Anda di halaman 1dari 2

Adab-adab Bercanda

Mukadimah
Bercanda atau al-Mizaahu secara bahasa artinya “lawan dari serius”.
1. Tidak berlebihan dalam bercanda
Seorang muslim boleh untuk bercanda, membuat saudaranya tertawa atau
menghiburnya, namun jangan dia melupakan apa tujuannya diciptakan di dunia ini
yakni untuk beribadah. Allah berfirman :
ّ ٰ ( ﴾ ٥٦ ‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬
ٰ ‫الذ‬
)56 :51/‫ريت‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
ُ ‫﴿ َو َما َخلَ ْق‬
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Az-
Zariyat/51:56).
Jangan sampai dia terlarut-larut dalam candaan bahkan menjadikan candaan sebagai
prioritas utamanya dalam hidup, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
َ َ ‫كثْرَة‬
َ‫الضّ حِكِ تُمِيتُ الْق َل ْب‬ ّ َ َ ‫ك فِإ‬
َ ‫ن‬ َ ‫ح‬ َ ِ‫وَل َا تُكْثِر‬
ِ ّ‫الض‬
“Janganlah engkau banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan
hati”. (HR. Tirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albaniy).

2. Tidak berbohong dalam bercanda


Candaan yang di dalamnya ada unsur kebohongan adalah candaan yang haram.
Rasulullah mendoakan kecelakaan bagi orang yang berbohong hanya untuk bercanda,
beliau ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ ‫ل لَه‬
ٌ ْ ‫ل لَه ُ و َي‬
ٌ ْ ‫ك بِه ِ الْقَوْم َ و َي‬ ِ ْ‫ل ل َِل ّذ ِى يُح َ ّدِثُ فَيَكْذِبُ لِي ُض‬
َ ‫ح‬ ٌ ْ ‫و َي‬
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum
tertawa. Celakalah dia, celakalah dia”. (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no.
3315. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Dalam hadits lain beliau bersabda:


ً ‫ن الْعَبْد ُ الِإ يمَانَ ك َُل ّه ُ ح ََت ّى يَت ْرُك َ ا ْلكَذِبَ فِى ال ْم ُزَاحَة ِ و َيَت ْرُك َ الْمِرَاء َ وِإَ ْن ك َانَ صَادِقا‬
ُ ِ ‫لا َ يُْؤم‬
“Seseorang tidak dikatakan beriman seluruhnya sampai ia meninggalkan dusta saat
bercanda dan ia meninggalkan debat walau itu benar”. (HR. Ahmad 2: 352. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif).

Juga sabda beliau:


‫ح ً ّقا‬
َ ‫ل ِإ لا‬
ُ ‫ و َلا َأ قُو‬, ‫ح‬
ُ ‫ِإ ن ِ ّي لَأ م َْز‬
“Aku juga bercanda namun aku tetap berkata yang benar”. (HR. Thobroni dalam Al
Kabir 12: 391. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih dalam
Shahih Al Jaami’ no. 2494).

3. Tidak bercanda mengenai Agama & Syari’at


Haram hukumnya menjadikan Allah, agama, dan Rasulnya sebagai candaan.
Allah berfirman:
‫ اَل‬٦٥ َ‫﴿ َولَ ِٕى ْن َسا َ ْلتَهُ ْم لَيَقُوْ لُ َّن اِنَّ َما ُكنَّا نَ ُخوْ ضُ َون َْل َع ۗبُ قُلْ اَبِاهّٰلل ِ َو ٰا ٰيتِ ٖه َو َرسُوْ لِ ٖه ُك ْنتُ ْم تَ ْستَه ِْزءُوْ ن‬
/‫ ﴾ ( التوبة‬٦٦ ࣖ َ‫ قَ ْد َكفَرْ تُ ْم بَ ْع َد اِ ْي َمانِ ُك ْم ۗ اِ ْن نَّعْفُ ع َْن طَ ۤا ِٕىفَ ٍة ِّم ْن ُك ْم نُ َع ِّذبْ طَ ۤا ِٕىفَةً ۢ بِاَنَّهُ ْم َكانُوْ ا ُمجْ ِر ِم ْين‬O‫تَ ْعتَ ِذرُوْ ا‬
)66-65 :9
“Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, mereka pasti akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah,
“Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak
perlu kamu membuat-buat alasan karena kamu telah kufur sesudah beriman. Jika Kami
memaafkan sebagian dari kamu (karena telah bertobat), niscaya Kami akan mengazab
golongan (yang lain), karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berbuat
dosa”. (At-Taubah/9:65-66).

Anda mungkin juga menyukai