Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI KEBIJAKAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN

(Studi Pada Kampung Herbal Nginden Surabaya)

Wahyu Purwanti
S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
wahyupurwanti9733@gmail.com

Hj. Weni Rosdiana, S.Sos., M. AP


D-III Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
wenirosdiana@unesa.ac.id

Abstrak
Kebijakan ruang terbuka hijau merupakan suatu kebijakan yang mengatur penyelenggaraan ruang terbuka
hijau. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan sebagai dasar pengelolaan RTH. Ruang Terbuka
Hijau adalah ruang atau area yang berada dalam kota, dengan wilayah yang cukup luas baik dalam bentuk
kawasan maupun jalur memanjang. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau ialah Kampung Herbal Nginden
Surabaya, yang terletak di Jalan Nginden Gang 6i RT 9 RW 5, Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan
Sukolilo, Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan evaluasi kebijakan ruang terbuka
hijau di Kampung Herbal Nginden Surabaya. Peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif pada penelitian Kampung Herbal Nginden. Peneliti menggunakan jenis alternatif
menetapkan fokus berdasarkaan teori, yang merujuk pada teori kriteria evaluasi kebijakan menurut Willian
N. Dunn yang terdiri dari: Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan, Responsivitas, Ketepatan. Teknik
analisis data yang dipergunakan berdasarkan teknik menurut Creswell. Hasil penelitian Evaluasi Kebijakan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Studi Pada Kampung Herbal Nginden Surabaya), yaitu: 1)
Efektivitas, tujuan dari Kampung Herbal Nginden dapat menjadi sebagian kecil paru-paru kota dan sebagai
lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat. 2) Efisiensi, sumber daya pengelolaan
Kampung Herbal Nginden berasal dari swadaya warga tetapi belum ada pembukuan keuangan, sehingga
pemaksimalan pengguna dana yang tersedia tidak dapat diukur dari tingkat efisinsi. 3) Kecukupan,
Kampung Herbal Nginden Surabaya belum sepenuhnya mencukupi menjadi Kampung Wisata Herbal. 4)
Perataan, Pemerataan RTH di wilayah Nginden Jangkungan masih belum merata. Pemasaran produk
Kampung Herbal Nginden dilakukan secara online dan offline. 5) Responsivitas, masyarakat di luar
wilayah RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan belum peduli dengan adanya Kampung Herbal Nginden di
wilayah Nginden Jangkungan Surabaya. 6) Ketepatan, banyak pihak yang tidak keberatan menjadikan lahan
fasum yang berada di Kampung Herbal Nginden Surabaya sebagai sarana ruang terbuka hijau. Pengelolaan
Kampung Herbal Nginden belum sepenuhnya tepat dalam pelaksanaannya.
Kata Kunci: Evaluasi, Ruang Terbuka Hijau, Kampung Herbal Nginden Surabaya

Abstract
Green open space policy is a policy that regulates the implementation of green open space. Regulation of
the Minister of Public Works Number: 05/PRT/M/2008 concerning Guidelines for Provision and Utilization
of Green Open Space in Urban Areas as the basis for managing RTH. Green Open Space is a room or area
within a city, with a fairly wide area both in the form region and pathway extends. One form of green open
space is Nginden Herbal Village in Surabaya , which is located on Jalan Nginden Gang 6i RT 9 RW 5,
Nginden Jangkungan Village, Sukolilo District, Surabaya City . This study aims to describe the evaluation
of green open space policies in Surabaya Nginden Herbal Village. Researchers used a descriptive study
with a qualitative approach to the Nginden Herbal Village research. Researchers use alternative types to set
focus based on theory, which refers to the theory of policy evaluation criteria according to Willian N. Dunn
which consists of: Effectiveness, Efficiency, Adequacy, Flattening, Responsiveness, Accuracy. The data
analysis technique used is based on the technique according to Creswell. The results of the Green Open
Space Policy Evaluation in Urban Areas (Study of the Surabaya Nginden Herbal Village), namely: 1)
Effectiveness, the goal of the Nginden Herbal Village can be a small part of the lungs of the city and as a
built environment that is useful for the interests of the community. 2) Efficiency, the management resources
of Nginden Herbal Village come from community self-help but there is no financial accounting yet, so the
maximization of available funds users cannot be measured from the level of efficiency. 3) Adequacy,
Surabaya Nginden Herbal Village is not yet fully sufficient to become Herbal Tourism Village. 4)
Alignment, Green Equity Distribution in the Nginden Jangkungan area is still uneven. Marketing of
Nginden Herbal Village products is done online and offline. 5) Responsiveness, people outside the RT 9
RW 5 Nginden Jangkungan area do not care about the existence of Nginden Herbal Village in the Nginden
Jangkungan area of Surabaya. 6) Accuracy, many parties who do not mind making public facilities land in
Nginden Herbal Village Surabaya as a means of green open space. The management of Nginden Herbal
Village is not yet fully appropriate in its implementation.
Keywords: Evaluation , Space Open Green , Kampung Herbal Nginden Surabaya

PENDAHULUAN pada umumnya. Kampung ini mempunyai keunikan


Kepadatan penduduk pada wilayah perkotaan tersendiri yaitu sebuah kampung yang menghadirkan
seringkali menjadi masalah serius. Akibatnya dengan tanaman herbal, dengan memanfaatkannya sebagai
semakin meningkatnya jumlah penduduk akan pengobatan herbal tradisional di Kota Surabaya.
menimbulkan masalah penyempitan lahan, terutama Kampung Herbal Nginden ini adalah sebuah kampung
lahan untuk penghijauan sebagai keseimbangan pemukiman warga Nginden gang 6i, dimana rumah
lingkungan. Berbeda halnya dengan kota Surabaya yang tempat tinggal mereka menghadap ke lahan fasilitas
mampu menjaga ekosistem penghijauannya walaupun umum milik Pemerintah Kota Surabaya. Kondisi Lahan
pada setiap tahun mengalami kenaikan jumlah fasilitas umum yang awalnya masih rawa berdampak
penduduk yang mencapai mencapai 2.771.615 jiwa negatif bagi lingkungan dan kesehatan warga, seperti
pada tahun 2010, tahun 2016 mencapai angka 2.862.406 banjir yang menimbulkan genangan air yang dapat
jiwa, dan tahun 2017 mencapai 2.874.699 jiwa menjadi sarang nyamuk ataupun kebakaran yang
(http://jatim.bps.go.id) dengan tingkat kepadatan cukup disebabkan pembakaran sampah daun di musim
tinggi. Untuk menangani permasalahan tersebut agar kemarau. Ragam persoalan itulah yang membangun
penghijauan kota tidak terganggu, Pemerintah Kota inisiatif warga untuk melakukan pengurukkan dan
Surabaya memberikan perhatian khusus pada Ruang penanaman tanaman herbal di lingkungan.
terbuka Hijau sebagai upaya menjaga paru-paru kota. Dana yang digunakan untuk pengurukkan berasal
Ruang terbuka Hijau yang berfungsi untuk dari dana pribadi warga sendiri (swadaya) serta
mempertahankan keseimbangan lingkungan pada setiap sebagiannya meminta hasil bongkaran rumah, tanah,
kota harus menyediakan RTH minimal 30 % dari luas selokan, dan lain sebagainya. Warga Nginden RT 9 RW
wilayah kota. Pernyataan tersebut sesuai dengan 5 menyadari bahwa lahan fasilitas umum yang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang digunakan merupakan milik Pemerintah Kota Surabaya,
Penataan Ruang yang tertuang pada pasal 29 ayat 1-3 sehingga melakukan rapat rutin untuk membahas
yaitu perencanaan tata wilayah kota menyediakan RTH pemanfaatan lahan fasilitas umum tersebut. Warga
minimal 30 % dari luas wilayah kota. RTH di kawasan selalu melakukan koordinasi dengan pihak Kelurahan
perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. dan Kecamatan, yang pada akhirnya mendapatkan ijin
Dimana proporsinya RTH publik seluas 20 % dan RTH untuk mengelola lahan tersebut agar lebih bermanfaat
privat seluas 10 %. Ketentuan pada perundangan diatas namun ijin tersebut tidak secara tertulis melainkan
merupakan ukuran minimal untuk menjaga hanya dengan lisan. Permasalahan pada legalitas ijin
keseimbangan lingkungan, yang mampu menjamin pemanfaatan lahan fasilitas umum milik Pemerintah
adanya sirkulasi paru-paru kota, penyerap polutan, Kota Surabaya yang hingga saat ini belum diperoleh.
maupun estetika kota. Hal itu dapat terjadi dikarenakan dalam mengajukan
Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang berdiri di surat perijinan pemanfaatan lahan milik pemerintah
lahan fasilitas umum ialah Kampung Herbal Nginden untuk kepentingan umum harus mendapatkan
Surabaya. Kampung Herbal Nginden merupakan sebuah persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan secara
kampung yang tidak jauh berbeda dengan kampung birokrasi sehingga baik pihak Kelurahan maupun
Kecamatan saat ini hanya bisa memberikan pemantauan
serta pengawasan agar tidak berdiri bangunan liar dan berkesinambungaan dan memiliki keterkaitan, yang
kumuh di lahan fasum tersebut. dilakukan pemerintah dengan stakeholders dalam
Kampung Herbal Nginden juga dilengkapi dengan mengatur mengelola dan menyelesaikan berbagai
fasilitas yang mendukung, diantaranya ialah: 1) Taman urusan publik, masalah publik dan sumber daya yang
Herbal yang dapat diperkirakan seluas 300 m2 dari luas ada untuk kemaslahatan publik (Mulyadi dalam Asyiah
lahan fasum 3000 m2; 2) Bangku Taman; 3) IPAL dkk, 2017). Sedangkan evaluasi kebijakan publik dalam
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah) adalah program studi kebijakan publik adalah salah satu tahapan dalam
pengelolaan air limbah, dimana air itu nantinya dapat proses kebijakan publik. Evaluasi kebijakan publik
digunakan untuk menyiram tanaman; 4) Taman Baca merupakan kegiatan menilai keberhasilan ataupun
Masyarakat (TBM) merupakan tempat yang bisa disebut kegagalan suatu kebijakan publik (Widodo, 2018:111).
ebagai perpustakaan berisi buku-buku bacaan untuk Untuk dapat mengetahui evaluasi kebijakan ruang
menambah wawasan mengenai tanaman herbal; 5) terbuka hijau yang berada di Kampung Herbal Nginden,
Pendopo Pustaka Budaya ialah tempat semacam sanggar peneliti menggunakan kriteri evaluasi kebijakan
yang dilengkapi seperangkat alat musik gamelan dan menurut William N. Dunn yang terdiri dari enam
dimanfaatkan untuk kegiatan seni kebudayaan; dan 6) kriteria adalah sebagai berikut: (1) Efektifitas; (2)
Kolam ikan lele. Efisiensi; (3) Kecukupan; (4) Perataan; (5)
Tujuan dari Kampung Herbal sendiri ialah: Pertama, Responsivitas; (6) Ketepatan (Arlistasari, 2019).
supaya lingkungan hidup di wilayah mereka tetap
METODE
lestari. Kedua, pemanfaatan lahan fasilitas umum
Peneliti menggunakan penelitian deskriptif
terlihat terawat dan tidak kumuh. Ketiga, mengenalkan
dengan pendekatan kualitatif pada penelitian Kampung
dan mengajarkan kepada anak-anak terhadap tanaman
Herbal Nginden (Iskandar dkk, 2016). Peneliti
herbal. Kampung Herbal Nginden ini mulai dikenal dari
menggunakan jenis alternatif menetapkan fokus
diselenggarakannya lomba taman herbal yang
berdasarkaan teori, yang merujuk pada teori kriteria
diselenggarakan Bejo Bintang Tujuh menjadi titik awal
evaluasi kebijakan yang telah dikemukakan oleh Willian
Kampung Herbal Nginden dikenal dengan Ikon Jahe
N. Dunn. Subjek penelitian ini menggunakan teknik
Merahnya di tahun 2016. Saat mengikuti lomba
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
tersebut, luas taman herbalnya hanya 12 m2 saja. Pada
digunakan peneliti yaitu observasi, wawancara, dan
Penyelenggaraan Surabaya Green and Clean inilah
dokumentasi. Teknik analisis data yang dipergunakan
nama Kampung Herbal Nginden mulai dikenal oleh
peneliti menurut Creswell (2015) ialah sebagai berikut:
masyarakat Surabaya. Pada tahun 2018 Kampung
Mempersiapkan dan mengolah data untuk dianalisis;
Herbal Nginden berhasil menjadi juara Best of The Best
Mengeksplorasi dan pengkodean data; Menganalisis
dalam kategori maju dari keempat macam kategori yaitu
lebih detail dengan mengkoding data; Menerapkan
pemula, berkembang, maju, dan jawara. Kini Kampung
proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-
Herbal Nginden mempunyai 195 jenis tanaman herbal
orang, kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis;
yang berhasil ditanam, semula hanya 60 jenis tanaman
Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini
herbal.
akan disajikan kembali dalam narasi atau laporan
Adanya isu perluasan pemanfaatan lahan fasilitas
kualitatif; dan Memvalidasi keakuratan hasil penelitian.
umum untuk penanaman tanaman herbal yang belum
termanfaatkan secara maksimal dan rencana Badan HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya akan Kebijakan publik ialah serangkaian tindakan
melakukan pembangunan gedung serba guna dan sentra yang dilakukan pemerintah atau organisasi publik yang
kuliner di atas lahan fasilitas umum, yang saat ini telah dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memecahkan
berdiri Taman Herbal di lahan tersebut. Banyaknya masalah dan mampu mencapai tujuan dari adanya
keunggulan dan masalah yang mewarnai Kampung kebijakan tersebut. Seperti halnya pada pembahasan kali
Herbal Nginden melatarbelakangi peneliti tertarik untuk ini, peneliti menggunakan kebijakan pemerintah berupa
melakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan teori Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
evaluasi kebijakan publik untuk mengkaji pemasalahan Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
yang terjadi di Kampung Herbal Nginden. Pengertian dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Kebijakan Publik merupakan sebuah proses formulasi, Perkotaan dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
implementasi dan evaluasi kebijakan yang saling 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang terbuka Hijau.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui serta Perkotaan. Kampung Herbal ini dapat menjadi
mengevaluasi perbandingan keadaan sebelum dan sebagian kecil paru-paru kota untuk menyeimbangi
sesudah adanya Kampung Herbal Nginden sebagai polusi udara agar lingkungan perkotaan tetap
bentuk Ruang Terbuka Hijau, mengetahui perencanaan nyaman, bersih, dan hijau serta lingkungan binaan
yang sudah dirancang sesuai kondisi sebenarnya dan yang berguna bagi kepentingan masyarakat.
selaras dengan peraturan, serta pihak-pihak yang 2. Efisiensi
memiliki peranan dalam pelaksanaannya. Untuk Efektivitas menitikberatkan pada hasil yang
mengulas lebih dalam mengenai Kampung herbal dicapai, tanpa mempertimbangkan tenaga, waktu,
Nginden, peneliti menggunakan teori William N. Dunn dan biaya. Sementara efisiensi lebih menekankan
yaitu sebagai berikut: seberapa besar upaya mencapai hasil dan tujuan
1. Efektivitas yang diinginkan dengan menggunakan seminimal
Efektivitas merupakan suatu pencapaian hasil mungkin sumber daya yang ada. Sumber daya yang
yang dinilai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. mendukung adanya Kampung Herbal berasal dari
Efektivitas pada evaluasi kebijakan dapat diartikan swadaya masyarakat secara mandiri. Berkenaan
seberapa efektif dengan adanya suatu kebijakan dari dengan Sumber Daya Manusia, sepenuhnya yang
kondisi sebelumnya. Efektivitas dimaksudkan mengurus pengelolaannya merupakan warga RT 9
mengetahui latar belakang hadirnya Taman Herbal RW 5 Nginden Jangkungan. Adanya keterbatasan
di Kampung Herbal Nginden Jangkungan. Taman SDM dan waktu yang melakukan penyambutan
Herbal adalah sebagai bentuk perwujudan kawasan terhadap tamu/pengunjung akan membuat
ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, khususnya pengelolaannya menjadi kurang maksimal.
Kota Surabaya. Dari kondisi sebelumnya yang masih Walaupun begitu, hal tersebut tidak menjadi masalah
berupa rawa tidak terawat, masyarakat saling gotong serius bagi warga Nginden 6-I yang selalu
royong melakukan pengurukkan dan terus berpartisipasi aktif di setiap kegiatan.
mengalami perkembangan hingga akhirnya Sumber daya lainnya berupa dana yang digalang
memberanikan diri untuk mengikuti lomba-lomba di dari swadaya warga secara suka rela tanpa ada
bidang lingkungan. Pada tahun 2015 menjadi titik batasan besaran rupiah dan kewajiban menanam 5
awal Kampung Herbal turut serta dalam Lomba jenis tanaman herbal bagi setiap rumah. Untuk
lingkungan yaitu pada program “Merdeka dari memenuhi kewajiban itu, warga tidak diharuskan
Sampah” memperoleh predikat sebagai Kampung membeli tanaman dari tempat lain. Mereka dapat
Partisipasi Masyarakat terbaik. Kemajuan dari memperolehnya ketika pulang kampung, yang dapat
Kampung Herbal terlihat pada lomba Surabaya dipandang cukup efisien karena kedua kegiatan
Green and Clean dari tahun 2016 hingga 2018, yang tersebut tidak terlalu membebani warga walaupun
berawal sebagai kategori pemula, berkembang, dan proses pengembangannya tidak bisa dilakukan
akhirnya meraih juara best of the best dalam kategori dengan cepat. Pengembangannya juga sebanding
kampung maju. dengan tetap menjaga agar masyarakat tidak merasa
Kampung Herbal Nginden Surabaya terlahir tertekan atas arahan dari pelaksana.
dengan tujuan agar lingkungan hidup tetap lestari, Sumber daya Kampung Herbal juga diperoleh
pemanfaatan lahan fasilitas umum terlihat terawat, dari bantuan berbagai dinas maupun pihak lainnya
sebagai sarana edukasi untuk mengenalkan, yang berupa pemberian bibit tanaman dan pelatihan
menyebarluaskan, dan mensosialisasikan manfaat, keterampilan. Dengan pemberian bibit tanaman
cara pengelolaan, serta pembudidayaan dari tanaman kepada Kampung Herbal, akan menambah
herbal, dan menjadi sebagian kecil penyedia oksigen keberagaman tumbuhan dan lebih efisien jika
dan paru-paru kota Surabaya. Hal itu diwujudkannya dibandingkan harus mengeluarkan uang untuk
dengan memfasilitasi kepentingan warga dalam membeli bibit tanaman. Salah satu bentuk perhatian
berinteraksi sosial melalui sarana dan prasarana Dinas Pertanian dan dan Ketahanan Pangan Kota
yang tersedia. tujuan dari Kampung Herbal Nginden Surabaya terhadap Kampung Herbal ialah
sudah sesuai dengan tujuan penyelenggaraan RTH pemberian bibit tanaman okra. Mereka juga
tercantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum memperoleh bentuk perhatian lainnya berupa
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan pelatihan keterampilan.
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Pelatihan itu bertujuan sebagai upaya ludruk di Pendopo Pustaka Budaya, dan produk
meningkatkan potensi sumber daya manusia herbal yang diproduksi sedikitnya mampu
setempat agar lebih mengenal manfaat dari beragam menambah pendapatan masyarakat. Sementara
jenis tumbuhan tersebut, serta mengerti cara untuk fasilitas, kampung ini perlu menambah
mengelolaannya untuk menjadi olahan produk fasilitas yang belum tersedia, seperti halnya rumah
herbal baik dikonsumsi sendiri ataupun diperjual- kompos, alat pencacah dan pengering daun.
belikan. Potensi-potensi dibuktikan dengan berhasil Ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan
tercapainya prestasi dari berbagai lomba di bidang tidak hanya mencukup manfaat bagi kepentingan
lingkungan. Sebagai bentuk hasil/hadiah dari lomba masyarakat saja. Penyediaan ruang terbuka hijau
Taman Herbal Bejo sebesar 12 juta rupiah, yang juga diklasifikasikan berdasarkan jumlah
menjadi salah satu sumber pendapatan untuk penduduknya. Pada Peraturan Menteri Pekerjaaan
mengembangkan dan memelihara fasilitas yang Umum Nomor 5 Tahun 2008 menyebutkan tipe RTH
sudah ada agar tetap terawat. Selain itu, sumber dana taman RT minimal seluas 250 m2, dengan jumlah
yang ada dipergunakan untuk membeli bibit, pupuk, penduduk minimal 250 jiwa. Sementara untuk taman
dan bahan-bahan prasarana penunjang lainnya. RW minimal seluas 1.250 m2, dengan jumlah
Fakta yang diperoleh dari pelaksana mengatakan penduduk minimal 2.500 jiwa. Sementara luas dari
bahwa sering kali dana hasil hadiah lomba tersebut Taman Herbal yang terletak di Kampung Herbal
tidak sebanding dengan biaya yang harus luasnya sekitar 300 m2, dengan jumlah penduduk
dikeluarkan namun pernyataan itu tidak dapat dari RT 9 berjumlah 288 jiwa. Fakta tersebut
dibuktikan karena belum ada pembukuan keuangan, membuktikan bahwa Kampung Herbal Nginden
sehingga tidak bisa diketahui tingkat efisiensinya. termasuk dalam tipe RTH Taman RT karena luasnya
3. Kecukupan melebihi luas minimal dari yang ditentukan oleh
Kecukupan juga memiliki keterkaitan erat peraturan, begitu pula jumlah penduduknya juga
dengan tingkat efektivitas sejauh mana sebuah melebihi batas minimal tipe ruang tebuka hijau
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, nilai, atau taman RT, dimana pihak pengelolanya juga
kesempatan dalam menyelesaikan masalah. selingkup warga RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan.
Manfaat-manfaat yang dapat memuaskan Untuk kedepannya akan dilakukan perencanaan
masyarakat bisa dipandang dari beragam bidang perluasan lahan RTH di Kampung Herbal seluas
sesuai dengan fungsi ruang terbuka hijau, yang 3.000 m2, maka diklasifikasikan sebagai taman RW
tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan bukan lagi taman RT. Untuk mewujudkan rencana
Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman perluasan lahan tersebut sesuai dengan ketentuan
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau yang ada, dalam pengelolaannya membutuhkan
di Kawasan Perkotaan. Fungsi ruang terbuka hijau pastisipasi warga di wilayah RW 5 Nginden
terbagi atas fungsi utama (intrinsik) dan fungsi Jangkungan.
tambahan (ekstrinsik). Fungsi utama intrinsik lebih Pemanfaatan lahan fasilitas umum belum
menekankan pada kegunaan pengadaan RTH mendapatkan ijin secara tertulis dari Pemerintah
sebagai sirkulasi udara/paru-paru kota. Fungsi Kota Surabaya. Jika dipandang dari segi
tambahan (ekstrinsik) terselenggaranya RTH perencanaan pengadaan lahan untuk RTH, Kampung
berkenaan dengan fungsinya dalam bidang sosial Herbal Nginden belum sepenuhnya memenuhi
budaya, ekomoni, dan estetika. syarat sebagai lahan RTH karena tidak sesuai yang
Manfaat dari adanya sarana dan prasarana yang diamanatkan dalam dalam Peraturan Daerah Kota
telah disediakan Kampung herbal Nginden belum Surabaya Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolaan
mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan Ruang Terbuka Hijau pada pasal 3 ayat 2
masyarakat, hanya dapat dinikmati sebatas dari menyatakan bahwa perencanaan dan perancangan
masyarakat RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan saja. Ruang Terbuka Hijau harus mendapatkan
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dari segi persetujuan/pengesahan dari Kepala Daerah atau
penghijauan lingkungan, interaksi sosial sekaligus pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan keterangan yang
berbagi pengetahuan tentang tanaman herbal dapat diperoleh peneliti di lapangan, awal mula tanah
terjalin antar warga di TBM ataupun Taman Herbal, tersebut ialah tanah bengkok Kelurahan Nginden
pelestarian budaya melalui alat musik gamelan dan Jangkungan yang terbengkalai dan pernah disewa
oleh PT. Ready Indah dan Persatuan Islam Tionghoa dari masyarakat Nginden Jangkungan yang berniat
(PITI). Pihak Kelurahan Nginden Jangkungan mengikuti lomba-lomba berwawasan lingkungan.
memberikan keterangan bahwa Lahan itu Pelaksana sering kali melakukan sosialisasi
merupakan lahan fasilitas umum milik pemerintah. kepada anak-anak sekolah, kelompok pencinta
Hal itu juga dibuktikan peneliti, terdapat lingkungan untuk saling berbagi ilmu dan
pelakat/papan pemberitahuan atas kepemilikkan menyebarluaskan pengetahuan serta pengalaman
lahan tersebut, yang mana tertera lahan itu milik tentang tanaman herbal, sementara lingkungan
Pemerintah Kota Surabaya. terdekatnya sendiri belum memperoleh manfaatnya
Kelurahan Nginden Jangkungan juga pernah secara merata. Kalaupun masyarakat di lingkungan
melakukan negosiasi dengan Badan Perencanaan RT/RW lain kurang peduli terhadap keberadaan
dan Pengembangan Kota Surabaya agar tidak Kampung Herbal, setidaknya ada upaya melakukan
merencanakan pembangunan gedung serba guna, komunikasi kepada warga sekitar. Kampung
yang akan didirikan di lahan fasilitas umum tersebut tersebut mengelola tanaman herbal menjadi produk
yang menghadap ke rumah penduduk. Pihak Badan yang dikeringkan dan minuman yang menyehatkan,
Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya seperti sinom, jahe secang, beras kencur, dan lain
datang langsung untuk melakukan pengecekkan sebagainya. Selain secara online, kegiatan sosialisasi
kodisi lahan dikarenakan dalam data tata ruang Kota itu menjadi salah satu media pemasaran produk-
Surabaya masih berstatus tanah kosong. Negosiasi produk dari Kampung Herbal. Produk sinom saja
itu dilakukan atas dukungan dari pihak kelurahan yang sudah tersertifikasi oleh Perusahan Industri
dan kecamatan guna mengalihkan pembanguan Rumah Tangga (PIRT), dan akan disusul dengan
gedung serba guna ke sebelah utara, dimana produk lainnya.
lahannya masih belum termanfaatkan serta agar 5. Responsivitas
tidak mematikan pengembangan Kampung herbal Tingkat keberhasilan atau kegagalan alternatif
namun belum ada hasilnya hingga sampai saat ini. kebijakan dapat dinilai melalui tanggapan
Dari kondisi semacam ini dapat diambil kesimpulan, masyarakat. Tanggapan tersebut dapat dilihat setelah
Kampung Herbal Nginden Surabaya masih tahap proses pelaksanaan kebijakan berlangsung, baik
berkembang untuk menjadi Kampung Wisata dalam bentuk positif berupa dukungan ataupun
Herbal. negatif berupa penolakan. Pelaksanaan kegiatan
4. Perataan berwawasan lingkungan dan penghijauan yang
Perataan erat kaitannya dengan pendistribusian dilakukan di Kampung Herbal Nginden Jangkungan
pengaruh secara adil dalam penyebaran suatu Surabaya banyak menuai pendapat dari berbagai
alternatif kebijakan terhadap kelompok tertentu pihak. Masyarakat di luar wilayah RT 9 RW 5
ataupun masyarakat. Pemerataan ruang terbuka hijau Nginden Jangkungan belum peduli dengan adanya
di wilayah Nginden Jangkungan masih belum Kampung Herbal Nginden di wilayah Nginden
merata. Sepanjang Jalan Nginden Permata yang Jangkungan Surabaya. Tanggapan yang diberikan
berukuran sekitar 1,5 m x 200 m, masih warga di luar RT 9 bisa menjadi masukan untuk
memerlukan penanganan berkelanjutan agar terlihat menjalin komunikasi dalam berkoordinasi yang
lebih hijau. Sebagai upaya memperbaiki lebih baik lagi. Berbeda halnya dengan warga
penghijauan kampung, Bapak Taufik selaku RW 5 RT/RW lain di lingkungan Nginden Jangkungan,
menyarankan bagi setiap rumah menanam satu warga RT 9 RW 5 memberikan tanggapan sangat
pohon dengan potisasi. Keterbatasan lahan RTH di antusias dalam setiap kegiatan yang diadakan,
wilayah Kelurahan Nginden Jangkungan misalnya saja Kegiatan BATTRA.
dikarenakan merupakan kawasan padat penduduk Salah satu bentuk pengarahan/pelatihan manfaat
sehingga satu-satunya perwujudan ruang terbuka dan cara pengelolaan tanaman herbal diberikan oleh
hijau yaitu taman yang berada di Kampung Herbal Puskesmas Menur Surabaya dalam Program Asuhan
Nginden dan taman di Perumahan Nginden Permata. Mandiri. Dimana program itu merupakan kegiatan
Upaya yang dilakukan Kelurahan Nginden pemanfaatan tanaman obat keluarga di perkarangan
Jangkungan untuk memberdayakan masyarakat rumah, yang dapat diramu untuk memelihara
dalam menghijaukan lingkungan, yaitu dengan kesehatan keluarga. Dalam terselenggaranya
memberikan motivasi dan dukungan bagi siapa saja program asuhan mandiri di Kampung Herbal
Nginden, merupakan bentuk kegiatan pengobatan penjualan tanaman dari Taman Herbal sebagian
tradisional dengan memanfaatkan tanaman herbal masuk kas RT 9 dan sebagiannya lagi untuk
yang sifatnya masih alami. Kegiatan pengobatan membeli bibit dan pupuk tanaman.
tradisional di Kampung Herbal, biasa dikenal Sebagai pelaksana Kampung Herbal Nginden
dengan sebutan BATTRA. Kegiatan tersebut bisa Surabaya perlu menentukan kebijakan yang terarah
terselenggara dengan adanya koordinasi antara untuk masalah keuangan sebagai pemasukan kas RT
Puskesmas Menur dan Kader BATTRA. 9. Seperti hasil penjualan produk-produk herbal dan
Pembentukan Kader Pengobatan tradisional di tanaman herbal baik tanaman yang ada di Taman
wilayah Kelurahan Nginden Jangkungan Herbal ataupun tanaman bersama warga RT 9,
dimaksudkan untuk membudidayakan tanaman sebagian uangnya dimasukan ke kas RT 9 RW 5
herbal dan diperlukan pembentukan layanan Nginden Jangkungan agar tidak hanya terisi dari
BATTRA ketika ada pelatihan dari pihak lain. uang hasil penjualan tanaman herbal di taman dan
Susunan pengurus Kader BATTRA di RT 09 RW 05 hasil lomba saja. Dalam hal ini, pengelolaan
Kelurahan Nginden Jangkungan Kecamatan Kampung Herbal dapat dikatakan belum layak
Sukolilo tercantum dalam Keputusan Kepala secara adimistrasi. Sasaran yang dituju oleh
Kelurahan Nginden Jangkungan Nomor: Kampung Herbal Nginden masih dalam tahap
440/16/436.10.87/2016, dimana di wilayah tersebut berkembang, karena untuk jangka panjang ingin
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang-orang melakukan banyak kerja sama dari berbagai pihak
yang ditunjuk sebagai Kader BATTRA. Sejauh ini, guna menunjang perkembangan lebih baik
pelaksana kegiatan BATTRA yang diajukan masih kedepannya. Beberapa pendapat yang mengandung
masyarakat RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan. kritik dan saran dari masyarakat ataupun pihak lain,
6. Ketepatan dapat menjadi masukan positif untuk membenahi
Ketepatan berkaitan dengan nilai atau harga dari pelaksanaan Kampung Herbal yang jauh lebih baik.
tujuan suatu kebijakan/program dan kuatnya asumsi
PENUTUP
yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Ketepatan
Simpulan
yang dimaksudkan merujuk pada kesesuaian lokasi
Hasil penelitian ini mendeskripsikan evaluasi
yang dipergunakan sebagai ruang terbuka hijau
kebijakan ruang terbuka hijau di Kampung Herbal
publik, kesiapan teknis pelaksanaannya, sasaran
Nginden RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan Surabaya.
yang dituju, dan harapan agar pengaruh adanya
Tujuan dari Kampung Herbal Nginden dapat menjadi
Kampung Herbal Nginden dapat lebih
sebagian kecil paru-paru kota dan sebagai lingkungan
termanfaatkan kedepannya. Banyak pihak dari
binaan yang berguna bagi kepentingan masyarakat.
masyarakat Nginden Jangkungan yang tidak merasa
Sumber daya pengelolaan Kampung Herbal Nginden
keberatan dimanfaatkannya lahan fasilitas umum
berasal dari swadaya warga tetapi belum ada
sebagai ruang terbuka hijau.
pembukuan keuangan, sehingga pemaksimalan
Perihal kesiapan teknis pelaksanaan masih perlu
pengguna dana yang tersedia tidak dapat diukur dari
banyak perbaikan. Pengelolaan Kampung Herbal
tingkat efisinsi. Pemerataan RTH di wilayah Nginden
Nginden dilakukan oleh para pelaksana bersama
Jangkungan masih belum merata. Masyarakat di luar
warga setempat secara mandiri. Setiap lahan yang
wilayah RT 9 RW 5 Nginden Jangkungan belum peduli
berada di depan rumah masing-masing warga
dengan adanya Kampung Herbal Nginden di wilayah
menjadi tanggung jawab bagi warga tersebut untuk
Nginden Jangkungan Surabaya. Pembentukan Kader
melestarikan dan mengambil manfaatnya pula,
Pengobatan tradisional di wilayah Kelurahan Nginden
termasuk kewajiban menanam 5 jenis tanaman
Jangkungan dimaksudkan untuk membudidayakan
herbal tersebut. Hal itu menimbulkan prasangka
tanaman herbal dan diperlukan pembentukan layanan
sebagai akibat adanya perintah untuk merawat dan
BATTRA ketika ada pelatihan dari pihak lain.
mendapatkan manfaat dari lahan di depan rumahnya,
Pengelolaan Kampung Herbal Nginden belum tepat
yang menjadi tanggung jawabnya. Warga akan
dalam pelaksanaannya, sehingga masih membutuhkan
merasa mempunyai hak sepenuhnya terhadap
pembenahan agar mencapai sasaran yang dituju.
tanaman tersebut sehingga apabila ada seseorang
Kampung Herbal Nginden Surabaya belum sepenuhnya
yang berniat untuk membeli, uang tersebut akan
mencukupi menjadi Kampung Wisata Herbal.
masuk ke kantong pribadi. Sementara uang
Saran 5. Dan pihak-pihak yang memberikan dukungan moral
Pada hasil penelitian mengenai evaluasi kebijakan maupun material kepada peneliti sehingga penulisan
ruang terbuka hijau yang diselenggarakan di Kampung jurnal ini dapat terselesaikan.
Herbal Nginden Surabaya. Berdasarkan kesimpulan
sudah diutarakan di atas, maka ada beberapa saran yang DAFTAR PUSTAKA
diajukan peneliti ialah sebagai berikut:
Arlistasari, Deasy. 2019. “Evaluasi Penataan Ruang
1. Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, akan
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Kecamatan
dilakukan perluasan lahan. Pelaksana sekaligus Kebomas Kabupaten Gresik”. Jurnal Publika,
warga RT 9 saling bekerja sama dengan warga RT (Online),(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/in
lainnya dalam mewujudkannya. dex.php/publika/article/download/27116/24818,
2. Untuk pemanfaatan lahan fasilitas umum, Kampung diunduh 8 Maret 2019).
Herbal Nginden Jangkungan belum memperoleh ijin Asyiah, Siti dkk. 2017. “Evaluasi Implementasi
secara legal. Alangkah lebih baik, para pelaksana Kebijakan Pendidikan Gratis di Kabupaten
dan warga melakukan pengajuan proposal perijinan Pasaman”. Journal of Public Sector Innovation.
secepatnya, tentunya mempertimbangkan Vol. 2 (1): hal 1-9. (Online),
perencanaan tata kota serta hasil negosiasi (https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi/artcle/
view/2360/1500, diunduh 18 April 2020).
pengalihan gedung serba guna oleh Badan
Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya. Badan Pusat Stastistik Provinsi Jawa Timur. 2019.
Apabila kedepannya diberikan ijin untuk Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan
pemanfaatan lahan tersebut, pelaksana Kampung Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur, 2010, 2016 dan 2017.
Herbal dan Pemerintah Kota Surabaya berkoordinasi
(https://jatim.bps.go.id). Diakses 8 Maret 2019.
dalam pengelolaan RTH tersebut. Dimana pelaksana
tetap bertindak sebagai pengelolanya, sementara Creswell, J. W. 2015. Penelitian Kualitatif dan Desain
Riset Memilih Di Antara Lima Pendekatan (S. Z.
untuk Pemerintah Kota Surabaya dapat menjadi
Qudsy (ed.); 3rd ed.). Yogyakarta:Pustaka
fasilitator penunjang RTH. Pelajar.
3. Kampung Herbal Nginden Surabaya sebaiknya
memperbaiki pengelolaan administrasinya. Untuk Iskandar, Dina Trisiana dkk. 2016. “Evaluasi Program
Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil
selanjutnya diharapkan dari sebagian uang hasil
dan Menengah di Kabupaten Ponorogo”. Journal
penjualan tanaman yang masih dianggap milik of Public Sector Innovation. Vol. 1 (1): hal 17-
pribadi dan produk-produk olahan herbal lainnya 22.(Online),(https://journal.unesa.ac.id/index.ph
dapat dimasukkan dalam kas kampung. Pengelolaan p/jpsi/article/view/2238/1439, diunduh 18 April
keuangannya agar lebih tertata dengan sistematis, 2020).
Kampung Herbal melakukan pembukuan/laporan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
keuangan untuk mengetahui jumlah keluar- 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
masuknya dana. dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan.
Ucapan Terima Kasih
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak- Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
pihak yang berkontribusi dalam penulisan jurnal ini,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
diantaranya: Penataan Ruang.
1. Para Dosen S1 Ilmu Administrasi Negara FISH
UNESA. Widodo, Joko. 2018. Analisis kebijakan Publik Konsep
dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik.
2. Dr. Hj. Weni Rosdiana, S.Sos., M.AP., selaku Dosen Malang: Media Nusa Creative.
Pembimbing Skripsi
3. Indah Prabawati, S.Sos., M.Si., selaku Dosen
Penguji dalam seminar proposal maupun sidang
skripsi.
4. Badrudin Kurniawan, S.AP., M.AP., MA. selaku
Dosen Penguji dalam seminar proposal maupun
sidang skripsi.

Anda mungkin juga menyukai