingkup masyarakat timur yang selalu mengutamakan sopan dan santun saat kita
berkomunikasi dengan mitra tutur. Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Wulanda (2021 : 578) dalam
bertindak tutur yang santun, agar pesan dapat disampaikan dengan baik pada peserta tutur, komunikasi
yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip kesantunan berbahas. Prinsip-prinsip kesantunan
berbahasa yang dikemukan oleh Leech (1993: 206-207) yaitu sebagai berikut:

1. Maksim Kearifan
Menurut Wijana (1996:96) Maksim ini menggariskan setiap penutur untuk meminimalkan
kerugian orang lain, atau memaksimalkan ke untungan bagi orang lain. hal ini dapat dilihat di
lingkungan masyarakat ketika kita menerapkan maksim ini maka akan semakin dihargai ketika santun
dalam memperlakukan seorang begitu juga sebaliknya jika kita tidak santun kepada orang lain maka
kita juga tidak dihargai.

(1) Penutur : “Silahkan ibu, ada yang bisa saya bantu?”


Mitra tutur : “Iya Mba, tadi ATM saya keblokir.”

2. Maksim Kedermawanan
Menurut Leech (dalam Oka 1993: 206) maksim ini menjelaskan buatlah keuntungan diri
sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Dengan maksim ini diharapkan
penutur menghormati orang lain dengan menggunakan kalimat-kalimat yang baik. Seperti contoh
berikut ;
93
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

(2) Penutur : “Rumahmu bagus, tapi sayang bedekatan dengan proyek


pembangunan.”

3. Maksim Pujian
Menurut Wijana (1996:57) maksim penghargaan ini diutarakan dengan kalimat ekspresif dan
kalimat asertif. Dalam maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. seperti contoh
berikut :

(3 ) Penutur : “Permainanmu sagat bagus.”


Mitra tutur : “Tidak saya kira biasa-biasa saja.”
Penutur : “Permainan anda sangat bagus”
Mitra tutur : “Jelas, siapa dulu yang main.”

Hal ini dapat dilihat dimana penutur memuji mitra tutur dalam perihal permainannya, namun mitra
tutur menjawabnya biasa-biasa saja, untuk memaksimalkan rasa hormat dan sopannya ke pada mitra
tutur maka penutur meningkatkan penghargaan diri kepada mitra tutur.

4. Maksim Kerendahan Hati


Menurut Wijana (1996:58) mengatakan maksim kerendahan hati ini diungkapkan dengan
kalimat ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan atau penghargaan berpusat pada orang lain,
maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan
untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri
sendiri. Seperti contoh berikut:

(4) Penutur : “Betapa pandainya orang itu.”


Mitra tutur : “Betul, dia memang pandai.”

5. Maksim Kesepakatan
Menurut Wulanda (2021: 579) dalam Rahardi (2005:64) dalam maksim ini, ditekankan agar
para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Wijana (1996:59)
menggunakan istilah maksim kecocokan dalam maksim permufakatan ini.sebagai contoh berikut :

(5)Penutur : “UTSnya sulit iya?”


Mitra Tutur : “Ya, apa yang aku pelajari tidak keluar.”

6. Maksim Simpati
Menurut Wijana (1996:60) maksim ini mengungkapkan dengan tuturan asertif dan
ekspresif.Maksim ini mengharuskan setiap penutur untuk memaksimalkan rasa simpati dam
meminimalkan rasa antisipasi kepada lawan tuturnya. Ungkapan ini bisa diterapkan dilingkungan
sekitar seperti contoh berikut :

(6) Penutur : “aku mendapat rangking 1.”


Mitra Tutur : “Alhamdulilah, ya.”

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak ini digunakan untuk memperoleh
data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015 : 203).Dalam hal ini,
tuturan yang disimak adalah penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru yang merupakan bahasa
lisan. Melalui metode simak ini, digunakan Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Mahsun (2012
: 91-92) mengungkapkan bahwa Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) maksudnya adalah peneliti
94
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

sama sekali tidak terlibat secara langsung dalam sebuah proses percakapan. Peneliti hanya sebagai
penyimak tuturan yang dilakukan oleh informannya.
Selanjutnya teknik yang kedua yaitu teknik rekam.teknik rekam ini merupakan teknik lanjutan yang
bertujuan untuk mendokumentasikan sebuah tuturan yang akan diteliti. Perekaman dilakukan ketika
proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menggunakan alat bantu berupa handphone untuk merekam.
Selanjutnya peneliti menggunakan teknik catat untuk mencatat hasil tuturan dalam proses
pembelajaran. Proses pencatatan dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti (1)
melakukan pengecekan video yang berisi tuturan guru (2) mencatat jenis tuturan direktif yang muncul
pada tuturan guru selama proses pembelajaran berlangsung (3) mencatat tuturan direktif guru yang
bermuatan nilai kesantuan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan alat tulis untuk mendapatkan
data tuturan.
Pada proses Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), peneliti tidak terlibat dalam percaskapan
antara guru dengan siswa. Teknik rekam, peneliti merekam proses kegiatan pembelajaran guru
menggunakan rekaman dengan alat bantu kamera. Sedangkan pada teknik catat digunakan oleh peneliti
untuk mentranskripsi data yang awalnya masih merupakan data rekaman.Teknik catat ini bertujuan
untuk memudahkan peneliti dalam memahami hasil rekaman dan melakukan analisis data.

PEMBAHASAN HASIL PENGANALISISAN DATA


Tahap penyajian data merupakan upaya peneliti dalam wujud penelitian tertulis dengan data hasil
kinerja peneliti untuk mengolah data yang sudah di dapatkan dalam penelitian ini. Penyajian hasil
penganalisaan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode informal. Hasil dari penganalisisan tersebut di temukan adanya
penggunaan prinsip kesantuan dalam pembelajaran di TK Aisyiah Busthanul Atfal 6 Purwokerto.
Prinsip kesantunan memiliki 5 maksim yakni ; maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan
hati, kesepakatan, simpati.

1. Maksim Kearifan
Menurut Wijana (1996:96)Maksim ini menggariskan setiap penutur untuk meminimalkan
kerugian orang lain, atau memaksimalkan ke untungan bagi orang lain. hal ini dapat dilihat di
lingkungan masyarakat ketika kita menerapkan maksim ini maka akan semakin dihargai ketika santun
dalam memperlakukan seorang begitu juga sebaliknya jika kita tidak santun kepada orang lain maka
kita juga tidak dihargai.
Data (B3.K2.F.92)

Bu Ria : “Mas Zafran dirumah pakai bahasa jawa yah, kata Mas Zafran
biting atau apa?”
Zafran : “Tusuk sate.”

Dalam tuturan data F.92 ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi direktif questions
(bertanya) dengan menggunakan kata Mas Zafran. Selain itu, ditemukan penggunaan maksim
kearifan. Dalam tuturan tersebut penutur yaitu Bu Eni memanggil nama mitra tutur yaitu Mas Zafran.
Tuturan tersebut sesuai dengan pengertian maksim kearifan karena penutur memaksimalkan rasa
hormatnya kepada mitra tutur untuk mendapatkan perhatian dari mitra tutur yang sedang bertanya
mengenai tusuk sate dalam bahasa jawa. Penutur sudah memaksimalkan rasa hormatnya kepada mitra
tutur supaya pertanyaan yang disampaikan kepada mitra tutur bisa tersampaikan dengan baik dan jelas.
Data (B3.K2.F.102)

Zafran : “Kalau kurang ambil lagi ya Bu?”


Bu Ria : “Sudah cukup, baca basmallah.”

Dalam tuturan data F.102 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi dirketif
Questions (bertanya) dengan penggunaan tanda tanya di akhir dialog. Adanya penggunaan maksim
kearifan. Pada aktifitas tutur tesebut penutur yaitu Zafran mengungkapkan keinginannya untuk
mengambil barang kepada mitra tutur yaitu Bu ria. Penutur memaksimalkan rasa hormatnya karena
95
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

melihat mitra tuturnya adalah gurunya, dimana adab sopan santun ketika mengambil suatu barang pasti
harus izin telebih dahulu . karena adab orang indonesia adalah orang timur pasti mengedapankan adab
sopan santun. Melihat situasinya Bu ria jauh lebih tua dari Zafran sehingga harus di hormati. Maka
tuturan tersebut sesuai dengan maskim kearifan.
Data (B4.K2.G.15)

Bu Eni : “Wah pintar sekali loh langsung bisa roda dua. Mba Olin sudah
bisa naik roda dua?”
Olin : “Belum.”
Ibu Eni : “Masih roda empat sekarang?”
Olin : “Oh masih roda empat. Mba Selin?”
Selin : “Sudah roda dua.”
Ibu Eni :“Tidak apa-apa ya Mba Olin, tetap semangat yah Walaupun masih roda
empat, nanti lama-lama kalau tiap hari naik sepeda bisa naik roda
dua.”

Dalam tuturan data G.15 ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi direktif Questions
(bertanya). Tuturan tesebut ditemukan adan penggunaan maksim kearifan. Aktifitas tutus tersebut
menggambarkan bagaimana penutur memanggil mitra tuturnya dengan tambahan sapaan “Mba olin”,
penggunaan kata Mba pada tuturan yang disampaikan penutur untuk memaksimalkan rasa hormat
penutur kepada mitra tuturnya supaya bisa fokus kepada pertanyaannya dan mitra tutur seolah-olah
merasa di hormati karna sudah dipanggil “Mba Olin sudah bisa naik roda dua?”. Maka tuturan
tersebut sudah sesuai dengan pengertian maksim kearifan yaitu semakin dihargai ketika santun dalam
memperlakukan seorang begitu juga sebaliknya jika kita tidak santun kepada orang lain maka kita juga
tidak dihargai.

2. Maksim Kedermawanan
Menurut Leech (dalam Oka 1993: 206) maksim ini menjelaskan buatlah keuntungan diri sendiri
sekecil mungkin, buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Dengan maksim ini diharapkan penutur
menghormati orang lain dengan menggunakan kalimat-kalimat yang baik.

Data (B4.K1.F.191)

Ibu Eni : “Ya alhamdulilah semuanya punya sepeda ya Kalau kita


punya sepeda, kita mengucapkan syukur alhamdulilah.”
Gani Kecil : “Alhamdulilah.”
Ibu Eni : “Karena ada teman kita yang tidak punya sepeda. Cuma
bisanya liatin. Mas Kenan juga punya udah dibawa ke
sekolahan, sepedanya sudah dibawa ke rumah sana ya. Tadi
kita udah belajar di luar tentang bagian-bagian apa ya?
Bagian-bagian apa ya?”

Data tuturan F.191 ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi dirketif requestives
(mengajak) lawan tutur dengan mengajaknya mengucap syukur “kita mengucapkan syukur
alhamdulilah”. Selain itu ada penggunaan maksim kedermawanan. Pada aktitifas tutur tersebut penutur
mengungkapkan tentang menghormati orang lain yang belum bisa memiliki apa yang kita miliki maka
kita harus mengucap syukur,mitra tutur memahami maksud yang di ungkapkan penutur sehingga
mengucap rasa syukur. Maka tuturan tersebut sudah sesuai dengan pengerti maskim kedermawanan
yaitu menghormati orang lain dengan menggunakan kalimat-kalimat yang baik.

Data (B4.K2.G.15)

bu Eni : “Wah pintar sekali loh langsung bisa roda dua. Mba Olin sudah bisa naik
roda dua?”
Olin : “Belum.”
96
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

Ibu Eni : “Masih roda empat sekarang?”


Olin : “Oh masih roda empat. Mba Selin?”
Selin : “Sudah roda dua.”
Ibu Eni :“Tidak apa-apa ya Mba Olin, tetap semangat yah Walaupun masih roda empat,
nanti lama-lama kalau tiap hari naik sepeda bisa naik roda dua.”

Dalam tuturan Data G.15 ada penggunaan tindak tutur ilokusi dirketif requestivesi (mengajak)
tetap semangat “tetap semangat yah Walaupun masih roda empat, nanti lama-lama kalau tiap
hari naik sepeda bisa naik roda dua”. Ditemukan adanya penggunaan maksim kedermawanan.Pada
tuturan tersebut penutur memberikan semangat kepada mitra tuturnya dengan menggunakan kalimat
yang baik agar tidak menyakiti hati penutur dengan tetap belatih supaya bisa tebiasa dengan sepeda
roda dua.“Tidak apa-apa ya Mba Olin, tetap semangat yah Walaupun masih roda empat, nanti
lama-lama kalau tiap hari naik sepeda bisa naik roda dua.”Maka tuturan tesebut sudah sesuai
dengan pengertian maksim kedermawanan yaitu dengan penutur menghormati orang lain dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang baik.

3. Maksim Pujian
Menurut Wijana (1996:57) maksim penghargaan ini diutarakan dengan kalimat ekspresif dan
kalimat asertif. Dalam maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.

Data (B4.K2.G.11)

Ibu Eni : “Wah berarti Mba Saras sudah terampil naik sepeda dan Mba
Sarah termasuk anak yang berani, tidak takut jatuh. Memang kalian
harus tetap berani agar bisa.”
Sifa : “Aku ngebut.”
Ibu Eni : “Wah pintar sekali ngebut.”

Dalam tuturan Data G.11 ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi direktif Permissives
(menganugerahi) seperti kalimat pujian atas apa yang dilakukan oleh mitra tutur dala tuturan tesebut
“Mba Sarah termasuk anak yang berani, tidak takut jatuh”. Selain itu adanya penggunaan maksim
pujian .aktifitasa tutur tersebut penutur yaitu Bu Eni mengungkapkan kalimat seolah-olah memuji
keberanian yang dimiliki oleh mitra tutur yaitu sifa “Mba Sarah termasuk anak yang berani, tidak
takut jatuh” kalimat selanjut mengungkapkan keberanian mitra tutur yang sudah bisa mengendarai
sepeda dengan lancer “Wah pintar sekali ngebut”. Maka tuturan tersebut sudah sesuai dengan
pengertian maksim pujian, yaitu memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan
rasa tidak hormat kepada orang lain.
Data (B4.K1..F.38)

Bu Eni : “Oh sepeda anak. Rodanya berapa?”


Harun : “Dua.”
Ibu Eni: “Udah pinter naik sepeda roda dua?”
Harun : “Udah.”
Ibu Eni: “Oh pinter hebat. Sering-sering naik sepeda ya.Dipakai ya, jangan digeletakin
aja ya karena bersepeda itu juga menyehatkan badan, menyehatkan jantung,
menguatkan otot ya.Mas Kelvin, Ibu Eni pernah lihat naik sepeda. Mas
Kelvin, sepedanya apa?”

Dalam tuturan Data F.38 ditemukan penggunaan tindak tutur ilokusi direktif Permissives
(menganugerahi) seperti kalimat pujian atas apa yang dilakukan oleh mitra tutur dalam tuturan tesebut
““Udah pinter naik sepeda roda dua?” “Oh pinter hebat” . Ditemukan adanya penggunaan maksim
97
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

pujian. Dalam aktifitas tutur tesebut penutur yaitu Bu Eni menanyakan apa sudah pinter mengendarai
sepeda kepada mitra tutur yaitu Harun. Mitra tutur menjawa sudah, hal tersebut memunculkan kalimat
yang memuji dari penutur untuk pencapaian mitra tutur yang sudah bisa mengendarai sepeda roda
dua.Maka tuturan tesebut sudah sesuai dengan pengertian maksim pujian.

4. Maksim Kerendahan hati


Menurut Wijana (1996:58) mengatakan maksim kerendahan hati ini diungkapkan dengan
kalimat ekspresif dan asertif. Bila maksim kemurahan atau penghargaan berpusat pada orang lain,
maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk
memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Data (B.2.K.2.C.354)
Bu Listia : “Kamu bisa main sepeda bisa dijalan raya, bisa di lapangan, bisa di
halaman rumah, bisa di gang yah, tapi ingat aturan bermain sepeda
yang pertama?”
Fajar : “Hati-hati.”
Bu Listia : “Nah itu hati-hati, yang kedua kalau bermain sepeda dijalan raya
berarti dijalannya sebelah mana?”
Affan : “Pinggir.”
Justin : “Pinggir.”

Dalam tuturan data C.354 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi direktif
questions (bertanya) yaitu bertanya bagaimana bersepeda yang baik. ditemukan “Kamu bisa main
sepeda bisa dijalan raya, bisa di lapangan, bisa di halaman rumah, bisa di gang yah, tapi ingat
aturan bermain sepeda yang pertama?” Selain itu, ditemukan adanya penggunaan maksim
keredahan hati. Tuturan tersebut menunjukan penutur memberikan perhatian lebih atau
menginformasikan kepada lawan tuturnya ketika bersepeda harus memperhatikan atauran bersepeda
yang baik. Penutur memberikan arahan supaya lawan tuturnya memperhatikannya dan menerapkannya
ketika menggunakan sepeda untuk kegiatan.

Data (B2. K2. C.227)


Bu Listia : “Nah tadi sudah pada guling-guling yah, sekarang tinggal dengerin Bu Lis
ya.”
Bu Listia : “Kalau guling-gulingnya dikasur juga hati-hati takut apa?”
Dwi : “Jatuh.”
Bu Listia : “Iya takut jatuh guling-guling nanti jatuh, yuk anak sholeh.”

Dalam tutura data C.227 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi direktif questions
(bertanya) penutur betanya ketika melakukan permainan harus hati-hati, mitra tutur menjawab supaya
tidak jatuh “Kalau guling-gulingnya dikasur juga hati-hati takut apa?”. Ditemukan adanya
penggunaan maksim kernedahan hati. Tuturan tesebut menunjukan penututur memberikan perhatian
dana rasa hormat kepada lawan tuturnya dengan memanggil namanya supaya perintah yang di arahkan
di dengar dengan baik oleh lawan tuturnya, penutur menambahkan kata “Yuk anak sholeh” kata-kata
tersebut memiliki maksud untuk menarik perhatian lawan tutur yang mulai sibuk atau tidak
memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.

5. Maksim Kesepakatan
Menurut Wulanda (2021: 579) dalam Rahardi (2005:64) dalam maksim ini, ditekankan agar
para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Wijana (1996:59)
menggunakan istilah maksim kecocokan dalam maksim permufakatan ini.
Data (B2.K2.C.263)

Bu Listia : “Apa fungsi roda ?”


Dwi : “Buat jalan raya.”
98
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

Bu Listia : “Kalau sepedanya tidak ada roda apa yang terjadi?”


Rayyan : “Ngga bisa jalan.”
Bu Listia : “Ngga bisa jalan pinter Mas Rayyan kalau ssepedanya ngga ada
rodanya bisa jalan ngga?”
Siswa : “Ngga.”

Dalam tuturan data C.263 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi dirketif
questions ( berinkuiri) yaitu bertanya fungsi bagian sepeda kepada mitra tutur. Ditemukan adanya
penggunaan maksim kesepakatan. Tuturan tersebut penutur bertanya tentang bagian dan fungsi dari
sepeda kepada lawan tuturnya, lawan tutur menjawab dengan baik mengenai pertanyaan yang ditujukan
untuk lawan tutur, berarti lawan tutur sudah bisa memahami dan menyepakati maksud dari penutur
mengenai bagian dan fungsi dari sepeda.
Data B3.K3.D.63

Bu Ria : “Nih, Bu Ria mau ada aturannya nih ketika menonton ini video
tidak boleh mainan sendiri ngobrol sendiri, nanti kalo ada yang ngobrol sendiri
videonya dimatikan mau nggak?”
Siswa : “Nggak.”
Bu Ria : “Ya kalo ngga mau videonya dimatikan perhatikan videonya dulu
ya.”

Dalam tuturan data D.63 di temukan adanya pengguna tindak tutur ilokusi direktif
Requirements (mensyaratkan) yaitu penutur mensyaratkan kepada mitra tutur ketikan mengobrol
sendiri akan di matikan videonya yaitu “Bu Ria mau ada aturannya nih ketika menonton ini video
tidak boleh mainan sendiri ngobrol sendiri, nanti kalo ada yang ngobrol sendiri videonya
dimatikan mau nggak?”. Di temukan adanya penggunakan maksim kesepakatan. Tuturan tesebut
menunjukan adanya kesepakatan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Penutur memberikan arahan
kepada lawan tutur untuk memperhatikan tayangan yang akan di putar, karena lawan tutur tidak
mendengarkan dengan baik terjadilah sebuah kesepakatan dimana lawan tutur tidak fokus maka
tayangan video akan di matikan.

6. Maksim Simpati
Menurut Wijana (1996:60) maksim ini mengungkapkan dengan tuturan asertif dan
ekspresif.Maksim ini mengharuskan setiap penutur untuk memaksimalkan rasa simpati dam
meminimalkan rasa antisipasi kepada lawan tuturnya.
Data (B3.K2.F.19)
Bu Ria : “Mba Nadhira naik sepedanya paling jauh sampai kemana?” Nadhira : “Ke
lapang.”
Bu Ria : “Ke lapangan ya lebih aman, kalau sendirian ke jalan raya tidak boleh
yah berbahaya.”
Zafran : “Kalau sudah gede boleh ya.”
Bu Ria : “Kalau sudah gede boleh, kalau sudah tau aturan di jalan tapi kalau masih
kecil mending yang di sekitar rumah saja boleh di jalan raya tapi harus
ditemani.”

Dalam tuturan data F.19 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi Requirements
(mengarahkan) yaitu memberikan arahan agar bersepeda di lapangan karena lebih aman “Ke
lapangan ya lebih aman, kalau sendirian ke jalan raya tidak boleh yah berbahaya.” Ditemukan
penggunaan maksim simpati.Aktifitas tutur tersebut memperlihatkan adanya rasa empati atau perhatian
kepada mitra tutur untuk berkendara sepeda alangkah baiknya di dekat lapangan saja melihat mitra tutur
saat ini masih dalam dibawah unsur sehingga mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan maka perlu
adanya pengawasan dari orang dewasa atau orang yang paham aturan.Maka tuturan tersebut sudah
sesuai dengan pengertian darii maksim simpati.
Data (B4.K1.F.86)
Ibu Eni : “Coba siapa yang bisa menyebutkan bagian-bagian sepeda apa aja?”
99
Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat VII Tahun 2022
“PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERBASIS INOVASI IPTEKS”
LPPM - Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ISSN 2963-2145 Volume 4, Desember 2022

Amar : “Roda.”
Ibu Eni : “Pinter.”
Amar : “Sadel.”
Ibu Eni : “Loh ko Mas Amar terus. Hayu yang lain.”

Dalam tuturan data F.86 ditemukan adanya penggunaan tindak tutur ilokusi direktif
Requirements (menghendaki) yaitu penutur menghendaki adanya jawaban atas pertanyaannya di jawab
selain mitra tutur ini. di temukan adanya maksim simpati. Aktifitas tutur tersebut penutur
mengungkapkan untuk seluruh rekan-rekan mitra tutur agar ikut aktif menjawab pertanya yang
diucapkan penutur yang menyebutkan tentang bagian sepeda.Coba siapa yang bisa menyebutkan
bagian-bagian sepeda apa aja?” mulanya penutur hanya menunjuk dengan kata “Siapa” penggunaan
kata “siapa” sebetulnya bisa saja menyebutkan nama, namun karena salah satu mitra tutur sudah paham
apa yang dimaskud maka mitra tutur tertarik untuk menjawab setiap pertanyaan yang diucapkan oleh
penutur. Namun karena mitra tutur ini selalu aktif sehingga terjadilah rasa kurang aktifnya dari rekan
mitra tutur yang lain akhirnya muncul rasa simpati penutur untuk memancing keaktifan mitra tutur yang
lain dengan kalimat berikut“Loh ko Mas Amar terus. Hayu yang lain.”Maka tuturan tersebut sudah
sesuai dengan pengertian maksim simpati, yaitu memaksimal rasa simpatinya untuk memancing
keaktifan mitra tutur sewaktu pembelajaran.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penganalisisan data penelitian dan pembahasan mengenai Prinsisp Kesantunan
Berbahasa Tindak Tutur Ilokusi Direktif pada Pembelajaran di TK Aisyyah Bustanul Athfal 6
Purwokertodapat disimpulkan beberapa hal bahwa dari data tersebut ditemukan penggunaan prisip
kesantunan yang memiliki 6 maksim yaitu (1)maksim kearifan 2 data , (2) maksim kedermawanan 2
data (3) maksim pujian 2 data, (4) maksim kesepakatan 2 data, (5) maksim kerendahan hati 2 data, (6)
maksim simpati 2 data, dalam tuturan tersebut karena guru kelas berusaha membuat murid-murid dalam
kelas aktif sehingga guru banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh murid-murid
kelas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Abdul Syukur. (1993). Kajian Tindak Tutur.Surabaya : Usaha Nasional.
Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik.Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Molleong, L.J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan : Penerapan Teori dan Konsep
Komunikasi dalam Pembelajaran.Jakarta : Prenadamedia Group.
Rohmadi, Muhammad. (2017). Pragmatik : Teori dan Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka.
Sudaryanto.(2015). Metode dan Teknik Analisis Data.Yogyakarta : Sanata Dharma
UniversitasPress.
Wijana, I Dewa Putu.(1996). Dasar-dasar Pragmatik.Yogyakarta : Andi Offset.
Yaumi, Muhammad. (2016). Pendidikan Karakter : Landasan, Pilar, dan Implementasi.Jakarta
:Prenadamedia Group.

100

Anda mungkin juga menyukai